• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. menyatakan bahwa penerjemahan adalah sebagai berikut: 2. Gaya dan cara hasil terjemahan harus sama dengan naskah aslinya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. menyatakan bahwa penerjemahan adalah sebagai berikut: 2. Gaya dan cara hasil terjemahan harus sama dengan naskah aslinya."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Penerjemahan

2.1.1 Definisi Penerjemahan

Alexander Fraser Tytler of Ireland dalam (中 文 英 譯 的 理 論 與 實 例: 1992) menyatakan bahwa penerjemahan adalah sebagai berikut:

1. Penerjemahan adalah menerjemahkan makna yang terkandung dalam naskah asli.

2. Gaya dan cara hasil terjemahan harus sama dengan naskah aslinya.

3. Kalimat hasil terjemahan harus enak dibaca sesuai dengan naskah aslinya. Dalam Buku (翻 譯 新 探 :1992) 蕭 立 明 mengemukakan, ”Penerjemahan menyampaikan makna yang terkandung dalam bahasa asal dengan menggunakan bahasa sasaran, suatu pekerjaan pengalihan dua bahasa.”

Jadi, dengan demikian kegiatan penerjemahan adalah suatu pekerjaan penyampaian informasi dari bahasa asal ke bahasa sasaran, untuk menentukan dan menyerasikan inti-inti dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, meskipun bahasanya telah berubah.

2.1.2 Syarat Penerjemah

Oleh R.K.K Hartmann (1981), seorang penerjemah wajib memenuhi dua syarat utama, yaitu kemampuan analitik dan kemampuan sintetik.

a. Kemampuan analitik yang meliputi pemahaman terhadap teks yang diterjemahkan, kemampuan menguraikan kalimat untuk menangkap maknanya, kemampuan memahami

(2)

konteks atau masalah yang dibahas, dan kemampuan memahami makna dan misi yang dimaksud oleh pengarang.

b. Kemampuan sintetik meliputi kemampuan memindahkan arti yang terkandung di dalam teks yang bersangkutan dan kemampuan melakukan penilaian terhadap teks terjemahan itu, yaitu dengan cara meninjau kembali apakah teks itu sudah sesuai dengan kaidah umum dan kaidah bahasa terjemahan yang memadai atau belum. Untuk itu, seorang penerjemah diwajibkan harus betul-betul menguasai kosa kata, baik itu kosa kata bahasa sumber maupun kosa kata bahasa sasaran.

2.1.3 Cara Menjadi Penerjemah

Untuk menjadi seorang penerjemah yang menguasai kemampuan analitik dan sintetik dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal. Seperti dalam pidato pengukuhannya yang berjudul ‘Pendidikan bahasa dan pembangunan’, Prof. Dr. Zuchridin Suryawinata (1990, h.18-26) penerjemah lewat pendidikan formal terdiri dari dua jalur, yakni:

a. Jalur penataran atau pelatihan,

Sebagai contoh untuk jalur penataran adalah kursus penerjemahan bagi pemula yang diselenggarakan oleh Pusat Penerjemahan Universitas Indonesia yang beralamat di Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat. Kursus ini terdiri dari 20 sesi yang diadakan 2 kali dalam seminggu. Materi kursus berupa teori yang diberikan pada sesi awal pertama supaya para peserta kursus mempunyai pandangan mengenai dunia penerjemahan sebelum memasuki sisa sesi selanjutnya yang berupa praktek penerjemahan.

b. Jalur pendidikan formal.

(3)

pendidikan penerjemah ke dalam pendidikan bahasa, yakni mengintegritasikan pendidikan penerjemahan ke dalam pendidikan bahasa asing, misalnya, pendidikan bahasa China, seperti yang diterapkan oleh jurusan Sastra China Universitas Bina Nusantara sebagai salah satu mata kuliah.

2.1.4 Prinsip Penerjemahan

Seseorang telah dianggap sebagai seorang penerjemah apabila dia menguasai dua macam bahasa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pakar-pakar dalam bidang penerjemahan telah menghasilkan teori dan prinsip yang menjadi pedoman bagi para penerjemah, dengan tujuan agar seorang penerjemah diharapkan dapat menghasilkan satu karya yang boleh dipercayai sebagai satu karya terjemahan yang dapat dipahami dan enak untuk dibaca.

Oleh karena itu, seorang penerjemah wajib mengerti mengenai prinsip-prinsip penerjemahan. 湯雄飛dalam (中文英譯的理論與實例: 1992) menyebutkan 3 prinsip yang harus dimengerti seorang penerjemah, yakni:

1. Memahami makna yang terkandung dalam naskah bahasa sumber. 2. Harus menguasai bahasa sumber.

3. Harus mengikuti pelatihan penerjemah. 2.1.5 Tanggung Jawab Penerjemah

Selain prinsip penerjemahan yang sulit untuk dilaksanakan oleh seorang penerjemah, berikut adalah 3 tanggung jawab penerjemah yang disebutkan oleh湯雄飛 dalam (中 文英譯的理論與實例: 1992) yakni:

1. Seorang penerjemah harus bertanggung jawab terhadap naskah asli. 2. Seorang penerjemah harus bertanggung jawab terhadap pembaca.

(4)

3. Seorang penerjemah harus bertanggung jawab keterampilan dalam menerjemahkan.

2.1.6 Metode Penerjemahan

Seorang penerjemah harus menerjemahkan makna yang terkandung dalam naskah asal dengan sederhana agar pembaca dapat mengerti makna yang ingin disampaikan oleh penulis aslinya. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus mengetahui dengan jelas hubungan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.

湯雄飛dalam (中文英譯的理論與實例: 1992) menyebutkan secara teori ada 2 macam metode penerjemahan untuk pemula, yakni:

1. Penerjemahan perkata

Yang dimaksud dengan penerjemahan perkata adalah menginterpretasikan setiap kata atau karakter yang terdapat di dalam naskah asli dengan menggunakan kata atau karakter yang ada di dalam bahasa sasaran.

2. Penerjemahan perkalimat.

Yang dimaksud dengan penerjemahan per kalimat adalah seorang penerjemah terlebih dahulu harus memahami keseluruhan makna yang terkandung di dalam bahasa sumber, kemudian menginterpretasikan ulang dengan mengunakan kombinasi kata/ karakter, tata bahasa, istilah, gaya penulisan dan sintaksis yang terdapat dalam bahasa sasaran.

2.1.7 Kendala Penerjemahan

Pada prakteknya banyak kendala yang sering ditemui oleh penerjemah, namun kendala yang sering dilakukan oleh pemula adalah menerjemahkan berdasarkan kamus. Dalam (中文英譯的理論與實例: 1992) 湯雄飛 menyatakan, “Rata-rata kesalahan

(5)

yang sering dilakukan oleh pemula adalah menerjemakan berdasarkan kata yang terdapat di dalam kamus.”

湯雄飛 juga menyebutkan hal ini terjadi karena kurangnya penguasaan bahasa sasaran, sehingga hanya dapat berusaha memahami makna yang terdapat dalam naskah asal secara terpisah-pisah berdasarkan arti per huruf yang terdapat dalam kamus.

2.1.8 Proses Penerjemahan

Dalam Buku (翻譯新探:1992) 蕭立明 menjelaskan pada garis besarnya proses penyampaian informasi terdiri dari 3 tahap besar, yaitu: pengkodean, transfer kode/sandi dan menguraikan kode/sandi. Akan tetapi, penerjemahan adalah sebuah penyampaian informasi yang istimewa, karena menyangkut masalah pengalihbahasaan dua macam bahasa.

Pada prakteknya proses penerjemahan terdiri dari 3 komponen besar, yaitu:

a. Dari pengkodean (編碼) ke penafsiran kode/sandi (解碼), atau lebih sering kita sebut dengan sebagai tahap pemahaman (理解).

b. Tahap pengalihan kode/sandi (轉換), yaitu dari penafsiran kode/sandi (解碼) ke pengalihan kode/sandi (編碼).

c. Tahap penyampaian (表達), yaitu dari pengalihan kode/sandi (編碼) ke penguraian kode/sandi (解碼).

(6)

Dari gambar di atas, ketiga tahap besar tersebut saling berhubungan dan saling bergantungan, dan membentuk satu sistematis penyampaian informasi. Dan titik penting dari ketiga tersebut terletak pada proses pengalihan kode/sandi.

Proses pengalihan kode/sandi merupakan kunci dari keseluruhan proses penerjemahan, karena pada tahap ini penyampaian informasi menerima berbagai macam gangguan dan juga harus mempertimbangkan berbagai macam faktor. Pengalihan kode/sandi adalah mengalihkan kode/sandi dari bahasa sumber menjadi kode/sandi ke bahasa sasaran dengan makna yang sama. Apabila informasi tidak diolah dengan baik, maka tujuan saat ini yang paling alami dan dekat sulit untuk terrealisasikan. Penerjemahan adalah pekerjaan pengalihan dua bahasa

2.2 Bahasa

Dalam buku Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa; 2001 Lamuddin Finoza menjelaskan, ”Fungsi bahasa selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk berpikir. Dimana dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi dan simpulan.”

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dendy Sugono dalam buku Berbahasa Indonesia dengan Benar; 1997 yaitu, ”Bahasa bukan sekedar alat berkomunikasi , bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi (asal mengerti/ pokok mengerti), berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan yang berlaku.”

2.2.1 Bahasa China

Pengertian bahasa China dalam (现代汉语,2002) menyatakan bahwa:

”Bahasa China adalah bahasa yang dipergunakan oleh bangsa Han. Bahasa China yang

(7)

dialek beifang (北方方言). Bahasa China ditulis dengan menggunakan huruf atau

karakter yang disebut hanzi(汉字). Setiap karakter mempunyai bentuk, nada baca, dan

arti. cara membaca setiap karakter yang ditulis dengan menggunakan huruf latin disebut dengan hanyu pinyin(汉语拼音).”

Dasar bahasa China (现代汉语:2002,18) terdiri dari lafal, kosakata, dan tata bahasa.

2.2.1.1 Lafal (语音)

Pelafalan adalah bunyi dari bahasa yang direalisasikan atau dilafalkan dengan alat ucap. Pelafalan dalam bahasa China (现代汉语:2002,27) terdiri dari:

- unsur lafal(音素)

unsur lafal adalah bagian terkecil dari pembentuk suku kata. - suku kata (音节)

suku kata adalah bagian dasar pembentuk lafal.

- konsonan (声母), vokal (韵母), dan nada (声调)

konsonan dalam bahasa China terdiri dari b, p, m, f, d, t, n, l, zh, ch, sh, r, j, q, x, g, k, dan h. Vokal dalam bahasa China terdiri dari a, o, e, ê, -i, er, ai, ei, ao, ou, an, en, ang, eng, -ong, -i, -ia, -iao, -ie, -iu, -ian, -in, -iang, -ing, -iong, -u, -ua, -uo, -uai, -ui, -uan, -un, -uang, -ü, -üe, -üan, dan –ün. Nada dalam bahasaChina dibagi menjadi nada pertama (阴平), nada kedua (阳平), nada ketiga (上升), dan nada keempat (去 声).

(8)

2.2.1.2 Kosakata (词汇)

Kosakata adalah sejumlah kata dan frasa yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosakata dalam bahasa China terdiri dari:

- Unsur kata (语素)

Unsur kata adalah unsur terkecil pembentuk bunyi dan arti dari suatu bahasa. Contoh unsur kata dalam bahasa China adalah : 马, 火, 人, 车, dan lain-lain. - Kata (词)

Kata dibentuk dari unsur kata. Kata adalah unsur terkecil dalam sebuah kalimat yang dapat berdiri sendiri. Contohnya adalah 他, 来, 送, 信, dan lain-lain.

- Frasa (固定短语)

Frasa adalah gabungan antara kata dengan kata. Contohnya dalah 看报, 开倒车, 一清二白, 联合国世界卫生组织, dan lain-lain.

- Singkatan (略语)

Singkatan adalah kata yang telah mengalami ringkasan dan penghilangan kata dalam suatu bahasa. Contohnya adalah 家电, 公关, 奥运会, 三北, dan lain-lain. 2.2.1.3 Tata Bahasa(语法)

Tata bahasa adalah aturan dari penggabungan kata, frasa, kalimat, dan unsur pembentuk bahasa lainnya. Tata bahasa dalam bahasa China dibagi menjadi unsur pembentuk kata dan unsur pembentuk kalimat. Unsur pembentuk tata bahasa (现代汉语 (下): 2001, 4) dibagi menjadi unsur kata, kata, frasa, dan kalimat. Sedangkan unsur pembentuk kalimat dibagi menjadi subjek(主语), predikat (谓语), kata kerja (动语),

(9)

tambahan (补语).

Jenis kata dalam bahasa China dibagi menjadi: - Kata benda (名词)

- Kata kerja (动词) - Kata sifat (形容词)

- Kata pembanding (区别词) - Kata bilangan(数词) - Kata bantu bilangan (量词) - Kata tambahan 副词 - Kata pengganti (代词) - Kata tiruan (拟声词) - Kata seru (叹词) - Kata penghubung (介词) - Kata penghubung (连词) - Kata pembantu (助词) - Kata Penekanan (语气词) 2.2.2 Bahasa Indonesia

Dalam (Berbahasa Indonesia dengan Benar: 1997) menyatakan berdasarkan pengelompokan bahasa-bahasa dalam rumpun Austronesia, bahasa Indonesia termasuk kelompok Melayu Polinesia Barat. Sejak diikrarkan Sumpah Pemuda dalam Kongres pemuda 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Selain itu, dengan

(10)

Undang-Undang Dasar 1945, bahasa Indonesia juga menjadi bahasa resmi negara Indonesia.

Dalam (Berbahasa Indonesia dengan Benar: 1997) dasar bahasa tulis terdiri dari tata bahasa, kosa kata, dan ejaan.

2.2.2.1 Tata Bahasa

Dalam (Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa: 2001) Satuan bentuk terkecil dalam bahasa Indonesia adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea.

Gambaran satuan bentuk bahasa:

a. Fonem adalah bunyi dari huruf. Contoh dalam kalimat Sate pedas enak rasanya, huruf e melambangkan tiga fonem, yaitu:

1) fonem /e/ dalam kata sate (sate)

2) fonem /ə/ dalam kata pedas (pədas)

(11)

atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, -bawa). Contoh

morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan dapat

membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah yang

mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.

c. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) uamg dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Contoh sepeda, ambil, dingin, kuliah.

Secara tradisional pembagian kelas/jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia, termasuk bahasa Indonesia, umumnya terdiri atas sepuluh jenis kata, yaitu:

(1) kata benda (nomina) (2) kata kerja (verba) (3) kata sifat (adjektiva) (4) kata ganti (pronomina) (5) kata keterangan (adverbia) (6) kata bilangan (numeralia) (7) kata sambung (konjungsi) (8) kata sandang (artikel) (9) kata seru (interjeksi) (10) kata depan (preposisi)

d. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

(12)

f. Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan, Setiap karangan idealnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.

2.2.2.2 Kosa Kata

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekadar memilih kata mana yang tepat, melainkan juga kata mana yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat pemakainya. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan Tuhan, dan lain sebagainya.

Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syarat tersebut menurut Keraf (1994:88) ada enam, yaitu:

a) Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.

Contoh: (1) Bunga edelwise hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung). (2) Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank. b) Dapat membedakan kata-kata yang bersinonim.

Contoh: (1) Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?

(2) Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.

(13)

Intensif - insentif

Interferensi – inferensi Karton – kartun

d) Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak. Contoh:

Keadilan, kebahagiaan, keluhuran, kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan e) Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan tepat.

Contoh:

Pasangan yang Salah Pasangan yang Benar Antara ... dengan...

Tidak ... melainkan ...

Antara .. dan... Tidak ... tetapi .... Contoh pemakaian kata penghubung yang salah

(1) Antara hak dengan kewajiban pegawai harus berimbang. (2) Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan pesangon. Contoh pemakaian kata penghubung yang benar

(3) Antara hak dan kewajiban pegawai harus berimbang. (4) Korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi pesangon. f) Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus. Contoh:

Kata umum: melihat;

Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, memper-hatikan, mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.

(14)

2.2.2.3 Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

(1) Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu a. abjad

b. vokal c. konsonan d. pemenggalan e. nama diri.

(2) Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi

a. huruf kapital b. huruf miring.

(3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa

a. kata dasar b. kata turunan c. kata ulang d. gabungan kata

e. kata ganti kau, ku, mu, dan nya

f. kata depan di, ke, dan dari

g. kata sandang si dan sang h. partikel

(15)

j. angka dan lambang bilangan.

(4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.

(5) Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan kaidahnya masing-masing.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 15% kulit ari kacang kedelai terfermentasi dalam ransum secara nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum, berat badan akhir,

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan pemberian dosis pupuk organik padat dan penggunaan varietas berpengaruh nyata terhadap

Tuangkan susu bersama foam yang telah dikocok kedalam gelas yang berisi espresso hingga ketinggian mencapai ¾ gelas.. Lalu tuangkan espresso pada gelas yang

Karena tidak ada perintah dalam kitab suci untuk memindahkan hari istirahat dari hari terakhir ke hari pertama dalam minggu itu, umat Protestan harus menguduskan hari Sabat mereka

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Sudjarni, 2015 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap

Kebijakan yang diberlakukan baik di Kota Jakarta dan Surabaya mengenai pemberian apresiasi kepada ketua RT- RW memiliki jumlah yang sama, maksudnya pemberian dana operasional

Malang Nomor 2.3.32/UN32{KP{20L5 tanggal 2 Maret 20L5, dosen yang diberi tugas tambahan sebagai Koordinator Program Studi 51 Pendidikan Teknik Bangunan dan Program Studi

Dengan demikian apabila terjadi perubahan pada nilai kanan batasan (misalkan kapasitas mesin B dinaikkan dari 15 jam menjadi 16 jam dan menurut penjelasan di atas.. keuntungan akan