RENCANA AKSI PEMERINTAH INDONESIA UNTUK
MEWUJUDKAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN UNTUK SEMUA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
Disampaikan oleh
Jarman
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Pada acara:
Workshop Organisasi Masyarakat Madani untuk Energi Berkelanjutan untuk Semua Jakarta, 4 Desember 2012
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Bauran Energi Primer Nasional 2010 1.138 Juta SBM
Elastisitas Energi = 1,60 Pangsa Energi Non Fosil ≈ 6,9%
2.1 Akses masyarakat terhadap energi (modern) masih terbatas: a. Rasio elektrifikasi tahun 2011 sebesar 72,95% (27,05%
dari rumah tangga belum terlistriki);
b. Pengembangan infrastruktur energi masih rendah (daerah perdesaan/terpencil dan pulau-pulau terluar pada umumnya belum mendapatkan akses energi);
2.2 Pertumbuhan konsumsi energi rata-rata 7% pertahun, belum diimbangi dengan suplai energi yang cukup;
2.3 Ketergantungan terhadap Energi Fosil masih tinggi, cadangannya semakin terbatas;
2.4 Subsidi fosil semakin meningkat;
2.5 Pemanfaatan energi terbarukan dan implementasi Konservasi Energi belum optimal;
2.6 Keterkaitan dengan isu lingkungan: a. Mitigasi perubahan iklim;
b. Komitmen nasional penurunan emisi 26% pada tahun 2020;
2.7 Pendanaan untuk pengembangan sektor energi masih sangat terbatas.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
1. 28% atau Rp. 388 triliun penerimaan negara (2012), berasal dari sektor
ESDM;
2. BBM dan listrik masih disubsidi (Rp. 225 T tahun 2012) dan 77% tidak tepat
sasaran;
3. Investasi sektor ESDM mencapai US$ 27 miliar (2011), iklim investasi cukup
kondusif;
4. Indonesia memiliki keanekaragaman energi. Ketergantungan energi fosil
masih tinggi, padahal cadangannya terbatas;
5. Minyak porsi terbesar dalam bauran energi (48,4%). Pemanfaatan EBT
masih sekitar 6%. EBT ditargetkan akan mencapai 25% pada tahun 2025;
6. Pemanfaatan gas bumi nasional yaitu 56% untuk ekspor dan 44% untuk
domestik;
7. Keterbatasan infrastruktur merupakan tantangan dalam pemenuhan energi
domestik;
8. Akses energi masih terbatas, rasio elektirifikasi 72,95% akhir 2011 dan telah
mencapai sekitar 74,6% pada september 2012.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
NO ENERGI BARU/TERBARUKAN SUMBER DAYA (SD) KAPASITAS TERPASANG (KT) RASIO KT/SD
1 2 3 4 5 = 4/3
1 Tenaga Air 75.670 MW 6.654,29 MW 8,79 %
2 Panas Bumi 29.038 MW 1.226 MW 4,22 %
3 Mini/Mikro Hydro 769,69 MW 228,983 MW 29,75 %
4 Biomass 49.810 MW 1.618,40 MW 3,25 %
5 Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/day 22,45 MW -
6 Tenaga Angin 3 – 6 m/s 1,87 MW -
7 Uranium 3.000 MW (e.q. 24,112 ton) for 11 years*) 30 MW 1,00 %
*) Hanya di Kalan – Kalimantan Barat
NO ENERGI FOSIL SUMBER DAYA
(SD) CADANGAN (CAD) RATIO CAD/SD (%) PRODUKSI (PROD) RASIO CAD/PROD (TAHUN)*) 1 2 3 4 5 = 4/3 6 7 = 4/6
1 Minyak bumi (miliar barel) 56.6 7.73 **) 14 0.329 23
2 Gas bumi (TSCF) 334.5 152.9 46 3.07 50
3 Batubara (miliar ton) 161.3 ***) 28.17 17 0.353 80
4 Gas Metana Batubara (TSCF) 453 - - - -
5 Shale Gas (TSCF) 574 - - - -
*) dengan asumsi tidak ditemukan cadangan baru **) termasuk Blok Cepu
***) termasuk 41 Milyar Ton sumber daya tambang dalam
Hak Azasi
Pasal 4 Ayat (1)
Sumber Daya Energi Fosil, Tenaga Air Skala Besar, Panas Bumi dan Energi
Nuklir Dikuasai Negara
Pengelolaan Energi
•Perlindungan Produsen Energi
•Perlindungan Konsumen Energi
Pasal 19 Ayat (1)
Setiap Orang Berhak Memperoleh Energi
Pasal 4 Ayat (2)
Pengaturan Yang Menyangkut Hajat Hidup Masyarakat Banyak
Pasal 33 Ayat (2)
Hal-hal Yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak
Pasal 33 Ayat (3)
Pengusaan Sumber Daya Alam Untuk
Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat
UU No.30/2007 tentang Energi
Kedaulatan, Kemandirian dan Ketahanan Energi
•Penguasaan SDE oleh negara
•Perlindungan SDE dan LH
•Pengamanan Hak-hak/
Penerimaan Negara
•Hak Universal Untuk
Memperoleh Energi
UUD Tahun 1945
KEDAULATAN ENERGI
Kemampuan suatu Negara untuk mengendalikan sumber daya energi, harga energi dan distribusi energi
KETAHANAN ENERGI
Ketahanan energi menunjukkan seberapa besar kemampuan sistem energi yang telah dibangun dapat melayani masyarakat serta bagaimana keandalannya bila suatu perubahan besar terjadi misalnya terjadi lonjakan harga minyak
KEMANDIRIAN ENERGI
• Ketersediaan (Availability), yaitu kemampuan untuk memberikan jaminan pasokan energi
(security of supply)
• Aksesabilitas (Accessibility), yaitu kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap energi
(infrastructure availability)
• Keterjangkauan (Affordability), yaitu kemampuan untuk menjangkau harga (keekonomian)
energi (capability to pay)
13
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Kebijakan Pengelolaan Energi
(Berdasarkan Undang-Undang 30 Tahun 2007 tentang Energi)
Asas
pengelolaan
energi:
kemanfaatan,
efisiensi
berkeadilan,
peningkatan nilai tambah, berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat,
pelestarian lingkungan hidup, ketahanan nasional dan keterpaduan
dengan mengutamakan kemampuan nasional.
Tujuan pengelolaan energi:
tercapainya kemandirian pengelolaan energi;
terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di
dalam negeri maupun di luar negeri;
tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar negeri
untuk:
− pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri;
− pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri; dan
− peningkatan devisa negara;
terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal,
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Kebijakan Pengelolaan Energi
(lanjutan...)(Berdasarkan Undang-Undang 30 Tahun 2007 tentang Energi)
Tujuan pengelolaan energi (
lanjutan..
):
termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;
tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu
dan/atau yang tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil
dan merata
dengan cara:
− menyediakan bantuan untuk meningkatkan ketersediaan energi
kepada masyarakat tidak mampu;
− membangun infrastruktur energi untuk daerah belum berkembang
sehingga dapat mengurangi disparitas antar daerah.
tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa
energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme
sumber daya manusia;
terciptanya lapangan kerja; dan
Minyak 42% Batubara 34% Gas 21% EBT 3% Minyak 20% Batubara 33% Gas 30% EBT 17% EBT Gas Batubara Minyak 20.0% 24.7% 48.4% 6.9% ET Gas Batubara Minyak 2010 2015 2020 2025 KONSERVASI ENERGI PRIMER (15.6%) D IV ER SIFIK A SI EN ER G I BAU
Sumber : DJEBTKE Note: 1 TOE = 7,33 BOE
Peraturan Presiden No. 5/2006 TARGET 2025 16.7 36.3% 23.7 19.7 2785 Juta SBM 1138 Juta SBM 3200 Juta SBM 20% 30% 33% 17% 2419 Juta SBM 1649 Juta SBM 20,6% 34.6% 41.7% 3,1% 3298 Juta SBM 3.6 CBM
Arah Kebijakan
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 248,0 EBT 6,9 % Gas Bumi 20,0 % Batubara 24,7% Minyak Bumi 48,4%` 4,5 % 34,2 % 4,6% 56,6 % 700,4 726,7 896,4 1138,0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Subsidi Listrik 3,93 4,30 4,10 3,36 3,31 10,65 33,90 37,48 78,58 53,72
2. Subsidi Listrik Fosil *) 3.30 3.55 3.49 2.92 2.86 9.20 29.75 32.63 68.16 46.14
3. Subsidi BBM 55.64 63.26 31.75 30.04 59.18 103.35 64.21 83.79 139.03 45.04
4. Subsidi LPG 0 0 0 0 0 0 0 0.15 3.84 7.78
Total Subsidi Fosil
(2+3+4) 58.94 66.81 35.24 32.96 62.04 112.55 93.96 116.57 211.03 98.96
*) Proporsional dengan peran fosil dalam komposisi energi primer untuk penyediaan tenaga listrik B. Perkembangan Subsidi Fosil (dalam triliun Rupiah)
A. Perkembangan Pangsa Total (dalam juta SBM)
PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN ENERGI Saat Ini
Kebutuhan energi belum efisien
Kebutuhan energi tersebut dipenuhi dengan energi fosil dengan biaya berapapun dan
malah disubsidi
Energi terbarukan hanya sebagai alternatif
Sumber energi terbarukan yang tidak termanfaatkan adalah menyia-nyiakan karunia
Tuhan Ke Depan
Efisienkan kebutuhan energi
Maksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan, paling tidak dengan
harga pada avoided fossil energy cost, bila perlu disubsidi
Energi fosil dipakai sebagai penyeimbang
Sumber energi fosil yang tidak termanfaatkan adalah sebagai warisan untuk anak-cucu
Energi Fosil sebagai Faktor Penyeimbang
ENERGY SUPPLY SIDE MANAGEMENT ENERGY DEMAND SIDE MANAGEMENT
SUPPLY DEMAND DEMAND SUPPLY
Saat ini: Ke depan:
Energi Fosil dengan biaya berapapun (Malah Disubsidi) Energi Terbarukan Sebagai Alternatif Kebutuhan Energi Sektoral yang belum efisien:
- RumahTangga - Transportasi - Industri - Komersial Maksimalkan Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan dengan harga Avoided Fossil
Energy Costs Kebutuhan Energi Sektoral yang Efisien: - RumahTangga - Transportasi - Industri - Komersial (KONSERVASI) (DIVERSIFIKASI)
Visi :
• Pangsa pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 25% pada tahun 2025.
Misi :
• Melakukan konservasi energi pada sektor rumah tangga, komersial, industri dan
transportasi sebesar 15,6% pada tahun 2025.
• Melakukan diversifikasi energi
Arah Kebijakan
• Komitmen Presiden RI pada Forum G-20 di Pittsburgh, USA (2009) untuk
menurunkan emisi sebesar 26% pada tahun 2020 dan dapat ditingkatkan menjadi
41% dengan kerjasama internasional.
•
Policy Directives
Presiden pada
Retreat
di Bali (2010) untuk mewujudkan
ketahanan energi dan
Green Economy
,
• Perlu dibingkai kembali dalam industri energi yang berkarbon rendah.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Kebijakan Sektor Ketenagalistrikan
(Berdasarkan Undang-Undang 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan)
Tujuan Pembangunan Ketenagalistrikan
Untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup,
kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (Pasal 2 ayat (2)).
Pemanfaatan Sumber Energi Primer
Sumber energi primer yang terdapat di dalam negeri dan/atau berasal
dari luar negeri harus dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan
Kebijakan Energi Nasional untuk menjamin penyediaan tenaga listrik
yang berkelanjutan (Pasal 6 ayat (1)).
Pemanfaatan sumber energi primer yang terdapat di dalam negeri
diutamakan untuk kepentingan ketenagalistrikan nasional (Pasal 6 ayat
(3)).
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Kapasitas Terpasang: 43,528 MW (PLN 73%, IPP 23%, and PPU 4%)
Rasio Elektrifikasi: 74,60%
Energi mix pembangkitan tenaga listrik: Batubara 51%, Gas 22%,
BBM 16%, Air 6%, Panas Bumi 5%
Investasi Sektor Ketenagalistrikan USD 9,6 miliar per tahun
INSTALLED CAPACITY
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PPU 1,321 1,354 1,414 1,414 1,448 1,704 1,729 IPP 5,012 5,835 6,017 6,179 6,197 7,667 9,856 PLN 23,355 23,664 24,031 24,366 26,338 30,529 31,943
KAPASITAS TERPASANG Kebutuhan Investasi (berdasarkan draf RUKN 2010-2029)
Juta USD
Catatan:
RUKN : Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
: Jaringan transmisi existing
: Jaringan transmisi rencana : Power generation
• KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT : 43.528 MW
• PANJANG JARINGAN TRANSMISI: - 500 KV : 5.052 kms
- 275 KV : 1.510 kms - 150 KV : 26.282 kms - 70 KV : 4.457 kms
• PANJANG JARINGAN DISTRIBUSI: - JTM : 288.719 kms - JTR : 390.705 kms SUMATERA : • Pembangkit: 7.310 MW (17%) •275 kV : 1.028 kms • 150 kV : 8.597 kms • 70 kV : 332 kms • JTM : 79.472 kms • JTR : 88.024 kms JAMALI : • Power Generation: 31.592MW (73%) •500 kV : 5.052 kms • 150 kV : 12.977 kms • 70 kV : 3.474 kms • JTM : 143.941 kms • JTR : 237.297 kms Nusa Tenggara: • Pembangkit : 484 MW (1%) • JTM : 8.468 kms • JTR : 8.362 kms KALIMANTAN : • Pembangkit : 1.833 MW (4%) •150 kV : 3.028 kms • 70 kV : 528 kms • JTM: 24.384 kms • JTR: 23.382 kms SULAWESI : • Pembangkit : 1.773 MW (4%) •275 kV: 482 kms •150 kV : 2.988 kms • 70 kV : 528 kms • JTM: 24.925 kms • JTR : 27.284 kms PAPUA : • Pembangkit : 251 MW (0,6%) •JTM : 2.718 kms • JTR : 3.637 kms MALUKU : • Pembangkit : 286 MW (0,7%) •JTM : 4.813 kms • JTR : 2.718 kms
Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional sampai dengan awal Oktober 2012 mencapai 43.528 MW, jaringan transmisi sepanjang 37.301 kms dan jaringan distribusi sepanjang 679,424 kms.
Sistem tenaga listrik yang telah terinterkoneksi dengan baik adalah sistem Jawa-Bali dan sistem Sumatera.
Status: Awal Oktober 2012
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat Aceh 89,28% Sumut 86,25% Sumbar 80,19% Riau 77,53% Sumsel 65,21% Bengkulu 68,45% Babel 90,03% Lampung 66,57% Jakarta 99,9% Banten 78,54% Jabar 74,08% Jateng 78,46% Jambi 68,53% DIY 76,54% Jatim 73,53% Bali 72,44% NTB 50,95% NTT 47,11% Kalbar 85,36% Kalteng 55,35% Kalsel 73,91% Kaltim 73,07% Sulut 74,98% Gorontalo 56,93% Sulteng 64,04% Sultra 66,36% Sulsel 79,71% Malut 63,50% Maluku 67,51% Papua 31,41% Kategori : > 60 % 41 - 60 % 20 - 40 % Sulbar 88,65% Kepri 72,69% Papua Barat 62,93% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sep 2012 2012 2013 2014 Rasio Elektrifikasi 63% 64,3% 65,1% 65,8% 67,2% 72,95% 74,60% 75,30% 77,65% 80,0% Target Realisasi
Realisasi Rasio Elektrifikasi
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
EBT Skala Kecil 1 0 - 8 - - 1 - 1 -
PLTD - 1 33 41 41 22 - 22 17 18 PS - - - 1,040 - - 450 950 PLTM 20 38 234 139 51 4 6 5 2 2 PLTA 18 220 8 49 312 804 581 362 294 135 PLTP 24 63 115 258 1,090 426 957 1,290 1,610 415 PLTGU 594 873 296 - - - 750 750 PLTG 222 509 1,132 790 140 30 85 480 75 630 PLTGB 6 32 81 43 22 7 22 14 6 10 PLTU 4,698 5,141 3,073 2,947 4,289 4,832 4,785 2,008 1,829 1,972
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 13,000 14,000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Generation 2,661.59 1,508.58 2,884.00 4,321.54 3,417.08 1,670.53 6,087.70 8,784.40 10,146.70 9,083.90 7,338.90 7,194.10 6,474.40 4,842.70 3,371.30 Transmission 473.12 1,334.42 1,204.20 973.39 1,434.74 3,100.26 2,531.40 1,701.20 1,907.80 2,389.30 1,375.10 717.60 480.70 331.00 79.80 Distribution 118.28 520.41 671.70 533.12 116.28 317.83 1,269.50 1,172.10 1,253.30 1,166.80 1,320.50 1,395.00 1,539.30 1,539.30 1,605.50 Realisasi Kebutuhan *) Ju ta USD *) Berdasarkan RUPTL PLN 2011-2020
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat Pelelangan Umum Pemilihan Langsung Penunjukan Langsung
- pembelian tenaga listrik dari pembangkit yang menggunakan energi terbarukan, gas marjinal, batubara di mulut tambang, dan energi setempat lainnya;
- pembelian kelebihan tenaga listrik;
- sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik; dan/atau
- penambahan kapasitas pembangkitan pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi di lokasi yang sama.
- dalam rangka diversifikasi energi pembangkitan ke non BBM.
- dalam hal pada lokasi pusat pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi terdapat lebih dari 1 (satu) pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik.
Pada dasarnya pembelian tenaga listrik oleh Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan melalui pelelangan umum, kecuali memenuhi kondisi untuk dilakukan pemilihan langsung atau penunjukan langsung
RUK dan RUPTL
Operasi Komersial Pengujian Laik Operasi
(Disahkan dengan Sertifikat Laik Operasi , SLO)
Mekanisme IUPL, Harga Jual dan Kontrak
Mekanisme Investasi Listrik Swasta (IPP)
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Skema Partisipasi Swasta
Engineering Procurement and Construction (EPC) Contract
Pemilik proyek adalah PLN. Proyek Engineering Procurement and Construction
(EPC) ditawarkan kepada pihak swasta melalui tender/lelang. Dalam model ini PLN menyediakan pembiayaan. Contoh: Program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW Tahap 1 dan beberapa proyek dalam Program percepatan pembangunan pembangkit Tahap 2.
Independence Power Producer (IPP)
Pemilik proyek sekaligus pelaksana EPC adalah pihak swasta. 100% pembiayaan berasal dari swasta dan ditransformasikan melalui harga jual tenaga listrik. Contoh: Proyek-proyek IPP dan beberapa proyek dalam program percepatan pembangunan pembangkit tahap 2.
Public Private Partnership (PPP) Project
Proyek pemerintah yang ditawarkan kepada pihak swasta melalui mekanisme tender/lelang. Pemerintah dapat memberikan dukungan atau jaminan pemerintah. Apabila pihak swasta sebagai inisiator proyek, pemerintah dapat memberikan kompensasi. Contoh: Proyek PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Kebijakan Investasi Sektor Ketenagalistrikan
Mendorong dan meningkatkan iklim investasi yang lebih baik pada sektor
ketenagalistrikan, dan meningkatkan partisipasi swasta pada bisnis
ketenagalistrikan.
Meningkatkan kemampuan PLN untuk berinvestasi di bidang infrastruktur
ketenagalistrikan.
Mendorong investasi swasta dan badan usaha lainnya, terutama sisi
pembangkitan melalui mekanisme IPP (termasuk melalui PPP).
Mendorong efisiensi dan transparansi investasi ketenagalistrikan.
Pemberian insentif bagi investasi sektor ketenagalistrikan untuk kepentingan
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Insentif Bagi Investasi Sektor Ketenagalistrikan
Non Fiskal
• Penyederhanaan mekanisme pembelian tenaga listrik oleh PLN dari pemegang izin usaha pembangkitan tenaga listrik atau IO.
Dalam kondisi tertentu dapat dilakukan melalui penunjukan langsung: pembelian tenaga listrik, energi baru terbarukan, di sekitar mulut tambang ,pembelian excess, kondisi krisis, atau ekspansi pembangkit.
• Penetapan harga patokan pembelian tenaga listrik yang lebih menarik bagi dunia usaha (Permen ESDM 04/2012 & Permen ESDM 22/2012).
Fiskal
• Pembebasan bea masuk impor barang modal untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum (PMK 154/2008 jo. PMK 128/2009)
• Pemberian fasilitas perpajakan dan kepabeanan untuk kegiatan pemanfaatan sumber energi terbarukan (PMK 21/2010).
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Faktor-Faktor Yang Menentukan Investasi Swasta
Faktor pokok yang mendorong investasi:
Resiko (risk)
Penerimaan (return)
Investasi cenderung tertarik pada bidang maupun negara yang secara nisbi
memiliki risk yang lebih rendah dan berpeluang memperoleh return yang
tinggi. Investasi dengan risk yang tinggi umumnya berkaitan dengan peluang
return yang tinggi pula. Atas dasar peluang return, dapat dihitung peluang
keuntungan (profit).
Komponen resiko yang sering mendapat perhatian antara lain: kepastian hukum,
fungsi regulasi dan birokrasi, perpajakan, kestabilan makro-ekonomi,
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Upaya Pemerintah Untuk Memperkecil
Risiko (
Risk
) Investasi Sektor Ketenagalistrikan
Jaminan kepastian hukum
Menerbitkan perangkat peraturan perundang-undangan yang menjamin pelaku
usaha berusaha di sektor ketenagalistrikan
Menghormati kontrak-kontrak yang telah disepakati bersama
Penerapan Law Enforcement
Perbaikan fungsi regulasi dan birokrasi
Mempermudah prosedur perizinan (proses perizinan dapat diselesaikan dalam
kurun waktu 30 hari)
Mempercepat waktu proses pengadaan, khususnya dalam proses negosiasi
Pemberian subsidi kepada PLN sebagai upaya untuk menjaga cash flow PLN
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Berdasarkan RUPTL PLN 2011-2020, pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diproyeksikan sekitar 8.46% pertahun.
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mendukung MP3EI, direncanakan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 55.795 MW hingga tahun 2020 atau rata-rata 5.580 MW pertahun.
4 ,7 77 4 ,6 62 18,596 9,641 20,332 19,739 47,681 38,742 2012 2020 1 ,1 61 1 ,1 34 3,355 2,718 2012 2020 2012 2020 1, 34 0 1, 15 6 4,463 2,992 2012 2020 332 331 2, 05 1 767 2012 2020 133 105 591 273 184 156 563 533 2012 2020 2012 2020
Sumber : RUPTL PLN 2011-2020 dan Statistik PLN 2011
LEGEND: : Daya Mampu (MW) : Beban Puncak (MW) : Konsumsi Listrik 1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
1 4 .6 % 7 6 .5 % 3 .7 % 3 .6 % 0 .8 % 0 .3 % 0 .5 %
Sum JB Kal Sul Nusra Mal Pap
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
(dalam kms)
Hingga tahun 2020, total panjang jaringan transmisi yang akan dibangun adalah sekitar 49.299 kms, yang terdiri dari jaringan transmisi 500 kV dan 150 kV untuk sistem Jawa-Bali dan jaringan transmisi 500 kV, 275 kV, 150 kV, serta 70 kV untuk sistem di luar Jawa-Bali.
Hingga tahun 2020, total panjang jaringan distribusi yang akan dibangun adalah sekitar 416.906 kms. Pengembangan jaringan distribusi dimaksudkan untuk menjaga keandalan sistem dan mengakomodasi penambahan konsumen baru.
transmisi distribusi
Sumber: RUPTL PLN 2011-2020
transmisi distribusi
transmisi distribusi
transmisi distribusi
transmisi distribusi transmisi distribusi
transmisi distribusi 9,957 28,057 2012 2020 21,503 40,558 2012 2020 1,843 9,995 2012 2020 3,997 9,867 2012 2020 2,419 2012 2020 1,018 2012 2020 918 2012 2020 167,496 268,077 2012 2020 381,238 55 5, 20 4 2012 2020 47,766 151,558 2012 2020 52,209 80 ,5 66 2012 2020 16,830 22,255 2012 2020 7,531 11,243 2012 2020 6, 35 5 10,126 2012 2020
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Sumber: RUPTL PLN 2011-2020
(dalam USD Juta)
Hingga tahun2020, total kebutuhan investasi untuk pengembangan infrastruktur penyediaan tenaga listrik mencapai USD 96.205 Juta (rata-rata USD 9.621 Juta pertahun) yang terdiri dari USD 67.815 Juta untuk pembangkit tenaga listrik, USD 14.928 Juta untuk transmisi dan gardu induk dan USD 13.461 Juta untuk sistem distribusi.
Kebutuhan investasi terbesar adalah untuk pengembangan pembangkit tenaga listrik, kemudian diikuti oleh transmisi dan gardu induk serta sistem distribusi.
22,534 4,321 3,469 Power Generation Transmission & Substation Distribution 33,920 8,374 6,933 Power Generation Transmission & Substation Distribution 3,904 921 1,682 Power
Generation Transmission & Substation Distribution
4,817
910 894
Power
Generation Transmission & Substation Distribution
1,491
223 247 Power
Generation Transmission & Substation Distribution
439 94 125 Power Generation Transmission & Substation Distribution 710 85 112 Power
Generation Transmission & Substation Distribution
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
2012
2020
*) *Sumber: RUPTL PLN 2011-2020 September Target BBM 16% Batubara 51% Gas 22% Panas Bumi 5% Air 6% Lainnya 0,1% BBM 1% Batubara 64% Gas 17% Panas Bumi 12% Air 6% Usaha efisiensi ketenagalistrikan dilakukan melalui diversifikasi energi primer dalam
pembangkit tenaga listrik (supply side) dengan mengoptimalkan pemanfaatan gas,
peningkatan pemanfaatan batubara (termasuk mulut tambang) dan pengembangan pembangkit dari energi terbarukan
Gas dan batubara diberikan prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada
pembangkit berbahan bakar minyak.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Prioritas Pembangunan Ketenagalistrikan s.d. 2020
Pembangkit Tenaga Listrik
Menyelesaikan pembangunan proyek 10.000 MW Tahap I dan Tahap II
Menyelesaikan pembangunan pembangkit milik PLN dan IPP dalam program reguler
Menyelesaikan pembangunan PLTP dan PLTA dalam upaya pemanfaatan energi baru terbarukan
dan energi setempat.
Mendorong pembangunan PLTA Pump Storage untuk meminimalisir penggunaan BBM pada waktu
beban puncak pada sistem Jawa-Bali
Mendorong pembangunan PLTU Mulut Tambang dalam upaya pemanfaatan potensi batubara
kalori rendah dan PLTU berteknologi ultra super critical untuk mengurangi emisi.
Mempercepat alokasi dan pengadaan gas untuk pembangkit dalam upaya untuk mengurangi
konsumsi BBM.
Transmisi Tenaga Listrik
Menyelesaikan pembangunan transmisi terkait pendukung proyek 10.000 MW Tahap I dan Tahap II
Menyelesaikan de-bottlenecking transmisi tenaga listrik khususnya sistem Jawa-Bali dan Sumatera
Mengembangkan sistem interkoneksi Jawa-Sumatera sehingga daya listrik dari PLTU MT yang besar
di Sumatera dapat ditransfer ke Jawa.
Mengembangkan sistem interkoneksi di sistem kelistrikan Kalimantan dan Sulawesi
Mengembangkan sistem interkoneksi Kalimantan Barat-Serawak dalam rangka pemenuhan
kebutuhan tenaga listrik untuk menghindari pemakaian pembangkit BBM.
Mengembangkan sistem interkoneksi Sumatera – Penisula Malaysia dalam rangka mengoptimalkan
operasi sistem.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
Tantangan Dalam Pengembangan
Infrastruktur Penyediaan Tenaga Listrik
Keterbatasan kemampuan pendanaan, baik APLN maupun APBN.
Lamanya proses perizinan/rekomendasi dari instansi terkait seperti:
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Daerah.
Permasalahan pengadaan/pembebasan lahan (terkait BPN dan Pemda) baik
untuk pembangkit maupun sistem penyaluran.
Lamanya proses custom clearing di pelabuhan.
Tumpang tindih wilayah pengembangan panas bumi dengan wilayah cagar
alam dan atau wilayah taman nasional.
Permasalahan manajemen dan teknis pada kontraktor.
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat