• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi

2.1.1 Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya ( A. Aziz, 2006).

Gangguan mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi mengacu mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Perry dan Potter, 1994).

2.1.2 Manfaat Mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit (Potter, 2006).

(2)

2.1.3 Tujuan Mobilisasi

Menurut Fitriyah sari, (2009). Tujuan dari pada mobilisasi adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan fungsi tubuh. 2. Memperlancar peredaran darah. 3. Membantu pernafasan lebih baik. 4. Mempertahankan tonus otot. 5. Memperlancar eliminasi urine.

6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

7. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf (Handiyani, 2009).Potter & Perry (2006) dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.

(3)

2.1.5 Persalinan dengan Seksio Sesaria

Konsep perawatan pasca seksio sesaria adalah mempercepat penyembuhan luka dan meminimalkan komplikasi dan biaya perawatan. Fokus utama dalam penanganan luka adalah dengan evakuasi semua hematoma dan seroma dan mengobati infeksi yang menjadi penyebabnya. Perhatikan perdarahan yang terlalu banyak (inspeksi lapisan dinding abdomen atau perineal). Lakukan pemeriksaan hematokrit sehari setelah pembedahan mayor dan, jika perdarahan berlanjut, diindikasikan untuk pemeriksaan ulang. Luka abdomen harus diinspeksi setiap hari. Umumnya luka jahitan pada kulit dilepaskan 3-5 hari postoperasi dan digantikan dengan Steri-Strips.Idealnya, balutan luka diganti setiap hari dan diganti menggunakan bahan hidrasi yang baik. Pada luka yang nekrosis, digunakan balutan tipis untuk mengeringkan dan mengikat jaringan sekitarnya ke balutan dalam setiap penggantian balutan. Pembersihan yang sering harus dihindari karena hal tersebut menyebabkan jaringan vital terganggu dan memperlambat penyembuhan luka.

2.1.6 Tahapan-tahapan Mobilisasi dini pada ibu Pasca Seksio Sesaria

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi secsio caesarea (Kasdu,2003) :

a. 6 jam pertama

Ibu post secsio caesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b. 6-10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.

(4)

c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.

d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

2.1.7 Pengkajian

Hal-hal Yang Harus dikaji dalam Asuhan Keperawatan terkait Mobilisasi sebagai berikut:

a. Rentang gerak

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan tranversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan prontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan trasversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

b. Gaya berjalan

Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika berjalan( Fish & Nielsen, 1993). Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian system skeletal, syaraf dan otot tubuh manusia (Fish & Nielsen,1993)

c. Latihan dan toleransi aktivitas

Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningjatkan kesehatan dan mempertahankan kesehatas jasmani. Sedangkan toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleranssi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut dan kronik.

(5)

d. Kesejajaran tubuh

Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring.

e. Berdiri

Hal-hal yang harus dikaji berfakus pada kesejajaran tubuh klien yang berdiri antara lain:

1. kepala tegak dan midline

2. ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.

3. ketika dilihat dari arah posterior tulang belakang lurus

4. ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola S terbalik.

5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung.

6. Lengan klien nyaman di samping.

7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari-jari kaki menghadap ke depan.

8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengan tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki.

f. Duduk

Perawat mengkaji kesejajjaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal-hal sebagai berikut:

1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus

2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha 3. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal 4. Kedua kaki ditopang dilantai.

5. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.

(6)

6. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, dipangkuan, atau diatas meja depan kursi.

g. Berbaring

Pada orang sadar mempunyai control otot volunter dan persepsi normal terhadap tekan. Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klein dengan menggunakan satu bantal dan semua penompagnya diangkat dari tempat tidur.

2.1.8 Analisa Data Berdasarkan Konsep

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dengan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. (Effendi, 1995:4).

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan data. Setelah itu mencari kemungkinan penyebab dan dampak serta menentukan masalah atau penyimpangan yang terjadi.

2.1.8 Rumusan Masalah

Gangguan mobilisasi fisik pada pasca operasi (SC) yaitu hambatan mobilisasi fisik dimana kondisi ketika individu menunjukkan keterbatasan atau kemampuan mobilisasi fisik secara bebas berkurang (Kim et el, 1995). Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Harry Oxorn,1990). Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesaria bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).

(7)

Mobilisasi fisik adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi di mana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik (Perry & Potter,2006).

2.1.9 Perencanaan

Perencanaan pada gangguan mobilisasi yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman pada klien agar dapat mempertahankan atau meningkaktkan postur tubuh dan mobilisasi. Mempertahankan postur tubuh klien merupakan hal penting khususnya pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi aktual maupun potensial. (Perry & Potter,2005)

2.1.10 rosedur tetap Perawatan Pasca Salin di RS. dr. Pirngadi Medan

1. Mengidentifikasi jenis pasca salin. 2. Mengidentifikasi kegawatan pasca salin. 3. Melakukan perawatan nifas.

4. Melakukan kolaborasi dan rujukan secara tepat.

5. Menganjurkan pasien mobilisasi miring kanan dan miring kiri. 6. Menganjurkan pasien untuk berjalan keluar dari kamar inap pasien. 7. Memberikan analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri.

8. Menganjurkan pasien untuk menyusui anaknya. 9. Melakukan evaluasi.

(8)

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 30 Tahun Status Perkawinan : Kawin

Agama : Kristen Protestan Pendidikan : Tamat SLTA Pekerjaan : IRT

Alamat : Jln. Darussalam No. 59 Medan Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2013

No. Register : 00.88.68.62

Ruangan/Kamar : Tanjung II, Nifas ruang 5 Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 18 Juni 2013 Tanggal Operasi : -

(9)

II. KELUHAN UTAMA :

Pasien merasakan nyeri di bagian abdomen. Pasien merasa sulit untuk bergerak.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative 1. Penyebab

pasien mengatakan nyeri diabdomen karena luka operasi. 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Pasien mengatakan ia biasanya istirahat ditempat tidur/ bedrest untuk menghilangkan rasa sakit.

B. Quantity/quality

1. Rasa nyeri yang dirasakan

Nyeri seperti tertusuk-tusuk dibagian abdomen pada daerah insisi. 2. Hal yang tampak

Ketika nyeri pasien terlihat meringis kesakitan .

Skala Nyeri:

C. Region

1. Dimana lokasinya

Di abdomen kuadran 7 dibagian hipogastrium. 2. Apakah menyebar

Ibu mengatakan nyerinya menyebar ke abdomen hingga ke daerah perineum.

D. Severity

(10)

E. Time

Nyeri pada saat bergerak.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A.Penyakit yang pernah dialami

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Tidak ada pengobatan

C.Pernah dirawat/dioperasi

Ibu mengatakan tidak pernah dirawat/dioperasi

D.Lama dirawat

Ibu mengatakan tidak pernah dirawat

E. Alergi

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.

F. Imunisasi

Ibu mengatakan tidak imunisasi tetanus toksoid dikarenakan ibu takut disuntik.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A.Orang tua

Ibu mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit

B. Saudara kandung.

Ibu mengatakan anak ke 4 dari 7 bersaudara

C.Penyakit keturunan yang ada

Ibu mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarganya.

D.Anggota keluarga yang meninggal

-

E. Penyebab meninggal

-

VI. RIWAYAT OBSTETRIK

(11)

No Umur Anak

Komplikasi/Masalah Kondisi anak

penolong Kehamilan Persalinan Nifas

1. 2. 3. 7 tahun 4,5 tahun Hamil ini Aterm Aterm Aterm SC SC SC - - - Sehat Sehat Sehat SPOG SPOG Dokter

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh

B. Konsep diri

1. Gambaran diri : Ibu menyukai seluruh bagian tubuhnya.

2. Ideal diri : Ibu berharap bisa tetap menjadi seorang ibu dari anak dan menjadi istri yang baik.

3. Harga diri : pasien adalah seorang ibu yang baik bagi anaknya.

4. Peran diri : pasien adalah sebagai seorang istri dan seorang ibu dari ke3 orang anaknya.

5. Identitas : pasien adalah seorang istri dan seorang ibu dari ke 3 orang anak.

C. Keadaan emosi

Ibu masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik.

D. Hubungan social

1. Orang yang berarti : orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup ibu adalah suami dan anaknya. 2. Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga tetap setia menemani,

merawat dan menjaga pasien ketika sedang berada di RS.

(12)

3. Hubungan dengan orang lain :

baik, ibu mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Ibu tidak mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Ibu tampak lemas, pucat,dan terasa nyeri pada abdomennya.

B. Tanda-tanda vital 1. Suhu tubuh : 36.7oC 2. Tekanan darah : 110/70 mmHg 3. Nadi : 80x/menit 4. Pernafasan : 20 x/menit 5. Skala nyeri : 5 6. TB : 150 cm 7. BB : 51 kg

C. Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala dan rambut

Rambut dan kulit kepala tampak kotor, warna rambut hitam, rambut lurus, penyebaran merata, dan tidak mudah dicabut, tidak ada nyeri tekan.

2. Wajah

Wajah tampak meringis kesakitan menahan rasa nyeri karena bekas luka operasi.

3. Mata

Konjungtiva anemis, sclera ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan baik, refleks pupil (+).

4. Hidung

Fungsi penciuman baik, tidak tampak sekret, tidak ada sinus dan polip dan passage udara lancar, septum ditengah.

(13)

5. Mulut dan faring

Mukosa bibir pucat dan kering, Gusi pucat/ tidak ada perdarahan, Lidah bersih dan tidak ada kelainan, luka atau lesi (-).

6. Leher

tidak ada pembekakan kelenjar tyroid, suara jelas, fungsi menelan baik, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.

7. Pemeriksaan integument

Kedua ekstremitas bawah teraba dingin, turgor Kembali >2 detik. 8. Pemeriksaan payudara dan ketiak

Ukuran dan bentuk simetris kanan/kiri, warna payudara dan areola normal, kecoklatan, sudah ada produksi ASI kolostrum, tidak ada kelainan pada aksila dan klavicula.

9. Pemeriksaan thoraks/dada

Frekuensi 20 x/ menit, irama teratur, tidak ada tanda kesulitan bernafas. 10. Pemeriksaan paru-paru

Pernafasan reguler, bunyi nafas vesikuler, ronchi (-), pergerakkan dada simetris, wheezing (-).

11. Pemeriksaan jantung

Bunyi jantung normal lubdub, irama reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan atau mur-mur.

12. Pemeriksaan abdomen

Terdapat luka operasi post seksio sesaria yang tertutup. Palpasi TFU, diastasis rektis.

Peristaltic usus 9x/menit, tidak ada suara tambahan. 13. Pemeriksaan genitalia

Tidak dilakukan.

(14)

1) Pola makan dan minum

Frekuensi makan/hari : Makan 3 x sehari. Nafsu/selera makan : Nafsu dan kurang. Nyeri ulu hati : Tidak ada.

Alergi : Tidak ada alergi terhadap makanan.

Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah. Waktu pemberian makan : Pagi 07.00, siang 12.00,

malam 18.00. Jumlah dan jenis makan : Mb

Waktu pemberian cairan/minum : Sesuai kebutuhan pasien. Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah makan

dan minum.

2) Perawatan diri/personal hygiene

Kebersihan tubuh : Tubuh sedikit bersih. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut kurang

bersih. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih

Kebersihan rambut : Kurang bersih

3) Pola kegiatan/aktivitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian dibantu Total dibantu Mandi  Makan  BAB  BAK  Ganti pakaian 

(15)

aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : selain dirumah sakit pasien tidak pernah melakukan kegiatan ibadah.

X. POLA ELIMINASI

1) BAB

Sebelum operasi 3x/hari, karakter feseskonsistensi semi padat. Setelah operasi pasien belum ada BAB.

2) BAK

Pasien menggunakan kateter, kekuningan dan tidak keruh, jumlah urine per 12 jam 300-600cc.

(16)

2.2.2 ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah keperawatan

1. Data subjektif:

Klien mengatakan sangat lemas dan badan sulit untuk digerakkan.

Klien mengatakan nyeri ketika melakukan pergerakkan.

Skala nyeri 5 (0-10) Data objektif:

Klien tampak berbaring di tempat tidur.

Adanya luka operasi

Post Operasi (SC)

Terdapat incontinuitas jaringan akibat trauma

fisik pembedahan

Serabut Saraf bebas mengirim implus nyeri

karena trauma mekanika

Nyeri ketika bergerak

Skala Nyeri 5 (0-10) Pembatasan aktivitas Klien berbaring ditempat tidur Gangguan Mobilisasi Gangguan Mobilisasi

(17)

2. Data subjek:

Klien mengatakan sehari yang lalu dilakukan post operasi (SC).

Klien mengatakan nyeri pada area abdomen.

Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk.

Klien mengatakan nyeri muncul ketika bergerak.

Klien menunjukkan skala nyeri 5 (0-10).

Data objektif:

Klien tampak meringis kesakitan.

Adanya luka post SC

Post Operasi (SC)

Adanya luka operasi

Area abdomen terasa seperti tertusuk

Nyeri muncul ketika bergerak Klien meringis kesakitan Skala nyeri 5 (0-10) Nyeri Akut Gangguan rasa nyaman : nyeri akut

(18)

3. Data subjektif :

Klien mengatakan setelah operasi tidak pernah mandi/membersihkan diri.

Data objektif :

Kelemahan fisik pasca operasi seksio sesaria.

Klien tampak kotor

Klien tidak mampu melakukan kebersihan diri.

Post Operasi (SC)

Kelemahan fisik

Klien tidak mampu membersihkan diri

Klien kotor/tidak bersih

Defisit perawatan diri

(19)

2.2.3 Rumusan Masalah

a. Masalah keperawatan 1. Gangguan Mobilisasi

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut 3. Defisit perawatan diri

b. Diagnosa keperawatan (prioritas)

1. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan post operasi seksio sesaria ditandai dengan nyeri.

(20)

2.2.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/ Tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Selasa, 18 juni 2013 Rabu, 19 juni 2013 Kamis, 20 juni 2013 1. 2. 3.

Tujuan: klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil: gangguan mobilitas fisik teratasi,dan tonus otot meningkat.

Tujuan: rasa nyaman klien terpenuhi

Kriteria hasil: klien mengatakan rasa nyeri berkurang sampai hilang

Tujuan : klien mengatakan personal hygiene terpenuhi. Kriteria: klien tampak bersih dan rapi.

Rencana Tindakan Rasional

Selasa, 18 juni 2013 Jam 09.00 10.00 11.00

1. 1. Memantau keadaan umum pasien.

2. Kaji kemampuan pasien dan keluarga tentang mobilisasi pada pasca seksio sesaria.

3. Berikan penjelasan tentang penting nya mobilisasi pasca seksio sesaria: Rentang gerak Berjalan 1. Melihat perkembangan pasien. 2. Mengetahui seberapa jauh pengetahuan pasien dan keluarga tentang mobilisasi. 3. Meningkatkan

pengetahuan pasien tentang pentingnya mobilisasi sehingga

(21)

12.30

14.00

Berdiri Duduk Berbaring

4. Bantu pasien untuk mobilisasi secara bertahap:

6 jam pertama menyuruh ibu tirah baring atau menggerakkan lengan, tangan, dan kaki.

8 jam pertama mengajarkan ibu miring kanan dan miring kiri. 24 jam belajar bangun dan duduk di tempat tidur.

5. Bantu pasien untuk memenuhi semua kebutuhannya.

memotivasi ibu untuk melakukannya. 4. 8 jam pertama miring

kanan dan miring kiri, 24 jam belajar bangun dan duduk di tempat tidur. 5. Untuk memandirikan pasien. Rabu, 19 juni 2013 Jam 09.30 10.30 11.30 12.30

2. 1. Mengkaji intensitas nyeri pada pasca seksio sesaria.

2. Menjelaskan penyebab nyeri pada pasca seksio sesaria: Karena ada jaringan saraf yang ikut rusak/trauma akibat luka insisi.

3. Mengajarkan relaksasi tarik nafas dalam.

4. Pemberian analgesik: Keterolac per 8jam

1. Memantau skala nyeri 0-10. 2. Membantu mengurangi rasa nyeri. 3. Meningkatkan kenyamanan pasien. 4. Mengurangi/menghila

(22)

Kamis, 20 juni 2013 Jam 10.00 11.00 12.00

3. 1. Mengobservasi keadaan umum pasien.

2. Mengkaji kekuatan dan toleransi terhadap aktifitas.

3. Membantu dan ajarkan pasien dalam personal hygiene.

1. Memantau keadaan umum pasien. 2. Untuk mengetahui

seberapa kuat pasien melakukan aktifitas. 3. Menjadikan pasien

(23)

2.2.5 IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/ Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa 18 juni 2013 Rabu, 19 juni 2013 1. 2.

1. Memantau keadaan umum pasien.

2. Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang mobilisasi pada pasca seksio sesaria.

3. Memberikan penjelasan tentang mobilisasi pasca seksio sesaria.

4. Membantu pasien untuk mobilisasi secara bertahap. 5. Membantu pasien untuk

memenuhi kebutuhannya.

1. Mengkaji intensitas nyeri pada pasca seksio sesaria. 2. Menjelaskan penyebab nyeri

pada pasca seksio sesaria. 3. Mengajarkan teknik reklasasi

tarik nafas dalam.

S: ibu dan keluarganya mengatakan tahu dan paham tentang mobilisasi pada pasca seksio sesaria.

O: ibu dibantu oleh keluarga untuk miring kanan dan miring kiri.

A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan.

Ajarkan teknik duduk dari terbaring ke posisi semifowler.

Ajarkan posisi berdiri dari ke duduk.

Ajarkan berjalan sedikit demi sedikit sesuai dengan kekuatan pasien.

S: Ibu mengatakan nyeri di bagian abdomen.

O :

Ibu sudah dapat mengatasi nyerinya

(24)

Kamis, 20 juni 2013

3.

4. Pemberian analgesik: Keterolac 1/8jam

1. Memantau keadaan umum pasien.

2. Menjelaskan tentang defisit perawatan diri:

Potong kuku Cuci rambut

P : lanjutkan intervensi: Anjurkan klien untuk melatihnya

Memberikan posisi senyaman mungkin Kolaborasi dengan dokter cara pemberian analgetik

S :

Ibu mengatakan setelah operasi tidak pernah mandi

O :

Ibu sudah dapat membersihkan dirinya

A :

Masalah teratasi sebagian P :

(25)

2.2.6 CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan keperawatan

1 Selasa,18 juni 2013 10.00 10.30 11.00 13.00

Memantau keadaan umum pasien Melakukan pengkajian

Mengubah posisi pasien 8 jam pertama miring kanan dan miring kiri.

Mengukur vital sign pasien TD:110/70 mmhg N :80x/menit T :36oc RR:20x/menit Skala : 4

No. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

2. Rabu, 19 juni 2013 10.00 11.50 13.00 12.00 Vital sign TTV : 120/70 mmHg HR : 72x/i RR : 22x/i T : 36.5 Skala : 3

Membantu klien bangun dan mencoba duduk ditempat tidur.

Mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam untuk menghilangkan rasa nyeri.

Membantu klien berjalan menuju kamar mandi.

No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

3. Kamis, 20 Juni 2013

10.00 11.00

Observasi keadaan umum pasien Vital sign

TTV : 120/80 mmHg HR : 78 x/i

(26)

12.00

13.00

RR : 20x/i T : 36,5 Skala : 2

Berikan pasien posisi yang nyaman

Evaluasi terhadap seluruh tindakan keperawatan yang telah diberikan.

No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

4. Jum’at , 21 Juni 2013 10.00 11.00 12.00 13.00 13.30

Observasi keadaan umum pasien Vital sign TTV : 120/80 mmHg HR : 78 x/i RR : 20x/i T : 36,5 Skala : 2

Berikan pasien posisi yang nyaman Menganjurkan ibu belajar berjalan

Evaluasi terhadap seluruh tindakan keperawatan yang telah diberikan.

Referensi

Dokumen terkait

Diinformasikan Kepada Bapak/Ibu Dosen Peneliti Universitas Andalas yang telah selesai melakukan Unggah Proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di SIMLITABMAS, agar segera

Tahap I merupakan tahap awal yaitu survei meliputi kondisi lapangan, kondisi siswa dan identifikasi permasalahan yang ada dilapangan, kemudian dalam tahap ini

Untuk dapat melihat efek dari pemberian tegangan tinggi ini pada celah terminal elektroda di dalam tabung ozonizer terhadap ruangan yang akan diterapi, penulis melakukan

Karenanya yang bersangkutan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Tugas Akhir untuk memenuhi persyaratan kurikulum guna memperoleh gelar Sarjana Teknik jurusan

• Alat penukar kalor (heat exchanger) merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan kalor dari suatu fluida ke fluida yang lain.. kalor dari suatu fluida ke fluida

ditandatangani oleh 147 kepala negara dan pemerintahan pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat pada

Same with the first meeting, teacher opened the class by greeting the students and checking the attendance list. Teacher reminded students about the previous

Penelitian ini dapat berguna bagi pembaca sebagai sarana informasi tentang bagaimana Pengaruh Penyusunan Perencanaan Anggaran dan Laporan Akuntabilitas Kinerja