• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1. Perancangan Fasilitas Informasi

Perancangan Fasilitas Informasi merupakan salah satu langkah strategi yang merupakan landasan yang berfungsi menjadi dasar dalam merancang fungsi teknis yang berguna untuk mengatur fasilitas-fasilitas informasi dengan baik dan benar.

Menurut Al Bahra Bin Ladjamudin dalam bukunya yang berjudul Analisis & Desain Sistem Informasi (2005) ”Perancangan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mendesign sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik” (p. 39).

Fasilitas merupakan sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan dalam melakukan aktivitas dalam suatu organisasi. Menurut Jogiyanto (2001) “

2.1.1. Pengertian Perencanaan Fasilitas Informasi

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya” (p. 6). Senada dengan itu George R. Terry (2000) mengemukakan bahwa “informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna” (p. 5). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Davis (2005) bahwa “Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau yang akan datang” (p. 4).

Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa perancangan fasilitas informasi adalah proses dalam pembuatan desain teknis dalam mengelola sarana informasi dalam perpustakaan yang memudahkan pengguna maupun staf perpustakaan dalam melakukan aktivitas di dalam perpustakaan.

Perencanaaan fasilitas infomasi merupakan suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan sarana/alat yang digunakan untuk mencapai tujuan utama perpustakaan.

Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan fisik

(2)

dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem pelayanan. Aplikasi perencanaan fasilitas dapat ditemukan pada perencanaan layout Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas perpustakaan yang akan didirikan atau dibangun. Perencanaan fasilitas yang baik harus dapat memberikan kemungkinan yang besar bahwa fasilitas yang dirancang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dimasa yang akan datang.

2.1.2. Tujuan Perencanaan Fasilitas Informasi

Pada dasarnya tujuan perancangan fasilitas secara umum, yaitu untuk memenuhi kapasitas produksi dan kebutuhan kaulitas dengan cara yang ekonomis melalui pengaturan dan kordinasi yang efektif dari fasilitas fisik. Perancangan fasilitas akan menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dari fasilitas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok secara efektif dan efisien.

2.2. Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan Umum merupakan salah satu jenis perpustakaan yang terdapat di seluruh wilayah indonesia, mulai dari tingkat nasional (negara) sampai ke tingkat kelurahan desa. Perpustakaan umum sering kali diibaratkan sebagai universitas masyarakat. Sesuai dengan sebutan perpustakaan umum, maka segala informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya yang dimiliki harus bersifat umum dalam arti merata baik dalam memberikan pelayanan, menyediakan informasi maupun pemanfaatannya. Oleh karena itu, posisi perpustakaan umum dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sangat strategis.

Menurut Sulistiyo-Basuki (1993) “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum (p. 46). Sedangkan menurut Sutarno (2006) menyatakan bahwa:

Perpustakaan umum adalah lembaga pendidikan yang dinyatakan sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang, dan tingkat sosial, umur, pendidikan serta perbedaan lainnya. (p. 43)

Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum adalah sebuah lembaga pendidikan demokratis yang diselenggarakan dengan dana umum dalam memberikan layanan informasi dan sumber belajar sesuai kebutuhan

(3)

serta melayani masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan stratifikasinya.

2.2.1. Tujuan Perpustakaan Umum

Sebuah lembaga yang telah diselenggarakan/dibentuk harus memiliki tujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berhasil dengan maksimal. Sama halnya dengan perpustakaan umum juga mempunyai tujuan tertentu yang harus dicapai.

Tujuan perpustakaan umum menurut Perpustakaan Nasional RI (1992) adalah: 1. Untuk pendidikan masyarakat (sebagai sarana pendidikan non formal)

dan membudidayakan kreasi, prakarsa dan swadaya masyarakat guna meningkatkan kemajuan kehidupan dan kesejahteraannya.

2. Menyediakan berbagai kebutuhan untuk penerangan, informasi dan data sekunder serta pengetahuan ilmiah.

3. Memberi semangat dan hiburan yang sehat dan pemanfaatan hal-hal yang bersifat membangun dalam waktu senggang.

4. Mendorong, menggairahkan, memelihara dan membina semangat membangun dan semangat belajar masyarakat.

5. Membekali berbagai pengetahuan dan ilmu serta pedoman-pengalaman kepada masyarakat diberbagai bidang (p. 2)

Sedangkan Manifesto Perpustakaan Umum Unesco yang dikutip oleh Sulistiyo-Basuki (1993) menyatakan bahwa, perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu:

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering disebut fungsi pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup. 4. Bertindak selaku agen kultural artinya perpustakaan umum merupakan

pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar (p. 46).

Dari uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah salah satu sarana pendidikan informal yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan bagian integrasi dari kegiatan pembangunan

(4)

serta bertindak sebagai agen kultural yang menyediakan sumber informasi bagi umum untuk membaca bahan pustaka dengan cepat dan tepat, murah bagi masyarakat.

2.2.2. Fungsi Perpustakaan Umum

Sebagai lembaga yang melayani masyarakat luas secara merata tanpa perbedaan apapun, perpustakaan umum harus mempunyai fungsi dalam melaksanakan aktifitasnya sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum. Dalam Perpustakaan Nasional (1992) Perpustakaan umum berfungsi sebagai pusat untuk:

1. Menyediakan bahan pendidikan (educating).

2. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi (informatif). 3. Menyediakan bahan-bahan yang berfungsi rekreasi (rekreatif).

4. Menyediakan bahan yang berisi petunjuk, pedoman, dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat (referensif).

5. Melestarikan bahan pustaka dan hasil budaya bangsa untuk dapat dimanfaatkan masyarakat umum (dokumentatif).

6. Menyediakan layanan penelitian (riset kualitatif dan kuantitatif) (p. 2 ). Sedangkan menurut Perpusnas RI yang dikutip oleh Sutarno (2006), fungsi perpustakaan umum adalah:

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan pustaka.

2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui pembelian, langganan, tukar menukar, pengadaan, penerbitan dan lain-lain.

3. Pengolahan dan penyiapan bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi. 5. Pendayagunaaan/pemberdayaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada masyarakat dengan sistem yang mudah, cepat, dan tepat serta sederhana.

7. Permasyarakatan perpustakaan.

8. Pengkajian dan pengembangan atas semua aspek kepustakawanan. 9. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka

pemanfaatan bersama koleksi, sarana prasarana.

10. Pelaksanaan koordinasi dengan berbagai pihak-pihak dan mitra kerja lainnya.

11. Administrasi perpustakaan, seperti kepegawaian, ketatausahaan, keuangan, dan kerumahtanggaan (p. 54).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum berfungsi sebagai pusat untuk pendidikan (edukatif), informatif, kebudayaan,

(5)

rekreasi, tempat penelitian, serta sebagai tempat mengumpulkan, mengolah, menyimpan, memelihara, melestarikan, dan mendayagunakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan yang diperuntukkan bagi seluruh anggota masyarakat.

2.3. Kajian Lingkungan dan Penentuan Tempat Perpustakaan 2.3.1. Perencanaan Gedung Perpustakaan

Perencanaan gedung merupakan hal yang sangat penting di perhatikan dalam membangun sebuah perpustakaan. Untuk menghasilkan gedung perpustakaan yang dapat menjadi tempat kerja yang nyaman, efisien dan menyenangkan bagi staf/pustakawan dan pengunjung maka gedung perpustakaan harus direncanakan secara baik agar dapat menampung segala aktivitas dalam pelaksanaan fungsi perpustakaan untuk menghasilkan tujuan utama perpustakaan yang efektif dan efisien.

Seperti yang di kemukakan oleh Trimo (1986) bahwa “gedung yang baik haruslah dapat memenuhi semaksimal mungkin ketentuan-ketentuan yang dikemukakan oleh calon penggunanya, karena hanya mereka yang akan tahu apa yang akan terjadi ataupun dikerjakan di dalam gedung tersebut (p. 1).

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa untuk menghasilkan gedung yang baik, maka perencana perlu memahami keperluan pengguna dan fungsi perpustakaan, beberapa masalah yang biasanya akan timbul apabila kurang memperhatikan perencanaan gedung, yang dikemukakan oleh Trimo (1986) yang dikutip Siregar (2010):

1. Kurang terciptanya rasa kesenangan maupun betah dari pembaca/pengguna ataupun staf perpustakaan sebagai akibat dari tidak baiknya pengaturan cahaya, udara, suara, ataupun tata ruang di perpustakaan.

2. Terjadinya tata ruang yang tidak menguntungkan usaha peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja, baik bagi para pustakawan maupun pengunjung perpustakaan.

3. Pada saat perpustakaan berkembang. Gedung tidak memungkinkan dilakukan perluasan yang semestinya baik secara horizontal maupun vertikal.

4. Karena pemilihan letak gedung perpustakaan yang salah, membawa akibat kurang terjangkau nya perpustakaan dengan mudah oleh penggunanya

5. Timbulnya kadar lembab yang tinggi di dalam gedung perpustakaan sehingga mempercepat proses kerusakan bahan pustaka maupun menurunnya kesehatan para petugas perpustakaan (p. 2).

(6)

Dalam merencanakan gedung perpustakaan perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

- Perkembangan masa yang akan datang - Pengembangan 10 tahun

- Jumlah pengunjung - Penggunaan komputer - Audiovisual

- Rencana badan induknya

Siregar (2010) mengemukakan ada beberapa alasan, baik secara teoritis maupun segi praktis yang mengharuskan pembangunan gedung perpustakaan direncanakan secara baik dan cermat antara lain:

1. Pada umumnya dana/anggaran yang disediakan untuk pembangunan gedung/ruang perpustakaan terbatas.untuk itu pemanfaatan dana/anggaran biaya yang tersedia harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang baik dan cermat.

2. Untuk dapat mengikuti perkembangan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan pengguna dituntut pemikiran/perhitungan yang cermat dari perencana atau pustakawan atas daya tampung gedung/ruang perpustakaan serta kemungkinan pengembangan di masa yang akan datang

3. Ada beberapa ciri khas perpustakaan baik dari segi kegiatan, aktivitas yang dilakukan perpustakaan serta teknologi yang digunakan menuntut para perencana mempunyai pengetahuan yang baik tentang kekhususan aktivitas tersebut.

4. Pembangunan gedung perpustakaan menuntut persyaratan-persyaratan khusus berkaitan denganciri khas masyarakat pengguna perpustakaan, serta hubungannya dengan semua unit yang ada pada institusi yang menyelenggarakannya (p. 3).

Selain hal disebut di atas, pembangunan gedung juga harus luwes (fleksibel) artinya mampu menyesuaikan tata letak tanpa perlu perubahan struktur gedung. Dengan kata lain mudah dirubah pemanfaatannya tanpa mengeluarkan biaya yang banyak dan melakukan perombakan total.

Perpustakaan harus mempertimbangkan lalulintas bahan pustaka, pustakawan perlu membuat gambaran pemakaian gedung terlebih dahulu, hal ini dibutuhkan untuk menghemat waktu, memperkecil jarak antara ruangan dan menghindari timbulnya kebisingan/suara ribut yang mengganggu. Ruang

(7)

pengolahan harus diperhatikan jaraknya dengan ruangan lainnya untuk memudahkan penyaluran bahan pustaka kepada unit-unit yang berhubungan.

Dengan membuat lay-out ruangan perpustakaan dapat digambarkan dengan pertimbangan berikut:

1. Bagian yang terpenting harus ditempatkan pada tingkat pertama. 2. Tingkat kedua digunakan untuk yang membutuhkan keterangan

3. Bagian peminjaman harus strategis untuk memudahkan pengontrolan bahan pustaka yang disirkulasikan.

4. Adakalanya perpustakaan mempunyai ruang baca tak resmi yang merangkap browsing.

Menurut Trimo (1986) ada beberapa tahapan yang harus dikerjakan dalam pembangunan gedung yaitu:

1. Tahap persiapan penyusunan disain secara skematis 2. Tahap penggarapan disain gedung

3. Tahap penyelesaian dokumen pendirian gedung

4. Tahap penyelesaian administrasi umum pada pembangunan gedung. (p. 10)

Berdasarkan uraian di atas, proses perencanaan gedung perpustakaan merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan penjapaian tujuan utama perpustakaan, oleh karna itu diperlukan keseriusan dan ketelitian dalam perencanaan gedung perpustakaan tersebut.

2.3.2. Desain Gedung Perpustakaan

Desain merupakan kata yang diambil dari bahasa inggris yaitu design yang berarti rencana. Desain dapat dijabarkan sebagai ilmu yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau suatu perancangan, biasanya berbentuk suatu gambar yang artinya dapat diwujudkan dalam bentuk sebenarnya.

Menurut pendapat Page (1965) menyatakan bahwa “desain adalah lompatan, pemikiran dari kenyataan sekarang kearah kemungkinan-kemungkinan dimasa depan” (p. 6), selain itu Reswick (1965) mengemukakan bahwa “desain adalah kegiatan kreatif yang membawa pembaharuan” (p. 4).

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa desain gedung perpustakaan adalah suatu perencanaan atau suatu perancangan berdasarkan

(8)

keterampilan, pengetahuan dan pengalaman manusia untuk mengelola suatu gedung perpustakaan sehingga menjadi gedung yang layak pakai dan sesuai dengan standar yang berlaku dan nyaman bagi para pengguna perpustakaan.

Kenyamanan ruang bagi pengguna perpustakaan adalah hal yang utama. Sebagai penunjang kegiatan membaca maupun kegiatan yang lainnya, pustakawan (pengelola perpustakaan) berkewajiban mendesain ruang perpustakaan senyaman dan sesehat mungkin. Pengetahuan dan pemahaman mengenai ruang menjadi penting bagi pustakawan (pengelola perpustakaan) untuk menarik pengunjung sebanyak mungkin dan membuat mereka betah berlama-lama berada di perpustakaan.

Menurut Trimo (1986) untuk dapat membangun sebuah gedung perpustakaan yang baik perencana harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dsain gedung antara lain:

1. Harus memperhatikan desain fungsional (desain dibuat atas azas manfaat bukan azas monumental), dengan demikian gedung perpustakaan diharapkan benar-benar mampu menunjang pencapaian tujuan dan program-program kegiatan perpustakaan tersebut dan lembaga yang menyelenggarakannya.

2. Mudah melakukan pengontrolan

3. Pintu dan jendela harus aman untuk menghindari kecurian lewat pintu dan jendela.

4. Tinggi rak buku harus dalam batas normal, misalnya indonesia setinggi 175 cm (p. 5).

Menurut Frazer G. Poole yang dikutip oleh Siregar (2010) bahwa,

Untuk penentu mutu gedung yang direncanakan secara baik ditandai dengan beberapa sifat yang membuatnya berfungsi secara efisien dan hemat, memudahkan pengunjung atau staf perpustakaan, memberi lingkungan yang nyaman, menyenangkan dan menarik sebagai tempat belajar dan bekerja, dan tetap berfungsi sepuluh tahun kemudian sama seperti baru dibangun (p. 6).

Sifat utama dari gedung perpustakaan menurut pedoman perpustakaan perguruan tinggi (1994) adalah sebagai berikut:

1. Kelenturan

Yaitu dapat mengikuti perubahan kebutuhan dengan hanya mengubah strukturnya sedikit saja, hal ini dapat diperbuat dengan desain modul tanpa dinding sebagai penumpu bobot yang membentuk ruangan terbuka sehingga perabot dapat diatur dengan leluasa. Hal ini dapat dikerjakan dengan membuat desain modul dan susunan rak, memperhitungkan beban lantai yang menuntut supaya semua bagian

(9)

lantai dapat menopang beban bergerak dan pencahayaan merata diseluruh gedung.

2. Perluasan

Perencanaan gedung perpustakaan harus memperhatikan perluasan di masa yang akan datang secara hemat dan efisien.

3. Kesederhanaan

Gedung perpustakaan tidak mementingkan kemegahan tetapi yang penting adalah kesederhanaan yang terletak pada denah lantai yang terbuka, tidak menghambat lalu lintas dan memudahkan pengunjung bergerak dari satu bagian ke bagian lainnya.

4. Tempat dan letak yang tepat

Lokasi perpustakaan harus mudah di capai oleh pengguna, pos, dan pemberhentian kendaraan.

5. Desain dan raut gedung

Raut yang ideal bagi gedung perpustakaan adalah empat persegi dengan perbandingan kira-kira 2:3.

6. Lokasi unsur mati

Unsur mati adalah konstruksi yang permanen dalam gedung, terdiri atas lalu lintas vertikal, pipa saluran dan fasilitas lain yang sama. 7. Pengaturan hawa

Pengadaan pengaturan hawa dimaksudkan untuk mengurangi serangan jamur serangga dan menambah umur kimia kertas dari serangan asam yang lengket pada kertas. Penggunaan alat pengukur hawa (air conditioning) adalah untuk menjaga agar kondisi temperatur dan kelembapan ruangan perpustakaan relative konstan. Hal ini dimaksudkan agar koleksi perpustakaan terjamin keawetannya,

Kondisi ruangan yang diinginkan adalah sebagai berikut: a. Temperatur 22-240

b. 20

C (untuk ruangan koleksi buku, ruang baca, dan ruang kerja)

0

c. Kelimbapan 40-50%

C untuk ruang komputer

d. Untuk merancang kondisi ruangan yang demikian perlu diperhatikan: efisiensi volume ruang sehingga penggunaan energi dapat dihemat; pemilihan sistem pengkondisian yang bertujuan agar diperoleh beban pendinginan yang minimum.

8. Lift

Ini berguna untuk mengangkut barang, orang jika gedung perpustakaan dibangun bertingkat.

9. Tinggi langit-langit

Penentuan langit-langit harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain: pengaturan hawa, penyebaran ahaya lampu dari langit-langit, fungsi ruangan, keindahan, reaksi psikologi pengguna ruangan dan biaya. Langit-langit harus sama tinggi di setiap ruangan. Dalam meranang ventilasi gedung perpustakaan perlu diperhatikan hal berikut:

a. Menempatkan lubang ventilasi jendela/lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan.

(10)

b. Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan angin lokal.

c. Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang.

Selain hal di atas, untuk menentukan letak ventilasi perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembapan yang rendah agar keamanan koleksi terjamin.

Pengaturan cahaya/penerangan sebaiknya tidak menyebabkan penurunan gairah membaca, serta tidak membuat silau. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: menghindari sinar matahari langsung dan memilih jenis lampu yang dapat memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat.

10. Aliran kerja, pola lalu lintas dan organisasi gedung.

Pembangunan gedung harus mempertimbangkan aliran kerja agar perpustakaan berjalan secara efektif. Lalu lintas pengunjung, staf perpustakaan dan barang harus dipertimbangkan agar tidak menggangu pekerjaan, demikian juga dengan struktur organisasi perpustakaan (p. 121).

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa desain gedung perpustakaan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan utama perpustakaan.

2.4. Tata Ruang Perpustakaan

2.4.1. Pengertian Tata Ruang Perpustakaan

Keberadaan perpustakaan pada saat ini dapat ditemui pada setiap instansi baik dari pemerintahan sampai daerah, instansi swasta maupun umum serta dilembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat telah memperhitungkan keberadaaan sebuah perpustakaan yang dijadikan sebagai sumber informasi. Seiring dengan perkembangan perpustakaan tersebut, dalam penyelenggaraan perpustakaan terdapat faktor utama dalam lingkungan perpustakaan yang sangat mempengaruhi kelancaran tugas dan fungsi perpustakaan yang terkadang terabaikan yaitu tata ruang perpustakaan. Kebanyakan perpustakaan terlihat hanya berupa tempat kerja yang kurang nyaman, kurang pencahayaan dan membosankan sehingga fungsi perpustakaan sebagai tempat rekreasi menjadi terabaikan. Bila tata ruang didesain dengan menarik, maka pengaruhnya bagi para petugas perpustakaan maupun pengunjungnya dapat menimbulkan rasa nyaman, memberikan kesan yang positif terhadap penataan ruangan perpustakaan dan dapat menunjang kelancaran

(11)

tugas-tugas sehari-hari bagi petugas-tugasnya, serta dapat meningkatkan minat pemakai untuk mengunjunginya dan memanfaatkan layanan perpustakaan.

Sama halnya perpustakaan umum yang merupakan sarana pusat informasi bagi masyarakat sekitarnya, penataan ruangan perpustakaan harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik. Purwati (2007) menyatakan bahwa:

Suatu perpustakaan tidak hanya menyediakan ruang yang kemudian diisi dengan koleksi yang diatur berdasarkan suatu sistem tertentu serta siap dipinjamkan, tetapi letak perpustakaan, bentuk ruangan, penataan perabot dan perlengkapan, alur petugas dan pengguna serta penerangan, keserasian warna, dan sirkulasi udara yang baik perlu diperhatikan oleh penyelenggara perpustakaan (p. 2)

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa perpustakaan tidak hanya menyediakan ruangan saja, tetapi juga harus memperhatikan penataan ruangan tersebut baik dari bentuk ruangan, penataan perabotan dan perlengkapan, alur petugas dan pengguna, serta penerangan, keserasian warna, sirkulasi udara yang baik. Agar para pengunjung perpustakaan dapat menemukan, mencapai informasi yang diinginkan dan mudah diakses, serta membuat petugas dan pengguna merasa nyaman di dalam perpustakaan.

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 16 (1990) menyatakan bahwa, ”Tata ruang adalah upaya penataan dan pemanfaatan ruang” (p. 133) Sedangkan menurut Sedarmayanti (2001): ”Tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman leluasa dan bebas bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja” (p. 125)

Selain itu, Afrianto (2007) mengemukakan bahwa:

Tata ruang adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan. Ruangan yang tertata rapi dan buku-buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan memberi nuansa nyaman sehingga pemakai perpustakaan tertarik untuk membaca buku dan berlama-lama di perpustakaan (p. 3)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa tata ruang perpustakaan adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan. Dengan upaya penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada tata letak dan susunan yang tepat serta

(12)

pengaturan tempat kerja sehingga memberi kepuasan kerja para pustakawan dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif disebuah perpustakaan.

2.4.2. Tujuan Tata Ruang Perpustakaan

Pengaturan tata ruang yang menarik dan fungsional akan mengakibatkan pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan dapat diatur secara tertib dan lancar. Dengan demikian komunikasi baik antar petugas perpustakaan (pustakawan) maupun pengguna perpustakaan akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta mendapatkan pencapaian efisiensi dan kenyamanan kerja. Penataan ruangan perpustakaan menurut Lasa (2005) bertujuan untuk:

1. Memperoleh efektifitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran.

2. Menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara, dan nyaman warna.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan.

4. Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan (p. 148).

Di samping tujuan tata ruang perpustakaan yang harus dicapai, maka perlu juga diperhatikan asas-asas tata ruang, agar penataan dan pemanfaatan ruangan dapat tertata dengan baik. Menurut Lasa (2005) asas-asas tata ruang adalah sebagai berikut:

1. Asas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek. 2. Asas rangkaian kerja, yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga

dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

3. Asas pemanfaatan, yaitu tata susunan ruang yang mempergunakan sepenuhnya ruang yang ada (p. 149).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pentingnya penataan ruangan dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan asas-asas tata ruang agar tercapainya keefisienan dan kenyamanan kerja. Untuk kenyamanan pengguna maupun petugas dalam meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan efektifitas kerjanya di dalam ruangan perpustakaan, perlu diperhatikan penataan ruang seperti ruang baca, ruang koleksi dan ruang sirkulasi dengan menggunakan beberapa sistem tata ruang perpustakaan menurut Lasa (2005) yaitu:

(13)

1. Sistem Tata Sekat

Yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Dalam sistem ini, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan dan mengembalikan koleksi yang dipinjam atau dibaca ditempat itu. Namun demikian sistem ini bisa juga diterapkan pada sistem terbuka, yakni pemakai mengambil sendiri lalu dicatatkan/dilaporkan kepada petugas, selanjutnya petugaslah yang mengembalikan ke rak semula.

2. Sistem Tata Parak

Yaitu sistem pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat atau dibaca diruang lain yang tersedia. Cara ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam terbuka.

3. Sistem Tata Baur

Yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem pinjam terbuka (p. 158).

Dari uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa ruangan perpustakaan harus ditata sedemikian rupa agar terlihat suatu gambar yang wajar dan menarik serta adanya keleluasaan yang wajar dari pemakai.

2.4.3. Ruangan Perpustakaan

Ruangan perpustakaan adalah tempat atau bagian tertentu dalam satu gedung perpustakaan yang dipakai untuk meletakaan suatu barang tertentu yang mempunyai fungsi tertentu yang dibatasi oleh alat pemisah atau penyekat.

Setiap perpustakaan memiliki tempat atau bagian tertentu dari sebuah gedung terdiri dari sejumlah ruangan mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ruangan disediakan untuk perpustakaan harus terpisah dari aktifitas lain. Selain penempatan ataupun pembagian ruangan harus disesuaikan juga dengan sifat kegiatan, sistem kegiatan, jumlah pengguna, jumlah staf, dan keamanan, dan tata kerja perpustakaan. Sehingga kelancaran pelaksanaan kegiatan perpustakaan berjalan dengan baik.

Dalam buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992) dinyatakan bahwa, ”Ruangan perpustakaan berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan pustaka, tempat melaksanakan kegiatan layanan perpustakaan dan tempat bekerja petugas perpustakaan” (p. 5).

(14)

Berdasarkan pedoman Perpustakaan Nasional RI (1992) Agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam perancangan ruang perpustakaan, antara lain:

1. Jumlah koleksi dan perkembangannya di masa yang akan datang. 2. Jumlah pemakai atau masyarakat yang dilayani oleh perpustakaan. 3. Jumlah bentuk layanan perpustakaan yang disajikan.

4. Jumlah petugas/karyawan yang menggunakan ruangan (p. 5).

Selain itu Siregar (2010) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetukan ruangan perpustakaan yaitu:

1. Kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Untuk itu perlu di identifikasi terlebih dahulu secara rinci kegiatan/pekerjaan serta tahapan pelaksanaan pekerjaan tersebut. Rincian kegiatan, dan rangkaian pelaksanaan pekerjaan itu harus jelas, sehingga diketahui perabot dan perlengkapan apa yang dibutuhkan setiap tahap pelaksanaannya.

2. Kegiatan yang dilakukan harus dihubungkan dengan luas ruangan yang dibutuhkan, kondisi dan daya tampung ruangan tersebut serta hubungannya dengan ruangan lain, karena hal ini akan menentukan perlengkapan yang dibutuhkan, sehingga dapat diketahui apakah suatu ruangan dapat digunakan untuk kegiatan yang dimaksud.

3. Perlu dipertimbangkan jumlah koleksi yang dimiliki dan yang direncanakan pada masa 10 tahun kemudian. Di samping itu jangkauan pelayanan yang akan diselenggarakan, petugas yang dibutuhkan dalam setiap ruangan, serta pengembangannya untuk 10 tahun mendatang. Penentuan ruangan ini juga dipengaruhi oleh pengelolaan bidang administrasi dan pengembangannya.

4. Pertimbangan khusus sesuai dengan penggunaan ruangan tersebut, seperti ruangan khusus untuk petugas perpustakaan dimana pengunjung tidak diperbolehkan masuk, dan dimana pengguna dapat masuk (p. 12). Pada dasarnya suatu perpustakaan yang paling sederhana sekalipun harus memiliki sejumlah ruangan yang mempunyai fungsi yang berlainan. Dengan kata lain, suatu perpustakaan mempunyai ruang pokok, yang merupakan kebutuhan minimal setiap perpustakaan. Adapun ruangan yang minimal harus dimiliki sebuah perpustakaan menurut Perpustakaan Nasional RI (1992) adalah sebagai berikut:

1. Ruang Koleksi

Ruang koleksi adalah tempat penyimpanan koleksi perpustakaan, luas ruangan ini tergantung pada jenis dan jumlah bahan pustaka yang dimiliki serta besar kecilnya luas bangunan perpustakaan. Ruangan koleksi dapat terdiri dari suatu ruangan atau beberapa ruang, misalnya ruang koleksi buku, ruang koleksi majalah, ruang koleksi referensi, ruang koleksi Audio Visual dan lain-lain.

(15)

2. Ruang Baca

Ruang baca adalah ruang yang digunakan untuk membaca bahan pustaka. Luas ruangan ini tergantung pada jumlah pembaca/pemakai jasa perpustakaan.

3. Ruang Pelayanan

Ruang Pelayanan adalah tempat peminjaman dan pengembalian buku, meminta keterangan kepada petugas, menitipkan barang atau tas, mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog.

4. Ruang Kerja Teknis Administrasi

Ruang Kerja Teknis Administrasi adalah ruangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pemerosesan bahan pustaka mulai dari pengadaan sampai bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan kepada pemakai perpustakaan. b. Ruang tata usaha untuk kepala perpustakaan dan stafnya.

c. Ruang untuk memperbaiki bahan pustaka yang rusak. 5. Ruang Khusus

Ruang khusus adalah ruang yang terdiri dari kamar kecil, ruang diskusi/pertemuan, ruang bercerita untuk anak-anak dan ruang lain untuk kantin (p. 5).

Dari sekian jumlah ruangan perpustakaan yang disebutkan di atas, perlu mengadakan pengaturan sedemikian rupa, sehingga memberikan kesan sejuk, menyenangkan, bagi petugas perpustakaan serta dapat mengundang para pemakai menggunakan bahan perpustakaan serta membacanya. Menurut Purwati (2007) standar pembagian ruangan perpustakaan berdasarkan presentase seluruh luas lantai perpustakaan yang diperuntukkan bagi kepentingan koleksi, pengguna, staf, dan keperluan lain, sebagai berikut:

a. Untuk perpustakaan dengan sistem tertutup -Areal untuk koleksi 45%

-Areal untuk pengguna 25% -Areal untuk staf 20%

-Areal untuk keperluan lain 10%

b. Untuk perpustakaan dengan sistem terbuka -Areal koleksi dan pengguan 70%

-Areal untuk staf 20%

-Areal untuk keperluan lain 10% (p. 7).

Menurut Sulistyo-Basuki (1991) sesuai standar yang dibuat oleh Thompson Untuk menghitung luas ruangan sesuai dengan fungsinya, besarnya koleksi buku (rak), pengguna dan staf perpustakaan adalah sebagai berikut:

(16)

a. Rak

Rak satu muka, dengan lebar 100 cm, dapat memuat 115 – 165 eksemplar buku, dan jarak antara rak 100 - 110 cm. Dengan demikian 1 m2 luas lantai dapat memuat 150 - 220 eksemplar.

b. Ruang baca

Untuk mahasiswa diploma dan sarjana membutuhkan ruang 1,2 – 2,3 m2 per mahasiswa, sedangkan mahasiswa pasca sarjana 3,25 – 3,70 m2 per mahasiswa.

c. Ruang khusus

Ruang khusus terdiri dari:

1. Areal pandang dengar: 3,0 m2/meja

2. Areal diskusi/seminar: 2,0 m2/tempat duduk 3. Areal untuk konfrensi: 1,9 m2/orang

Untuk ruangan lain seperti corridor (selasar), aula, toilet dan gudang diperlukan seluas 10-15% dari seluruh luas lantai yang telah dihitung.

d. Staf perpustakaan

1. Kepala dan wakil kepala perpustakaan 30 m2

2. Pengklasifikasi, pengkatalog, pustakawan pengadaan dan pemeliharaah 9 m2

3. Staf administrasi dan profesional yang tidak bertugas di titik jasa serta staf lainnya terkecuali (point b) adalah 5 m2.

e. Jasa

Ruang yang diperlukan untuk jasa bagi pemakai dihitung berdasarkan permintaan setempat, keperluan lainnya misalnya: tangga, korridor, lobi, pintu masuk, tembok, pengangkutan barang, dan lift sekitar 30% hingga sepertiga dari ruang untuk bahan pustaka, pembaca, serta ruang jasa untuk pembaca dan staf (p. 306).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga yang menyelenggarakan perpustakaan dapat menentukan sendiri perhitungan luas gedung/ruangan yang dibutuhkan oleh perpustakaan.

2.4.4. Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan

Perabot adalah semua barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti: kursi, meja, rak buku,dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan adalah barang-barang yang merupakan dari suatu komponen atau kegiatan perpustakaan antara lain komputer, mesin tik, proyektor, speaker dan lain-lain.

Selain memerlukan ruangan yang baik, perpustakaan membutuhkan perabot dan perlengkapan yang berbeda-beda pada setiap ruangannya serta disesuaikan kepada fungsi spesifik dan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh

(17)

perpustakaan tersebut. Dalam buku Pedoman Umum Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992), Perabot perpustakaan adalah:

Barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, papan peragaan dan lain sebagainya. Sedangkan perlengkapan perpustakaan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dan suatu komponen atau kegiatan perpustakaan misalnya mesin ketik, komputer, layar proyektor dan sebagainya (p. 4).

Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui bahwa perabot dan perlengkapan perpustakaan adalah barang-barang yang diperlukan dan digunakan perpustakaan untuk membantu kelancaran kegiatan kerja pegawai perpustakaan dan pengguna perpustakaan dalam melaksanakan kegiatannya. Perabot dan perlengkapan perpustakaan merupakan komponen yang sangat penting untuk menunjang kelancaran kegiatan perpustakaan. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan perabot dan perlengkapan agar nantinya kegiatan dan fungsi perpustakaan dapat berjalan dengan efisien berasarkan Depdiknas RI (2004), antara lain:

1. Inventaris perabot dan perlengkapan yang ada dan masih dapat dimanfaatkan.

2. Kapasitas ruang tersedia.

3. Spesifikasi perabot dan perlengkapan yang dibutuhkan. 4. Rencana tata ruang perpustakaan.

5. Keperluan bantuan evaluasi contoh perabotan dan penawaran (p. 136). Di samping itu, menurut Yusuf (1996) pustakawan harus merencanakan perlengkapan dan perabot berdasarkan identifikasi kegiatan yang akan dilakukan yaitu:

1. Kegiatan harus sesuai dengan rincian tahap pekerjaan sehingga perlengkapan dan perabot yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan tahap-tahap pekerjaan.

2. Kegiatan harus dihubungkan dengan ruang tempat dimana kegiatan dilakukan. Hal ini menyangkut bentuk dan ruangan.

3. Aspek lain yang diperlukan dalam penentuan perlengkapan dan perabotan adalah:

a. Jumlah dan jenis koleksi; bahan cetak atau bentuk lain yang ada dan akan dimiliki perpustakaan dalam rencana lima tahun mendatang. b. Jangkauan layanan yang akan diselenggarakan, termasuk jumlah

tenaga yang akan menempati tiap ruangan dan pengembangannya lima tahun mendatang.

(18)

c. Pada keadaan tertentu ruangan pasti dipakai untuk perkantoran/kegiatan administrasi dan pengembangannya (p. 115). Keberadaan ruangan perpustakaan dimaksudkan untuk menampung dan melindungi koleksi dari kerusakan sekaligus sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan. Ruangan perpustakaan juga menentukan perabot dan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan/kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap ruang pokok yang ada di perpustakaan. Berikut perabot dan perlengkapan yang diperlukan pada setiap ruangan perpustakaan yang terdapat dalam buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992) adalah sebagai berikut:

1. Perabot dan perlengkapan ruang koleksi a. Rak Buku, terdiri dari:

- Rak buku satu muka - Rak buku dua muka - Rak buku anak-anak

- Rak buku serbaguna untuk ruang kerja b. Rak majalah

c. Tangga injakan

d. Gantungan surat kabar e. Rak atlas

f. Rak kamus g. Rak brosur

h. Rak piringan hitam

i. Lemari alat piringan hitam/kaset

j. Lemari untuk menyimpan slide dan gambar OHP (OverHead Proyektor)

k. Rak untuk menyimpan roll film l. Kotak kartu mikro

m. Rak untuk menyimpan pita video dan kaset n. Rak kaset video

o. Rak display/peraga p. Alat pemadam api q. Telepon

r. AC/kipas angin s. Rak referensi

2. Perabot dan perlengkapan ruang baca a. Meja baca, terdiri dari:

- Meja serbaguna - Meja rendah

b. Kursi baca, terdiri dari: - Kursi duduk rendah

- Kursi baca anak-anak - Kursi dan meja anak-anak

(19)

c. Sice untuk membaca santai (lobi) d. Karel/meja belajar perorangan e. Karpet lantai untuk anak-anak f. Kursi baca santai untuk anak-anak g. Poster dinding untuk penghias lainnya h. Telepon

i. AC/kipas angin

3. Perabot dan perlengkapan ruang pelayanan a. Meja sirkulasi

b. Locker/rak penitipan c. Lemari katalog d. Lemari kartu kardeks e. Papan pengumuman f. Rak buku baru

g. Tanda-tanda petunjuk h. Kotak saran

i. Kereta buku j. Mesin foto kopi

k. Mikrofilm reader printer l. Video cassette/televisi m. Meja proyektor n. Telepon

o. Kipas angin/AC p. Komputer

4. Perabot dan perlengkapan ruang kerja teknis administrasi a. Meja/kursi kerja

b. Lemari arsip c. Rak/lemari

d. Alat pembersih lantai e. Kursi tamu f. Meja pengolahan g. Alat penjilidan h. Telepon i. AC/kipas angin j. Mesing penghitung/kalkulator k. Book charger l. Komputer

5. Perabot dan perlengkapan ruang khusus a. Meja dan kursi

b. Alat penghisap debu c. Papan tulis

d. AC/kipas angin e. TV/Video kaset

f. Kaset/perekam, tape recorder g. Microphone

h. Earphone/interkom i. Overhead proyektor j. Apaque proyektor

(20)

k. Layar

l. Proyektor slide/film strip (p. 5).

2.5. Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) “Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, pengenalan masalah dan pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan”. Sedangkan Uzer (2003) menyebutkan bahwa:

Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan (p. 120).

Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi (2008), bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (p. 2).

Dari pengertian tentang evaluasi yang dikemukakan ahli di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. “Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses. Proses evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut :

(21)

Gambar 1. Proses Evaluasi dalam Mugnesyiah (2006) (p. 48)

2.5.1. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah meningkatkan mutu program, memberikan justifikasi atau penggunaan sumber-sumber yang ada dalam kegiatan, memberikan kepuasan dalam pekerjaan dan menelaah setiap hasil yang telah direncanakan. Suprihanto (1988), mengemukakan bahwa tujuan evaluasi antara lain:

a. Sebagai alat untuk memperbaiki dan perencanaan program yang akan datang,

b. Untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen saat ini serta dimasa yang akan datang,

c. Memperbaiki pelaksanaan dan dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program perencanaan kembali suatu program melalui kegiatan mengecek kembali relevansi dari program dalam hal perubahan kecil yang terus-menerus dan mengukur kemajuan target yang direncanakan (p. 63).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan evaluasi merupakan komponen yang penting yang perlu diperhatikan untuk mengetahui perencanaan program selanjutnya.

(22)

2.5.2. Evaluasi Tata Ruang Perpustakaan

Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Menurut Sedarmayanti (2001): Tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman leluasa dan bebas bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja (p. 125).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa evaluasi tata ruang merupakan suatu proses untuk mengetahui/menguji kelayakan maupun standarisasi terhadap fasilitas dan tata ruang dalam suatu institusi/lembaga tertentu. Evaluasi tata ruang perpustakaan merupakan proses pengelolaan semua perabot/perlengkapan perpustakaan dan barang-barang yang ada pada perpustakaan sebaik mungkin agar perpustakaan bekerja dengan evektif dan efisien.

Gambar

Gambar 1. Proses Evaluasi dalam Mugnesyiah (2006) (p. 48)

Referensi

Dokumen terkait

+XWWXQHQ GDQ 1RXYRQHQ PHODSRUNDQ SHPEHULDQ DUDQJ DNWLI NHSDGD SHQGHULWD KLSHUNROHVWHUROHPLD VHEDQ\DN J GDQ WLJD NDOL VHKDULVHODPDPLQJJXPHQXUXQNDQWRWDOSODVPD NROHVWHURO VHEHVDU

Sebuah coverage adalah sebuah layer peta dalam ARC/INFO, yang berasosiasi dengan beberapa file kelas fitur (misalnya titik, garis atau polygon) dan atribut dari coverage

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi Islam yang berdiri pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya. Alasan peneliti menggunakan objek HMI dan PMII

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kegiatan ekstrakurikuler dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik di SMP Negeri Se Kabupaten Karawang, dengan melihat

Pada penelitian karakter dan karakteristik morfologi internal (anatomi), parameter yang diamati berasal dari organ daun, meliputi tebal kutikula, ukuran stomata,

Hukum Islam yang tertuang dalam syari`at dapat dibagi atas tiga kelompok besar yaitu Hukum tentang `Aqidah yang mengatur keyakinan manusia terhadap Allah dan lebih

Titi Anggono dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fisika Serpong selaku Pembimbing 2 yang telah mengijinkan saya melakukan Tugas Akhir di LIPI FISIKA dan telah

Karena secara tidak langsung praktik perjudian atau pertaruhan dalam penentuan siapa yang akan menang dalam Pemilihan Kepala Desa ini sangat mempengaruhi suara