• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGI DENGAN STRES KERJA DISEBABKAN OLEH MUTASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KABUPATEN MERANGIN - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGI DENGAN STRES KERJA DISEBABKAN OLEH MUTASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KABUPATEN MERANGIN - UMBY repository"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 1. Perngertian Mutasi

Perpindahan pegawai terjadi dalam setiap organisasi baik lembaga pemerintahan maupun organisasi perusahaan. Ada berbagai istilah perpindahan yang digunakan setiap organisasi, istilah yang umum digunakan adalah mutasi. Seperti yang dijelaskan oleh Hasibuan (2016) “Istilah-istilah yang sama pengertiannya dengan mutasi adalah pemindahan, alih tugas, transfer dan job rotation karyawan”. Berdasarkan definisi tersebut mutasi merupakan kegiatan yang biasa terjadi di suatu lembaga, terutama lembaga/instansi pemerintah, pegawai yang dimutasi berarti pegawai tersebut mengalami adanya suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang mana perubahan tersebut disebabkan karena pegawai membutuhkan suatu penyegaran (refresh) untuk mengurangi kejenuhan pegawai. Pegawai yang menduduki jabatan selama lima atau sepuluh tahun dalam posisi yang sama pasti akan merasakan kejenuhan dalam mengemban tugasnya. Sehingga diperlukan penyegaran untuk mengurangi kejenuhan tersebut melalui mutasi.

(2)

dan dapat memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada organisasi. Hanggraeni (2012) menjelaskan mutasi adalah pemindahan dari posisi yang baru tapi memiliki kedudukan, tanggung jawab, dan jumlah remunerasi yang sama. Daryanto (2013) mutasi adalah suatu kegiatan rutin dari suatu perusahaan untuk dapat melaksanakan prinsip the right men on the right place. Moekijat (2010) mutasi adalah suatu perubahan dari suatu jabatan dalam suatu kelas ke suatu jabatan dalam kelas yang lain yang tingkatnya tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah (yang tingkatnya sama) dalam rencana gaji.

Mengacu pada beberapa pengertian di atas, mutasi dapat disimpulkan sebagai kegiatan memindahkan tenaga kerja, pengoperan tanggung jawab, pemindahan status ketenagakerjaan, dan sejenisnya. Mutasi tidak sama dengan pemindahan tenaga kerja dalam pengertian terbatas pada mengalihkan tenaga kerja dari satu tempat ke tempat lain. Mutasi bukan promosi jabatan, mutasi diilaksanakan dalam suatu organisasi yang memiliki tingkat level yang sama dari posisi perkerjaan sebelum mengalami pindah kerja. Kompensasi gaji, tugas dan tanggung jawab yang baru umumnya adalah sama seperti sedia kala.

2. Pengertian Stres kerja

(3)

kerja merupakan respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasinya. Stres kerja merupakan respon seseorag terhadap tuntutan dari pekerjaanya (Martina, 2012). Selanjutnya Rivai (2009) mengemukakan stres kerja bahwa suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seorang karyawan.

Menurut Scharbracq (2003) stres kerja sebagai sebuah respon terhadap hilangnya kendali terhadap kinerja kita. Selanjutnya stres kerja diartikan sebagai tekanan yang terjadi ketika kita harus mengerjakan sesuatu yang tidak ingin kita kerjakan. Sauter (dalam Andre, 2008) berpendapat bahwa stres kerja adalah respon fisik dan emosional berbahaya yang terjadi ketika persyaratan pekerjaan tidak sesuai kemampuan pekerja, sumber daya, atau kebutuhan.

Menurut Robbins (2015) stres kerja dihubungkan tuntutan dan sumber daya tutuntutan merupakan tanggung jawab tekanan kewajiban dan ketidak pastian yang dihadapi oleh para individu di tempat kerja. Sumberdaya merupakan hal-hal didalam kendali individu yang dapat dia pergunakan untuk menyelesaikan tuntutan. Daft (2010) mengatakan stres kerja yaitu seperti kesulitan, ketidaknyamanan, melelahkan dan bahkan menakutkan.

(4)

3. Aspek-aspek Stres kerja

Menurut Sopiah (2008) stres kerja bisa dilihat pada tiga aspek yaitu fisik, psikis, dan perilaku.

a. Fisik

Akibat stres pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang disinyalir karena orang tersebut mengalami stres yang cukup tinggi dan berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan, darah tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, dan peningkatan sakit jika sedang menderita sakit.

b. Psikis

Akibat stres pada aspek psikis pada pekerja dapat dikenali dari beberapa tanda, seperti: ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat.

c. Perilaku

Akibat stres bisa dikenali dari perilaku yang berpotensi meningkatkan potensi kerawanan, seperti: peningkatan tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi kerja tinggi, kinerja rendah, dan agresi di tempat kerja. Pendapat lain juga mengtakan Luthans (2001) mengatakan stres kerja secara umum dapat dikategorikan ke dalam tiga aspek, yaitu fisiologis, psikologis, perilaku.

(5)

yang cenderung dingin dan mata menjadi merah. Stres yang tinggi biasa disertai dengan penyakit tekanan darah tinggi, sakit jantung. Radang lambung dan radang sendi.

b. Aspek pikologis, yaitu emosi yang tidak stabil, yang membuat sesorang dalam bertindak tidak lagi bertindak atas pertimbangan akal sehat atau berdasarkan pikiran jernih. Gejala yang nampak pada individu yang mengalami stres berat adalah mudah marah, merasa cemas, tertekan, gugup, cepat tersinggung dan merasa bosan.

c. Aspek perilaku yaitu gerak-gerik seseorang yang dapat diamati secara langsung yang tercermin dalam cara-cara bertindak dan berperilaku yang menyimpang dari individu, seperti bermalas-malasan, bosan, cepat lelah, produktivitas menurun.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulakan bahwa stres kerja memiliki dampak yang buruk bagi individu yang bisa menyebabkan masalah berkelanjutan bila tidak ditangani dengan serius.

Berdasarkan aspek-aspek yang ada diatas penliti memilih aspek dari Sopiah (2008) yaitu aspek fisik, psikis, dan perilaku. Peneliti memilih ini karena ada hubungan dengan pengertian stes kerja, karena peneliti memperkirakan bahwa stres kerja bisa menyebabakan kondisi fisik, psikis dan perlaku menjadi tidak normal dan penurunan produktifitas dalam bekerja .

4. Faktor Stres kerja

(6)

a. supervisor (atasan)

Aturan- aturan kerja sempit dan tekanan yang tiada henti untuk mencapai jumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab utama stres yang dikaitkan dengan para pekerja dengan supervisior.

b. Salary (gaji)

Gaji adalah penyebab stres apabila dianggap tidak diberikan secara adil. Banyak pekerja kerah biru merasa mereka dibayar rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, para pekerja kerah putih.

c. security (keamanan)

Para pekerja mengalami stres ketika mereka tidak pasti apakah mereka tetap mempunyai pekerjaan bulan depan, minggu depan, atau bahkan besok. Bagi banyak pekerja, rendahnnya keamanan bahkan lebih menimbulkan stres dari rendahnya keselamatan paling tidak, dengan pekerjaan dimana tingkat keselamatan kerja rendah, mereka mengetahui resikonya, sementara dengan pekerjaan yang tidak aman, merekan akan berada dalam keadaaan tidak pasti.

d. safety (keselamatan).

(7)

Berdasarkan dari penjelasan diatas maka bisa disimpulkan bahwa mutasi bisa berdampak positif pada pegeawai dan juga bisa berdampak negtif pada pegawai tersebut mutasi dilakukan dengan mempertimbangkandan kualifikasi teknis yang dimiliki maka akan menigkatkan kinerja, sebaliknya jika mutasi dilukan tidak melalui dengan kualifikasi teknis maka akan bisa mengakibatkan masalah-masalah lainnya pada pegwai tersebut seperti stres kerja.

B.Coping Strategi 1. Pengertian Coping Strategi

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa mereka. Konsep untuk memecahkan permasalahan ini disebut dengan coping. Kata coping sendiri berasal dari kata cope yang dapat diartikan sebagai menghadapi, melawan ataupun mengatasi, walaupun demikian belum ada istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili istilah ini. Pengertian coping hampir sama dengan penyesuaian (adjustment). Perbedaannya, penyesuaian mengandung pengertian yang lebih luas jika dibandingkan dengan coping, yaitu semua reaksi terhadap tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan coping dikhususkan pada bagaimana seseorang mengatasi tuntutan yang menekan (Rustiana, 2003).

(8)

merupakan cara yang digunakan untuk mengatasi ancaman yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang. Sedangkan Folkman and Lazarus (dalam Safaria, 2012) Coping strategi didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani individu yang bersangkutan (Higgins dan Endler, 1995).

Selanjutnya di jelaskan Lazarus dan Folkman (dalam Safaria, 2012) coping merupakan suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang menekan. Pada dasarnya coping menggambarkan proses aktivitas kognitif, yang disertai dengan aktivitas perilaku Folkman (dalam Safaria, 2012).

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa coping strategi ialah pilihan cara berupa respon perilaku dan respon pikiran serta sikap yang digunakan seseorang dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada agar dapat beradaptasi dalam situasi menekan.

2. Aspek Coping Strategi

Bærenholdt (dalam Jørgen, 2002) mengemukakan pendapat tenteang aspek-aspek coping strategi, meliputi :

(9)

berbagai jenis pengembangan berdasarkan kondisi di kelembagaan, tindakan organisasi-organisasi, dan hal lain yang prinsipnya sebagai dinamika interaktif belajar dalam lingkungan dimana pengetahuan sebagai aset utama.

b. Aspek jaringan yaitu berisi pengembangan hubungan interpersonal yang yang melampaui batasan institusi sosial. Menekankan karakter sosial lokal maupun regional, membentuk kebersamaan antara orang-orang yang berkomitmen dan memiliki potensi untuk mengatasi hambatan yang sulit diselesaikan secara individu. Di sini memunculkan kesepakan penggunaan potensi masing-masing individu sebagai modal sosial dan hubungannya satu dengan yang lain sebagai jaringan.

c. Aspek pembentukan identitas diajukan dalam konteks budaya konektivitas, yang sering lebih jelas dari pada aspek 'globalisasi'. Pada dasarnya, masyarakat menjadi refleksif dalam arti bahwa orang yang merenungkan dengan konstruksi mereka sendiri dan hubungan dengan lingkungan sosial.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan coping strategi adalah suatu cara atau upaya individu untuk menangulangi stres yang sedang dihadapinya yaitu dengan mencari akar permasalahan dengan mempelajarinya dan berusaha mendapatkan dukungan dari lingkungan agar bisa mengurangi permasalahan yang disebabkan oleh stres tersebut.

C.Hubungan Antara Coping Strategi Dengan Stres Kerja Disebabkan Oleh Mutasi

(10)

mengatasi ancaman yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang Freud (dalam Higgins & Endler, 1995). Sedangkan Folkman and Lazarus (dalam Safaria, 2012) Coping strategi didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani individu yang bersangkutan (Higgins dan Endler, 1995).

(11)

Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Ketiga peraturan perundang-undangan ini merupakan pedoman pelaksanaan mutasi kepegawaian di setiap instansi pemerintah umum dan daerah. Namun tidak semua hal tersebut bisa diterima oleh individu seperti halnya yang sudah dijelaskan pada wawancara di bab sebelumnya hal itu mengakibatkan timbulnya banyak masalah sehingga mengakibat stres dalam bekerja diakibatkan oleh mutasi.

Sementara itu dijelaskan juga bahwa coping strategi memiliki tiga aspek yaitu inovatif, jaringan dan pembentukan identitas. Aspek pertama inovasi yaitu proses pencarian maupun pemilihan untuk mendapatkan cara penyelesaian baru bagi suatu permasalahan. Termasuk didalamnya berbagai jenis pengembangan berdasarkan kondisi di kelembagaan, tindakan organisasi-organisasi, dan hal lain yang prinsipnya sebagai dinamika interaktif belajar dalam lingkungan dimana pengetahuan sebagai aset utama, jika individu yang mengalami stres kerja mampu melakukan inovasi atau memahami suatu masalah, maka individu yang mengalami stres kerja akan mampu mengatasi gejala fisik seperti stres yang cukup tinggi dan berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan, darah tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, dan peningkatan sakit jika sedang menderita sakit. Selain itu individu juga mampu mengatasi stres pada psikis yang dapat dikenali dari beberapa tanda, seperti ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat.

(12)

sosial lokal maupun regional, membentuk kebersamaan antara orang-orang yang berkomitmen dan memiliki potensi untuk mengatasi hambatan yang sulit diselesaikan secara individu. Jika individu yang mengalami stres bisa mengembangkan jaringan antar hubungan interpersonal maka akan mampu mengatasi gejala stres seperti fisik seperti stres yang cukup tinggi dan berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, tekanan, darah tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, dan peningkatan sakit jika sedang menderita sakit. Selain itu individu juga mampu mengatasi stres pada psikis yang dapat dikenali dari beberapa tanda, seperti ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat.

Selanjutnya aspek ketiga pembentukan identitas adalah konteks budaya konektivitas, yang sering lebih jelas dari pada aspek 'globalisasi'. Pada dasarnya, masyarakat menjadi refleksif dalam arti bahwa orang yang merenungkan dengan konstruksi mereka sendiri dan hubungan dengan lingkungan sosial. Jika individu yang mengalami stres melalukan coping dengan pembentukan identitas maka individu yang mengalami stres akan mamapu mengatasi gelaja stres terhadap prilaku seperti dikenali dari perilaku yang berpotensi meningkatkan kerawanan, seperti peningkatan tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi kerja tinggi, kinerja rendah, dan agresi di tempat kerja.

(13)

Tahun Ajaran 2010/2011)”, didalam penelitiannya menjelaskan bahwa konselor/guru bimbingan dan konseling mengalami stres tinggi pada aspek fisik yang disebebkan oleh aspek kararkteristik pekerjaan dibandingkan dengan aspek kognitif, emosi, perilaku, lingkungan fisik dan sosial. Strategi coping stres yang dimiliki konselor paling tinggi pada aspek religious dibandingkan dengan strategi coping problem focused coping, social support, dan meaning making coping. Setelah mengikuti kegiatan pengembangan strategi coping yang dimilikinya. Pengembangan program coping strategi direkomendasikan untuk membantu konselor dalam mereduksi stres dan meningkatkan coping stres.

(14)

D.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan negatif antara coping

Referensi

Dokumen terkait

Futures adalah kontrak berjangka panjang yang bersifat mengikat atau memberi kewajiban kepada kedua belah pihak untuk membeli atau menjual underlying asset

Arsitektur Sistem Pemantauan Aktivitas Pengguna Pada Jaringan Client-Server Komputer client berisi aplikasi viewer/ client bertugas mengendalikan kerja seluruh sistem

8) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini

Lokasi penelitian ini di Daerah Kelurahan Dawuhan, Kabupaten Situbondo Alasan peneliti mengambil wilayah ini menjadi tempat penelitian adalah karena tempat ini

III - 28 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN drainase tertutup terutama di kawasan pusat-pusat kegiatan dalam kawasan perkotaan.. Pengembangan saluran drainase

Pada penelitian ini, status gizi sangat kurus paling tinggi dengan jumlah anak dalam keluarga responden >2, status gizi kurus paling tinggi dengan jumlah anak

Dalam konteks ini, biasanya pemerintah-lah yang bertugas memastikan adanya infratruktur dimaksud, tentu saja dengan bekerjasama bersama sektor swasta sebagai pembangun

SQL Sever memiliki bahasa pemrograman sendiri yang disebut Transact-SQL (T-SQL) selain itu SQL Server juga mempunyai Trigger, yaitu sebuah prosedur yang tersimpan khusus