III - 1 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
BAB III
–
ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya.
Berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015
tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.
1. RPJMN 2015-2019
RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka
menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang
kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil
Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka
panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik
kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi
Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat
ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan
penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya
peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi
peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian
dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar
kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan
pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas,
berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK
dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar
III - 2 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun
2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan
2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung
peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur
permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan
nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN
2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas
nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik),
menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan
nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang
seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran
kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai
pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal
pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas
yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak
dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup
penduduk 40 persen terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam
RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
III - 3 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
• Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
• Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
• Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara
nasional;
• Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
• Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen
pada tingkat kebutuhan dasar;
• Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.
Tabel 3. 1 Arah Kebijakan RPJMN Tahun 2015-2019
No Pembangunan Sasaran 2019 Arahan Kebijakan 1 Pembangunan Kawasan
Metropolitan baru di luar Pulau Jawa – Bali
5 Kawasan Perkotaan Metropolitan
Pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa
2 Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen
Pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi
3 Optimalisasi kota otonom berukuran sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan
penyangga urbanisasi di Luar Jawa
20 Kota Otonom Sedang
Pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percontohan (best practices) perwujudan kota
III - 4 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN No Pembangunan Sasaran 2019 Arahan Kebijakan
5 Memperkuat pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
39 pusat fungsional antara pasar dan kawasan produksi.
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
2. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang selanjutnya disebut Renstra
Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dokumen perencanaan Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun
2019 yang disusun melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
yang telah disusun sebagai dokumen perencanaan dan acuan penganggaran
untuk periode lima tahun mendatang.
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal
Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung
jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa
Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan
pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta
Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
III - 5 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan
sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan
air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan
sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan
air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase
lingkungan serta persampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase
lingkungan serta persampahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan,
Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun
sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta
memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan
masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan
dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem
III - 6 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah
dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis
terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan
masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan
infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan
masyarakat.
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas
pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat,
dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan,
pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan
melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan.
Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan
perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta
konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan
dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan,
pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga
melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan
Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta
infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya
juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM
sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya
dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga
bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
III - 7 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan
pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran
serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas
pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi
target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu
bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu
diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan
(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial
maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang
Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi
daerah.
Tabel 3. 2 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pendekatan Strategi Pelaksanaan
Membangun Sistem a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)
b. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar) c. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan
Fasilitasi Pemda a. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.
b. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
c. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan.
Pemberdayaan Masyarakat
a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.
III - 8 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang
terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan
di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan
kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial
maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah
pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral
Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan
permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan
inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat
terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan
kemampuan keuangan daerah.
Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan
pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan
kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran
tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini
mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode
2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai
keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan
maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15%
kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka
pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari porsi pendanaan
tersebut.
Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan
alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan.
Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi
III - 9 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25%
dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema
KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%.
Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat sehingga diharapkan
dapat berkontribusi 15% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan
hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya
dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi
beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para
stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran
100-0-100.
Tabel 3. 3 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
2015-2019
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
3.1.2. Arahan Penataan Ruang.
antara lain berisikan arahan penetapan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN), Kawasan Strategis Nasional (KSN) pada
kabupaten/kota sesuai dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Bagian ini juga
berisikan arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW
III - 10 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
3.1.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentangRencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindak lanjuti ke
dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensisebagai
simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang
menuju kawasan internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
pusat kegiatan industri dan jasa skalanasional atau yang
melayani beberapa provinsi, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
simpul utama transportasi skala nasional atau melayani
beberapa provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
III - 11 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN ii. ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
pusat kegiatan industri dan jasa yangmelayani skala provinsi
atau beberapa kabupaten,dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
simpul transportasi yang melayani skalaprovinsi atau beberapa
kabupaten.
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan
lintas batas dengan negara tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang
internasional yang menghubungkan dengannegara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi
yang menghubungkan wilayahsekitarnya, dan/atau
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi
yang dapat mendorongperkembangan kawasan di sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan
kepentingan:
i. Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan
dan pertahanan negara berdasarkangeostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer,
daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan
lainnya, gudang amunisi,daerah uji coba sistem
persenjataan, dan/ataukawasan industri sistem
pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk
pulau-pulau kecil terluar yangberbatasan langsung dengan
negara tetangga dan/atau laut lepas.
ii. Pertumbuhan ekonomi,
III - 12 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi nasional,
c) memiliki potensi ekspor,
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi,
e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi
tinggi,
f) berfungsi untuk mempertahankan tingkatproduksi pangan
nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkatproduksi sumber
energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi
nasional, atau
h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan
tertinggal.
iii. Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat
istiadat atau budayanasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan
budaya serta jati diri bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus
dilindungi dan dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya
nasional,
e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya, atau
f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala
nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber
daya alam strategis nasional,pengembangan antariksa,
III - 13 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN c. memiliki sumber daya alam strategis nasional
d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa
e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan
nuklir, atau
f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi
strategis.
v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, floradan/atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah
yang harus dilindungidan/atau dilestarikan,
c. memberikan perlindungan keseimbangan tataguna air
yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian
negara,
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup
f. rawan bencana alam nasional
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan
kehidupan.
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, pada
Kabupaten Rokan Hulu terdapat Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu pada
Pasir Pangaraian. Sedangkan untuk lokasi Pusat KegiatanStrategis Nasional,
di Kabupaten Rokan Hulu tidak terdapat Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN).
Untuk penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN), di Kabupaten
III - 14 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN strategis nasional berdasarkan aspek kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
3.1.2.2. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan
dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruangyang
mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung danbudidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkaitbidang Cipta Karya
seperti pengembanganRTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkaitkeciptakaryaan
seperti pengembangan prasaranasarana air minum, air limbah,
persampahan, dandrainase
b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan strukturruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Berdasarkan dokumen materi teknis RTRW Provinsi Riau, di Kabupaten
Rokan Hulu terdapat Kawasan Andalan Ujung Batu-Bagan Batu dengan
sektor unggulan indsutri migas dan perkebunan serta Kawasan Hutan
Lindung Mahato sebagai kawasan strategis nasional berdasarkan aspek
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3.1.2.3. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten/Kota
Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana TataRuang
Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah
III - 15 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN diperhatikan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari
sudut kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang
mencakup:
1. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta
Karya seperti pengembangan RTH.
2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan
seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan,drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta
Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan
zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan,
dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan
struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
1. Kawasan Strategis Kabupaten
Dasar penetapan kawasan strategis kabupaten (KSK) Pelalawan adalah
substansi rencana yang telah ditetapkan di depan, yaitu meliputi:
- Tujuan, Kebijakan dan Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Pelalawan;
- Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan;
III - 16 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN - Penetapan KSN dan KSP yang terletak atau terkena dengan wilayah
Kabupaten Pelalawan.
Selanjutnya penetapan KSK Pelalawan menurut sudut kepentingan,
karakter pengembangan KSK, dan arahan penanganan KSK ditunjukkan
pada Tabel V.3.1. Sebaran KSK tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.3.1.
Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Pelalawan
dikelompokkan atas 3 sudut kepentingan, yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi, (2)
sosial budaya, dan (3) fungsi dan daya dukung lingkungan. Dengan kata lain
tidak ada kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi.
A. Pertumbuhan ekonomi:
1. KSK PKW Pangkalan Kerinci - PKW Pangkalan Kerinci merupakan pusat per- - Pengembangan kegiatan perkotaan yang mendo-tumbuhan utama wilayah Kabupaten Pelalawan, rong pertumbuhan ekonomi.
dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan kabu- - Pengembangan dan peningkatan prasarana dan paten, pusat perdagangan, jasa, industri, dan sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi. budaya. - Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi - Pengembangan kawasan perkotaan meliputi ba- ruang terhadap bentuk-bentuk yang dapat menu-gian kawasan perkotaan lama dan bamenu-gian kawas- runkan kualitas lingkungan dan layanan transpor-an perkotatranspor-an baru, dtranspor-an termasuk kawastranspor-an indus- tasi wilayah.
tri skala besar pengolahan bubur kertas.
2. KSK Koridor Pangkalan Kerinci - - Merupakan koridor yang menghubungkan Pang- - Pengembangan kegiatan ekonomi yang
mendo-Pekanbaru kalan Kerinci dengan PKN Pekanbaru dengan ke- dorong pertumbuhan ekonomi.
cenderungan membentuk embrio kawasan metro- - Pengembangan dan peningkatan prasarana dan politan Pekanbaru. sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi - Terdapat PPK Sikijang sebagai kawasan perko- dengan antisipasi sebagai kawasan perkotaan
taan yang secara fisik berbatasan langsung atau yang merupakan bagian kawasan metropolitan menerus dengan Kota Pekanbaru. Pekanbaru.
- Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerak- - Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi kan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten ruang terhadap bentuk-bentuk yang dapat menu-Pelalawan. runkan kualitas lingkungan dan layanan transpor-- Ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang tasi wilayah.
pesat harus dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam kawasan.
3. KSK Koridor Pangkalan Kerinci - - Terdapat PKLp Sorek, PKLp Ukui, dan PPK Pang- - Pengembangan kegiatan ekonomi yang
mendo-Sorek - Pangkalan Lesung - Ukui kalan Lesung yang merupakan kawasan perkota- dorong pertumbuhan ekonomi.
an. - Pengembangan dan peningkatan prasarana dan - Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerak- sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.
kan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten - Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi Pelalawan. ruang terhadap bentuk-bentuk yang dapat menu-- Ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang runkan kualitas lingkungan dan layanan
transpor-pesat harus dikendalikan agar tidak menurunkan tasi wilayah. kinerja kegiatan dalam kawasan.
B. Sosial budaya:
4. KSK Kawasan Cagar Budaya - Peninggalan sejarah dan budaya Melayu/Pelala- - Pelestarian cagar budaya Melayu/Pelalawan.
Komplek Istana Sayap Pelala- wan yang merupakan cagar budaya, - Pemanfaatan sebagai objek wisata budaya dan
wan penelitian ilmu pengetahuan sejarah/budaya
C. Fungsi dan Daya Dukung
Ling-TABEL V.3.1
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (KSK) PELALAWAN
Sudut Kepentingan KSK &
III - 17 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
C. Fungsi dan Daya Dukung Ling-kungan:
5. KSK Kawasan Taman Nasional - Merupakan tempat perlindungan kenekaragaman - Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya
gu-Tesso Nilo hayati berupa fauna(satwa) dan flora (tumbuhan). na menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan - Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawas- taman nasional.
an taman nasional khususnya dan kawasan lin- - Pemantapan dan peningkatan kualitas serta reha-dung umumnya. bilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau
rusak kondisinya.
- Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan ta-man nasional.
- Memanfaatkan taman nasional sebagai objek wi-ta alam dan minat khusus, sesuai peraturan per-undang-undangan.
6. KSK Kawasan Suaka Margasatwa - Merupakan tempat perlindungan kenekaragaman - Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya
gu-Kerumutan hayati, terutama fauna (satwa). na menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan - Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawas- suaka margasatwa.
an suaka margasatwa khususnya dan kawasan - Pemantapan dan peningkatan kualitas serta reha-lindung umumnya. bilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau
rusak kondisinya.
- Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan sua-ka margasatwa.
- Memanfaatkan kawasan suaka margasatwa seba-gai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
7. KSK Kawasan Suaka Margasatwa - Merupakan tempat perlindungan kenekaragaman - Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya
gu-Tasik Serkap hayati, terutama fauna (satwa). na menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan (SM Tasik Serkap - Tasik Sarang - Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawas- suaka margasatwa.
Burung) an suaka margasatwa khususnya dan kawasan - Pemantapan dan peningkatan kualitas serta reha-lindung umumnya. bilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau
rusak kondisinya.
- Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan sua-ka margasatwa.
- Memanfaatkan kawasan suaka margasatwa seba-gai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
8. KSK Kawasan Suaka Margasatwa - Merupakan tempat perlindungan kenekaragaman - Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya
gu-Tasik Besar Serkap hayati, terutama fauna (satwa). na menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan (SM Tasik Besar - Tasik Metas) - Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawas- suaka margasatwa.
an suaka margasatwa khususnya dan kawasan - Pemantapan dan peningkatan kualitas serta reha-lindung umumnya. bilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau
rusak kondisinya.
- Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan sua-ka margasatwa.
- Memanfaatkan kawasan suaka margasatwa seba-gai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
III - 19 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Berdasarkan kelompok sudut kepentingan pengembangannya, penetapan
KSK tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.
5.3.1 Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Pelalawan dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
1. KSK PKW Pangkalan Kerinci.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a. PKW Pangkalan Kerincci merupakan pusat pertumbuhan utama
wilayah Kabupaten Pelalawan, dengan fungsi sebagai pusat
pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan, jasa, industri, dan
budaya;
b. pengembangan kawasan perkotaan meliputi bagian kawasan
perkotaan lama dan bagian kawasan perkotaan baru, dan termasuk
kawasan industri skala besar pengolahan bubur kertas.
Arah penanganan KSK ini adalah:
a. pengembangan kegiatan perkotaan yang mendorong pertumbuhan
ekonomi;
b. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung
pusat-pusat kegiatan ekonomi;
c. pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap
bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
layanan transportasi wilayah.
2. KSK Koridor Pangkalan Kerinci – Pekanbaru.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a. merupakan koridor yang menghubungkan Pangkalan Kerinci
dengan PKN Pekanbaru dengan kecenderungan membentuk
embrio kawasan metropolitan Pekanbaru;
b. terdapat PPK Seikijang sebagai kawasan perkotaan yang secara
fisik berbatasan langsung atau menerus dengan Kota Pekanbaru;
c. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
III - 20 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
d. ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang pesat harus
dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam
kawasan.
e. Arahan penanganan KSK ini adalah:
f. pengembangan kegiatan ekonomi yang mendorong pertumbuhan
ekonomi;
g. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung
pusat-pusat kegiatan ekonomi dengan antisipasi sebagai kawasan
perkotaan yang merupakan bagian kawasan metropolitan
Pekanbaru di masa datang;
h. pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap
bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan
layanan transportasi wilayah.
3. KSK Koridor Pangkalan Kerinci – Sorek – Pangkalan Lesung – Ukui.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a. terdapat PKLp Sorek, PKLp Ukui, dan PPK Pangkalan Lesung yang
merupakan kawasan perkotaan;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kabupaten Pelalawan;
c. ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang pesat harus
dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam
kawasan.
Arahan pengembangan KSK ini adalah:
a. pengembangan pusat-pusat ekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
b. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.
c. pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan layanan transportasi wilayah.
5.3.2 Sudut Kepentingan Sosial Budaya
III - 21 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
1. KSK Kawasan Cagar Budaya Komplek Istana Sayap Pelalawan.
Kawasan Cagar Budaya Komplek Istana Sayap Pelalawan ini terletak di Kelurahan Pelalawan Kecamatan Pelalawan.
Karakter pengembangan KSK ini adalah peninggalan sejarah dan
budaya Melayu/Pelalawan yang berupa situs cagar budaya.
Arahan penanganan KSK ini adalah:
a. Pelestarian cagar budaya Melayu/Pelalawan
b. Pemanfaatan sebagai objek wisata budaya dan penelitian ilmu pengetahunan sejarah/budaya.
5.3.3 Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Pelalawan dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:
1. KSK Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Kawasan Taman Nasional
Tesso Nilo yang dominan terletak di wilayah Kabupaten Pelalawan.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati berupa fauna (satwa) dan flora (tumbuhan).
b. Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawasan taman nasional khususnya, dan kawasan lindung umumnya.
Arahan pengembangan KSK ini adalah:
a. Pengendalian pemanfaatan di sekitarnya, guna menjaga kualitas kawasan sebagai taman nasional.
b. Pemantapan dan peningkatan kualitas serta rehabilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau rusak kondisinya.
c. Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan taman nasional.
d. Memanfaatkan kawasan taman nasional sebagai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
2. KSK Kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan. Kawasan Suaka
Margasatwa Kerumutan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah yang terletak dalam wilayah Kabupaten Pelalawan.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
III - 22 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN b. Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawasan suaka
margasatwa khususnya, dan kawasan lindung umumnya.
Arahan penanganan KSK ini adalah:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya, guna menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan suaka margasatwa.
b. Pemantapan dan peningkatan kualitas serta rehabilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau rusak kondisinya.
c. Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa.
d. Memanfaatkan kawasan suaka margasatwa sebagai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
3. KSK Kawasan Suaka Margasatwa Tasik Serkap. Kawasan Suaka
Margasatwa (SM) Tasik Serkap terletak di Kecamatan Teluk Meranti. SM Tasik Serkap ini sebelumnya dikenal juga dengan SM Tasik Serkap – Tasik Sarang Burung.
Karakter pengembangan KSK ini adalah:
a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, terutama satwa.
b. Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawasan suaka margasatwa khususnya, dan kawasan lindung umumnya.
Arahan penanganan KSK ini adalah:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya, guna menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan suaka margasatwa.
b. Pemantapan dan peningkatan kualitas serta rehabilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau rusak kondisinya.
c. Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa.
d. Memanfaatkan kawasan suaka margasatwa sebagai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
4. KSK Kawasan Suaka Margasatwa Tasik Besar Serkap. Kawasan
Suaka Margasatwa (SM) Tasik Besar Serkap terletak di Kecamatan Teluk Meranti. SM Tasik Besar Serkap ini sebelumnya dikenal juga dengan SM Tasik Besar – Tasik Metas.
III - 23 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, terutama
satwa.
b. Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawasan suaka margasatwa khususnya, dan kawasan lindung umumnya.
Arahan penanganan KSK ini adalah:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya, guna menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan suaka margasatwa.
b. Pemantapan dan peningkatan kualitas serta rehabilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau rusak kondisinya.
c. Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa.
d. Memanfaatkan kawasan suaka margasatwa sebagai objek wisata alam dan minat khusus, sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Arahan Pengembangan Pola Ruang Bidang Terkait Cipta Karya
Kawasan permukiman yang ditetapkan meliputi kawasan permukiman
perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan.
a. Kawasan Permukiman Perkotaan (PK)
Kawasan permukiman perkotaan merupakan kawasan permukiman yang
terdapat pada pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKW, PKLp, dan PPK,
atau meliputi ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Luas total kawasan
permukiman perkotaan yang didelineasikan kurang lebih 21.677,83 Ha
dengan sebarannya terletak di semua kecamatan.
Sehubungan dengan keterkaitannya dengan fungsi dan hierarki pusat
kegiatan sebagai PKW, PKLp, dan PPK, maka untuk masing-masing
kawasan perkotaan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:
a. Kawasan perkotaan PKW Pangkalan Kerinci dengan luas kurang lebih
5.982,90 Ha, yang letaknya terkena dengan Kecamatan Pangkalan
Kerinci seluas kurang lebih 5.714,49 Ha dan Kecamatan Pelalawan seluas kurang lebih 268,41 Ha, yaitu bagian dari Desa Sering.
III - 24 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN seluas kurang lebih 1.128,88 Ha, dan Kecamatan Pangkalan Lesung seluas kurang lebih 286,17 Ha.
c. Kawasan perkotaan PKLp Ukui dengan luas kurang lebih 2.979,30 Ha
terletak di Kecamatan Ukui.
d. Kawasan perkotaan PPK Sikijang dengan luas kurang lebih 1.125,93 Ha terletak di Kecamatan Bandar Seikijang.
e. Kawasan perkotaan PPK Langgam dengan luas kurang lebih 591,43 Ha terletak di Kecamatan Langgam.
f. Kawasan perkotaan PPK Pelalawan dengan luas kurang lebih 790,98 Ha terletak di Kecamatan Pelalawan.
g. Kawasan perkotaan PPK Pangkalan Bunut dengan luas kurang lebih
761,45 Ha terletak di Kecamatan Bunut.
h. Kawasan perkotaan PPK Lubuk Keranji dengan luas kurang lebih
782,41 Ha terletak di Kecamatan Bandar Petalangan.
i. Kawasan perkotaan PPK Pangkalan Lesung dengan luas kurang lebih
871,56 Ha terletak di Kecamatan Pangkalan Lesung.
j. Kawasan perkotaan PPK Kerumutan dengan luas kurang lebih
1.147,35 Ha terletak di Kecamatan Kerumutan.
k. Kawasan perkotaan PPK Teluk Meranti dengan luas kurang lebih
1.755,36 Ha terletak di Kecamatan Teluk Meranti.
l. Kawasan perkotaan PPK Teluk Dalam dengan luas kurang lebih
722,06 Ha terletak di Kecamatan Kuala Kampar.
Sehubungan dengan delineasi kawasan perkotaan di atas,
diidentifikasikan desa/kelurahan yang wilayahnya terkena dengan kawasan
tersebut. Untuk itu pada Tabel IV.2.4 dikemukakan desa/kelurahan yang
III - 25 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
1. PKW PANGKALAN KERINCI 1. Pangkalan Kerinci Kota (Kel.) 2. Pangkalan Kerinci Barat (Kel.) 3. Pangkalan Kerinci Timur (Kel.) 4. Mek arjaya
5. Sering 1)
2. PKLp SOREK 1. Sorek Satu (Kel.) 2. Sorek Dua 3. Batang Kulim 4. Lubuk Terap 2)
5. Kuala Semundam 2)
6. Pesaguan 3)
3. PKLp UKUI 1. Ukui Satu (Kel.) 2. Ukui Dua 3. Buk it Gajah
4. Sari Mak mur 4)
4. PPK SIKIJANG 1. Sikijang (Kel.) 2. Beringin Jaya 3. Muda Setia
5. PPK PELALAWAN 1. Pelalawan (Kel.)
6. PPK LANGGAM 1. Langgam (Kel.)
7. PPK PANGKALAN BUNUT 1. Pangkalan Bunut (Kel.) 2. Petani
3. Lubuk Mas
8. PPK LUBUK KERANJI 1. Lubuk Keranji (Kel.)
9. PPK PANGKALAN LESUNG 1. Pangkalan Lesung (Kel.)
10. PPK KERUMUTAN 1. Kerumutan (Kel.)
11. PPK TELUK MERANTI 1. Teluk Meranti (Kel.)
12. PPK TELUK DALAM 1. Teluk Dalam (Kel.)
Catatan:
1)
2)
3)
4)
sional potensial tercakup dalam Kaw, Perkotaan PKLp Sorek
Desa Pesaguan Kec. Pangkalan Lesung sebagian secara fungsional potensial tercakup
Desa Sari Makmur Kec. Pangkalan Lesung sebagian secara fungsional potensial terca-kup dalam Kaw. Perkotaan PKLp Ukui.
TABEL IV.2.4
DESA/KELURAHAN YANG POTENSIAL TERKENA DALAM PUSAT KEGIATAN/PELAYANAN DI KABUPATEN PELALAWAN
KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DESA/KELURAHAN YANG POTENSIAL TERKENA
dalam Kaw. Perkotaan PKLp Sorek Kaw. Perkotaan PKW Pangkalan Kerinci.
Catatan:
Desa Sering Kec. Pelalawan sebagian secara fungsional potensial tercakup dalam
III - 26 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
b. Kawasan Permukiman Perdesaan (PD)
Berdasarkan karakter persebaran dan besaran kawasan permukiman
perdesaan tersebut dapat dibedakan atas:
- permukiman perdesaan yang terdelineasi dalam peta pola ruang wilayah; dan
- permukiman perdesaan yang tidak terdelineasi dalam peta pola ruang wilayah.
Lebih lanjut untuk masing-masing kelompok kawasan permukiman
perdesaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut ini.
a. Kawasan Permukiman Perdesaan Yang Terdelineasi
Kawasan permukiman perdesaan yang terdelineasi dalam peta
rencana pola ruang dengan luas total kurang lebih 10.553,98 Ha dengan
sebarannya terletak di semua kecamatan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Kecamatan Bandar Seikijang dengan luas total kurang lebih 288,43
Ha;
2. Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan luas total kurang lebih
145,24 Ha;
3. Kecamatan Langgam dengan luas total kurang lebih 374,72 Ha;
4. Kecamatan Pelalawan dengan luas total kurang lebih 1.733,43 Ha;
5. Kecamatan Pangkalan Kuras dengan luas total kurang lebih
3.025,67 Ha;
6. Kecamatan Bunut dengan luas total kurang lebih 122,03 Ha;
7. Kecamatan Bandar Petalangan, dengan luas total kurang lebih
100,04 Ha;
8. Kecamatan Pangkalan Lesung dengan luas total kurang lebih
431,38 Ha;
9. Kecamatan Ukui dengan luas total kurang lebih 1.445,35 Ha;
10. Kecamatan Kerumutan dengan luas total kurang lebih 388,93 Ha;
11. Kecamatan Teluk Meranti dengan luas total kurang lebih 840,28
Ha; dan
12. Kecamatan Kuala Kampar dengan luas total kurang lebih 1.658,47
III - 27 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN
a. Kawasan Permukiman Perdesaan Yang Tidak Terdelineasi
Permukiman perdesaan yang tidak terdelineasi, umumnya terletak atau
terselip dalam kawasan budidaya lainnya seperti perkebunan rakyat,
perkebunan besar, pertanian, dan lainnya. Permukiman perdesaan yang
tidak terdelineasi ini terdapat di semua kecamatan.
3. Arahan Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya
A. Sistem Pelayanan Air Minum
Pengembangan sistem pelayanan air minum wilayah Kabupaten Pelalawan meliputi:
1. Pengembangan penyediaan air minum dengan sistem perpipaan di semua kecamatan. Pengembangan ini dikaitkan dengan potensi ketersediaan air baku di masing-masing kecamatan.
2. Peningkatan penyediaan air minum dengan sistem perpipaan untuk kawasan perkotaan, yaitu ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Dengan peningkatan ini dimaksudkan peningkatan kapasitas dan perluasan pelayanan air minum sistem perpipaan di kawasan perkotaan.
3. Pengembangan penyediaan air minum dengan sistem non-perpipaan di kawasan perdesaan, terutama yang jauh dari kawasan perkotaan/ibukota kecamatan. Pengembangan penyediaan air minum dengan sistem non-perpipaan ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas dan kuantitas air minum. Sumber-sumber penyediaan air minum sistem non-perpipaan ini memanfaatkan sumur, sungai, danau atau tasik, dan mata air.
B. Sistem Pengelolaan Prasarana Drainase
Pengembangan sistem pengelolaan prasarana drainase wilayah
Kabupaten Pelalawan meliputi:
1. Pengembangan saluran drainase di semua kecamatan, yaitu pada lokasi-lokasi yang membutuhkan, baik kawasan perkotaan mapun kawasan perdesaan, yaitu di lingkungan permukiman dan jaringan prasarana penting terutama jaringan jalan. Dengan demikian maka pada dasarnya pengembangan jaringan drainase ini mencakup semua kecamatan.
III - 28 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN drainase tertutup terutama di kawasan pusat-pusat kegiatan dalam kawasan perkotaan.
3. Pengembangan saluran drainase di kawasan perdesaan. Pengembangan ini dimaksudkan sebagai pengembangan saluran drainase setempat di kawasan perdesaan.
4. Pemeliharaan saluran drainase secara berkala.
C. Sistem Pengelolaan Prasarana Pengolah Limbah
Pengembangan sistem pengelolaan prasarana pengolah air limbah di
Kabupaten Pelalawan meliputi:
1. Pengelolaan limbah domestik atau rumah tangga dengan sistem tangki septik (septic tank) individu di tiap kecamatan baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan.
2. Pengembangan pengelolaan limbah domestik dengan sistem komunal di kawasan perkotaan. Pengembangan pengelolaan limbah sistem komunal ini dapat diterapkan untuk komplek permukiman perkotaan yang terencana.
3. Pengelolaan limbah industri dikembangkan dengan instalasi pengelolaan limbah terpadu di kawasan industri.
D. Sistem Pengelolaan Prasarana Persampahan
Pengembangan sistem pengelolaan prasarana persampahan di
Kabupaten Pelalawan meliputi:
1. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Desa Kemang Kecamatan Pangkalan Kuras. TPA ini dikelola dengan sistem sanitary landfill.
2. TPA melayani pemrosesan sampah dari semua kecamatan.
3. Pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah di setiap kecamatan. Dari TPS ini kemudian akan diangkut menuju TPA.
4. Pengembangan pengelolaan sampah dengan sistem composting yaitu proses sampah dijadikan kompos. Pengembangan sistem composting ini di kawasan perdesaan yang relatif jauh dari pelayanan pembuangan ke TPS dan TPA. Demikian juga untuk kawasan perkotaan yang jauh dari TPA, dikembangkan sistem composting ini hingga kemudian mempunyai TPA tersendiri.
III - 29 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Pengembangan sistem pengelolaan prasarana pengolah limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di Kabupaten Pelalawan berupa penanganan
limbah B3 secara on-site atau off-site. Penanganan tersebut dikembangkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
F. Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana disesuaikan dengan
potensi dan kejadian bencana yang pernah dialami, meliputi: jalur evakuasi
bencana longsor, jalur evakuasi bencana banjir, jalur evakuasi bencana
kebakaran hutan/lahan gambut, jalur evakuasi bencana abrasi, dan
pengembangan ruang evakuasi.
1. Jalur Evakuasi Bencana Longsor
Pengembangan jalur evakuasi bencana longsor direncanakan di
wilayah kecamatan yang meliputi:
a. Kecamatan Langgam;
b. Kecamatan Pangkalan Kerinci;
c. Kecamatan Pangkalan Kuras;
d. Kecamatan Ukui;
e. Kecamatan Pangkalan Lesung;
f. Kecamatan Bunut; dan
g. Kecamatan Pelalawan.
2. Jalur Evakuasi Bencana Banjir
Pengembangan jalur evakuasi bencana banjir direncanakan di wilayah
kecamatan yang meliputi:
a. Kecamatan Langgam;
b. Kecamatan Pelalawan;
c. Kecamatan Pangkalan Kuras;
d. Kecamatan Pangkalan Kerinci; dan
e. Kecamatan Teluk Meranti.
III - 30 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Pengembangan jalur evakuasi bencana kebakaran hutan/lahan
gambut direncanakan di wilayah kecamatan yang meliputi:
a. Kecamatan Langgam;
b. Kecamatan Pangkalan Kerinci;
c. Kecamatan Pangkalan Kuras;
d. Kecamatan Ukui;
e. Kecamatan Pelalawan;
f. Kecamatan Kerumutan; dan
g. Kecamatan Teluk Meranti.
4. Jalur Evakuasi Bencana Abrasi
Pengembangan jalur evakuasi bencana abrasi direncanakan di wilayah
kecamayan yang meliputi:
a. Kecamatan Kuala Kampar;
b. Kecamatan Langgam;
c. Kecamatan Pangkalan Kerinci;
d. Kecamatan Pelalawan;
e. Kecamatan Pangkalan Kuras; dan
f. Kecamatan Teluk Meranti.
5. Pengembangan Ruang Evakuasi Bencana
Pengembangan ruang evakuasi bencana dapat diletakkan di semua
wilayah kecamatan. Ruang evakuasi tersebut dapat berupa bangunan
dan/atau ruang terbuka.
Khusus untuk jalur evakuasi bencana dapat berupa jaringan jalan yang
ada ataupun jalur pergerakan dengan arah menjauh dari lokasi bencana,
dengan jarak sependek atau sedekat mungkin ke ruang evakuasi bencana.
III - 31 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Berisikan arahan pembangunan daerah sesuai dengan RPJMD Provinsi,
RPJMD Kabupaten/Kota, dan Renstra SKPD terkait untuk pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya.
1. RPJMD Provinsi Riau
RPJMD Provinsi Riau masih dalam proses review
2. RPJMD Kabupaten Rokan Hulu
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Rokan Hulu
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah dalam hal
ini Bupati Rokan Hulu yang penyusunannya berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Rokan Hulu dengan
memperhatikan RPJM Nasional, yang memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan
Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Dalam waktu lima tahun kedepan strategi umum yang diharapkan akan memacu percepatan pembangunan Rokan Hulu yaitu “Strategi Pembangunan dalam Kawasan dengan motto MEMBANGUN DESA MENATA KOTA DALAM
SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU”.
Arahan pengembangan dalam RPJMD Kabupaten Rokan Hulu yang
menyangkut bidag Cipta Karya:
1. Peningkatan kesesuaian arahan penggunaan lahan melalui penataan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan
2. Optimalisasi pengelolaan persampahan dan limbah secara terpadu dan
berbasis komunitas
3. Pembangunan kawasan pedesaan dengan melalui tahapan
penyusunan regulasi, pemetaan potensi desa dan antar desa serta
penyediaan sarana prasarana pendukung kawasan.
4. Menata dan mengembangkan perumahan dan permukiman layak bagi
III - 32 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN 5. Meningkatkan pengelolaan persampahan, air bersih, pemadam
kebakaran, TPU, prasarana permukiman lainnya.
3. Rencana Strategis Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten
Rokan Hulu
Rencana Strategis Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya merupakan
dokumen perencanaan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya untuk periode 5
(lima) tahun kedepan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya serta berpedoman
kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Rokan Hulu.
Rencana Strategis Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Rokan Hulu
2011-2016 ini dibuat dengan mengacu pada Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang tertera pada Undang-undang Nomor 25 Tahun
2004, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, dimana peraturan
perundang-undangan tersebut adalah salah satu pendekatan penting untuk menunjang
kesinambungan pembangunan nasional serta dapat mendorong efektifitas
dan efesiensi melalui sinkronisasi dan peningkatan sinergi program antara
pusat dengan daerah serta pembangunan lintas sektor di daerah.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 juga dapat dipandang sebagai instrumen bagi
kelembagaan perencanaan partisifatif.
Visi dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Rokan Hulu
adalah sebagai berikut:
” MEWUJUDKAN PENATAAN RUANG YANG BERKELANJUTAN DAN
TERSEDIANYA SARANA DAN PRASARANA APARATUR
PEMERINTAH SERTA LINGKUNGAN PEMUKIMAN YANG HANDAL
DAN BERKEADILAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN VISI
KABUPATEN ROKAN HULU MENJADI KABUPATEN YANG TERBAIK
III - 33 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Pernyataan visi tersebut mengandung makna yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
• Penataan ruang yang berkelanjutan
Penataan ruang yang berkelanjutan mengandung makna bahwa dalam
perencanaan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya wilayah
perkotaan dan perdesaan dilakukan secara bijaksana dengan
mempertimbangkan kelestarian lingkungan, sehingga pembangunan
dan pengembangan wilayah dapat berlangsung secara terus menerus
(sustainable).
• Sarana dan prasarana aparatur pemerintah
Artinya penyediaan gedung/kantor aparatur pemerintah dengan
mempertimbangkan aspek keserasian, keselarasan dan keseimbangan
yang mampu mendukung kenyamanan dalam bekerja.
• Lingkungan permukiman
Artinya kawasan permukiman yang memenuhi standar kehidupan dan
dapat dijadikan modal investasi bilamana diperlukan, dengan
lingkungan yang sehat dan nyaman termasuk pelayanan air bersih,
drainase, sanitasi, persampahan, jalan, fasilitas umum dan fasilitas
sosial yang terjangkau dengan kawasan permukiman yang peduli
terhadap keindahan lingkungan, ketertiban masyarakat. Juga
mengandung arti diwujudkannya prasarana dan sarana dasar
permukiman dengan jalan mendorong kemandirian masyarakat untuk
proaktif dalam pembangunan permukiman yang berwawasan
lingkungan serta pemeliharaan sarana dan prasarana permukiman.
• Handal
Handal, menggambarkan kondisi sarana dan prasarana yang dapat
melayani kebutuhan masyarakat secara aman dan nyaman, yang
dapat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
menumbuh kembangkan iklim usaha yang kondusif dalam rangka
mewujudkan Kabupaten Rokan Hulu yang sejahtera yang bertumpu
pada agribisnis berbasis ekonomi kerakyatan dan optimalisasi
pemanfaatan sumber daya alam.
III - 34 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Berkeadilan dalam arti terjaminnya hak yang sama bagi setiap
penduduk (perkotaan dan perdesaan) untuk mendapatkan pelayanan
umum dan sekaligus mencegah melebarnya tingkat kesenjangan antar
wilayah dengan mempertimbangkan skala prioritas.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan misi Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pembangunan gedung/kantor
Artinya pembangunan/penyediaan gedung/kantor aparatur
pemerintah dengan mempertimbangkan aspek keuangan,
kebutuhan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan yang
mampu mendukung kenyaman bekerja dalam rangka pelaksanaan
roda pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman, yang
berwawasan lingkungan dan berdasarkan penataan ruang
Artinya pembangunan/penyediaan sarana/prasarana pemukiman
dengan mempertimbangkan aspek berwawasan lingkungan yang
bersih, sehat, asri dan manusiawi.
3. Percepatan terpenuhinya kebutuhan perumahan dan
permukiman bagi seluruh lapisan masyarakat
Artinya pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan pemukiman
bagi seluruh lapisan masyarakat dengan mempertimbangkan aspek
kebutuhan masyarakat akan perumahan yang sehat dan layak huni
4. Penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam rangka
pengembangan wilayah untuk mendorong peningkatan
pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Artinya pemenuhan dan pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas
umum dalam rangka pengembangan wilayah untuk mendorong
peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat dengan mempertimbangkan aspek rencana tata ruang
wilayah yang terintegritas, terencana dan terarah.
III - 35 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN Artinya, pelaksanaan, pengelolaan persampahan secara
administratif dan teknis dilakukan mengacu kepada ketentuan yang
ramah terhadap lingkungan.
4. Meningkatkan kemampuan dibidang pelayanan publik, guna
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat
Artinya, pelaksanaan pelayanan publik kepada masyarakat
mengacu kepada prinsip pelayanan prima yang terukur baik dari sisi
administratif, waktu maupun biaya.
Untuk mewujudkan misi maka ditetapkan strategi dan kebijakan jangka
menengah Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Rokan Hulu
sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan misi penyelenggaraan pembangunan
gedung/kantor, dilakukan strategi:
a. Pembangunan yang berkesinambungan, dengan arah kebijakan:
- memprioritaskan pembangunan gedung/kantor yang
tupoksinya melakukan pelayanan kepada masyarakat.
- membangun seluruh gedung/kantor dikomplek perkantoran
Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu untuk mempermudah
dalam pelayanan publik.
b. Pemeliharaan gedung/kantor yang telah ada, dengan arah
kebijakan:
- melakukan pemeliharaan rutin terhadap gedung/kantor yang
telah terbangun dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan kinerja aparatur.
2. Untuk mewujudkan misi penyediaan sarana dan prasarana
permukiman, yang berwawasan lingkungan dan berdasarkan
penataan ruang, dilakukan strategi:
a. Melakukan survei dan pendataan, dengan arah kebijakan:
- mengutamakan pembangunan sarana dan prasarana pada
daerah pemukiman padat;
- memberikan perlakuan khusus terhadap lingkungan
III - 36 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN b. Melakukan pemeliharaan rutin, dengan arah kebijakan:
- prasarana yang telah tersedia dilakukan pengecekan ulang
terhadap kelayakannya;
- melakukan perbaikan terhadap prasarana yang telah rusak dan
tidak dapat berfungsi dangan baik.
3. Untuk mewujudkan misi percepatan terpenuhinya kebutuhan
perumahan dan permukiman bagi seluruh lapisan masyarakat,
dilakukan strategi:
a. Memberikan fasilitas LISIBA , dengan arah kebijakan:
- membuka lahan perumahan baru dengan sistem kredit oleh
pemerintah terhadap keluarga/masyarakat yang membutuhkan
lahan hunian;
- membuka akses transportasi terhadap wilayah-wilayah di
pinggiran agar minat masyarakat dalam membangun
perumahan lebih termotivasi;
- memberikan bantuan rumah layak huni bagi masyarakat yang
kurang mampu.
b. Membangun sarana dan prasarana umum, dengan arah kebijakan:
- meningkatkan pelayanan air bersih dan penerangan bagi
perumahan-perumahan yang telah tersedia;
- membangun sarana jalan lingkungan dan sistem drainase agar
tercipta lingkungan perumahan yang nyaman.
4. Untuk mewujudkan misi penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas
umum dalam rangka pengembangan wilayah untuk mendorong
peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat, dilakukan strategi:
a. Pengadaan fasilitas yang baru, dengan arah kebijakan:
- membangun fasilitas sosial dan fasilitas umum dengan tujuan
memberikan pelayanan yang prima terhadap masyarakat,
misalnya pengadaan telepon umum dan pengadaan ruang
publik atau ruang terbuka hijau serta pengadaan terminal
transportasi;
III - 37 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN - melakukan perbaikan dan mengembalikan fungsi fasilitas
sosial dan fasilitas umum yang telah ada agar menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat.
5. Untuk mewujudkan misi penyelenggaraan pelayanan
persampahan, dilakukan strategi:
a. Menambah sarana dan prasarana persampahan, dengan arah
kebijakan:
- melakukan kegiatan rutin dalam hal kebersihan terhadap
lingkungan perumahan oleh tenaga kebersihan yang dibawahi
oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya;
- mengadakan tempat sampah bagi rumah tangga yang akan
memberikan peningkatan terhadap PAD persampahan;
- menambah tempat pembuangan akhir.
b. Melakukan pemeliharaan terhadap sarana yang ada, dengan arah
kebijakan:
- perawatan rutin terhadap tempat pembuangan akhir;
- melakukan pengecekan berkala terhadap fasilitas tempat
sampah bagi rumah tangga.
6. Untuk mewujudkan misi meningkatkan kemampuan dibidang
pelayanan publik, guna memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat, dilakukan strategi:
a. Peningkatan kemampuan aparatur, dengan arah kebijakan:
- mengikuti pelatihan-pelatihan yang bertujuan meningkatkan
pelayanan aparatur terhadap masyarakat.
b. Mempertahankan kinerja, dengan arah kebijakan:
- mempertahankan pelayanan terhadap masyarakat yang dinilai
telah baik.
Tabel 3. 4 Indikator Kinerja Pelayanan Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya
NO INDIKATOR KINERJA TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016
1 JUMLAH BANGUNAN YANG MEMILIKI IMB
180 UNIT 190 UNIT 200 UNIT 235 UNIT 300 UNIT