LAPORAN AKHIR
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat
Untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan Pemerinthan Pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Oleh :
ADOLVINA LIA HUBY NPP. 25.1310
Program studi : Administrasi Kependudukan dan catatan Sipill
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Jatinangor, 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama yang terkandung dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pada alinea ke empat,
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” adalah memberikan jaminan kehidupan serta kesejahteraan kepada bangsa, negara dan masyarakat Indonesia seutuhnya salah satunya melalui pelayanan publik.
Pelayanan publik (public service) merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat,
pelayanan publik dimaksudkan untuk mensejahterakan warga
negara atau masyarakat. Dalam organisasi pemerintah, pelayanan
kepada masyarakat adalah tujuan utama yang menjadi kewajiban
dalam penyelenggaraan pelayanan dengan menciptakan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Selain itu,
pemerintah juga mempunyai peranan penting untuk meyediakan
dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan maka,
penyediaan pelayanan oleh pemerintah itu sendiri harus
difokuskan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik secara
kualitas maupun kuantitas dalam penyelenggaraan pelayanan
publik, aparat pemerintah harus bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai
wujud dari penciptaan kesejahteraan masyarakat.
masyarakat berhak mendapatkan pelayanan yang efektif
dan yang terbaik oleh pemerintah karena sistem demokrasi yang
ada juga kembali pada rakyatnya. Dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Namun hingga saat ini pelayanan yang seharusnya
ditujukan kepada masyarakat umum kadang dibalik manjadi
pelayanan masyarakat kepada negara, meskipun negara berdiri
sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang
mendirikannya. Artinya birokrat harus memberikan pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat dan benar-benar masyarakat
dapat merasakan kepuasan.
Dalam konteks penyelenggaraan otonomi daerah, yang
menjadi sasaran pembangunan adalah masyarakat bangsa. Salah
satu instrument pembangunan yang merupakan hak khusus yang
publik, masyarakat berhak memperoleh berbagai layanan yang
harus diberikan dari pemerintah karena pada dasarnya
pemerintah dibentuk untuk melayani masyarakat, atau dengan
kata lain pemerintah berkewajiban penuh untuk memberikan
layanan kepada masyarakat.
Peningkatan serta tuntutan yang masyarakat inginkan
pada pelayanan publik (publik service) yang efektif dan efisien
serta memuaskan dari para pegawai pemerintahan sebagai
pelayanan publik semakin populer. Hal ini terjadi karena tuntutan
perkembangan kebutuhan masyarakat, keinginan serta harapan
dari masyarakat yang terus bertambah.
salah satu dari pelaksanaan pelayanan publik yaitu
administrasi kependudukan. Administrasi kependudukan adalah
rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban
dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi
kependudukan serta pendayagunaan untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain.
Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2006
menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (1)
dan (13) tentang Administrasi Kependudukan, yang mengatakan:
Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan
kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain. Kartu Keluarga (KK), adalah kartu
identitas keluarga yang memuat data tentang Nama, susunan dan
hubungan dalam keluarga serta identitas anggota keluarga.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, telah
memeberikan kewenangannya pada daerah kabupaten/kota untuk
mengurus sendiri daerahnya. Berdasarkan kewenangan tersebut
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya
adalah salah satu instansi yang berwenang dan bertanggung
jawab melaksanakan tugas pelayanan publik dalam urusan
administrasi kependudukan di Kabupaten Jayawijaya berdasarkan
Peraturan Daerah (perda) Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan
Sipil. Hal ini dikarenakan kabupaten Jayawijaya merupakan
kabbupaten induk yang memekarkan enam kabupaten dan
memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak sehingga menjadi
dasar tolak ukur dalam membuat suatu kebijakan dan
perencanaan pembangunan nasional maupun daerah.
Berdasarkan Peraturan Bupati (Perbub) Kabupaten
Pasal 2 (dua) bagian ke 1 Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Jayawijaya merupakan unsur pelaksana urusan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil yang menjadi
kewenangan Kabupaten Jayawijaya maka, dengan adanya dasar
hukum tersebut Dinas Dependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Jayawijaya melaksanakan salah satu tugas
adminisrtasi kependudukan salah satunya adalah pelayanan
pembuatan Kartu Keluarga.
Berdasarkan Peraturan di atas, perlu diketahui bahwa
kemajuan yang dicapai oleh suatu negara tercermin dari
standar-standar pelayanan yang sudah diberikan pemerintah terhadap
masyarakat. Negara-negara yang tergolong miskin pada
umumnya kualitas pelayanan yang diberikan di bawah standar
minimal. Pada Negara-negara berkembang kualitas pelayanan
telah memenuhi standal minimal. Sedangkan di Negara-negara
maju kualitas pelayanan kepada masyarakat telah memenuhi
kualitas di atas standar minimal.
Menyadari arti pentingnya pelayanan administrasi
kependudukan perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya memiliki Kartu Keluarga (KK) dalam kehidupan
sehari-hari, dan pemerintah senantiasa dituntut memberikan pelayanan
yang berkulitas kepada masyarakat, dengan demikian,
berkualitas sebagai pelayan masyarakat sangat berpengaruh
terhadap pembangunan sumber daya manusia di suatu daerah.
Aparatur pemerintah sebagai pelayan masyarakat dituntut
agar lebih tanggap dan lebih serius dalam menangani keluhan
-keluhan maupun persoalan persoalan yang ada di lapangan baik
secara langsung maupun secara tidak langsung khususnya di
Kabupaten Jayawijaya. Oleh karena itu, aparat Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil harus dapat memahami
kebutuhan dan harapan masyarakat pengguna layanan dengan
mengembangkan atau meningkatkan kualitas pelayanan. Dan
perlu melakukan sosialisasi secara terus menerus tentang
pentingnya kartu keluarga, karena dengan adanya Kartu Keluarga
(KK) dapat mempermudah persyaratan penerbitan Kartu Tanda
Penduduk (KTP).dan lain-lain.
Masalah yang terjadi dengan melihat luasnya Kabupaten
Jayawijaya dengan Jumlah penduduk yang sangat banyak maka,
pada umumnya masyarakat Kabupaten Jayawijaya masih banyak
kepala keluarga di Kecamatan/Distrik terpencil yang belum
memiliki kartu keluarga sebagai identitasnya, dengan berbagai
alasan dalam proses pembuatan masih rumit maupun banyak
persyaratan yang harus dilengkapi dan lain-lain, sehingga
membuat masyarakat tidak / belum memiliki dan membuat kartu
terhadap persyaratan serta prosedur dalam pembuatan Kartu
Keluarga, yang mana ada surat pengantar yang dilampirkan dari
RT/RW setempat hingga ke kelurahan isi berbagai formulir yang
disediakan dan hingga data masuk ke dinas lalu diproses akhirnya
hal ini memakan waktu yang sangat lama dalam proses
pembuatan kartu keluarga.
Problem yang terjadi Dinas Kependududkan dan
Pencatatan Sipil tersebut, Pejabat Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua
menyatakan mayoritas anak di Kabupaten jayawijaya belum
memiliki Akta kelahiran dikarenakan salah satu syarat untuk
memperoleh Akta Lahir adalah dengan membawa surat nikah dari
orang tua yang bersangkutan namun pihak orang tua tidak pernah
melakukan nikah resmi sehingga belum bisa untuk pembuatan
Akta Kelahiran. http/www.Jayawijaya.net. Harian pagi Jayawijaya
Pagi.Selasa 15 Agustus 2017.
Jumlah penduduk Kabupaten Jayawijaya yang sudah
memiliki Kartu Keluarga (KK) dan yang belum memiliki Kartu
Keluarga sesuai Distrik/ Kecamatan lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 1.1
Jumlah Kepemilikan Kartu Keluarga (KK) Berdasarkan Distrik Kabupaten Jayawijaya Tahun 2017
Sumber : Dinas
No Distrik Tahun Jumlah Penduduk PendudukTotal (KK)Ada
LR PR
1. WAMENA 2017 28.211 23.424 51.635 13.619
2. KURULU 2017 2.225 2.271 4.496 1.385
3. ASOLOGAIMA 2017 3.589 3.232 6.821 2.101
4. HUBIKOSI 2017 3.577 3.421 6.998 1.914
5. BOLAKME 2017 3.542 3.152 6.694 2.050
6. WALELAGAMA 2017 1.306 1.255 2.561 746
7. MUSATFAK 2017 1.416 1.313 2.729 810
8. WOLO 2017 5.663 4.552 10.215 2.242
9. ASOLOKOBAL 2017 2.024 1.747 3.771 1.019
10. PELEBAGA 2017 9.909 9.344 19.253 5.523
11. YALENGGA 2017 4.216 3.838 8.054 2.479
12. TRIKORA 2017 292 263 555 160
13. NAPUA 2017 2.445 2.246 4.691 1.446
14. WALAIK 2017 1.571 1.623 3.194 891
15. WOUMA 2017 2.609 2.300 4.909 1.307
16. HUBIKIAK 2017 6.596 6.429 13.025 3.472
17. IBELE 2017 4.974 4.071 9.045 2.437
18. TAILAREK 2017 2.279 2.179 4.458 1.350
19. ITLAI HISAGE 2017 1.998 1.696 3.694 1.138
20. SIEPKOSI 2017 1.363 1.269 2.632 791
21. USILIMO 2017 1.552 1.631 3.183 1.120
22. WITAWAYA 2017 619 652 1.271 357
23. LIBAREK 2017 592 560 1.152 349
24. WADANGKU 2017 1.876 1.546 3.422 954
25. PISUGI 2017 1.226 1.201 2.427 653
26. KORAGI 2017 1.612 1.337 2.949 745
27. TAGIME 2017 6.707 5.810 12.517 3.797
28. MOLAGALOME 2017 1.861 1.587 3.448 1.026
29. TAGINERI 2017 2.712 2.321 5.033 1.786
30. SILOKARNOD OGA
2017
2.470 2.363 4.833 1.298
31. PIRAMID 2017 1.501 1.380 2.881 810
32. MULIAMA 2017 2.625 2.796 5.421 1.896
33. BUGI 2017 2.062 1.331 3.393 767
34. BPRI 2017 534 472 1.006 276
35. WALESI 2017 2.385 2.251 4.636 1.536
36. ASOTIPO 2017 5.646 5.223 10.869 3.431
37. MAIMA 2017 5.384 5.007 10.391 2.891
38. POPUGOBA 2017 4.708 4.616 9.324 2.449
39. WAME 2017 1.339 1.208 2.547 858
40. WESAPUT 2017 4.201 3.803 8.004 2.189
Sumber : (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya Tahun 2017)
Administrasi Kependudukan dalam pembuatan Kartu
Keluarga di Kabupaten Jayawijaya masih sangat jauh di bawah
harapan pemerintah, hal tersebut dapat dilihat dari data Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jayawijaya Tahun
2017 di atas, menunjukan bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Jayawijaya sebagian besar belum memiliki Kartu Keluarga
sehingga benar-benar pemerintah berperan aktif mengajak
masyarakat dan memberikan peluang serta kemudahan kepada
masyarakat untuk memiliki Kartu Keluarga (KK).
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Jayawijaya ditemukan juga kurangnya peralatan dan
perlengkapan yang dimiliki untuk mendukung proses pelayanan,
dan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aparat
yang melayani masyakat sehingga keterbatasan pengetahuan
yang dimiliki serta kurangnya disiplin pegawai dalam menjalankan
tugas sebagai pelayan pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya sangat menentukan
sukses dan tidaknya membuat para pelanggan yang mendapatkan
Berkaitan dengan urusan administrasi Kependudukan
yang ada di Kabupaten Jayawijaya, khususnya pelayanan dalam
pembuatan Kartu Keluarga (KK), menunjukan bahwa masih
terdapat sejumlah permasalahan serius yang dapat
mempengaruhi efektifitas pelayanan pembuatan Kartu Keluarga
(KK), diantaranya 2 (dua) faktor utama internal dan eksternal
yaitu. Tingkat pengetahuan dari aparat sebagai pelayan
masyarakat yang masih lemah serta kurangnya sarana dan
prasarana yang dimiliki sebagai pendukung dalam pelayanan, dan
kurangnya kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan.
dan faktor Eksternal sendiri yakni Kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya Kartu Keluarga. Berdasarkan Uraian
latar belakang di atas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul :
“PELAYANAN PEMBUATAN KARTU KELUARGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA”
1.2 Ruang Lingkup, Fokus dan Lokasi Magang 1.2.1 Ruang Lingkup
Berkaitan dengan judul usulan magang penulis,
Pelayanan pembuatan kartu keluarga di Dinas Kependudukan dan
1. Belum maksimalnya kualitas pelayanan aparatur Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan
Kartu Keluarga (KK) di Kabupaten Jayawijaya.
2. Belum seluruhnya masyarakat Kabupaten Jayawijaya
memiliki Kartu Keluarga (KK).
3. Pelayanan administrasi dipusatkan satu tempat di kantor
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Jayawijaya.
1.2.2 Fokus Magang
Berdasarkan ruang lingkup, maka penelitian ini memiliki
fokus pada beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana kualitas pelayanan aparatur Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan
Kartu Keluarga (KK) di Kabupaten Jayawijaya.
2. Faktor-Faktor apa saja yang yang menjadi penghambat
dalam pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga (KK), di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
3. Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh aparatur Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Jayawijaya.
Dalam penelitian ini Penulis menentukan lokasi magang
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Jayawijaya Provinsi Papua.
1.3 Maksud dan Tujuan Magang 1.3.1 Maksud Magang
Adapun maksud dari kegiatan magang ini adalah untuk
mengetahui kualitas pelayanan dari aparatur Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan Kartu
Keluarga (KK), dan sebagai bahan acuan guna memahami
pentingnya administrasi kependudukan mengenai pembuatan
Kartu Keluarga di Kabupaten Jayawijaya.
1.3.2 Tujuan Magang
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui kualitas pelayanan Dinas
Kependuudkan dan Pencatatan Sipil dalam pembuatan
Kartu Keluarga di kabupaten Jayawijaya.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor atau kendala yang
mempengaruhi pelaksanaan pembuatan Kartu Keluarga di
Dinas Kependududkan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh
aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Jayawijaya, dalam meningkatkan kualitas
pelayanan pembuatan kartu keluarga.
1.4 Kegunaan Magang
1. Bagi praja Sarana berlatih praja IPDN untuk
menambahkan wawasan dan pengetahuan sebagai bekal
dalam mempersiapkan diri sebelum terjun di lapangan
kerja
2. Bagi IPDN menjadi sumber inspirasi bagi yang
memerlukan khususnya bagi praja selanjutnya yang
sedang menyusun laporan dan penelitian nantiinya dan
sebagai bahan pustaka di pepustakaan Institut
Pemerintahan Dalam negeri.
3. Bagi lokasi magang hasil dari pengamatan ini diharapkan
memberikan tambahan wawasan pengetahuan di bidang
manajemen kependudukan dan Pencatatan sipil,
khususnya peningkatan pelayanan pembuatan Kartu
BAB II
TINJAUAN TEORETIS DAN LEGALISTIK
2.1 Tinjauan Teoretis
2.1.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah “kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya”
(Moenir, (2006 :27) ”Pelayananan ini merupakan salah satu
pelayanan yang ditujukan pada publik”.
Adapun prinsip-prinsip penyelenggaraan pelayanan publik
menurut Surjadi (2012 : 12 ), meliputi:
1. Kepastian hukum dimaksudkan adanya peraturan perundang-undangan yang menjamin terselenggaranya pelayan publik sesuai dengan kebutuhan dan rasa keadilan masyarakat.
3. Partisipatif, dimaksudkan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraaan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat
4. Akuntabilitas, dimaksudkan bahwa proses penyelenggaraan pelayanan publik harus di pertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Kepentingan umum, dimasudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan 6. Profesionalisme, dimaksudkan bahwa aprat
penyelenggara pelayanan harus memilki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya.
7. Kesamaan hak di maksud bahwah dalam arti tidak membedahkan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, kualitas
pelayanan publik merupakan suatu kondisi dimana pelayanan
mempertemukan apa yang menjadi harapan konsumen dengan
sistem kinerja aktual dari penyedia jasa. Dan keberhasilan
pelayanan publik sangat tergantung pada dua pihak yaitu birokrasi
(pelayan) dan masyarakat (yang dilayani) dengan demikian untuk
melihat kualitas pelayanan publik perlu diperhatikan dan dikaji dari
2 (dua) aspek pokok yaitu: aspek internal organisasi birokrasi
(pelayan) dan aspek eksternal dan masyarakat yang dilayani.
Organisasi publik selalu memiliki ciri public accountability
yaitu. Setiap warga negara mempunyai hak untuk mengevaluasi
kualitas suatu pelayanan tanpa mempertimbangkan peran
masyarakat sebagai penerima pelayanan. Dan evaluasi yang
dalam analisis kualitas pelayan publik. Dan elemen kedua dalam
analisis adalah kemudahan suatu pelayanan untuk dikenali baik
sebelum dalam proses, atau setelah pelayanan yang diberikan.
Kualitas pelayanan menurut Hardiansyah (2011:11)
berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63 tahun 2003, definisi dari pelayanan umum adalah:
Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah Pusat, didaerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam bentuk baarang dan jasa,
baik dalam rangka pelaksanaan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
Lebih lanjut dijelaskan dalam bab I Pasal I Ayat (I) No. 25
tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, yang dimaksud dengan
pelayanan publik adalah “Kegiatan atau rangkaian dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, atau pelayanan Administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik”.
Sedangkan menurut Ratminto dan Winarsih (2013:23)
bahwa: Pelayanan adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba)
dan melibatkan upaya manusia (karyawan) atau peralatan lain
Pelayanan adalah “bagaimana cara melayani, membantu,
menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang atas
sekelompok orang”.
Selanjutnya dikutip Ibrahim Hardiyansyah (2011 : 40),
kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi yang dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat
terjadinya pemberian pelayanan publik tersebut”.
Pelayanan prima kata lainnya adalah pelayanan yang
sangat baik, terpadu, mengesankan. Yang di maksud dengan
pelayanan prima adalah kegiata merencanakan, mengorganisasi,
menggerakkan serta mengendalikan proses pelayanan dengan
standar yang sangat baik untuk memuaskan pelanggan agar
tujuan perusahaan tercapai. Menurut Nina Rahmayanty (2010 :17)
mendefinisikan bahwa:
1. Layanan prima adalah pelayanan yang sangat baik dan melampaui harapan pelanggan.
2. Layanan prima adalah pelayanan yang memiliki ciri khas kualitas (quality nice). Ciri khas kualitas yang baik meliputi kemudahan, ketepatan, kehandalan dan emphaty dari petugas pelayanan dalam pemberian dan penyampaian pelayanan kepada pelanggan yang berkesan kuat yang dapat langsung di rasakan pelanggan waktu itu dan saat itu juga. 3. Layanan prima adalah pelayanan dengan standar
kualitas yang tinggi dan selalu mengikuti perkembangan kebutuhan pelanggan setiap saat, secara konsisten dan akurat (handal).
meliputi nilai yang dirasakan dengan bentuk perwujud fisik (tangible) dan kebutuhan emosional yang dirasakan kepada fisiologis pelanggan.
Sinambela dkk (2014: 6) mengatakan bahwa kualitas
pelayanan prima tercermin dari enam aspek yaitu:
1. Tranparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, muda diakses oleh semua pihak yaang membutuhkan dan disediahkan secara memadai serta mudah di mengerti.
2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang pada prisip efisiensi dan efektifitas
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dengan memperhatikaan aspirasi dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek maupun khususnya suku, ras, agama, golongan status sosial. 6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.
2.1.2 Pengertian Kartu Keluarga
Kartu keluarga merupakan dokumen kependudukan yang
sangat penting yang harus dimilliki oleh setiap masyarakat.
Menurut Siswosoediro (2008 : 37) adalah kartu identitas keluarga
yang memuat data tentang susunan, hubungan dan jumlah
angoota keluarga”. Selanjutnya menurut Siswosoediro “ Kartu
anggota keluarga”. Kegunaan Kartu Keluarga (KK) menurut
Siswosoediro (2008 : 39), sebagai berikut :
a. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan identiras lain, seperti KTP atau Paspor.
b. Untuk melamar pekerjaan c. Untuk persyaratan nikah
Selanjutnya fungsi kartu keluarga menurut Siswosoediro
(2008 : 39) sebagai berikut :
1. Untuk mendata penduduk yang bertempat tinggal disetiap rumah,baik kepala keluargamaupun anggota keluarga.
2. Dengan tercantumnya seseorang dalam Kartu Keluarga (KK) yang dimiliki, jika pindah tempat tinggal, wajib dilaporkan ke RT/RW setempat dan pihak kelurahan/desa. Ditempat tinggal yang baru, kita harus mendaftar dalam wilayah tersebut dan merubah atau mengganti Kartu Keluarga (KK).
Kegunaan Kartu Keluarga sebagai salah satu persyaratan
utama dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) dan
persyaratan untuk pembuatan akte kelahiran serta untuk masa
depan anak ketik anak mendaftarkan diri disekolah dasar (SD)
juga menggunakan kartu keluarga. Karena Nomor KK terdiri dari
16 digit dan penetapan nomor ini dibuat dengan menggunakan
kombinasi variabel kode wilayah, tanggal pencatatan, dan juga
terdapat nomor seri keluarga.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan menyebutkan bahwa, Administrasi
Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan
melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan
informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan
hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Lebih lanjut dijelaskan dalam bab 1 (satu) pasal satu yang
menyebutkan bahwa Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas
keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan
hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga itu
sendiri.
Dilihat dari makna pernyataan undang-undang tersebut
bahwa pentingnya Kartu Keluarga bagi masyarakat karena, Kartu
Keluarga (KK) juga memuat data tentang nama, jenis kelamin,
susunan dalam hubungan keluarga serta identitas anggota
keluarga. Disamping itu Kartu Keluarga (KK) merupakan dokumen
kependudukan yang sangat penting untuk digunakan sebagai
salah satu syarat penerbit Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan
persyaratan pelayanan publik yang lain seperti pengurursan
paspor, sertifikat hak atas tanah, polisi asuransi, Nomor Pokok
Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006, bahwa sebagian masyarakat beranggapan bahwa untuk
memperoleh Kartu Keluarga itu sesuatu yang sangat mudah
bahkan dianggap tidak penting hal ini disebapkan karena
pemahaman masyarakat tentang kartu keluarga hanya sebatas
kartu identitas saja namun, begitu ditetapkan aturan yang baru
melalui kebijakan pemerintah yang baru berbau teknologi
informasih, penduduk tampaknya perlu diberikan pemahaman
tentang arti pentingnya Kartu Keluarga (KK) bagi masyarakat
serta penertiban setiap dokumen kependudukan maupun
dokumen lain yang berhubungan dengan pencatatan administrasi
kependudukan sangat penting dan bermanfaat.
Sesuai Undang-undang Nomo 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan mengatakan bahwa, Setiap
Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana
dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil sehingga,
Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab
menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan yang
dilakukan oleh Bupati/Walikota dalam hal ini Dinas terkait yang
ada sebagai Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi
1. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat
Peristiwa Penting;
2. memberikan pelayanan yang sama dan profesional
kepada setiap Penduduk atas pelaporan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting;
3. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
4. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
5. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan
6. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang
disampaikan oleh Penduduk dalam pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Kewajiban dinas terkait dalam pembuatan administrasi
kependudukan maka pejabat pencatatan sipil mempunyai
kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data, melakukan
pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data
dalam register akta pencatatan sipil, maupun dalam pembuatan
Kartu Keluarga (KK), menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil,
dan membuat catatan pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil
lainnya. Sehingga setiap penduduk yang menjadi warga negara
diterbitkan oleh instansi maupun dinas terkait. Nomor Induk
Kependudukan yang diberikan melalui Kartu Keluarga (KK)
tersebut akan diberikan seumur hidup 1 (satu) kali dan berlaku
seumur hidup sepenjang orang tersebut masih hidup.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 ada
beberapa asas penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu:
1. Kepentingan umum; 2. Kepastian hukum; 3. Kesamaan hak;
4. Keseimbangan hak dan kewajiban; 5. Keprofesionalan;
6. Partisipatif;
7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; 8. Keterbukaan;
9. Akuntabilitas;
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
11. Ketepatan waktu; dan
12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Dalam Undang-Undang RI nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayayanan publik, pasal 1 ayat (1) dijelaskan tentang definisi
pelayanan publik adalah sebagai berikut: “Kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan pelayanan administrasi yang di sediahkan oleh
penyeleggaraan pelayanan publik”.
Definisi pelayanan publik menurut keputusan menteri
“segalah publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan, maupun publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima layanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.
Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003
menyatakan bahwa : Hakikat pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi
masyarakat. Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus
memiliki standar pelayanan dan publikasikan sebagai jaminan
adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan
merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan
menurut pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan
atau penerima pelayanan. Menurut keputusan MENPAN Nomor
63 Tahun 2003 standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi :
1. Prosedur pelayanan
2. Prosedur pelayanan yang di lakukan bagi pemberi dan penerima layanan termasuk pengaduan
3. Waktu penyelesaian
4. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
5. Biaya pelayanan
6. Biaya atau tarif pelayanan termasuk perincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan. 7. Produk pelayanan
8. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
10. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. 11. Kompetensi petugas pemberi layanan
12. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus di tetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang di butuhkan.
Aparatur Sipil Negara nomor 81 Tahun 1993 dalam
Ratminto dan winarsih (2013 : 250 ) menyatakan bahwa tatacara
pelayanan setidak-tidaknya harus memuat secara jelas hal-hal
sebagai berikut :
1. Landasan hukum pelayanan 2. Maksud dan tujuan pelayanan 3. Alur proses/tatacara pelayanan
4. Persyaratan yang harus dipenuhi, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif
5. Tatacara penilaian untuk membedahkan kepastian kepada masyarakat atau pennolakan
6. Rincian biaya jasa umum dan tatacara pembayarannya
7. Waktu penyelesaian pelayanan umum
8. Uraian mengenai hak dan kewajiban pihak pemberi dan penerima layanan umum
9. Penunjukkan pejabat penerima keluhan masyarakat
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 25 Tahun 2004 tentang pedoman umum penyusunan
indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah
menyebutkan bahwa: “salah satu kegiatan dalam upaya
meningkatkan pelayanan publik adalah menyusun indeks
kinerja pelayanan publik oleh aparatur pemerintah terhadap
masyarakat”.
Kepuasan masyarakat menururt keputusan menteri
pendayagunaan aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 adalah “
hasil pendaoatan dan penilaian masyarakat terhadap kinerja
pelayanan yang diberikan oleh aparat pelayanan publik.
Berdasarkan prinsip pelayanan yang telah ditetapkan
dalam keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara
nomor :63/KEP/M.PAN/72003, yang kemudian dikembangkan
menjadi 14 unsur yang relevan, valid serta reliable sebagai unsur
minimal yang ada sebagai dasar dalam melakukan pengukuran
terhadap indeks kepuasan masyarakar yaitu :
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
2. Persyaratan pelayanan, yaitu merupakan persyaratan teknis dan administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan layanan (nama, jabatan serta wewenang dan tanggung jawabnya). 4. Kedisplinan petugas pelayan, yaitu kesanggupan
petugas dalam memberikan pelayanan terutama dalam hal konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. 6. Kemampuan petugas pelayansn, ysitu tingkat
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memeberikanpelayanan kepada masyarakat. 7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedah bedahkan golongan atau status dari masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, adalah sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sopan dan ramah serta saling menghormati dan menghargai.
10. Kewajaran biaya pelayanan, merupakan keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastiaan biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, pelaksanaan waktu pelayanan yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan yaitu. Kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.
14. Keamanan pelayanan adalah terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggaraan pelayanan atau sarana yang digunakan, sehingga masyarakkat penerima layanan merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang dapat diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan
bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan haruslah
memenihi asas-asas pelayanan yang tertuang dalam keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
Tentang Pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik,
yaitu :
1. Transparansi : bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas: dapat dipertanggung jawabkan sesuai
3. Kondisional: sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas. 4. Partisipatif: mendorong peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan publik dan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak: tidak diskriminatif dalam arti tidak membedah bedahkan suku, ras, agama, golongan, jender, status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban pemberi dan penerima layanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
2.2.2 Pengertian Kartu Keluarga (KK)
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentag Administrasi Kependudukan disebutkan
bahwa Administrasi kependudukan adalah “Rrangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data
kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
pengelola informasi administrasi kependudukan serat
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain”. Pada ayat 9 disebutkan bahwa
Dokumen kependudukan adalah ’’Dokumen resmi yang diterbitkan
oleh instansi pelaksanan yang mempunyai kekuatan hukum
sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan,
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil”.
Kartu Keluarga selanjutya disebut KK adalah kartu
dalam leluarga, serta identitas angggota keluarga, sebagaimana
yang tersebut pada pasal 1 Ayat (13). Undang-undang Nomor 23
Tahun 2006.
Ketentuan mengenai Kartu keluarga (KK) disebutkan pada
pasal 61 dan 62 Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan, yaitu sebagai berikut:
Pasal 61
1. KK memuat keterangan mengenai kolom KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, dokumen imigrasi dan nama orang tua.
2. Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi penduduk yang agamanya belum diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, namun tetap dilayani dan divcatat dalam base kependudukan.
3. Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Berlaku untuk selamanya kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.
4. KK diterbitkan dan diberikan pada instansi pelaksana kepada penduduk warga negara indonesi dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap.
5. KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penelitian KTP.
Pasal 62
2. Perubahan susunan keluarga dalam KK Wajib dilaporkan kepada instansi pelaksana selambat-lambatnya 30 hari
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) instansi pelaksana mendaftar dan menerbitkan Kartu Keluarga.
BAB III
METODE MAGANG RISET TERAPAN PEMERINTAHAN
3.1 Desain Magang
Untuk mempermudah pencapaian tujuan magang di
perlukan penelitian, dalam melakukan penelitian di butuhkan suatu
metode atau cara dalam pengumpulan data–data yang valid pada
saat melakukan penelitian berdasarkan peraturan Rektor Institut
Pemerintahan Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2017 pasal 1 poin q
mendefinisikan magang adalah kegiatan Wasana Praja Diploma
IV yang bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan Aparatur Sipil Negara yang lebih berpengalaman
berdasarkan program studi di likasi yang telah di tetapkan serta
sebagai kegiatan pengamatan (intersip) untuk penyusunan
laporan akhir sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan
diploma IV.
Peran magang sangatlah penting dalam menunjang
peningkatan dalam ilmu pengetahuan dengan membuat suatu
pengamatan yang di landaskan karena adanya rasa ingin tau
dengan cara mengamati dan mencari suatu kebenaran dalam
suatu sistematis dalam waktu tertentu dengan menggunakan
metode ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pengumpulan data merupakan data yang sangat penting
dalam metode ilmiah, karen adalam metode pengumpulan data
pada umumnya data dikumpulkan digunakan untuk memeperoleh
informasih yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan penelitian
atau magang.
Desaian magang yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Jhon W Creswell
(2009 : 5) menyebutkan bahwa :
ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang peneliti yang bergaya induktif, berfokus pada makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.
Penelitian Deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
suatu sistem pikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekrang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengeni fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Menurut Whintney (1960: 85),
Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-maasalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengru dari suatu fenomena. Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-stadar, sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative.dalam metode deskripftif dapat di teliti masalah normative bersama-sama dengan maslah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena.studi demikian di namakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif, adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masi terjangkau dalam ingatan responden.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa jenis
metode penelitian deskritif adalah metode penelitian yang untuk
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar
belaka. Namun, dalam pengertian metode yang luas, penelitian
deskriptif mencakup metode penelitian yang luas, peneliti
deskriptif mencakup metode penelitian yang luas diluar metode
sejarah dan eksperimental, dan secara umum lebih di sebut
dengan metode survei. Kerja peneliti, bukan saja memberikan
gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga
menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat
prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah yang ingin di pecahkan.
Penulis menggunakan metode deskriptif dalam proses
magang ini karena sudah mengetahui permasalahan secara kulit
luarnya saja, yaitu mengenai Pelayanan aparatur dalam
pembuatan Kartu Keluarga (KK). Namun dengan menggunakan
metode ini peneliti dapat memperdalam pengetahuan tentang
sebab atau hal-hal yang mempengaruhi permasalahan yang
diperoleh lalu dianalisis sedemikian rupa sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya di lapangan.
Pendekatan induktif yang di gunakan untuk memahami
suatu penelitian, dapat membangun pengetahuan dan mencari
apa yang sesunggunya yang terjadi di lapangan melalui
pengelolaan yang akan di lakukan berdasarkan data dan fakta
kemudian di lakukan iterpretasi. Hal ini di lakukan karena proses
pengumpulan data merupakan faktor yang penting dalam
keberhasilan suatu penelitian.
Adapun sumber data primer berupa informan yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, masyarakat yang sudah
mengurus dan memilii kartu kleluarga dan sumber data sekunder
lain berupa dokumen resmi, arsip-arsip dan buku-buku yang
berkaitan dengan objek penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan sumber utama dalam sebuah penelitian,
data yang telah dianalisis akan dapat dijadikan dasar dalam
pemecahan suatu masalah, oleh karena itu data sangat penting
untuk di kumpulkan sebelum dianalisis. Berdasarkan sumbernya
terdiri dari data primer dan sekunder, yaitu menurut mulyadi
(2014: 145) sumber data di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Data primer
2. Data sekunder
Merupakan data yang peroleh atau di kumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.data sekunder dapat di peroleh dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), buku, dokumen laporan, jurnal, dan lain-lain.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
pengumpulan data dengan observasi adalah cara
pengambilan data dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap objek penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai
fenomena yang diteliti secara nyata di lapangan. Menurut Creswell
(2009: 266); Observasi adalah :
langkah pengumpulan data dengan turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktifitas individ-individu di lokasi penelitian. Dalam langkah ini peneliti merekam/ mencatat baik secara terstruktur maupun semistruktur. Peneliti juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai partisipan non-partisipan hingga partisipan utuh.
Dengan demikian penulis melakukan pengamatan dengan
terjun langsung ketempat lokasih penelitian dan akan
melaksanakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti
sehingga nantinya akan mendapatkan data yang aktual dan
2. Wawancara.
Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data
dengan cara mendapatkan informasih dengan cara bertanya
langsung kepada responden agar memperoleh keterangan uantuk
tujuan penelitian. Menurut Creswell (2009: 266); Dalam
wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face—to face
interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan,
memawawancarai mereka dengan telephone atau terlibat
langsung dalam focus group interview yang terdiri atas enam
sampai delapan partisipan, perkelompok. Wawancara-wawancara
ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara
umum tidak terstruktur (unstructured) atau bersifat terbuka
(open-ended) yang di rancang untuk memunculkan
pandangan-pandangan dan opini dari para partisipan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe
wawancara terbuka dimana peneliti dapat mengetahui data
selengkap sehingga pemahaman peneliti terhadap permasalahan
yang ada sesuai dengan pemahaman para pelaku itu sendiri,
adapun pihak – pihak yang akan peneliti wawancarai adalah
sebagai berikut:
NO SUMBER INFORMASIH JUMLAH
bahan-bahan tertulis berupa surat atau gambar yang tersimpan
sebagaimana adanya. Menurut Creswell (2009:266), Dokumentasi
adalah “pengumpulan dokumen-dokumen public seperti koran,
makalah, laporan kantor ataupun dokumen privat seperti buku
harian, diary, surat dan email”.
Dengan demikian penulis dalam menggunakan teknik
dokumentasi, mengumpulkan data dari dokumentasi naskah
dianas, sumber dari arsip, dan laporan-laporan tertulis lain yang
berkaitan dengan tujuan penelitian.
3.3 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh pada saat melakukan penelitian
di lokus penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, tentu akan
masih mentah tersebut harus dianalisis agar dapat diberi arti dan
makna yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. Yang
sifatnya eksploratif dan induktif degan tujuan untuk memperoleh
pemahaman dan pengertian bukan membuktikan hipotesis teori.
Menurut Miles dan Huberman (2012: 91) mengemukakan bahwa
“aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus hingga tuntas sehingga data yang
diperoleh sesuai fakta dilapangan.
Penelitian dilakukan penulis menggunakan teknik analisis data
model Miles dan Huberman sebagaimana dikutip yaitu:
1. Data Reductio
Merangkul atau memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya. Dengan demikina data yang akan direduksi akan memberikan gambaran yang jauh lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data dan mencarinya bila diperlukan. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. dimaksudkan dapat mempermudah untuk memahami yang terjadi, merencanakan keja selanjutnya berdasarkan apa yang telah sudah dipahami sebelumnya.
3. Conslusion Drawing
karena telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan
analisis kualitatif, hal ini dapat dilihat dari teknik analisis data yaitu
reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan seperti yang
sudah dijelaskan penulis diatas. Dengan demikian setelah
memeperoleh data melalui pengumpulan data dengan metode
wawancara dan dokumentasi, penulis menganalisa data yang
banyak tersebut dengan mereduksi terlebih dahulu, kemudian
menyajikan data yang telah direduksi dan pada akhirnya akan
ditearik kesimpulan. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
penulis menekankan pada kemampuan nalar dalam
menghubungkan fakta di lokasi magang, disesuaikan dengan
lokasih magang peneliti sesuai data – data yang diperoleh dari
informan.
3.4 Tempat dan Jadwal Magang 3.4.1 Tempat Magang
Pelaksanaan kegiatan magang ini dilaksanakan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya
Provinsi Papua.
Berdasarkan kalender Akademik Institut Pemerintahan
Jadwal Kegiatan Magang dan Penyusunan Laporan Akhir Wasana Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun
20117-2018
Okt Nov Des Jan Feb Mar
Keteragan : Pelaksanaan Kegiatan
BAB IV
ANALISIS FOKUS MAGANG RISET TERAPAN PEMERINTAHAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Magang
Kabupaten Jayawijaya adalah salah satu kabupaten yang
berada di ujung timur Indonesia di Provinsi Papua. Ibu kota
kabupaten terletak di Wamena atau yang sering disebut dengan
Lembah Baliem. Kota Wamena merupakan satu-satunya kota
terbesar yang terletak di pegunungan tengah Papua, wamena
berasal dari dua kata Wam dan Ena yang berarti Babi Jinak.
Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Papua seperti Timika,
Jayapura, Sorong, dan Merauke.
Wamena merupakan surga dan mutiara yang belum
Kabupaten Jayawijaya sendiri memiliki ketinggian sekitar 1800
meter diatas permukaan laut, dan terletak antara 138° 30’ - 139°
40’ Bujur Timur dan 3° 45’-4° 20’ Lintang Selatan. Luas wilayah
Kabupaten Jayawijaya adalah 8. 469. Km2 dengan total jumlah
penduduk 268. 137 jiwa masing-masing laki-laki sebanyak 141,
417 jiwa dan perempuan sebanyak 126. 720 jiwa.
Secara Administasi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari 40
(empat puluh) Distrik, 4 (empat) Kelurahan, dan 328 (tiga ratus
dua puluh delapan) Kampung. Distrik dengan Kampung terbanyak
adalah Distrik Kurulu (12 Kampung) sedangkan Distrik dengan
Kampung Paling Sedikit adalah Distrik Witawaya dan Wame
(masing-masing 4 Kampung) Distrik dengan Wilyah terluas adalah
Distrik Siepkosi (138,41 Km) dan Distrik dengan luas terkecil
adalah Distrik Wouma (48,75 Km)
Tabel 4.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jayawijaya
No
PEMBAGIAN WILAYAH
ADMINISTRASI JUMLAH
1. Distrik 40
2. Kampung 328
3. Kelurahan 4
5. Rumah Tangga / KK 76.068
6. Penduduk 268.137
7. Kepadatan Per KM2 16,05 orang/Km2
8. Luas Wilayah 8.469 Km2
8. Perbandingan Laki : Perempuan (sex ratio)
112,09 %
(Dalam 112 laki-laki ada 9 perempuan
Sumber : (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya 2017)
Batas wilayah Kabupaten Jayawijaya berbatas dengan
Kabupaten/ Kota yaitu :
Sebelah Utara : Kabupaten Mambramo tengah Sebelah
Selatan : Kabupaten Yahukimo
Sebelah Barat : Kabupaten Lanny Jaya dan Tolikara
Sebelah Timur : Kabupaten Pegunungan Bintang.
a. Topografi dan iklim
Kabupaten Jayawijaya berada dihamparan Lembah
Baliem, sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal
ketinggian 1500–2000m diatas permukaan laut. Temperatur udara
bervariasi antara 14,5 derajat celsius. Dalam setahun rata-rata
curah hujan 1.900 mm dalam dalam sebulan terdapat kurang lebih
16 hari hujan. Musim kemarau dan musim hujan sulit dibedakan,
berdasarkan data bulan maret adalah bulan dengan curah hujan
Kota Wamena dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya
yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain:
Puncak Trikora (4. 750 m), Puncak Mandala (4. 700 m) dan
Puncak Yamin (4. 595 m). Pegunungan ini amat menarik
wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan Alam karena puncakna
yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis,
lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempi
dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini.
b. Demografi dan Budaya
Kabupaten Jayawijaya dihuni oleh masyarakat pribumi
Lembah Baliem yang sering disebut Suku Dani, rata-rata kenaikan
populasi orang Dani sangat rendah dibandingkan dengan daerah
lain di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah keenggangan
pada ibu untuk mempunyai anak lebih dari pada dua yang
menyebabkan rendahnya pertumbuhan populasi Suku Dani di
Lembah Baliem.
Sikap berpantang pada ibu selama masih ada anak yang
masih disusui membuat jarak kelahiran menjadi jarang, hal ini
dapat dipengaruhi oleh adat istiadat orang Baliem suku Dani yang
hidup di Kabupaten Jayawijaya. Poligami terjadi pada laki-laki
yang kaya mempunyai banyak Babi, karena Babi merupakan
selain sebagai maskawin Babi juga digunakan sebagai lambang
kegembiraan maupun kedudukan, dan Babi dapat digunakan
menjadi alat pembayaran denda terhadap berbagai jenis
pelanggaran adat maupun masalah lain.
Sebelum tahun 1945, penduduk kabupaten jayawijaya
merupakan pendududk masyarakat yang homogen dan hidup
berkelompok menurut wilayah adat, sosial, komfederasi suku pada
masing-masing kelompok, hingga berkembangnya pekembangan
jaman modern sekarang ini, penduduk jayawijaya sudah menjadi
Heterogen yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia dengan
kehidupan yang rukun dan berbaur satu sama lain.
c. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah
bertani, dengan sistem pertanian tradisional, makanan pokok
masyarakat Kabupaten Jayawijaya adalah Ubi Jalar, Keladi dan
Jagung sehingga pada areal pertanian masyarakat dipenuhi
dengan jenis tanaman makanan pokok ini sehingga Pemerintah
Kabupaten Jayawijaya berkomitmen dan berusaha untuk
memperkenalkan jenis tanaman lainnya seperti berbagai jenis
sayuran (Kol, Sawi, Wortel, Buncis, Kentang melalui Dinas terkait
dalam hal ini, Dinas Pertanian dan Tanaman Panggang.
Lembah Balim adalah areal luas yang sangat subur
dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai
berkembang didaerah ini karena masyarakat penduduk asli
Kabupaten Jayawijaya sudah mengenal cara bertani Padi Sawah,
dan kini komoditas perkebunan lainnya yang kini mulai mengenal
dan berkembang pesat adalah Kopi Arabika.
d. Jumlah Penduduk.
Kabupaten Jayawijaya didiami oleh Suku Dani, seiring
dengan perkembangan zaman dan tuntutan reformasih dewasa ini
Kabupaten Jayawijaya didiami oleh beraneka ragam etnis dan
suku bangsa setidaknya terdapat 3 (tiga) suku yang saat ini hidup
berdampingan dan saling berbaur satu sama lain dengan
harmonis yakni Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali,.
komposisi penduduk yang dirinci menurut etnis
menunjukan bahwa Suku Dani merupakan jumlah terbesar (45%),
selanjutnya Suku Lani (20%), Suku Yali (22%), dan suku lainnya
(13%).
Jumlah Penduduk Kabupaten Jayawijaya saat ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 4.2
No DISTRIK
19. ITLAI HISAGE 1.998 1.696 3.694.Jiwa
Sumber : (Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Jayawijaya Tahun 2017)
Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten
Jayawijaya tahun 2017 diatas menunjukan bahwa Distrik dengan
Jumlah penduduk terbanyak adalah Distrik Wamena dengan
jumlah penduduk 51.635 Jiwa, Sedangkan Distrik dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Distrik Bpiri dengan jumlah
penduduk 1.006 Jiwa.
Jumlah Penduduk Kabupaten Jayawijaya Sampai dengan
Tahun 2017 yang telah terdaftar dalam Sistem Informasi
Kependudukan (SIAK) adalah sebanyak 268.137 Jiwa, terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 141.417 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 126.720 jiwa. Data perkembangan Jumlah
penduduk Kabupaten Jayawijaya selama 5 (lima) tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel dibawah 4.3 dibawah ini :
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jayawijaya 5 (lima) Tahun Terakhir
NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK KENAIKAN
1 2 3 4
1. 2013 199.557 Jiwa 3,472 Jiwa
2. 2014 212.362 Jiwa 12,805 Jiwa
3. 2015 223.443 Jiwa 11,081 Jiwa
4. 2016 265.242 Jiwa 41,799 Jiwa
5 2017 268.137 Jiwa 49,925 Jiwa
Sumber : (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya Tahun 2017)
e. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan.
Peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya saat
ini, cukup konsen dengan mengembangkan dunia pendidikan dari
tingkat sekolah dasar (SD) sampai pada sekolah menengah atas
(SMA) bahkan sampai pada level perguruan tinggi melalui tenaga
daya manusi (SDM) di Kabupaten Jayawijaya benar-benar
melahirkan pemimpin-pemimpin yang cerdas.
Tujuan pendidikan pada dasarnya menghantarkan para
peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingka laku baik
intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri
sebagai individu dan makluk sosial. Oleh karena itu pemerintah
Kabupaten Jayawijaya tetap berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Kabupaten Jayawijaya melalui penyediaan
sarana belajar bagi anak sebagai peserta didik maupun
menyiapkan tenagan-tenaga pengajar atau pendidik Dinas terkait.
Dibidang pendidikan, terdapat beberapa jenjang
pendidikan formal yang ada di Kabupaten Jayawijaya
sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini:
Tabel. 4.4
Jumlah Lembaga Pendidikan Formal Kabupaten Jayawijaya
No LEMBAGA
PENDIDIKAN
JUMLA
H STATUS
1. PAUD 10 Aktif
2. TK 8 Aktif
3. SD 122 Aktif
4. SMP 55 Aktif
6. PERGURUAN TINGGI 4 Aktif
Sumber : ( Dinas Pendidikan & pengajaran Kabupaten Jayawija Tahun 2017)
f. Keagamaan
Pada umumnya masyarakat Kabupaten Jayawijaya
mayoritas memeluk agama Kristen Katholik. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya tempat beribadah pemeluk agama Katholik
(Gereja) yang terdapat paling banyak. Dikabupaten Jayawijaya
mempunyai 446 tempat peribadatan/beribadah yakni 319 buah
tempat beribadah umat beragama Khatolik (Gereja), 111 buah
tempat beribadah umat beragama Kristen Prostetan (Gereja), 15
buah tempat ibadah beragama Islam (Mesjid), dan satu buah
tempat Ibadah umat Hindu (Pura).
Sejalan dengan itu jumlah rohaniwan dan penyuluh
agama yang ada dikabupaten jayawaijaya juga cukup banyak dan
presentase terbesar pada agama Katholik yaitu 967 Rohaniwan
atau Hamba Tuhan (Pastor), 602 Rahaniwan (Pendeta) bagi umat
Kristen Prostetan, 26 Rohaniwan (Ustad) bagi umat Islam, 2
Rohaniwan bagi umat Hindu
Dibawah ini jumlah tempat peribadatan yang terdapat di
Kabupaten Jayawijaya dapat dilihat pada Tabel Dibawah ini
1. Katholik : 319 Gereja
2. Kristen Prostetan : 111 Gereja
3. Islam : 15 Masjid
4. Hindu : 1 Pura
5. Budah : -
4.1.1 Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Jayawijaya di bentuk melalui Peraturan Daerah Kabupaten
Jayawijaya Nomor 18 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Sebagai suatu lembaga perangkat darah
yang bersifat teknis yang mempunyai kewenangan dibidang
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jumlah Pegawai yang bekerja pada Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya sebanyak 17 (tujuh
belas ) orang masing masing memiliki posisi dan kedudukan setra
tugas fungsi yang berbedah-bedah, diantaranya terdiri dari 1 orang
Kepala Dinas, 3 orang Sekretaris, 4 orang Kepala Bidang, 11 orang
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Jayawijaya mempunyai Visi dan Misi Sebagai Berikut:
Visi :
MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA DALAM TATA KELOLA ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL, MENUJU MASYARAKAT KABUPATEN JAYAWIJAYA YANG SEHAT CERDAS DAN SEJAHTERA.
Misi :
Adapun misi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Jayawijaya adalah :
1. Meningkatkan tertib Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil.
2. Meningkatkan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat (Transparan, mudah, dan ada kepastian.
3. Membangun data Base kependudukan yang akurat
4. Meningkatkan sosialisasi produk hukum tentang
administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan
prasarana kerja guna memehuhi standar pelayanan yang
Makna dari Visi tersebut dapat disimpulkan bahwa Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya
berkeinginan menjadi Instansi Profesioanal di bidang
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, kondisi yang diinginkan
dalam Visi tersebut adalah dapat mewujudkan terkendalinya
pertumbuhan dan mobilitas penduduk serta tertibnya Administrasi
Kependudukan. Sejalan dengan Visi Kabupaten Jayawijaya maka
diharapkan untuk masa yang akan datang membangun
Kabupaten Jayawijaya dibidang Kependudukan dan Pencatatan
Sipil diantaranya mengacu kepada peningkatan Sumber Daya
Manusia Aparatur dan menata data basse Kependudukan
Kabupaten Jayawijaya dengan baik dan akurat.
4.1.3 Susunan Organisasi
Adapun susunan organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya terdiri dari :
Kepala Dinas
Sekretaris terdiri dari :
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
Bidang Pelayanaan Pendaftaran Penduduk terdiri dari :
Seksi Identitas Penduduk
Seksi Pendataan Penduduk
Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil terdiri dari :
Seksi Kelahiran
Seksi Perkawinan dan Perceraian
Seksi Perubahan Status Anak dan Kematian
Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan
Seksi Sistem Informasih Administrasi Kependudukan
Seksi Pengelolaan dan Penyajian data Kependudukan
Seksi Tata Kelola SDM dan Tek-Kom
Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan terdiri dari:
Pemanfaatan Data dan Dokumentasi Kependudukan
Seksi Kerja sama dan Inovasi Pelayanan
4.1.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Kabupaten
Jayawijaya No 53 Tahun 2016, Tentang Organisasi tata kerja
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jayawijaya
merupakan unsur pelaksana urusan Administrasi Kependudukan