• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM KONTEKS UNITARIS - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM KONTEKS UNITARIS - Repository IPDN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM

KONTEKS UNITARIS

Oleh :

(2)
(3)
(4)
(5)

Selamat…

Selamat…

Pagi!

Pagi!

Semangat…

Semangat…

Pagi!

Pagi!

PESERTA

PESERTA

BIMTEK

BIMTEK

Luar…..Biasa

Luar…..Biasa

(6)

Biodata Narasumber

• Nama

: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

• Lahir

: Jambi, 4 Maret 1977

• NIP

: 19770304 1995 11 1 001

• Jabatan

: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

• Pangkat

: Pembina TK. I (IV/b)

• Instansi

: Kampus IPDN Jatinangor

• Alamat

: Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-BANDUNG

• Email

:

kisankiel@yahoo.co.id

fernandes_simangunsong@ipdn.ac.id

• HP

: 08122445916

• WA

: 082119982722

(7)

A. PENDAHULUAN

Hubungan pusat dan daerah dalam konteks unitaris dapat dimaknai sebagai hubungan antara :

a. entitas nasional sebagai sebuah kesatuan masyarakat

(8)

Dalam makalah ini, tekanan pembahasan lebih pada hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hubungan ini mencakup aspek :

a. hubungan kekuasaan;

b. hubungan pembagian sumberdaya dan keuangan; c. hubungan kepegawaian;

(9)

B. HUBUNGAN KEKUASAAN

Perubahan Paradigma Pembagian Kekuasaan di Tingkat Nasional:

Dengan adanya amandemen UUD 1945 (amandemen I sd IV),

telah terjadi perubahan paradigma dalam pembagian kekuasaan pemerintahan di tingkat nasional, dari paradigma pembagian kekuasaan (distribution of power) ke paradigma pemisahan

kekuasaan (separation of power) mengikuti model Trias Politica dari Montesqieu (dengan modifikasi).

Pada UUD 1945 yang asli, kekuasaan pemerintahan terpusat pada tangan Presiden, karena Presiden merupakan

satu-satunya mandataris MPR. Terlebih lagi pada penjelasan UUD 1945 dikemukakan bahwa : “ Concentration of power and

(10)

MODEL PEMBERIAN MANDATARIS KEKUASAAN DARI RAKYAT KEPADA PRESIDEN MELALUI MPR

RAKYAT

MPR

Mandataris

(11)

MODEL PEMBAGIAN KEKUASAAN

MENURUT UUD 1945 YANG ASLI

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

(12)

Pada UUD 1945 yang Asli dikemukakan bahwa

Presiden memegang kekuasaan membuat UU dengan

persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1).

Presiden mengangkat duta besar.

Fungsi-fungsi peradilan berada di bawah Presiden.

Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan

rehabilitasi.

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh

Presiden.

(13)

MODEL PEMISAHAN KEKUASAAN

MENURUT UUD 1945 YANG DIAMANDEMEN

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

(14)

Kekuasaan menyusun UU berada di tangan DPR,

dengan persetujuan Presiden (pasal 20 UUD 1945

Amandemen).

Kekuasaan kehakiman berada di bawah Mahkamah

Agung dan bebas dari pengaruh pemerintah.( lihat UU

Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2).

Ketua BPK diangkat dari Presiden berdasarkan

rekomendasi DPR.

(15)

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN

DALAM RANGKA DESENTRALISASI

PEM. PUSAT

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF (DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

DAERAH OTONOM

(16)

EKSEKTUTIF (PRESIDEN)

PEMERINTAHAN DAERAH

BADAN EKSEKUTIF BADAN LEGISLATIF DAERAH DAERAH

KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN

DALAM RANGKA DESENTRALISASI

(17)

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN

DALAM RANGKA DESENTRALISASI

MENURUT UU 32/2004

EKSEKTUTIF

(PRESIDEN)

UNSUR PENYELENGGARA

PEMERINTAHAN DAERAH

KEPALA DAERAH DAN DPRD

(18)

Pem.

Pusat

Ada urusan pangkal Daerah

Tingkat I Ada urusan tambahan Daerah

Tingkat II

(19)

MODEL PENGAKUAN KEWENANGAN

MENURUT UU NOMOR 22 TAHUN 1999

Kew. Pusat

Kew.Prop. sbg DO Kew. Kab/Kota
(20)

PEMENCARAN URUSAN PEMERINTAHAN

(Sumber : Bahan Penataran DPRD yang disiapkan oleh Badan Diklat DDN, 2004)

DEKONSENTRASI ADMINISTRATIF / PEMERINTAH WILAYAH

• KANWIL/KANDEP

KEPALA WILAYAH

DLL PEMERINTAH PUSAT DELEGASIOTORITABUMNNUSAKAMBANGANDLL DAERAH OTONOM PROPINSI KABUPATEN/ KOTA DESENTRALISASI PRIVATISASI

SWASTA MURNI

BOT

BOO

BOL

(21)

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

Menurut UU Nomor 32/2004

(Sumber : Bahan Penataran DPRD yang disiapkan oleh Badan Diklat DDN, 2004)

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT

(Mutlak kewenangan Pusat)

CONCURRENT

(Kewenangan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL

(Sektor Unggulan)

WAJIB/OBLIGATORY (Pelayanan Dasar)

SPM

(Standar Pelayanan Minimal)

- Pertahanan

- Keamanan

- Moneter& fiskal nas

- Yustisi

- Politik Luar Negeri

(22)

C. MODEL PERUBAHAN PEMBAGIAN KEKUASAAN DI

TINGKAT DAERAH

Seiring dengan perubahan paradigma pemerintahan di tingkat nasional, terjadi pula perubahan paradigma pemerintahan di tingkat Daerah. Pada UU Nomor 22 Tahun 1999, terdapat Badan Eksekutif Daerah yang terdiri dari Kepala daerah dan perangkat daerah lainnya serta Badan Legislatif Daerah (DPRD), yang

terpisah.

Pada UU Nomor 32 Tahun 2004 tidak lagi digunakan istilah Badan Eksekutif Daerah dan Badan Legislatif Daerah melainkan Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah, yang terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Adapun alasan Daerah karena di Negara Kesatuan hanya ada satu Badan legislatif yang ada di tingkat

nasional (DPR). Selain itu, produk peraturan perundang-undangan yang dihasilkan Daerah berupa Perda dapat dibatalkan oleh

presiden, bukan oleh Mahkamah Agung, dengan pertimbangan

(23)

Apabila pada UU Nomor 22 Tahun 1999, khususnya pasal 43 huruf g dikatakan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban

membuat peraturan Daerah dengan persetujuan DPRD, maka pada PP Nomor 25 Tahun 2004, pasal 95 ayat (1) dikatakan bahwa : “ DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan Daerah”.

Artinya ada kesejajaran perubahan paradigma pemerintahan di tingkat nasional dengan tingkat daerah. Perlu dibuat

PROLEGDA

Terjadi perubahan pada sistem pertanggungjawaban Kepala Daerah, yang semula ke arah samping, sekarang terpencar menjadi tiga arah.

Dengan hadirnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, terjadi sinkronisasi

(24)

D. HUBUNGAN PEMBAGIAN SUMBERDAYA DAN KEUANGAN

Hubungan pembagian sumberdaya dan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada filosofi bahwa bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya adalah milik bangsa, yang digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran bersama.

Pada masa sentralistik, sumberdaya yang ada sepenuhnya

dikuasai oleh pemerintah pusat, sedangkan pembagian sumber keuangannya menggunakan pola specifik grant yang diatur

melalui berbagai Inpres.

Pada masa sekarang, pembagian sumberdaya dicoba diatur secara lebih adil, meskipun masih banyak daerah yang belum puas. Pembagian sumber keuangan lebih banyak

(25)

Dengan semakin banyaknya uang yang mengalir ke Daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk memperbaiki manajemen keuangan dan manajemen logistiknya. Manajemen

keuangannya baik manajemen penerimaan dan terutama manajemen pengeluarannya, agar dapat dicapai nilai 4E (efektivitas, efisiensi, ekuitas, ekonomik).

(26)

Pengelolaan keuangan masing-masing asas (desentralisasi, dekonsentrasi serta tugas pembantuan) yang perlu

disinkronkan agar tidak menimbulkan duplikasi pembiayaan.

Pengawasan di bidang keuangan masih terasa tumpang tindih antara satuan pengawasan internal (SPI) seperti BPKP, Itjen, Bawasda dengan pengawasan yang dilakukan oleh satuan

(27)

E. HUBUNGAN KEPEGAWAIAN

UU Nomor 8 Tahun 1974 yang telah disempurnakan dengan UU Nomor 43 Tahun 1999 menganut sistem kepegawaian yang

terintegrasi (INTEGRATED SYSTEM), dalam arti PNS adalah pegawai pemerintah nasional yang, meskipun ada yang

berstatus PNS Pusat dan PNS Daerah.

UU Nomor 22 Tahun 1999, khususnya pasal 76 mengubah sistem tsb menjadi sistem yang terpisah (SEPARATED SYSTEM). Dg sistem ini, Daerah berhak menjalankan

(28)

UU Nomor 32 Tahun 2004 nampaknya mengambil jalan tengah dengan menerapkan sistem campuran (MIXED SYSTEM). Hal ini sebenarnya sudah dimulai sejak terbitnya PP Nomor 9

Tahun 2003 mengenai kewajiban Pemerintah Kabupaten/Kota berkonsultasi dengan Gubernur mengenai pengisian jabatan eselon II di Kabupaten/Kota, dan kewajiban Pemerintah Daerah Propinsi berkonsultasi dengan Mendagri untuk pengisian

jabatan eselon I dan II di Propinsi.

Melalui UU Nomor 32 Tahun 2004, pengaturan kepegawaian yang semula didesentralisasikan, secara bertahap ditarik kembali ke pusat, meskipun Daerah masih diberi hak untuk mengajukan kebutuhan aparaturnya.

(29)

E. HUBUNGAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Mengingat Indonesia adalah negara unitaris, maka tanggung jawab terakhir dan tertinggi dalam penyelenggaraan otonomi daerah berada di tangan Presiden. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan daerah.

Pembinaan dan pengawasan hendaknya tidak dimaknai

sebagai campur tangan pemerintah pusat terhadap otonomi daerah. Pada sisi lain, hak dan kewajiban pembinaan dan

pengawasan ini tidak dijadikan pintu masuk bagi upaya-upaya represif seperti yang dijalankan selama ini. Hubungan

pembinaan dan pengawasan harus dilihat sbg upaya untuk saling memajukan diantara entitas (win-win approach), bukan dalam rangka mengkerdilkan satu sama lainnya (win-lose

(30)

Dalam rangka mempersempit rentang kendali antara pemerintah pusat terhadap daerah otonom, presiden

memberikan delegasi kewenangan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Kendala yang dihadapi,

gubernur tidak memiliki perangkat khusus untuk menjalankan fungsi dekonsentrasinya kecuali Sekretaris Daerah Propinsi yang karena jabatannya adalah Sekretaris Wilayah.

Sudah sepantasnya apabila di bawah Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, dibentuk unit yang berfungsi

mengkoordinasikan kegiatan dekonsentrasi di tingkat propinsi dan mengawasi jalannya dekonsentrasi di tingkat kabupaten/ kota.

Kedudukan, tugas, wewenang dan mekansime kerja MUSPIDA perlu dikaji ulang karena adanya perubahan paradigma

(31)

Tanggung jawab

MPR

MPRMPRMPR

Pemerintah Pemerintah Pusat Pusat Pemerintah Pemerintah Pusat

Pusat DPRDPRDPRDPR

Pemerinta Pemerinta h h Kecamatan Kecamatan Pemerinta Pemerinta h h Kecamatan Kecamatan Gambar :

Gambar : Model Orbitasi PemerintahanModel Orbitasi Pemerintahan Menurut Menurut UU 22 Tahun 1999

UU 22 Tahun 1999

      Pemerintah Pemerintah Propinsi Propinsi Pemerintah Pemerintah Propinsi Propinsi Pemerintah Pemerintah Kab./Kota Kab./Kota Pemerintah Pemerintah Kab./Kota Kab./Kota Pemerintah Pemerintah Desa Desa Pemerintah Pemerintah Desa Desa 

DPRD DPRD Propinsi Propinsi DPRD DPRD Propinsi Propinsi DPRD DPRD Kab./Kota Kab./Kota DPRD DPRD Kab./Kota Kab./Kota Pengawasan BPD BPDBPDBPD Tanggung jawab Tanggung jawab Tanggung jawab Was Was Bin Bin Bin Bin

: Peraturan Perundang-undangan: Peraturan Perundang-undangan
(32)

Pemerintah Pemerintah Pusat Pusat Pemerintah Pemerintah Pusat

Pusat DPRDPRDPRDPR

Pemerinta Pemerinta h h Kecamatan Kecamatan Pemerinta Pemerinta h h Kecamatan Kecamatan Gambar :

Gambar : Model Orbitasi PemerintahanModel Orbitasi Pemerintahan Menurut Menurut UU 32 Tahun 2004

UU 32 Tahun 2004

      Pemerintah Pemerintah Propinsi Propinsi Pemerintah Pemerintah Propinsi Propinsi Pemerintah Pemerintah Kab./Kota Kab./Kota Pemerintah Pemerintah Kab./Kota Kab./Kota Pemerintah Pemerintah Desa Desa Pemerintah Pemerintah Desa Desa 

DPRD DPRD Propinsi Propinsi DPRD DPRD Propinsi Propinsi DPRD DPRD Kab./Kota Kab./Kota DPRD DPRD Kab./Kota Kab./Kota Pengawasan Kebijakan BPD BPDBPDBPD

Pengawasan Kebijakan Pengawasan Kebijakan Pengawasan Kebijakan Was Was Was Bin Bin Bin Bin

(33)

F. HUBUNGAN DALAM TANGGUNG JAWAB

Dalam konteks negara unitaris, tanggung jawab terakhir

penyelenggaraan otonomi daerah berada di tangan Presiden. Hal ini sejalan dengan sumber pemencaran kekuasaan yang memang datang dari kekuasaan eksekutif yang dipegang oleh Presiden.

Mengingat Kepala Daerah sudah dipilih secara langsung oleh rakyat, maka tanggung jawab pelaksanaan otonomi daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala daerah adalah kepada rakyat. Prinsip yang

digunakan adalah “ Mereka yang dipilih bertanggung jawab kepada yang memilih”. Mekanisme pertanggungjawaban

(34)
(35)

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

Atas Perhatiannya

Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

Mohon Maaf Kalau

Kurang

Kurang

Memuaskan!!!!

Gambar

Gambar : Gambar : : Peraturan Perundang-undanganModel Orbitasi PemerintahanModel Orbitasi Pemerintahan Menurut  Menurut UU 22 Tahun 1999UU 22 Tahun 1999: Peraturan Perundang-undangan
Gambar : Gambar : : Peraturan Perundang-undanganModel Orbitasi PemerintahanModel Orbitasi Pemerintahan Menurut  Menurut UU 32 Tahun 2004UU 32 Tahun 2004: Peraturan Perundang-undangan

Referensi

Dokumen terkait

3) Sampel telah mengisi kuesioner skala regulasi emosi yang digunakan dalam penelitian ini (skala ERQ) dan berdasarkan hasil skoring dinyatakan memiliki tingkat regulasi

Ekonominis vertingumas yra toks, kaip efektyviai ši aplinka yra panaudojama, gali teikti lankytojui kuo daugiau jam būtinų paslaugų, susijusių su gamtos objektų

We compare the execution times of no load balancing, our Left-Right Hando protocol technique, and a version which performs global synchronization at the end of every row, on

Berdasarkan hasil uji coba, aplikasi ini mempermudah bagian Tata Usaha yang sebelumnya dalam melakukan proses pembayaran biaya operasonal pendidikan dilakukan

role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehtan menjadi menurun (lelah) sehingga pelayanan yang

Secara umum, daerah penangkapan cucut botol dari ke-4 lokasi pendaratan ikan tersebut di atas adalah di perairan Samudera Hindia, tetapi secara khusus daerah penangkapan tergantung

(Ulasan oleh Dato’ Prof. Jika dilihat ayat pada bentuk logik 1 menunjukkan pengalaman mempunyai perisai. Pengalaman bukanlah senjata yang digunakan dalam peperangan kerana

Nama Fakultas : Fakultas Ilmu Keolahragaan Nama Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Nama Mata kuliah (.... Kompetensi Dasar: