• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribad Interproffesional.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribad Interproffesional.docx"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI KESEHATAN

Kelas Komunikasi Kesehatan - 10

Home Group 3

Aldriyety Merdiarsy

1506690321

Kristiani O. Rumere

1506796164

Maynia Meigas Gumbardania

1506690246

Shafa Dwi Andzani

1506690063

RUMPUN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

Abstrak

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bersosialisasi, bukan hanya itu komunikasi tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan jembatan pembicaraan antara seorang individu dengan individu yang lain oleh karena itu komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia kesehatan maupun dunia sosial karena dengan berkomunikasi kita dapat mengetahui apa yang dirasakan dan dialami oleh lawan bicara kita. Hal inilah yang menjadi alasan banyak manusia memerlukan komunikasi agar dapat mengetahui kondisi lingkungan nya sehari-hari.

(3)

Daftar Isi

2.1.5 Komponen dalam Proses Komunikasi Kelompok...8

2.1.6 Klasifikasi Komunikasi Kelompok...8

2.1.7 Cara Pengambilan Keputusan dalam Kelompok...9

2.1.8 Fase–Fase dalam Komunikasi Kelompok...10

2.1.9 Faktor Pendukung dari Komunikasi Kelompok...11

2.1.10 Faktor Penghambat dari Komunikasi Kelompok...12

2.1.11 Teori Kepemimpinan dalam kelompok...13

2.2 Komunikasi Interprofesional pada Pelayanan Kesehatan...14

2.2.1 Definisi Komunikasi Interprofessional...14

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interprofessional...14

2.2.3 Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional...15

2.2.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Interprofessional...15

2.2.5 Faktor pendukung dan penghambat komunikasi interprofessional...16

2.2.6 Penyebab Masalah...17

2.2.7 Cara Penyelesaian Masalah...17

2.3 Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan...18

2.3.1 Definisi Komunikasi Publik...18

2.3.2 Tujuan Komunikasi Publik...18

2.3.3 Teknik dalam Melakukan Komunikasi Publik...20

2.3.4 Langkah dalam Melakukan Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan...21

2.3.5 Penerapan Komunikasi Publik...21

2.4 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan...22

2.4.1 Pengertian Komunikasi massa...22

(4)

2.4.3 Teori pada Komunikasi Massa...23

2.3.5 Unsur-Unsur Komunikasi Massa...26

2.3.6 Ciri-Ciri Komunikasi Massa...27

2.3.7 Pengaruh Komunikasi Massa...28

2.3.8 Bentuk-bentuk komunikasi massa:...29

2.3.9 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan...29

BAB III PENUTUP...31

3.1 Kesimpulan...31

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai interàksi sosial. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982).

Teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan mendasar yang mendorong manusia ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, yakni kebutuhan untük mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendek kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses komunikasi massa tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran. Iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan. Dari contoh tersebut akan kita kupas lebih dalam lagi mengenai komunikasi apa saja yang dapat dipakai oleh tenaga kesehatan ketika turun ke lapangan.

B. Rumusan Masalah

(6)

1. Bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok?

2. Bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok peer dan mitra kesehatan? 3. Bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat?

4. Bagaimana melakukan komunikasi massa pada pelayanan kesehatan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, tujuan penelitian yang ingin disajikan penulis adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok

2. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok peer dan mitra kesehatan.

3. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat.

4. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi massa pada pelayanan kesehatan.

D. Metodologi Penulisan

Untuk membahas suatu masalah, kami melakukan metode menggunakan data melalui Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan menggali informasi dari buku – buku, literatur, maupun media internet.

E. Sistematika Penulisan

Setelah kerangka pendahuluan serta data-data yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya ditetapkan kerangka dasar dalam penyusunan secara sistematis yang penulisannyan adalah sebagai berikut:

 Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penulisan, waktu dan lokasi penelitian, dan sistematika penulisan.

(7)

 Bab III merupakan Bab Judul/Isi yang berisikan pembahasan materi dan wawasan penulis.

 Bab IV merupakan Bab Kesimpulan dan Saran yang berisikan simpulan uraian

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Kelompok

2.1.1 Definisi Komunikasi Kelompok

Definisi komunikasi kelompok menurut Anwar Arifin (1984) adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Kemudian, menurut Engleberg dan Wynn (2009) komunikasi kelompok adalah interaksi antara tiga orang atau lebih anggota yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan yang sama.

Sedangkan menurut Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) komunikasi kelompok ialah interaksi tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Dalam pengertian di atas, kata kunci yang dapat diambil dalam komunikasi kelompok salah satunya adalah tatap muka, maksudnya setiap anggota kelompok bisa melihat dan mendengar anggota kelompok lainnya dalam berkomunikasi. Mereka juga harus bisa berinteraksi satu sama lain. Kemudian, anggota kelompok berjumlah lebih dari tiga orang tetapi tidak boleh lebih dari dua puluh orang karena jika anggota terlalu banyak, maka mereka sulit untuk tatap muka, mendengar, dan berinteraksi satu sama lain. Lalu, maksud dan tujuan kelompok tersebut harus sama agar dapat berinteraksi satu sama lain. Terakhir, anggota harus bisa mengingat karakteristik anggota lain dimaksudkan agar saling mengenal satu sama lain supaya bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar.

2.1.2 Karakteristik Kelompok

Komunikasi yang efektif dapat meningkatkan kinerja kerja dengan memahami karakteristik yang ada dalam suatu kelompok. Terdapat 2 karakteristik dalam sebuah kelompok yaitu norma dan peran, yang akan kita bahas.

(9)

norma sering juga disebut dengan “hukum” (law) atau “aturan” (rules) yaitu perilaku dan tindakan apa saja yang pantas maupun tidak pantas dilakukan dalam kelompok. Menurut (Adler, 2006) terdapat tiga kategori norma dalam kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1. Norma dalam Kelompok

Dari data dalam tabel di atas dapat dipahami bahwa norma sosial mengatur interaksi/ hubungan antar para anggota. Sedangkan norma prosedural menguraikan pengoperasian/ persoalan teknis suatu kelompok. Sedangkan norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan/persoalan harus dilaksanakan.

Norma sangat penting dalam kelompok karena dengan norma kita dapat beradaptasi dalam kelompok atau kelompok dapat beradaptasi pada lingkungan sehingga dapat meningkatkan kinerja suatu kelompok dalam menghadapi persoalan dan juga berguna untuk mencegah sarkasme atau apatis terhadap anggotanya.

(10)

kelompok. Terdapat dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan.

Tabel 2. Peran Fungsional dalam Kelompok

Fungsi Tugas Fungsi Pemeliharaan

Pemberi informasi Pendorong partisipasi

Pemberi pendapat Penyelaras

Pencari informasi Penurun ketegangan

Pemberi aturan Penengah persoalan pribadi

Dari tabel di atas dapat kita pahami bahwa fungsi tugas membantu kelompok untuk mencapai tujuannya, fungsi pemeliharaan membantu agar hubungan antara anggota dapat berjalan selaras. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keefektivitasan kelompok dapat dicapai dengan adanya fungsi pemeliharaan yang positif.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Kelompok 1. Hubungan sosial

Kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial antar anggota kelompok untuk memberi kesempatan dalam melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur.

2. Pendidikan

Baik secara formal maupun informal dengan adanya komunikasi kelompok mampu mencapai dan saling bertukar pengetahuan. Dimana komunikasi kelompok dalam pendidikan bergantung pada jumlah informasi baru yag dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi antar anggota.

(11)

Dimana seorang anggota kelompok berupaya mendorong sesama anggotanya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Usaha yang berlebihan menimbulkan konflik.

4. Memecahkan persoalan dan membuat keputusan

Kelompok berusaha memecahkan tiap persoalan yang ada dan mampu membuat keputusan sebagai upaya pencapaian tujuan.

5. Terapi

Kelompok membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Namun, individu ini harus tetap berinteraksi dengan anggota kelompok lain, meskipun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri.

2.1.4 Tipe Kelompok

Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication (2003) membagi kelompok menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Kelompok Belajar (learning group)

Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya berupa suatu lembaga pendidikan ataupun kelompok yang dapat memberi keterampilan.

2. Kelompok Pertumbuhan (growth group)

Hanya berusaha untuk membantu para anggota mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka alami.

3. Kelompok Pemecahan Masalah (problem-solving group)

Anggota kelompok bekerja sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam mengatasi persoalan terdapat tahapan-tahapan tersendiri, yaitu :

(12)

2.1.5 Komponen dalam Proses Komunikasi Kelompok

Menurut Engleberg dan Wynn (2009) komponen tersebut adalah

members, message, channel, feedback, context dan noise. Pertama, harus ada members atau anggota yang diterima dan diakui kelompok untuk memulai komunikasi. Kemudian ada message atau pesan yang memulai komunikasi. Untuk menyampaikan pesan tersebut harus ada channel atau media untuk menyampaikan pesan tersebut. Setelah pesan tersebut tersampaikan, ada

feedback atau umpan balik dari tiap-tiap anggota. Dalam komunikasi kelompok,

context atau lingkungan serta keadaan psikologis seseorang juga berpengaruh dalam komunikasi kelompok. Kemudian, ada juga noise atau gangguan yang bisa mengganggu dan menghambat jalannya komunikasi kelompok tersebut.

2.1.6 Klasifikasi Komunikasi Kelompok

Telah banyak temuan ilmuan sosiologi mengenai klasifikasi komunikasi dalam berkelompok, dan dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

1. Kelompok primer dan sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama seperti contoh komunikasi kelompok yang terjadi pada keluarga, teman sejawat, juga tetangga, dll. Dalam hal ini komunikasi kelompok primer cenderung lebih bersifat dalam dan meluas, personal, informal dan ekspresif, serta lebih terfokus pada aspek hubungan dibanding isi.

Sedangkan kelompok sekunder ialah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Dalam hal ini komunikasi sekunder bersifat keterbalikan dengan komunikasi primer dan biasanya terjadi pada sekelompok organisasi massa, serikat buruh, fakultas, dan sebagainya.

(13)

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Terakhir, John F. Cragan.

3. Kelompok deskriptif dan preskriptif

David W. Wright (1980) mengklasifikasikan komunikasi kelompok menjadi deskriptif dan peskriptif, dimana deskriptif menunjukkan proses pembentukan secara alamiah sementara kelompok preskriptif mengacu pada langkah-langkah anggota kelompok mencapai tujuan.

2.1.7 Cara Pengambilan Keputusan dalam Kelompok

(Sendjaja, 2003) mengatakan bahwa sedikitnya terdapat empat cara pengambilan keputusan dalam suatu kelompok di antaranya ialah :

1. Kelompok yang kewenangannya tidak dilakukan melalui diskusi

Biasanya kelompok ini terjadi pada pemimpin otokratik atau kepemimpinan militer. Walaupun unggul dalam kecepatannya, namun berdampak pada ketidakpercayaan anggota pada keputusan yang telah ditentukan.

2. Kelompok dengan pengambilan keputusan melalui pendapat ahli

Dimana terdapat rasa kepercayaan dan ketidakraguan dari anggota atas kemampuan si ahli. Sehingga dalam menunjuk orang sebagai ahli pun harus benar-benar jangan sampai salah.

3. Kelompok yang kewenangannya dilakukan setelah diskusi

Hampir mirip dengan cara pertama, bedanya hanya pada kualitas dan tanggung jawab yang lebih baik, namun dampaknya lebih kepada persaingan antar anggota dalam pengambilan keputusan.

4. Kelompok yang mengambil keputusan melalui kesepakatan

(14)

2.1.8 Fase–Fase dalam Komunikasi Kelompok

1. Fase orientasi (orientation), dimana tiap individu atau anggota menghabiskan waktu untuk menilai maksud mereka bergabung dalam kelompok dan juga mencari tahu dimana tempat yang tepat bagi mereka dalam berkelompok.

2. Fase konflik (conflict), dimana lebih terfokus terhadap siapa saja anggota yang berada di posisi atas dan dibawah berdasarkan pengaruh yang mereka berikan.

3. Fase kohesi (cohesion), dimana komunikasi terfokus pada jarak. Anggota kelompok selalu ingin memiliki hubungan yang dekat satu sama lain namun mereka juga tidak ingin terlalu intim.

4. Fase bekerja (working / performing), dimana anggota kelompok mulai melaksanakan pekerjaan yang telah mereka persiapkan.

5. Fase pemutusan (termination), dimana kelompok biasanya telah memenuhi tujuan kelompok.

2.1.9 Teknik Pembuatan Keputusan dalam Kelompok

Teknik yang paling umum adalah prosedur kreatif penyelesaian masalah oleh Dewey (1910) dalam Berry (2007), menggunakan win-win solution. Teknik tersebut terdiri dari 5 langkah, yaitu :

1. Mendefinisikan masalah

2. Mengidentifikasi solusi

3. Mengevaluasi solusi

4. Memilih solusi yang terbaik

(15)

2.1.10 Faktor Pendukung dari Komunikasi Kelompok

Anggota kelompok bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk mencapai dua tujuan yaitu mengerjakan tugas kelompok dan memelihara moral-moral anggota kelompoknya. Terdapat dua macam faktor pendukung komunikasi kelompok dilihat dari tujuan kelompok itu terbentuk, yaitu :

A. Faktor situasional

1. Ukuran kelompok (jumlah anggota)

Dilihat dari semakin banyak jumlah anggota kelompok maka semakin terlihat pula perbedaan antara anggota yang aktif dan pasif. Sebaiknya jumlah anggota dilihat dari berapa banyak kegiatan atau tujuan yang akan dicapai.

2. Jaringan komunikasi

 Bentuk roda, terdapat satu orang yang menjadi pusat perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua orang tetapi semuanya hanya bisa berhubungan dengan satu orang tersebut.

 Bentuk rantai, misalnya A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan C, C dengan D, dan seterusnya.

 Bentuk Y, ada tiga orang yang dapat saling berkomunikasi tetapi dua orang lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan orang disampingnya.

 Bentuk lingkaran, tiap anggotanya hanya bisa berkomunikasi dengan orang disampingnya saja dan tidak ada pemimpin.

 Bentuk bintang (comcon), dimana tiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota yang lainnya.

3. Kohesi kelompok

(16)

kelompok, serta sejauh mana anggota menggunakan kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.

4. Kepemimpinan

Dimana komunikasi secara positif mendorong kelompok untuk bergerak mencapai tujuan bersama.

B. Faktor personal

1. Kebutuhan interpersonal

Seseorang ingin menjadi anggota kelompok dengan tiga kebutuhan interpersonal, yaitu : a. Inklusi, ingin menjadi bagian dari kelompok, b. Control, ingin mengendalikan orang lain dalam suatu hierarki, dan c. Affection, ingin mendapatkan keakraban emosional dari anggota lain.

2. Tindakan komunikasi

Yaitu dilihat dari dua kelas menurut Robert E. Bales yaitu terdiri dari hubungan tugas dan hubungan sosial.

3. Peranan individu

Peranan yang dimainkan oleh tiap anggota kelompok di antaranya ialah memecahkan masalah dan membuat gagasan-gagasan baru, memelihara hubungan emosional dengan anggota lainnya serta memuaskan kebutuhan personal yang tidak memiliki hubungan dengan kelompok.

2.1.11 Faktor Penghambat dari Komunikasi Kelompok

Selain memiliki faktor pendukung, komunikasi kelompok juga memiliki faktor yang penghambat, di antaranya yaitu :

(17)

2. Ikatan kelompok, tiap kelompok dan kelompok lainnya pasti memiliki cara pandang yang beda begitupun dengan nilai-nilai yang dianutnya.

3. Harapan anggota kelompok, harapan tiap anggota sering kali berbeda sehingga terkadang pesan atau informasi yang disampaikan sesuai dengan harapan satu anggota tetapi berbeda dengan harapan anggota lainnya.

4. Latar belakang pendidikan, tiap anggota di dalam kelompok memiliki pengetahuan yang berbeda sehingga terkadang tidak semua anggota dapat memahami satu hal tersebut.

5. Proses komunikasi kelompok, jika komunikasi antar anggota tidak dapat berjalan dengan baik maka hal tersebut dapat berdampak pada hubungan emosional antar anggota yang tidak terbentuk dan tujuan bersama akan sulit tercapai.

2.1.12 Teori Kepemimpinan dalam kelompok

Menurut (Kartono, 1998:28) terdapat tiga teori kepemimpinan, yaitu:

1. Teori Genetis

Teori ini menganut pandangan deterministis yang menyatakan bahwa pemimpin lahir oleh bakat alami yang didapatkan semenjak lahir dalam situasi dan kondisi apapun juga.

2. Teori Sosial

Merupakan lawan dari teori Genetis. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin harus dididik, dibentuk dan tidak lahir begitu saja sebagai seorang pemimpin. Pemimpin harus dipersiapkan engan didorong oleh kemauan sendiri

3. Teori Ekologis atau Sintetis

(18)

2.1.13 Macam-Macam Gaya Kepemimpinan (Wibowo, 2005)

 Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin sedangkan anggota hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

 Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan yang memberikan wewenang secara luas kepada anggota. Setiap permasalahan selalu mengikutsertakan anggota sebagai suatu tim yang utuh.

 Gaya Kepemimpinan Bebas

Gaya kepemimpinan yang melibatkan kuantitas anggota secara aktif dalam menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

2.2

Komunikasi Interprofessional pada Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Definisi Komunikasi Interprofessional

Komunikasi Interprofessional dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi program komunikasi yang ditujukan untuk penyedia layanan kesehatan. Adapun pengertian lain mengenai komunikasi interprofessional, komunikasi interprofesional adalah komunikasi yang terjadi antar multidisiplin ilmu mengenai praktik keprofesian yang berkolaborasi guna meningkatkan kerjasama dan pelayanan kesehatan (Barr: 2002). Komunikasi interprofessional

adalah bentuk interaksi untuk bertukar pikiran, opini dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk menjalin kolaborasi interprofesi.

2.2.2 Tujuan Komunikasi Interprofessional

(19)

pasien yang lebih baik, 2) bertukar informasi dan alat medis agar lebih efektif untuk memajukan praktek medis, 3) serta mengadvokasi untuk penerapan standar baru pelayanan perawatan kesehatan. Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan semua tenaga medis dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya kesalahan komunikasi antar tenaga medis.

2.2.3 Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional

Komunikasi interprofessional dapat terjadi dalam berbagai jenis komunikasi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan. Jenis komunikasi tersebut dapar berupa; 1) Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan, 2) Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan, 3) Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang merawat pasien, 4) Komunikasi antara dokter/bidan/ perawat dengan petugas apotek, 5) Komunikasi antara dokter/ bidan/perawat dengan petugas administrasi/keuangan, 6) Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang (radiology, laboratorium, dsb).

Selain jenis komunikasi diatas, komunikasi interprofessional memiliki bentuk komunikasi yang terjadi ketika komunikasi berlangsung. Bentuk komunikasi interprofessional dapat berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Contoh komunikasi non-verbal dalam komunikasi interprofessional dapat berupa rekam medik pasien, resep untuk pasien, dll. Rekam medik pasien menjadi sumber informasi untuk tenaga medis yang akan manjadi petugas pelayanan perawatan dikemudian hari. Rekam medis pun bentut komunikasi antar tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sehingga mereka dapat melihat rekam medik terlebih dahulu dan saling memberikan informasi. Selain itu, resep pun menjadi bentuk komunikasi yang diberikan dokter untuk pasien mengambil obat di apotek.

2.2.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Interprofessional

Komunikasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mendukung komunikasi dalam tim. Menurut Kumala (1995) prinsip-prinsip tersebut ialah:

(20)

2. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan dengan menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua individu dalam tim tersebut.

3. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.

2.2.5 Faktor pendukung dan penghambat komunikasi interprofessional

Komunikasi yang efektif perlu didukung oleh faktor-faktor yang dapat meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi. Menurut Potter & Perry (2005) keefektifan komunikasi dapat didukung dengan faktor-faktor berikut:

 Persepsi, dalam berkomunikasi antar profesi perlu berusaha menyetarakan persepsi agar tidak menimbulkan masalah dala berkomunikasi.

 Lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi, hindari lingkungan yang dapat menggangu proses komunikasi menjadi terhambat.

 Pengetahuan, tingkatan pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan penyampaian pesan yang tidak jelas serta dapat menimbulkan negative feedback.

Selain adanya faktor pendukung, adapun faktor penghambat dalam komunikasi interprofessional. Hambatan tersebut berupa kepemimpinan yang kurang efektif, kurangnya kejelasan atau kesepakatan mengenai tujuan dan prioritas, konflik interpersonal, persaingan prioritas, perbedaan konseptual, dan enggan untuk menerima anggota lain. Hambatan tersebut dapat memicu sebuah masalah dalam komunikasi interprofessional. Masalah yang sering muncul ialah kesalahan membaca tulisan petugas lain. Atau dapat memiliki persepsi yang berbeda dari tulisan tersebut. Penulisan yang tidak jelas tersebut dapat menimbulkan suasana kerja menjadi terganggu dan munculnya perasaan kesal. Masalah lain yang timbul dapat terjadi pada proses pemberian pelayanan kesehatan bagi pasie yang rawat inap atau rawat jalan.

(21)

untuk melanjutkan shiftnya karena kurangnya informasi yang jelas mengenai pasien C. Contoh lain, ketika dokter memberikan resep untuk pasien kepada apoteker, namun karena apoteker tidak terlalu jelas membaca tulisan dokter ia pun mengganti obat tersebut yang hampir sama dengan yang tertulis di resep. Hal tersebut dapat merugikan pasien jika obat tersebut tidak cocok dengan pasien tersebut.

2.2.6 Penyebab Masalah

Penyebab masalah yang sering terjadi dalam komunikasi interprofessional ialah dapat berupa role stress, lack of interprofessional understandings, dan autonomy struggles.

Pertama, role stress terbagi menjadi dua yaitu role conflict dan role overload. Role conflict ialah perbedaan antara peran yang diharapkan dengan yang diperoleh, hal ini dapat membuat kinerja seseorang menjadi menurun, sikap saling menghormati antar tenaga kesehatan menjadi tindakan yang dapat mengurangi role conflict. Sedangkan,

role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehtan menjadi menurun (lelah) sehingga pelayanan yang diberikan menjadi tidak baik.

Kedua, lack of interprofessional understandings terjadi karena petugas kesehatan yang belum paham tentang peran mereka dalam lingkungan kerja sehingga dapat menyebabkan masalah dalam hubungan kerja antar petugas kesehatan.

Ketiga, autonomy struggles menurut Conway ialah kapasitas otonomi menjadi penting agar tenaga kesehatan dapat memenuhi perannya. Namun, terkadang muncul perbedaan tingkat autonomi pada petugas kesehatan, maka petugas kesehatan perlu menyesuaikan otonomi sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Agar tidak ada lagi masalah yang muncul dalam proses komunikasi interprofessional yang dapat berakibat buruk.

2.2.7 Cara Penyelesaian Masalah

(22)

fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus diketahui oleh masing-masing petugas, 2) memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya, dan 3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling melengkapi.

2.3

Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan

2.3.1 Definisi Komunikasi Publik

Komunikasi Publik adalah komunikasi yang melibatkan orang banyak atau masyarakat. Komunikasi Publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi elektif, komunikasi retorika, public speaking, atau komunikasi khalayak (audience aommunication). Komunikasi publik berbeda dari komunikasi massa, dimana komunikasi massa hanya menggunakan media massa, seperti surat kabar, website, majalah, radio, dan televisi, sementara komunikasi publik tidak hanya menggunakan media massa, tetapi juga menggunakan e-mail, blog, jejaring sosial (facebook, twitter, yahoo dan lain-lain) dan medium lainnya yang bisa menjangkau khalayak luas seperti seminar, diskusi, dan sebagainya.

2.3.2 Tujuan Komunikasi Publik

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi beliau mempunyai pendapat mengenai tujuan komunikasi publik sebagai berikut :

1. Public Information

Memberikan informasi kepada masyarakat. Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan.

(23)

Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik masyarakat yang paling efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal antara penyuluh dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara pimpinan dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.

3. Public Persuasion

Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan, misalnya mempengaruhi masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat dilakukan melalui komunikasi massa dalam bentuk kampanye, propaganda, selebaran-selebaran, spanduk dan sebagainya. Tetapi berdasarkan beberapa penelitian kegiatan mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif dilakukan melalui Komunikasi Interpersonal.

4. Public Entertainment

Menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat, terutama pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.

5. Public Affairs

(24)

perhatian public affairs, yaitu pemerintah dan masyarakat lokal. Pemerintah meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

6. Public Relation

Frank Jefkins mengemukakan bahwa Public Relations merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian.

Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan; sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu. Adapun tujuan dari Public Relations menurut Oemi Abdurrachman adalah mengembangkan good will dan memperoleh opini publik yang favorable atau menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan Public

2.3.3 Teknik dalam Melakukan Komunikasi Publik

Dalam melakukan komunikasi publik, tenaga kesehatan perlu memerhatikan beberapa poin poin penting yang harus dilakukan, yaitu:

1. Membuat topik pembicaraan menjadi mudah untuk didengarkan

2. Memahami dengan baik nilai kebudayaan masyarakat setempat yang menjadi penerima pesan

3. Menyampaikan info kesehatan dalam bahasa yang mudah dipahami dan jelas

4. Memberikan kesan antusias dalam penyampaian informasi kepada masyarakat

5. Memberikan saran dan motivasi

6. Pidato bisa menggunakan penggambaran atau visualisasi dengan menggunakan alat agar lebih jelas dan menarik perhatian publik

(25)

Selain hal-hal yang harus dilakukan, berikut ini hal-hal yang harus dihindari dalam melakukan komunikasi publik:

1. Terlalu banyak membuat gerakan yang mendistraksi fokus pendengar 2. Menyinggung dan menghina pendengar

3. Terbawa emosi (marah) yang akan menganggu pendengar

4. Menyampaikan informasi diluar topik atau informasi yang berlebihan 5. Memulai penyampaian dengan informasi yang kompleks/rumit

2.3.4 Langkah dalam Melakukan Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan Beberapa langkah yang dilalui dalam komunikasi publik adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan topik pembicaraan

2. Menentukan tujuan umum (dasar pelakasanaan komunikasi) dan tujuan khusus (hal yang ingin dicapai dalam masyarakat). Contoh tujuan umum: mengajak masyarakat untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Contoh tujuan khusus: membuat masyarakat memahami cara mencuci tangan yang baik dan benar.

3. Menganalisis atau mempelajari kondisi masyarakat dan lingkungan pelaksanaan komunikasi. Unsur unsurnya, yaitu: Latar Belakang, Gender, Usia, Waktu dan Tempat pelaksanaan

4. Mengumpulkan informasi topik pembicaraan, informasi dapat diperoleh dari media internet yang memiliki kredibilitas yang baik dan dari sumber buku. 5. Mengorganisasi materi agar penyampaiannya menjadi lebih terstruktur 6. Memakai perangkat bantu, contohnya adalah grafik, diagram, model,

projector, dan media elektronik lain

7. Memperhatikan aspek nonverbal yang mencakup aspek visual (penampilan, postur, kontak mata, gerakan-gerakan tubuh, dan ekspresi wajah) dan audio (volume suara, artikulasi, intonasi, kecepatan berbicara).

2.3.5 Penerapan Komunikasi Publik

(26)

sebuah komentar pada kolom komentar yang dapat diakses banyak orang, maka hal itu termasuk komunikasi publik.

Komunikasi Publik tidak hanya bisa diterapkan pada khalayak luas, namun juga pada pelayanan kesehatan. Seperti contohnya pada 27 Maret 2014 telah diadakan pelatihan di RSUD Banyumas dalam rangka HUT RSUD Banyumas yang ke-89, yang diikuti oleh karyawan perwakilan dari setiap bidang. Pelatihan ini merupakan bentuk komunikasi publik yang berisi pembekalan untuk Lomba Penyuluhan Kesehatan yang dilaksanakan pada April 2014. Penyuluhan ini merupakan salah satu upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok masyarakat sehingga pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan melalui pembelajaran sesuai sosial budaya masing-masing. Selain itu, penyuluhan ini juga bertujuan agar masyarakat rumah sakit menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pengetahuan, sikap dan perilaku pasien, serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit, dan termanfaatkannya semua pelayanan yang disediakan rumah sakit.

2.4

Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan

2.4.1 Pengertian Komunikasi massa

(27)

2.4.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut diantaranya sebagai penafsiran (interpretation), pertalian (linkage), pengawasan

(surveillance), penyebaran nilai-nilai (transmission of values), dan hiburan

(entertainment). Menurut Effendi (1993), fungsi komunikasi massa dapat dikelompokkan menjadi fungsi pendidikan, fungsi informasi dan fungsi memengaruhi. Media massa merupakan salah satu sarana pendidikan karena dalam media massa diajarkan nilai, etika, serta pengenalan terhadap aturan-aturan yang berlaku. Selain terdapat informasi, kita tahu bahwa dalam media massa juga terdapat media yang secara implisit memengaruhi pembaca atau penonton seperti iklan, artikel, tajuk dan yang lainnya.

2.4.3 Teori pada Komunikasi Massa

Komunikasi massa mengandung pengertian suatu proses ketika suatu organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas. Pusat studi mengenai komunikasi massa adalah media.

A. Formula Laswell

Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media (Media), Receiver

(Komunikan/Penerima), dan Effect (Efek). Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect :

(28)

Teori tentang transmisi pesan ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli matematika, Claude Shannon pada akhir tahun 40-an dengan rekan kerjanya Warren Weaver. Terdapat lima fungsi yang beroperasi dalam proses komunikasi di samping satu faktor disfungsional yaitu noise atau gangguan. Model yang mereka ciptakan adalah sebagai berikut

(29)

C. Pendekatan Psikologi-Sosial

Dengan mendasarkan pada prinsip keseimbangan kognitif yang dikemukakan oleh psikolog Heider (1946), dan penerapannya oleh Newcomb (1953) pada keseimbangan antara dua individu dalam proses komunikasiketika menanggapi suatu topik tertentu, McLeod dan Chaffee (1973) mengemukakan teorinya yang disebut Ko-orientasi. Fokus dari teori ini adalah komunikasi antarkelompok dalam masyarakat yang berlangsung secarainteraktif dan dua arah. Pendekatan ini memandang sumber informasi komunikator, dan penerima dalam suatu situasi komunikasi yang dinamis.Hubungan antara elemen-elemen tersebut dituangkan dalam bagan yangmenyerupai layang-layang, sebagai berikut.

 Bagan tersebut menggambarkan bahwa 'elite' biasanya diartikan sebagai kekuatan politik yang ada dalam masyarakat.

 'Peristiwa' atau topik/isu adalahperbincangan/ perdebatan mengenai suatu kejadian yang terjadi dalammasyarakat, di mana dari sini akan muncul berbagai informasi (sepertidigambarkan dengan deretan X).

 'Publik' adalah kelompok/komunitas dalam masyarakat yang berkompeten dengan peristiwa yang diinformasikan dan sekaligus sebagai audience dari media.

 Sementara itu 'media' mengacu pada unsur-unsur yang ada di dalam media, seperti wartawan, editor, reporter, dan sebagainya.

(30)

sikap publik terhadap media, dan pada hubungan antara elite dan media.Perbedaan atau pertentangan antara publik dan elite dalam mempersepsisuatu peristiwa. akan membawa pada upaya mencari informasi dari mediamassa dan sumber-sumber informasi lainnya. Perbedaan ini dapat pulamembawa ke arah upaya elite untuk memanipulasi persepsi publik dengansecara langsung mencampuri peristiwa tersebut atau dengan caramengendalikan media massa.

2.3.5 Unsur-Unsur Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa, terdapat unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut diantaranya :

a. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang menggunakan media massa untuk menyebarkan informasi kepada publik. Selain itu, komunikator dalam komunikasi massa juga menyebarkan wawasan dan solusi-solusi. Komunikator berkomunikasi dengan masyarakat yang relatif lebih luas, yang sifatnya heterogen (terbuka untuk umum atau tidak diarahkan kepada kelas-kelas tertentu saja) dan anonim (anggota-anggota khalayak secara individual tidak dikenal atau diketahui oleh komunikatornya). Selain itu, pesan-pesan yang dibuat komunikator disampaikan secara umum dan menjangkau khalayak luas secara serentak.

b. Media massa

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka. Sifat terbuka berarti setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dibedakan menjadi dua macam, yaitu media cetak (misalnya surat kabar dan majalah) dan media elektronik (misalnya radio dan televisi). Media massa mempunyai paradigma sebagai agen of change (pelopor perubahan). Atas dasar hal tersebut, peran media massa diantaranya :

(31)

• media institusi budaya (institusi yang menjadi corong kebudayaan) c. Informasi massa

Informasi massa adalah pesan atau informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara masal. Dalam komunikasi massa, komunikasi bersifat umum (bukan bersifat pribadi), sehingga pesan yang disampaikan bersifat terbuka bagi seluruh masyarakat. Pesan dalam komunikasi massa berjalan secara cepat (pesan didapatkan khalayak dengan waktu yang relatif singkat) dan selintas (pesan dibuat agar dapat segera dikonsumsi, bukan untuk dihafalkan).

d. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Karena komunikasi massa di jalankan dalam suatu organisasi media massa, terdapat orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut yang tugasnya meyeleksi setiap informasi yang pantas untuk disiarkan. Orang-orang tersebut (gatekeeper), juga memiliki kewenagan untuk memperluas atau membatasi informasi yang akan disiarkan.

e. Khalayak

Khalayak adalah massa penerima informasi yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa. Khalayak terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa.

f. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda (berbeda dengan umpan balik pada komunikasi tatap muka yang bersifat langsung). Namun, seiring perkembangan teknologi, umpan balik yang bersifat tertunda pada komunikasi massa sudah ditinggalkan.

2.3.6 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri, diantaranya :

1. Menggunakan media massa, sehingga bersifat tidak langsung 2. Organisasi (lembaga media) bersifat jelas

(32)

5. Pesan dibuat melalui proses produksi yang terencana 6. Khalayak yang dituju bersifat heterogen dan anonim 7. Kegiatan media masa teratur dan berkelanjutan 8. Ada pengaruh yang dikehendaki

9. Dalam konteks sosial, antara media dan kondisi masyarakat saling memengaruhi, begitu pula sebaliknya

10. Hubungan antara komunikator dan khalayak tidak bersifat pribadi

2.3.7 Pengaruh Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Maulana (2007) merupakan penggunaan media massa (TV, Radio, dan media cetak) yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Penggunaan media massa dalam komunikasi massa memungkinkan sasaran yang pencapaian sasaran yang lebih banyak dengan waktu, tenaga, yang lebih hemat dibandingkan dengan jenis komunikasi lain.

Komunikasi massa dalam Sendjaja (2007), memiliki pengaruh terhadap individu, masyarakat dan budaya. Terdapat beberapa pendekatan teori untuk menjelaskan pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat. Teori agenda-setting yang mengungkapkan bahwa audiens (masyarakat) tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya dari media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Teori kedua yaitu dependensi mengenai efek komunikasi massa, yang berupa pendekatan struktur sosial dimana media massa dianggap sebagai sebuah sistem informasi yang berperan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas kelompok.

(33)

2.3.8 Bentuk-bentuk komunikasi massa:

A. Bentuk Perintah (The Command Mode)

Pada bentuk komunikasi ini, terdapat perbedaan kekuasaan dan otoritas antara pengirim dengan penerima. Penerima berada pada posisi lebih rendah dan bergantung, yang tujuannya untuk melakukan kontrol dan perintah, hubungannya bersifat satu arah, tidak setara, dan tidak berdasar sukarela. B. Bentuk Pelayanan (The Service Mode)

Bentuk komunikasi yang hubungan antara pengirim dan penerima diikat dengan kepentingan bersama dalam situasi pasar atau semacamnya.

C. Bentuk Asosiasi (The Association Mode)

Bentuk komunikasi massa yang memiliki ikatan normatif atau nilai-nilai yang disepakati bersama, yang mendekatkan kelompok atau publik tertentu terhadap sumber media tertentu pula.

2.3.9 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi massa pada bidang kesehatan contohnya dapat dilihat dari adanya promosi kesehatan. Sebelumnya, kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan psikis) maupun eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya). Henrik L. Blum (1974), seperti yang dikutip Azwar (1983) menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan berdasarkan besarnya pengaruh meliputi secara berurutan, faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Status kesehatan akan tercapai optimal, jika keempat faktor secara bersama-sama memiliki kondisi yang optimal pula.

(34)

suasana, Gerakan masyarakat). Promosi kesehatan dapat melaui poster, televisi, dll. Hal-hal yang harus dilakukan dalam melakukan komunikasi massa:

1. Mencari tahu tentang blogger dan jurnalis yang bekerja di bidang kesehatan 2. Membuat hubungan baik dengan jurnalis, reporter, dan blogger yang bekerja

di bidang kesehatan

3. Menggunakan alat peraga berupa poster,spanduk, dan lain-lain 4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

5. Mempromosikan suatu lembaga di bidang kesehatan dengan sewajarnya tanpa ada unsur pemaksaan dan menjatuhkan lembaga lain

6. Siapkan waktu luang beberapa hari setelah menyampaikan komunikasi massa

7. Persiapkan anggota tim yang mengetahui dan bisa bekerja sesuai dengan tugasnya

8. Baca dan lihat kembali berita atau informasi yang telah kita sampaikan melalui media tersebut

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan komunikasi massa :

1. Jangan membuang waktu reporter, blogger atau jurnalis dengan menghubunginya tanpa tujuan yang jelas.

2. Jangan berulang kali meninggalkan pesan suara , menelfon atau mengirimkan email tentang hal yang sama.

(35)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa komunikasi sebenarnya mempunyai cakupan dimana komunikasi harus dilakukan secara individu ataupun berkelompok. Komunikasi dalam bidang kesehatan tentunya dapat berjalan di berbagai cakupan, seperti dalam komunikasi kelompok, interprofessional, publik, dan massa.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara 2 orang dan umumnya bersifat dialogis atau 2 arah. Komunikasi kelompok dilakukan sekitar 7-10 orang untuk bertukar pikiran dan menyampaikan informasi demi tercapainya suatu kesimpulan. Komunikasi publik seperti pada simposium bertujuan untuk mempengaruhi dan mengajar audiens tentang suatu informasi. Sementara komunikasi massa bertujuan untuk menyampaikan informasi secara meluas agar diketahui oleh semua orang.

Berkomunikasi dengan pasien tentu melibatkan seluruh tenaga kesehatan baik dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, sampai ahli kesehatan. Untuk itu dengan cara berkomunikasi baik melalui kelompok, interprofessional, publik ataupun massa diharapkan informasi dari pihak terkait dapat tersampaikan ke telinga klien dalam situasi dan kondisi apapun.

3.2 Saran

(36)

Daftar Pustaka

Adler, R & Rodman, G. 2006. Understanding Human Communication 9th ed. New

York: Oxford University; p. 277

Barr, H. (2002). Interprofessional education. John Wiley & Sons, Ltd.

Basuki, Endang. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 9, September 2008

Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. 2012. Interprofessional Communication Guideline using principle of “Greet-Invite-Discuss”

De Fleur, Melvin. 1972. Theories of Mass Communications. David Mckay Company.Inc. Newyork. dalam Effendy, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rosda Karya

Effendy, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja Rosdakarya. Hal 32.

Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya

Family Health Teams. (2005). Guide to Collaborative Team Practice.

Maulana, Heri D. J. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

McQuail, D. 2005. McQuail's Mass Communication Theory. (5th edition). London: Sage Publications.

Northouse, L. & Northouse P. 1997. Health Communication Strategies for Health Professionals 3rd Edition. Appleton & Lange: Stamford, Connecticut

(37)

Penerapan komunikasi public.http://rsudbms.banyumaskab.go.id/news/16011/pelatihan-

komunikasi-publik-untuk-petugas-promosi-kesehatan-rsud-banyumas#.Vu7AzeJ97IX

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of nursing 6th edition. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Rakhmat, J. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011. Interprofessional Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.

Sudarma, M. 2008.Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Kumala

Schiavo, R. Health Communication: from theory to practice (2007) John Willy & Potter, P.A. and Perry, A.G. (1997). Fundamental nursing: concepts, process, and practice. Fourth edition. St. Louis: Mosby Years Book.

Sendjaja, Djuarsa. 2007. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka: Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Norma dalam Kelompok
Tabel 2. Peran Fungsional dalam Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan yang dilakukan adalah pembuatan komposit dengan menggunakan serat daun nanas sebagai serat penguat, kemudian dilakukan pengujian kekuatan tarik, bending

a. Mobilitas penuh : merupakan kemampuan seeseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran

Dalam pendidikan, multimedia digunakan untuk memproduksi pelatihan berbasis computer dan buku referensi seperti ensiklopedia dan almanacs yang memungkinkan pengguna

/PMK.03/2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Impor dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu serta Penyerahan dan Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan

 Dari hasil utama (terpenting) ke yang kurang penting (konsisten dengan tujuan penelitian). ▹ Pastikan setiap gambar dan

Cara yang paling sederhana adalah dengan meng- gunakan sifat bilangan kuadrat sempurna, yaitu jika bilangan kuadrat sempurna dibagi 4 maka sisanya 0 atau 1.. Artinya, jika

Langkah strategis ini dilakukan karena, berdasarkan khittah NU Muktamar XXVII tahun 1984 di Situbondo, sebagai organisasi keagamaan, NU merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Dalam hal terjadinya salah satu risiko seperti tersebut di atas, termasuk juga bila MANULIFE INDONESIA MONEY MARKET FUND diundur atau diperpanjang masa pelunasan pembayaran kembali