• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI NGANJUK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH

KABUPATEN NGANJUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat ( 2 ) huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka perlu menyusun Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kabupaten Nganjuk dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

(2)

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 40,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 );

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah yang kedua kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Oganisasi Perangkat Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2008 Nomor 3 );

(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK dan

BUPATI NGANJUK

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Nganjuk.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nganjuk. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Nganjuk.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Nganjuk.

5. Badan Pelaksana Penyuluhan yang selanjutnya disingkat BAPPELUH adalah Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kabupaten Nganjuk.

6. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kabupaten Nganjuk.

7. Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat BPP yaitu Kelembagaan penyuluhan pemerintah pada tingkat kecamatan.

8. Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan adalah merupakan unit kerja non struktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama.

9. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

10. Penyuluh Pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut Penyuluh adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.

11. Penyuluh pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

(4)

menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

12. Sistem Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

13. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan.

14. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkutpaut dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan.

15. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, pembudi daya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya. 16. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau

korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan dan kehutanan.

17. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agro pasture, penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam dan disekitar hutan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agro industri, pemasaran dan jasa penunjang. 18. Penyuluh Swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia

usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

19. Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

20. Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masayarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan di hormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

21. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan.

22. Balai Penyuluhan Pertanian, perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat BP3K adalah satuan unit kerja penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan.

23. Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian yang selanjutnya disingkat FKPP adalah Forum koordinasi penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan untuk mesinkronkan, mesinergikan, mengintegrasikan dan mengsimplikasikan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di semua tingkatan wilayah;

24. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Nganjuk.

(5)

BAB II

PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah Kabupaten Nganjuk.

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 3

(1) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

(2) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah dipimpin Kepala Badan.

(3) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah mempunyai tugas:

a. menyusun kebijakan dan program penyuluhan yang sejalan dengan kebijakan dan programa penyuluhan Provinsi dan Nasional;

b. melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan;

c. melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

d. melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta pembiayaan penyuluhan;

e. menumbuhkembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

f. melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, Swadaya dan Swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan;dan

g. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mempunyai fungsi:

a. fasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;

b. upaya kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;

c. peningkatan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;

d. pemberian bantuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;

(6)

e. analisis dan pemecahan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usahanya;

f. peningkatan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan;dan

g. pelembagaan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

BAB IV

SUSUNAN ORGANISASI Pasal 4

(1) Susunan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah terdiri atas:

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat terdiri atas : 1. Sub Bagian Keuangan;

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, dan 3. Sub Bagian Program dan Evaluasi.

c. Bidang Kelembagaan Penyuluhan; d. Bidang Ketenagaan Penyuluhan;

e. Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan dan Kerjasama Penyuluhan;

f. Balai Penyuluhan Pertanian, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K);

g. Kelompok Jabatan Fungsional;dan h. Pos penyuluhan desa/kelurahan.

(2) Sekretariat, Bidang dan Balai Penyuluhan masing-masing dipimpin oleh Sekretaris, Kepala Bidang, dan Kepala Balai Penyuluhan berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan.

(3) Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinir oleh seorang Pimpinan Kelompok Jabatan Fungsional yang senior, cakap dan ahli dibidangnya, dibantu dengan beberapa Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang mempunyai keahlian tertentu, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan.

BAB V

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 5

(1) Kelompok Jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

(2) Setiap kelompok dipimpin oleh seorang pejabat fungsional senior yang diangkat oleh Kepala Daerah.

(3) jenis, jenjang dan jumlah jabatan fungsional ditetapkan oleh Kepala daerah berdasarkan kebutuhan dan beban kerja, sesuai peraturan perundang-undangan.

(7)

BAB VI TATA KERJA

Pasal 6

(1) Badan Pelaksana penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah dalam melaksanakan tugas menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

(2) Setiap pimpinan satuan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing.

(3) Setiap pimpinan satuan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah bertanggungjawab memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk pelaksana tugas bawahan.

(4) Setiap pimpinan satuan kerja Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah dalam melaksanakan tugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di bawahnya.

BAB VII

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN Pasal 7

(1) Kepala Badan diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah setelah berkonsultasi dengan Gubernur.

(2) Sekretaris, Kepala Bidang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah atas usul Sekretaris Daerah.

(3) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi diangkat dan diberhentikan oleh Sekretaris Daerah atas pelimpahan kewenangan Kepala Daerah.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8

Penjabaran lebih lanjut mengenai tugas pokok dan fungsi perangkat daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB IX PEMBIAYAAN

Pasal 9

Biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Nganjuk dan sumber dana lain yang sah.

(8)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 10

Bagan Susunan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Daerah sebagaimana tercantum pada Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 11

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nganjuk.

Ditetapkan di Nganjuk

pada tanggal 19 Juli 2011 BUPATI NGANJUK

ttd

TAUFIQURRAHMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2011 NOMOR 05 SERI D Diundangkan di Nganjuk

pada tanggal 29 Nopember 2011 KEPALA BAGIAN HUKUM

ttd

SUWONDO, SH, SP Pembina

NIP. 19600902 199103 1 005

Disalin sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM

ttd

SUWONDO, SH, SP Pembina

(9)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH

KABUPATEN NGANJUK

I. UMUM

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Petani, pekebun, petrnak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan merupakan bagian dari masyarakat, sehingga perlu ditingkatkan kesejahteraan dan kecerdasannya. Salah satu upaya peningkatan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan.

Untuk menjawabperubahan lingkungan strategis diperlukan upaya revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan. Revitalisasi tersebut akan berhasil jika didukung antara lain oleh adanya system penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.

(10)

Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. ---

(11)

BAGAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH

KABUPATEN NGANJUK

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011

TANGGAL 19 Juli 2011

KEPALA BADAN

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN

UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUBBAGIAN PROGRAM DAN EVALUASI SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN BIDANG PENYULUHAN PERTANIAN, PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

(BP3K) BIDANG

KELEMBAGAAN PENYULUHAN

BIDANG PENYELENGGARAAN PENYULUHAN DAN KERJASAMA PENYULUHAN

BUPATI NGANJUK ttd

TAUFIQURRAHMAN Disalin sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM ttd

SUWONDO, SH, SP Pembina

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016

Pada proses pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha atau Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, pendidik dapat menstimulasi kemampuan berpikir

2 Selain usia dan juga paritas yang menjadi faktor risiko yang berperan dalam terjadinya kanker ovarium, faktor herediter juga perlu mendapat perhatian khusus

sedangkan selama pengukuran didapatkan adalah 0,328 m dengan tinggi gelombang maksimum mencapai 0,829m hal ini terjadi karena pengukuran dilakukan pada musim

S UHARTO. Pengalaman Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit di Riau. Usaha Peternakan saat ini menghadapi berbagai masalah. Pengembangan usaha ternak

Sedangkan DAS Cisadane pada grafik analisis hidrograf memberikan respon yang relatif sama dengan DAS Cidanau ini memiliki karakter morfometri sebagai berikut, bentuk daerah

Hal ini disebabkan kecepatan aliran udara pada bagian depan trailer lebih tinggi untuk model 6 panel VVT seperti pada Gambar 8 dengan munculnya area berwarna merah yang

Adapun prosedur dalam CFA yang membedakan dengan exploratory factor analysis (EFA) adalah model penelitian dibentuk terlebih dahulu, jumlah variabel ditentukan