• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan Penyusunan Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Jurusan Dharmacarya

Oleh: STEVAN VAUZUN

0250113030563

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN

(2)
(3)

ABSTRACT

Stevan Vauzun. 2017 Education Management of Buddhism and Character Budi Pekerti Class I and IV SD Dharma Putra Tangerang Lesson Year 2016-2017. Essay. Department of Dharmacarya. Sriwijaya State Buddhist College Tangerang Banten. Counselor I: Heriyanto, M. Kom. And Supervisor II: Sabar Sukarno S.Ag., M.Pd.B., M.M.

Keywords: Dharma Putra Primary School, Buddhist Education, Learning Management. The problem raised in this research is not understood the management of learning of Buddhism and Budi Pekerti education in SD Dharma Putra. The purpose of this study is to describe the learning management of Buddhism and Budi Pekerti education in SD Dharma Putra.

This research is a qualitative research using phenomenological study. The subjects of this study include school principals, educators of Buddhist and Budi Pekerti Education and the students of class I and IV Dharma Putra Primary School of Tangerang academic year 2016-2017. The object of this research is the learning management of Buddhism and Budi Pekerti education in SD Dharma Putra. Technique of collecting data used is nontes by way of interview, observation, and documentation. Data analysis used by the researcher is Miles and Huberman interactive model, which is data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.

The result of this research is on learning process of educator doing (a) preparatory step: preparing instructional administration, adjusting class condition and learning material; (b) the stage of implementation: learning begins with meditation, gratitude, and recite reflection and learning are done in and out of the classroom such as in the cetiya and outside the classroom such as dhammacamp and outbound; (c) using instructional media: flowers, sculptures, incense, images and audio visuals such as video; (d) using learning methods: lectures, games, discussions, demonstrations and (e) using learning resources: the internet and Buddhist books. The learning management of Buddhism and Character Education can be seen from the activities of educators managing learning: (a) developing lesson plans: describing learning objectives; (b) implementation of the lesson: presenting the learning materials systematically; (c) learning evaluation: cultivating and evaluating learning outcomes based on assessment criteria; And (d) the follow-up of the assessment result: carry out the follow-up assessment results.

(4)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk, mengembangkan, dan melatih kompetensi peserta didik agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Secara formal, pendidikan dilaksanakan di sekolah yang pengelolaannya berdasarkan jenjang, yaitu pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pengelolaan tersebut disesuaikan dengan tingkat kompleksitas materi yang dipelajari dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Melalui pendidikan seorang peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dengan saling bertukar informasi. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, upaya pendidik dalam mengembangkan keaktifan belajar peserta didik sangatlah penting, sebab keaktifan belajar peserta didik menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pendidik pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha di SD Dharma Putra Tangerang bahwa masih kurang maksimal hasil belajar peserta didik dengan hasil yang diperoleh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha di SD Dharma Putra 75 (Wawancara, 16 januari 2017). Pada proses memperbaiki hasil belajar peserta didik, maka dibutuhkan seorang pendidik yang berkompeten dalam

(5)

bidangnya. Pendidik memiliki peran untuk mendidik, membimbing, serta mengarahkan peserta didik menjadi lebih baik. Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai macam medote, media, dan sumber belajar. Pendidik membuat rancangan pelaksanaan sebelum mengajar, agar pembelajaran tercapai sesuai tujuan. Pada proses pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha atau Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, pendidik dapat menstimulasi kemampuan berpikir peserta didik untuk aktif bertanya, berargumen, dan menyimpulkan hasil pengetahuan bahkan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Saat ini pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Pendidik yang kreatif dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan peserta didik, terutama pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Kemampuan pendidik dalam mengajar menjadi penentu keberhasilan peserta didik, sehingga dituntut untuk dapat mengembangkan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Kemampuan pendidik yang kreatif dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran seperti bertanya tentang materi pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti.

Kenyataannya belum semua pendidik mampu menggunakan metode pembelajaran secara efektif. Kebanyakan pendidik masih dominan menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Pendidik sebaiknya memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pelajaran dan dengan menyesuaikan perkembangan peserta didik. Dengan demikian diharapkan metode pembelajaran yang digunakan dapat berlangsung secara efektif.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti kepada pendidik pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di kelas III SD Dharma Putra

(6)

bahwa masih terdapat pendidik dalam proses pembelajaran belum sepenuhnya memahami tugasnya sebagai pengajar, diantaranya: pendidik kesulitan mengatur waktu karena ruang lingkup materi antar mata pelajaran terlalu luas sehingga satu sub tema tidak selesai dalam satu minggu, dan kurangnya cara penyampaian pendidik kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak menyimaknya secara baik (Observasi, 16 Januari 2017). Kasus tersebut menunjukkan bahwa pendidik belum dapat melaksanakan dan mengatur waktu dengan baik.

Kasus lain peneliti temukan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Buddha di sekolah Dharma Putra. Masih terdapat pendidik dalam proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang sama di setiap pembelajaran sehingga menyebabkan peserta didik merasa jenuh dan membosankan. Ini terjadi karena pendidik hanya menjadi pusat perhatian peserta didik itu sendiri dan peserta didik cenderung menggantungkan diri pada pendidik dalam kegiatan pembelajaran (Observasi, 8 Februari 2017). Hal tersebut belum menunjukkan kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran, karena masih menggunakan metode yang menyebabkan peserta didik merasa jenuh dan membosankan.

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk membentuk sikap, mengembangkan dan melatih kompetensi peserta didik agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Potensi yang dimilikinya digunakan untuk menghadapi tantangan, karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu pemahaman terhadap ajaran Buddha, penting agar menjadi manusia yang memiliki moral, etika dan budi pekerti sebagai perwujudan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha. Dalam rangka

(7)

mendukung tujuan pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk mengatasi kondisi pembelajaran yang belum optimal. Upaya dilakukan oleh pemerintah ataupun sekolah salah satunya dengan meningkatkan kompetensi pendidik melalui orientasi, workshop atau pelatihan. Pemerintah juga mulai melakukan penataan Kurikulum dan pembelajaran dengan memberlakukan Kurikulum 2013 (K13).

Sekolah Dharma Putra mengelola Pendidikan Agama Buddha karena memiliki peserta didik yang sebagian besar menganut agama Buddha. Sekolah Dharma Putra telah menyelenggarakan K13 yang disebut Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti pada kelas I sampai VI. Antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan K13 memiliki persamaan yaitu adanya muatan pendidikan karakter. Perbedaan dari Kurikulum tersebut yaitu adanya perubahan pembelajaran dari yang berorientasi pada pendidik menjadi berorientasi pada peserta pendidik. Dalam Kurikulum 2013 juga ada penekanan pencapaian kompetensi sikap yang terbagi menjadi dua yaitu sikap spiritual dan sosial. Pendidikan Agama Buddha diperbarui menjadi Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Pengelolaan pembelajaran juga berbeda karena KTSP belum spesifik menggunakan pembelajaran aktif. Sedangkan, Kurikulum 2013 sudah menggunakan pembelajaran aktif.

PEMBAHASAN 2.1.1 Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain. Aktivitas yang dilakukan sehari-hari membutuhkan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya. Interaksi yang terjadi menimbulkan pengetahuan baru yang berbeda bagi setiap individu interaksi ini juga terjadi dalam pembelajaran. Sugono dkk. (2008: 23) berpendapat

(8)

bahwa pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup sejajar. Suatu tahapan-tahapan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu hal yang ingin dicapainya. Rusman, (2012: 58) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran tersebut terkandung multiperan dari pendidik, karena pendidik adalah orang yang memberikan materi, motivasi, dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar.

Kokom Komalasari, (2010: 3) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan maka perangkat pembelajaran saling berkaitan satu dengan yang lainnya yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan atau prosedur.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (20) pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar. Proses pembelajaran dilakukan pada lingkungan belajar yang tepat sesuai kebutuhan peserta didik. Kondisi dari suatu lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan dari suatu pembelajaran. Proses pembelajaran dapat digunakan untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh individu dengan pengetahuan barunya. Proses ini mampu menjadikan peserta didik menerima segala bentuk pengetahuan yang diperoleh.

(9)

Hal tersebut akan menjadi perpaduan informasi yang baik untuk menyempurnakan pengetahuan yang sudah ada.

Sang Buddha berkotbah dalam Digha Nikaya, Sigalaka Sutta (Walshe, 2009: 491) bahwa ada lima cara bagi seorang peserta didik untuk melayani pendidik mereka sebagai arah selatan, yaitu dengan bangkit menyapanya, melayaninya, memperhatikannya, dan menguasai keterampilan yang diajarkan. Dalam pembelajaran tidak terlepas dari peran seorang pendidik. Pendidik merupakan bagian yang terpenting ketika pembelajaran berlangsung, karena pendidik yang memberikan pengetahuan terhadap peserta didik, sehingga peserta didik hendaknya mengikuti dan melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Dalam kitab suci Tipitaka, Samyuta Nikaya, Nidana Vagga, Opammasamyutta (Wena Cintiawati & Lanny Anggawati, 2009: 709) Sang Buddha menjelaskan tentang cara melatih diri untuk para bhikkhu, yaitu:

Therefore, Bhikkhu, you should train yourselves thus: when those discourses spoken by the tathagata that are deep, deep in meaning, supramundane, dealing with emptinees, are being recited, we will be eager to listen to them, will lend an ear to them, will apply our minds to understand them; and we will think thoes theacings should be studied and mastered. ‘thus should you traind yourselves. Para Bhikkhu kalian harus melatih diri demikian: ‘ketika khotbah-khotbah yang diucapkan oleh sang Tathagata yang mendalam, memiliki arti yang dalam, diluar duniawi, berhubungan dengan kekosongan, sedang diulang, kami akan bersemangat untuk mendengarnya, akan menyimaknya, akan memusatkan pikiran untuk memahaminya; dan kami akan berpikir bahwa ajaran-ajaran itu harus dipelajari dan dikuasai.’ Demikianlah kalian seharusnya melatih diri.

(10)

Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa Sang Buddha menjelaskan tentang cara melatih diri untuk seorang Bhikkhu berkaitan dengan ucapan yang harus didengar. Sehingga ketika pendidik menjelaskan dan menyampaikan materi pembelajaran hendaknya peserta didik mendengarkan dengan baik.

Sang Buddha menjelaskan dalam Sutta Pitaka, Pancaka Nipata, Saddhamma Vagga, Udayi Sutta, Anguttara Nikaya 5 (Edi Wijaya & Indra Anggara, 2012: 159) terdapat lima hal yang hendak dimengerti dan dipahami sebagai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran .

Saya akan memberikan kotbah bertingkat’, dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

Saya akan memberikan kotbah yang masuk-akal’, dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang lain.

Saya akan berbicara karena tergerak oleh simpati’, dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

Saya akan berbicara bukan demi keuntungan duniawi’, dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

Saya akan berbicara tanpa menyindir diri sendiri atau orang lain’, dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

Berdasarkan sutta di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik hendaknya memberikan pelajaran dari hal-hal yang mudah kemudian dilanjutkan kepada hal-hal yang sulit. Pada saat memberikan penjelasan mengenai materi yang disampaikan seorang pendidik hendaknya mampu menganalisis apakah materi tersebut masuk akal atau tidak. Dalam menyampaikan materi seorang pendidik hendaknya harus disadari dengan niat yang baik, untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang. Seorang pendidik hendaknya mengutamakan kualitas sebagai seorang pengajar dibanding kuantitas. Seorang pendidik yang dirasa cukup sulit, seorang pendidik biasanya menggunakkan contoh-contoh. Dari uraian di atas maka seorang pendidik harus mengutamakan kualitas

(11)

dalam mengajar di kelas, agar peserta didik dapat berkembang ilmu pengetahuan dan karakter akan menjadi berkualitas.

Karsan, (2014: 3) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti merupakan rumpun mata pelajaran yang bersumber dari Kitab Suci Tripitaka (Tipitaka), yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperteguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Triratna, berakhlak mulia/budi pekerti luhur (sila), menghormati dan menghargai semua manusia dengan segala perasamaan dan perbedaannya.

Pendidikan Agama Buddha sebagai bagian dari seluruh subjek pembelajaran di sekolah memiliki pengertian yang sama dengan agama-agama lain. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa pengelolaan pendidikan agama merupakan pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, serta keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan (Rusidi 2009: 165). Pendidikan agama dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan segala bentuk tindakan dan pendidikan agama mengandung nilai-nilai keagamaan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dan semua fenomena yang terjadi dengan tujuan utamanya membentuk moral manusia agar menjadi baik.

Berhubungan dengan pentingnya pendidikan, Sang Buddha bersabda di dalam Khuddaka Nikaya Mavggala Sutta, (Banamoli, 2006: 224) bahwa:

Berpengetahuan Luas Terampil serba menguasai Berketerampilan

Terlatih baik dalam tata susila dan bertutur kata dengan baik itulah berkah utama.

(12)

Berdasarkan Mavggala Sutta dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama merupakan pendidikan untuk membentuk seseorang agar memiliki pengetahuan, mampu mengembangkan keterampilan, dan memiliki tata susila yang baik, serta mampu memberikan kemajuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui pendidikan agama dapat mencerminkan seseorang yang memiliki keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sang Tiratana. Serta pendidikan Agama Buddha merupakan rumpun mata pelajaran yang bersumber dari kitab suci Tripitaka (Tipitaka), yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperteguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia/budi pekerti luhur (sila), menghormati dan menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan perbedaan (Sulan, 2014: 6).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Buddha merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mendidik dan mengajarkan peserta didik mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam agama Buddha, serta sebagai pedoman hidup dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang diberikan sesuai dengan ajaran Dhamma dapat dipahami dan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik dalam proses pembelajaran cara penyampaian disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan psikologis serta pengetahuan peserta didik.

Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran perlu dilakukan sebuah pengelolaan yang baik. Rohani (2010: 2) menyatakan bahwa pengelolaan merupakan upaya untuk mengatur aktivitas berdasarkan konsep dan prinsip yang lebih efektif dan produktif dengan diawali penentuan strategi dan perencanaan. Maka sebelum melakukan proses kegiatan pembelajaran seorang pendidik melakukan penentuan strategi dan prencanaan agar tujuan dapat tercapai.

(13)

Pendidik dalam mengelola pembelajaran perlu melakukan beberapa hal agar pembelajaran terlaksana dengan baik. Suryosubroto dalam Sudjana (2009: 17) menyatakan pengelolaan pembelajaran merupakan pelaksanakan tugas mengajar seorang pendidik yang memiliki empat kemampuan yaitu menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dibinanya, merencanakan program proses pembelajaran, melaksanakan dan mengelola proses pembelajaran, serta menilai perkembangan proses pembelajaran. Dari empat kemampuan pendidik maka dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang di susun secara sistematis oleh pendidik meliputi kegiatan pembelajaran apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang diperlukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9). Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan studi fenomenologis, yakni mengamati fenomena atau kejadian yang berada di lapangan, kemudian menemukan makna esensial dari fenomena tersebut.

Pengumpulan data diperoleh secara alamiah di SD Dharma Putra. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan berbagai sumber dan teknik atau cara. Teknik pengumpulan data dengan teknik non test. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(14)

Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati teknik atau cara yang dilakukan oleh pendidik Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dalam mengelola pembelajaran di SD Dharma Putra. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan, selanjutnya diuraikan dalam tulisan. Peneliti juga mengamati peserta didik saat pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berlangsung. Selain itu peneliti juga mengamati proses pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti oleh pendidik. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik berdasarkan pedoman wawancara yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti.

PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pendidik dapat melakukan beberapa tahapan pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Tahapan persiapan yang dilakukan dengan menyiapkan materi dan menyesuaikan dengan tema dengan sumber lain seperti riwayat hidup Buddha Gautama. Tahap pelakasanaan yang dilakukan dengan melakukan praktik ajaran hidup Buddha Gautama seperti praktik meditasi dan melafalkan kalimat perenungan. Selain itu, pendidik menjelaskan aturan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap kondisi kelas. Proses pembelajaran dilakukan di dalam kelas seperti di cetiya, dan luar kelas seperti outbound. Pada proses

(15)

pembelajaran pendidik membagi peserta didik ke dalam kelompok untuk berdiskusi kemudian pendidik dalam pembelajaran di kelas jadwal untuk Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di berikan waktunya panjang tapi dituntut juga materinya lebih luas. Selain itu, pendidik melakukan review pada materi yang telah dipelajari di akhir pelajaran. Pendidik menggunakan media pembelajaran meliputi bunga, patung, stupa, gambar, dan audio visual. Pendidik menggunakan teknik atau metode pembelajaran meliputi ceramah, diskusi, demonstrasi, dan permainan. Adapun tahapan akhir untuk memberikan evaluasi yang terdiri dari pemberian tugas (PR) atau latihan soal.

b. Pengelolaan pembelajaran pendidik terlihat ketika melakukan beberapa tahapan pada Pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti di SD Dharma Putra dapat diketahui melalui kegiatan menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai evaluasi pembelajaran, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.

5.2. Implikasi

Hasil penelitian berimplikasi pada beberapa aspek meliputi, pembelajaran, teknis dan manajemen atau kebijakan :

a. Hasil penelitian berimplikasi pada pendidik dan peserta didik saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dalam menyampaikan materi pembelajaran, mengemukakan gagasan, menganalisis soal, memberikan motivasi, menjawab pertanyaan bahkan bertanya terhadap hal yang belum diketahui.

b. Implikasi teknis meliputi pengelolaan pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

(16)

c. Pada aspek manajemen dan kebijakan, hasil penelitian menjadi masukan untuk mengembangkan pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti lebih baik.

5.3 Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian ini yaitu:

a. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti hendaknya pendidik memberikan timbal balik kepada peserta didik untuk dapat menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang di berikan maupun menjawab pertanyaan-pertanyaan bahkan bertanya terhadap hal yang belum diketahui.

b. Pendidik sebaiknya menggunakkan metode dan menyampaikan pembelajaran yang kreatif dan ivovatif agar proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan serta agar mengembangkan kemampuan daya berpikir peserta didik.

c. Pihak sekolah hendaknya menerapkan berbagai manajemen dan kebijakan oleh pemerintah berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti agar pendidik menjadi lebih baik dalam mengelola proses

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rohani. 2010. Pengelolaan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ambarita, Alben. 2006. Manajemen Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

_______.2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Avguttara Nikaya: The Numerical Discourses of the Buddha. 2012. Terjemahan. Bhikkhu Bodhi. Boston: Pali Text Society

Gagne & Arsyad, 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budiningsih, C. Asri. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY Bahri Djamarah, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2011. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Digha Nikaya: Dialogues Of The Buddha II. 2002. Vols. II, tr. Myller Max. Oxford: The Pali Text Society.

Digha Nikaya: Dialogues Of The Buddha. I. 2002. Vols. II, tr. Myller Max. Oxford: The Pali Text Society.

Digha Nikaya: The Long Discourses of The Buddha A Trsanslation. 2009. Terjemahan oleh Team Giri Mangala Publication dan Team DhammaCitta Press: DhammaCitta Press.

(18)

Does Ichawani Tri Wikanah. Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Kualitas di Lembaga Kursus dan Pelatihan Magistra Utama Kota Semarang. https://doaj.org/article/b77ca8ef07a44ebf8a2023780f741eba (diakses 23 Februari 2017)

Entang, M dan Roka Joni T. 2003. Pengelolaan Kelas. Dep Dik Ditjen Pen Tinggi, Jakarta: Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Karsan & Sulan. 2014. Buku Guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti SMP Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

penulis mencoba untuk meneliti, merancang dan membangun serta menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Sistem Pakar Pengenalan Gejala Dini Penyakit

pada medikasi yang salah pada pasien. c) Jika pasien tidak yakin untuk meminum obat yang telah diresepkan,. verifikasi bahwa pemberi resep telah memesan obat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh norma subjektif dan kewajiban moral, kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus, persepsi tentang pelaksanaan sanksi

Jurnal: Media pendidikan Eksakta Standar: Nasional Belum Terakreditasi No./Vol.: Halaman: - Tahun: 1993, ISSN:. Status: Penulis Utama,

Keliling sawah juga tidak dapat teramati dengan baik karena terdapat petani di Kranjingan Sumbersari Jember yang menyatakann jika mengukur keliling jarang digunakan dalam

Dari pembandingan tersebut (0,497) terdapat diantara 0,4– 0,6 yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sedang (moderat) antara tingkat pengetahuan tentang pubertas

Jika data dapat dikombinasikan dengan wawasan tentang aktivitas pengunjung di Kebun Jika data dapat dikombinasikan dengan wawasan tentang aktivitas pengunjung di

Hasil penelitian ini berupa hasil analisis kondisi 26 proses dalam kelima Service Lifecycle pada kerangka kerja ITIL V3 2011 di Pengembangan Komunikasi dan Informatika