• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta PERPUSTAKAAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh : BETI SULISTIANINGSIH

3208090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PUBERTAS DENGAN PERILAKU TERHADAP PERUBAHAN FISIK PADA

SISWA DAN SISWI KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

BETI SULISTIANINGSIH 3208090

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Tanggal : ... Menyetujui :

Penguji, Pembimbing I, Pembimbing II,

Ida Nursanti, S. Kep., Ns., MPH NIDN : 06-190477-02

Yustiana Olfah, APP., M. Kes NIP : 196710171990032001

Sulistyaningsih, S. Kep., Ns NIDN : 05-2509-7901

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Dwi Susanti, S. Kep., Ns NIDN : 05-3005-8401

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2012

Beti Sulistianingsih

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pubertas dengan Perilaku terhadap Perubahan Fisik pada Siswa dan Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta. 2. Dwi Susanti, S. Kep. Ns, selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan STIKES A.

Yani Yogyakarta, yang telah memberikan petunjuk, izin dan kemudahan selama penyelesaian skripsi ini.

3. Yustiana Olfah, APP., M. Kes, selaku pembimbing I skripsi, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Sulistyaningsih, S. Kep. Ns, selaku pembimbing II skripsi, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ida Nursanti, S. Kep., Ns., MPH, selaku penguji skripsi, yang telah memberikan masukan dan bimbingan.

6. Suparyanto, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Minggir, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh siswa SMP Muhammadiyah 1 Minggir khususnya siswa kelas VII, yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

8. Ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat dan doa untuk saya.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, Agustus 2012

Penulis

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSETUJUAN ... ii PERNYATAAN ... ... iii KATA PENGANTAR ... iv PERSEMBAHAN ... ... v MOTTO ... ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRACT ... ... xii INTISARI ... ... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Pengetahuan ... ... ... 10

2. Perilaku ... ... 13

3. Pubertas ... 14

4. Perubahan fisik saat pubertas ... 23

B. Kerangka Teori ... 28

C. Kerangka Konsep ... ... 29

D. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 30

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Operasional ... 33

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Validitas dan Reliabilitas ... 38

H. Analisa dan Model Statistik . ... 42

I. Etika penelitian ... 47

J. Pelaksanaan Penelitian ... 48

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... ... 50 B. Pembahasan Penelitian ... ... 56 C. Keterbatasan Penelitian ... ... 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... ... 63 B. Saran ... ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan tentang Pubertas pada siswi .. ... 35

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan tentang Pubertas pada siswa ... 35

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku siswi terhadap Perubahan Fisik ... 36

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku siswa terhadap Perubahan Fisik ... 37

Tabel 3.6 Karakteristik Responden ... 43

Tabel 3.7 Interval Nilai Kolerasi dan Kekuatan Hubungan ... ... 44

Tabel 3.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku ... ... 45

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 51

Tabel 4.2 Tabel 4.9 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pubertas dengan Perilaku terhadap Perubahan Fisik pada Siswi ... ... 54

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... ... 28 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... ... 29

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penyusunan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan di Gubernur Provinsi DIY Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan di Dinkes Kabupaten Sleman Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Lampiran 5 Surat Izin Validitas di Gubernur Provinsi DIY

Lampiran 6 Surat Izin Validitas di Dinkes Kabupaten Sleman

Lampiran 7 Surat Izin Validitas di SMP Muhammadiyah 1 Gamping Lampiran 8 Surat Izin Penelitian di Gubernur Provinsi DIY

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian di Dinkes Kabupaten Sleman

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian di Majelis Pendidikan Muhammadiyah Lampiran 11 Surat Izin Penelitian di SMP Muhammadiyah 1 Minggir

Lampiran 12 Surat Balasan Izin Validitas/Penelitian dari Gubernur Provinsi DIY Lampiran 13 Surat Balasan Izin Validitas/Penelitian dari BAPPEDA Sleman Lampiran 14 Surat Balasan Izin Validitas dari SMP Muhammadiyah 1 Gamping Lampiran 15 Surat Balasan Izin Penelitian dari SMP Muhammadiyah 1 Minggir Lampiran 16 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 17 Lembar kesediaan menjadi responden Lampiran 18 Lembar data karakteristik responden

Lampiran 19 Kuesioner Penelitian : pengetahuan tentang pubertas Lampiran 20 Kuesioner Penelitian : perilaku terhadap perubahan fisik Lampiran 21 Karakteristik Responden

Lampiran 22 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian pada Siswa Lampiran 23 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian pada Siswi Lampiran 24 Frequencies

Lampiran 25 Crosstabs

Lampiran 26 Tabel Nilai-nilai r Product Moment Lampiran 27 Lembar Bimbingan Skripsi

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT PUBERTY WITH THE BEHAVIOR OF PHYSICAL CHANGES IN MALE AND FEMALE STUDENTS CLASS VII IN SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR

YOGYAKARTA

Beti Sulistianingsih 1, Yustiana Olfah 2, Sulistyaningsih 3

ABSTRACT

Background : The changes that occur during puberty can make the physical and

physichological state of abdolescents become unstable, so it needs to be given the knowledge of puberty. Right knowledge can cause a teenager ready to face the physical changes that occur, so that teenagers were able to develop good behavior in accordancewith the stages of development. From the results of preliminarystudies, 6 from 8 male and female students in class VII SMP Muhammadiyaah 1 Minggir who did not know about puberty, insecure, and awkward hanging out with friends in the face of physical changes.

Purpose : This study aims to determine the relationship level of knowledge about

puberty with physical changes in the behavior of male and female students class VII in SMP Muhammadiyah 1 Minggir.

Methods : This research uses descriptive analytical method by cross sectional

approach. The population in this study were all male and female students class VII in SMP Muhammadiyah 1 Minggir, amounting to 202 respondents in the sampling technique using a quota sampling as many as 135 respondents were divided into 2 groups: 83 male students and 52 female students. The data was collected using closed questionnaire and analysis of data by Kendall Tau tests.

Results : The results of research to get the p-value of 0.017 to male and 0.002 to

female students, thus Ho was rejected and Ha accepted, which means there was relationship between the level of knowledge about puberty with physical changes in the behavior of male and female students in class VII SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

Conclusion : There was a significant relationship between the level of knowledge

about puberty with physical changes in the behavior of male and female students in class VII SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

Keywords : Knowledge, behavior, puberty, physical changes. 1

Graduate Nursing Student STIKES A. Yani Yogyakarta

2

Lecturer POLTEKES Yogyakarta

3

Lecturer STIKES A. Yani Yogyakarta

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PUBERTAS DENGAN PERILAKU TERHADAP PERUBAHAN FISIK PADA

SISWA DAN SISWI KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR YOGYAKARTA

Beti Sulistianingsih 1, Yustiana Olfah 2, Sulistyaningsih 3

INTISARI

Latar Belakang: Perubahan yang terjadi pada masa pubertas dapat membuat

keadaan psikis dan fisik remaja menjadi labil, sehingga perlu diberikan pengetahuan yang benar tentang masa pubertas. Pengetahuan yang benar dan tepat dapat menyebabkan seorang remaja siap menghadapi perubahan fisik yang terjadi, sehingga remaja tersebut mampu mengembangkan perilaku yang baik sesuai dengan tahap perkembangannya. Dari hasil studi pendahuluan, 6 dari 8 siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta yang belum mengetahui tentang pubertas, tidak percaya diri, serta canggung bergaul dengan teman saat menghadapi perubahan fisik.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir yang berjumlah 202 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling sebanyak 135 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 83 siswa dan 52 siswi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertutup dan analisis data dengan uji Kendal Tau.

Hasil: Hasil penelitian mendapatkan nilai p-value sebesar 0,017 untuk siswa dan

0,002 untuk siswi, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir (p-value < 0,05).

Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan

perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir.

Kata Kunci: Pengetahuan, perilaku, pubertas, perubahan fisik. 1

Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

2

Dosen POLTEKES Yogyakarta

3

Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Monks (2001) dalam Dewi (2009), masa pubertas merupakan masa seorang anak mengalami perkembangan fisik, psikis dan emosional yang begitu pesat. Masa ini ditandai dengan adanya gejala secara tiba-tiba dalam suatu permulaan masa remaja yaitu timbulnya sensualitas (genetalia). Seorang anak mengalami berbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam penampilan, pakaian, milik, jangkauan pilihan dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan jenis (Hurlock, 2004).

Masa pubertas terjadi pada remaja awal, antara umur 11-15 tahun pada perempuan, dan sekitar umur 12-16 tahun pada laki-laki (Hurlock, 2004). Masa pubertas merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya, oleh karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sensitif dan rawan terhadap stress (Sarwono, 2011).

Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja, jika para remaja tidak dibekali dengan ilmu Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara baik, tidak mustahil remaja di Indonesia akan terjerumus perilaku yang tidak sehat (Okanegara, 2007). Berdasarkan lembaga survei di Indonesia baik dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) dan United Nations Population Fund (UNFPA) tahun 2009 menyatakan sebagian dari 63 juta jiwa remaja berusia 10 sampai 24 tahun di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat. Masalah yang paling menonjol di kalangan remaja saat ini, misalnya masalah seksualitas, sehingga hamil diluar nikah, terdapat sekitar 700 ribu remaja melakukan aborsi, 20 ribu remaja terinfeksi penyakit menular seksual (IMS), HIV atau AIDS serta 250 ribu remaja menyalahgunakan narkoba (Depkes, 2010).

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Pemerintah memberikan program pelayanan remaja untuk memenuhi kebutuhan remaja akan pemahaman tentang kesehatan reproduksi yaitu dengan adanya klinik khusus kesehatan remaja. Klinik kesehatan remaja ini terdiri dari petugas kesehatan khususnya perawat yang dipersiapkan untuk membantu remaja dalam memberikan informasi seperti penyuluhan kesehatan maupun memberikan konsultasi untuk membantu para remaja yang mempunyai masalah kesehatan melalui puskesmas (Depkes, 2011).

Puskesmas Peduli Kesehatan Remaja (PPKR) adalah Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komprehensif dalam memenuhi kebutuhan remaja. Kegiatan ini mengacu dan mengadopsi dari program WHO yaitu program Adolescent Friendly Health Services (AFHS) yang dikembangkan sejak tahun 2003 (Depkes, 2011).

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan raba (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang diberikan kepada remaja tentang pubertas hendaknya sesuai dengan kenyataan dan mudah dipahami oleh remaja. Remaja yang tinggal di pedesaan, saat masa peralihan anak ke remaja masih dikaitkan dengan kepercayaan di masyarakat, dan sebagian besar remaja tersebut tidak mendapat informasi yang benar tentang apa yang dialaminya. Pengetahuan yang salah dan tidak tepat bagi remaja akan menyebabkan remaja tersebut tidak siap menghadapi perubahan– perubahan yang akan terjadi. Remaja yang hidup di perkotaan lebih mudah mendapat informasi tentang pubertas bila dibandingkan dengan remaja pedesaan (Soesilowindradini, 2011).

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oselaguri (2011), menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang pubertas sebagian besar baik. Remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang pubertas baik dapat dikarenakan mereka mendapat informasi dari berbagai sumber, seperti orang tua, media massa dan dari teman.

Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 1 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut (Hurlock, 2004).

Hasil penelitian terdahulu diketahui perubahan yang terjadi pada masa pubertas tanpa disertai pemberian informasi yang benar akan membuat remaja merasa bingung dan malu. Pubertas merupakan periode yang singkat, namun dianggap sebagai periode yang sulit bagi remaja karena mempengaruhi keadaan fisik serta psikologis remaja dimasa selanjutnya, sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik (Anggraeni, 2011).

Menurut Hurlock (2004), terdapat bahaya fisik dan bahaya psikologis yang terjadi pada remaja saat pubertas. Bahaya yang terjadi akibat kurangnya informasi yang diterima oleh para remaja dan kurangnya persiapan orangtua untuk menyiapkan anaknya menghadapi masa pubertas. Contoh bahaya masa pubertas yang sering dijumpai di masyarakat antara lain : konsep diri remaja yang kurang baik, perubahan bentuk tubuh yang tidak diterima oleh remaja, dan terjadi penyimpangan perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan diluar nikah, aborsi, penyalahgunaan narkoba dan infeksi menular seksual.

Remaja yang mendapatkan informasi tentang pubertas dengan benar akan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Informasi yang didapat oleh remaja dari berbagai sumber akan membuat remaja tersebut paham tentang pubertas sehingga remaja mampu menerima perubahan yang

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

terjadi saat pubertas. Penerimaan dari remaja tersebut menjadikan remaja percaya diri, berkurangnya rasa cemas, dan dapat bergaul dengan teman sebaya tanpa perasaan canggung. Remaja yang mampu menerima perubahan yang terjadi, akan mampu membedakan mana yang baik dan sesuai dengan perkembangannya dan tidak melakukan perilaku seksual yang menyimpang (Hurlock, 2004).

Remaja yang kurang mendapatkan informasi tentang pubertas, akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Remaja merasa ada yang salah pada dirinya, timbul rasa takut dan cemas dengan perubahan yang terjadi pada badan mereka, ada juga remaja yang menarik diri dari teman-temannya. Remaja kehilangan kepercayaan diri mereka, sering berbicara tidak jujur dan mengucilkan diri dari pergaulan, sehingga mempengaruhi kesehatan mereka. Perubahan yang belum bisa diterima menjadikan pengalaman traumatis dan sukar untuk dilupakan oleh remaja. Remaja tidak dapat bersosialisasi dengan baik. Fenomena yang terjadi diatas dapat menyebabkan berbagai perilaku seksual yang menyimpang (Dewi, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyah (2008), menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang perubahan fisik saat pubertas sebagian besar baik. Remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas tidak selalu mempengaruhi konsep diri remaja saat menghadapi masa pubertas. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri remaja tentang perubahan fisik yang mereka alami, tetapi dapat mempengaruhi perilaku remaja terhadap perubahan fisik mereka.

Menurut Sarwono (2011), dampak dari perubahan fisik yang dialami oleh remaja, khususnya sebagai pelajar sangat banyak. Contoh dampak perubahan fisik pada pelajar diketahui dari banyaknya pelajar yang berinteraksi dengan kelompoknya sendiri. Pelajar lebih memilih menyendiri karena merasa lebih nyaman bila dibandingkan berkumpul dengan teman, merasa kurang percaya diri terhadap bentuk tubuh. Berbagai hal yang terjadi

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

pada remaja tersebut memberikan dampak negatif pada peran remaja sebagai pelajar. Remaja akan merasa bingung dengan berbagai perubahan yang ada sehingga sibuk dengan pikiran dan kebingungan, dan hal tersebut berakibat terhadap konsentrasi dalam proses belajar sehingga dapat menurunkan prestasi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 17 Januari 2012 pada 8 orang siswa (3 siswa dan 5 siswi) kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir, 6 dari 8 siswa (2 siswa dan 4 siswi) mengatakan sudah mengetahui arti dari pubertas namun mereka belum memahami tentang perubahan fisik, psikologis, dan hormonal yang terjadi pada masa pubertas, sedangkan 2 siswa yang lain (1 siswa dan 1 siswi) mengatakan belum paham tentang pubertas. Hasil wawancara dengan 8 siswa menunjukkan bahwa 2 siswi mengatakan tidak percaya diri mempunyai bentuk tubuh yang gemuk dan menutupinya dengan memakai baju yang longgar, 3 siswi merasa canggung bergaul dengan teman lain karena bentuk payudara mereka yang besar sehingga lebih memilih menyendiri, sedangkan 3 yang lain tidak mengalami masalah. Hasil observasi yang diperoleh, peneliti mengamati bahwa terdapat kumpulan kelompok kecil, beberapa anak tampak bermain dengan kelompoknya sendiri- sendiri.

Hasil wawancara dengan pihak sekolah, di SMP Muhammadiyah 1 Minggir terdapat program pengenalan tentang masa pubertas yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Minggir setiap awal ajaran baru bagi siswa kelas VII. Program tersebut termasuk salah satu program puskesmas, yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Pelayanan untuk remaja tersebut dilakukan untuk mengenalkan masa pubertas pada siswa. Program kesehatan remaja yang terdapat di SMP Muhammadiyah 1 Minggir adalah UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Para pengurus UKS terdiri dari Guru dan siswa yang piket memberikan pelayanan konsultasi tentang masalah kesehatan bagi siswa, dan untuk siswa sakit diberikan obat dasar sekadarnya seperti minyak kayu putih, obat sakit kepala, betadine, kemudian pelayanan selanjutnya dengan memberikan rujukan ke puskesmas. Siswa SMP

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Muhammadiyah 1 Minggir mendapatkan mata pelajaran biologi, yaitu mata pelajaran yang secara umum membahas tentang ilmu hidup. Sub bab dalam pelajaran biologi membahas tentang perkembangbiakan manusia, tidak ada sub bab didalamnya yang secara khusus membahas tentang pubertas, sehingga informasi yang didapatkan siswa tentang pubertas terbatas.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir.

B. Rumusan Masalah

Masa pubertas merupakan masa seorang anak mengalami perkembangan fisik, psikis dan emosional yang begitu pesat. Perubahan- perubahan yang terjadi pada masa pubertas akan membuat remaja merasa bingung dan malu, sehingga perlu diberikan pengetahuan yang baik dan benar tentang seksualitas. Pengetahuan yang benar dan tepat dapat menyebabkan seorang remaja siap menghadapi perubahan yang terjadi, sehingga remaja tersebut mampu mengembangkan perilaku yang baik sesuai dengan tahap perkembangannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang pubertas pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang pubertas pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

c. Diketahuinya tingkat perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

d. Diketahuinya tingkat perilaku terhadap perubahan fisik pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

e. Diketahuinya keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

f. Diketahuinya keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung dan memperkuat teori yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan keilmuan yang berkaitan dengan ilmu keperawatan maternitas terutama pada perkembangan remaja awal saat masa pubertas. 2. Bagi SMP Muhammadiyah 1 Minggir

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan informasi bagi guru, siswa dan siswi tentang pubertas.

3. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan informasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

berhubungan dengan pengetahuan tentang pubertas dan perilaku terhadap perubahan fisik.

E. Keaslian Penelitian

1. Oselaguri (2011), penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Awal (11-13 tahun) tentang Pubertas di SMP N 2 Sedayu Kabupaten Bantul tahun 2010”. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 146 responden yang diambil dengan menggunakan teknik

purpossive sampling. Variabel dalam penelitian tersebut adalah tunggal,

gambaran tingkat pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pubertas. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tertutup. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 73,8% responden

memiliki pengetahuan tentang pubertas yang baik, 26,2% responden memiliki pengetahuan tentang pubertas cukup dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Uji analisisnya dilakukan dengan analisis

univariat. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang pubertas dan menggunakan pendekatan cross sectional. Sedangkan perbedaan penelitiannya ada pada variabel, tempat dan waktu penelitian. Peneliti menggunakan variabel ganda, tempat penelitian di SMP Muhammadiyah 1 Minggir, dan waktu penelitian tahun 2012.

2. Mardiyah (2008), penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas dengan Konsep Diri Remaja SMP N 6 Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan pada 70 responden yang diambil dengan menggunakan proportionate

stratified random sampling. Instrumen penelitiannya menggunakan

kuesioner tertutup. Variabel penelitian tersebut adalah ganda, yaitu tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dan konsep diri remaja. Penelitian ini merupakan penelitian non

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9

eksperimental dengan bentuk deskriptik analitik kolerasional dengan pendekatan cross sectional. Analisa datanya menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 91,42% siswa mempunyai tingkat pengetahuan baik, 8,58% siswa mempunyai tingkat pengetahuan sedang, dan sebanyak 94,2% siswa mempunyai konsep diri positif, sedangkan 5,8% siswa mempunyai konsep diri negatif. Hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan konsep diri remaja (p>0,05). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitiaan (deskriptif analitik). Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel, tekhnik pengambilan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian dan uji statistik. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang pubertas dan perilaku terhadap perubahan fisik. Tempat penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Minggir dan waktu penelitian tahun 2012.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 1 Minggir

SMP Muhammadiyah 1 Minggir terletak di Jalan Godean Km 20, Dusun Gedongan, Sendangarum, Minggir, Sleman, Yogyakarta. Berdiri pada tanggal 1 Agustus 1948. SMP Muhammadiyah 1 Minggir memiliki luas tanah 4.818 m2. Sekolah ini merupakan sekolah berbasis akademik Islam di bawah naungan Yayasan Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran Kebudayaan.

SMP Muhammadiyah 1 Minggir mempunyai 15 kelas, yaitu 5 kelas untuk kelas VII, 5 kelas untuk kelas VIII, dan 5 kelas untuk kelas IX. Jumlah siswa SMP Muhammadiyah 1 Minggir sebanyak 526 orang, dengan jumlah guru sebanyak 40 orang. Jenis ruangan yang dimiliki SMP Muhammadiyah 1 Minggir meliputi 15 ruang teori, 4 ruang laboratorium, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang BP, 1 ruang perpustakaan, 2 ruang tata usaha, 1 ruang ibadah, 1 ruang OSIS, 1 ruang koperasi, 1 ruang UKS, 7 kamar mandi siswa, 2 kamar mandi guru, 1 ruang gudang, 1 ruang dapur dan 1 kendaraan operasional.

SMP Muhammadiyah 1 Minggir dibawah naungan Puskesmas Minggir. Setiap ajaran baru, puskesmas Minggir mempunyai program pengenalan pada siswa dan siswi kelas VII tentang pubertas. Program tersebut termasuk salah satu program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program kesehatan remaja yang terdapat di SMP Muhammadiyah 1 Minggir adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Siswa SMP Muhammadiyah 1 Minggir mendapatkan pengetahuan tentang pubertas dari mata pelajaran biologi. Mata pelajaran ini diajarkan pada siswa sebanyak 4 jam pelajaran setiap minggu. Pembelajaran tentang kesehatan reproduksi khususnya pubertas tidak dibahas secara khusus karena

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

sekolah ini lebih mengacu pada pembelajaran akademik. Pelayanan konseling khususnya tentang masalah pubertas juga tidak ada.

2. Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Karakteristik Responden : Siswa dan Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir

No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase/ % Rata-rata Skor 1. Jenis Kelamin Laki-laki 83 61,5 Perempuan 52 38,5 Jumlah 135 100 2. Umur Siswa 12 tahun 21 25,3 13 tahun 49 59 14 tahun 10 12,1 15 tahun 3 3,6 Jumlah 83 100 3. Umur Siswi 12 tahun 13 25 13 tahun 32 61,5 14 tahun 6 11,6 15 tahun 1 1,9 Jumlah 52 100 4. Tingkat Pengetahuan Siswa Baik 29 34,9 Cukup 45 54,2 Kurang 9 10,9 Jumlah 83 100 14,3494 5. Tingkat Pengetahuan Siswa Baik 20 38,5 Cukup 29 55,8 Kurang 3 5,8 Jumlah 52 100 14,7115 6. Perilaku Siswa Baik 18 21,7 Cukup 53 63,9 Kurang 12 14,4 Jumlah 83 100 54,1325

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase/ % Rata-rata Skor 7. Perilaku Siswi

Baik 18 34,6 Cukup 30 57,7 Kurang 4 7,7

Jumlah 52 100 58,3077

Sumber: Data Primer, 2012

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 poin no 1 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 83 atau 61,5%. Jumlah siswa dengan jenis kelamin laki-laki di SMP Muhammadiyah 1 Minggir khususnya kelas VII lebih besar dibandingkan dengan siswa yang mempunyai jenis kelamin perempuan, sehingga dalam penelitian ini jumlah siswa lebih banyak daripada jumlah siswi.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 poin no 2 menunjukkan bahwa umur siswa adalah berkisar antara 12-15 tahun. Sebagian besar umur siswa adalah 13 tahun yaitu sebanyak 49 responden atau (59%) dari keseluruhan responden. Usia 13 tahun lebih banyak ditemukan saat kelas VII dikarenakan saat ini terdapat program untuk usia masuk Sekolah Dasar berumur 7 tahun.

Tabel 4.1 poin 3 menunjukkan bahwa umur siswi adalah berkisar antara 12-15 tahun. Sebagian besar umur responden adalah 13 tahun yaitu sebanyak 32 responden atau (61,5%) dari keseluruhan responden. Usia 13 tahun lebih banyak ditemukan saat kelas VII dikarenakan saat ini terdapat program untuk usia masuk Sekolah Dasar berumur 7 tahun.

c. Tingkat Pengetahuan tentang Pubertas di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.1 poin 4 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang pubertas sebagian besar adalah cukup yaitu 45 responden atau 54,2%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa cukup mengetahui informasi tentang pubertas.

Berdasarkan tabel 4.1 poin 5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan siswi tentang pubertas sebagian besar adalah cukup yaitu 29

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

responden atau 55,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswi cukup mengetahui informasi tentang pubertas.

d. Perilaku Terhadap Perubahan Fisik di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 4.1 poin 6 menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku siswa terhadap perubahan fisik adalah kategori cukup, yaitu sebanyak 53 responden atau 63,9%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dari siswa telah berperilaku cukup baik terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya saat masa pubertas.

Berdasarkan Tabel 4.1 poin 7 menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku siswi terhadap perubahan fisik adalah kategori cukup, yaitu sebanyak 30 responden atau 57,7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dari siswa telah berperilaku cukup baik terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya saat masa pubertas.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas dengan Perilaku Terhadap Perubahan Fisik pada Siswa dan Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta

Hubungan tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta, dapat dideskripsikan pada tabel 4.2 bawah ini:

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Tabel 4.2

Tabel Silang Hubungan Tingkat pengetahuan tentang Pubertas dengan Perilaku terhadap Perubahan Fisik Pada Siswa dan Siswi Kelas Kelas VII di

SMP Muhammadiyah 1 Minggir

Pengetahuan Tentang Pubertas

Perilaku Terhadap Perubahan Fisik

P

Value CC

Baik Cukup Kurang Total

f % f % F % f % Pada Siswa Baik 12 14,5 12 14,5 5 6 29 34,9 0,017 0,561 Cukup 5 6 39 47 1 1,2 45 54,2 Kurang 1 1,2 2 2,4 6 7,2 9 10,8 Jumlah 18 21,7 53 63,9 12 14,4 83 100 Pada Siswi Baik 13 25 6 11,5 1 1,9 20 38,5 0,002 0,497 Cukup 4 7,7 23 44,2 2 3,8 29 55,8 Kurang 1 1,9 1 1,9 1 1,9 3 5,7 Jumlah 18 34,6 30 57,7 4 7,7 52 100 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.2 poin 1 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang pubertas kategori cukup dengan perilaku terhadap perubahan fisik cukup yaitu sebanyak 39 responden atau 47%, sedangkan responden dengan pengetahuan cukup namun memiliki perilaku terhadap perubahan fisik baik hanya 5 responden atau 6%. Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan memiliki perilaku terhadap perubahan fisik baik sebanyak 12 responden atau 14,5%, sedangkan responden dengan pengetahuan baik namun memiliki perilaku terhadap perubahan fisik cukup sebanyak 12 responden atau 14,5%. Responden dengan tingkat pengetahuan kurang dan memiliki perilaku terhadap perubahan fisik kurang sebanyak 6 responden atau 7,2%, sedangkan responden dengan pengetahuan kurang namun memiliki perilaku terhadap perubahan fisik baik sebanyak 1 responden atau 1,2%.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa, telah dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendal Tau dengan bantuan komputerisasi. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan p value sebesar 0,017 sehingga kurang dari 0,05%. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

Untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut dilakukan dengan melihat nilai dari koefisien kontingensi. Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien kontingensi (contingency coefficient) diperoleh nilai sebesar 0,561. Angka hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien kontingensi. Dari pembandingan tersebut (0,561) terdapat diantara 0,4– 0,6 yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sedang (moderat) antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

Tabel 4.2 poin 2 menunjukkan sebagian besar siswi memiliki tingkat pengetahuan tentang pubertas kategori cukup dengan perilaku terhadap perubahan fisik cukup yaitu sebanyak 23 responden atau 44,2%, sedangkan responden dengan pengetahuan cukup namun memiliki perilaku terhadap perubahan fisik baik hanya 4 responden atau 7,7%. Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan memiliki perilaku terhadap perubahan fisik baik sebanyak 13 responden atau 25%, sedangkan responden dengan pengetahuan baik namun memiliki perilaku terhadap perubahan fisik cukup sebanyak 6 responden atau 11,5%. Responden dengan tingkat pengetahuan kurang dan memiliki perilaku terhadap perubahan fisik kurang sebanyak 1 responden atau 1,9%, sedangkan responden dengan pengetahuan kurang dan memiliki perilaku terhadap perubahan fisik cukup dan baik masing-masing sebanyak 1 responden atau 1,9%.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswi, telah dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendal Tau dengan bantuan komputerisasi. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan p value sebesar 0,002 sehingga kurang dari 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

Untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut dilakukan dengan melihat nilai dari koefisien kontingensi. Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien kontingensi (contingency coefficient) diperoleh nilai sebesar 0,497. Angka hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien kontingensi. Dari pembandingan tersebut (0,497) terdapat diantara 0,4– 0,6 yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sedang (moderat) antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

B. Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup lebih banyak dari keseluruhan responden yaitu 45 responden atau 54,2% pada siswa dan 29 responden atau 55,8% pada siswi. Berdasarkan informasi dari Guru di SMP Muhammadiyah 1 Minggir terdapat program pengenalan tentang masa pubertas yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Minggir setiap awal ajaran baru bagi siswa kelas VII. Program tersebut termasuk salah satu program puskesmas, yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR dilakukan untuk mengenalkan masa pubertas pada siswa. Program kesehatan remaja yang terdapat di SMP Muhammadiyah 1 Minggir adalah UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). UKS ini digunakan untuk memberikan obat saat siswa sakit, namun yang diberikan hanyalah obat dasar.

Siswa SMP Muhammadiyah 1 Minggir mendapatkan mata pelajaran biologi, yaitu mata pelajaran yang secara umum membahas tentang ilmu hidup. Sub bab dalam pelajaran biologi membahas tentang

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

perkembangbiakan manusia, belum ada sub bab didalamnya yang secara khusus membahas tentang pubertas, sehingga informasi yang didapatkan siswa tentang pubertas belum menyeluruh. Selain itu di sekolah ini tidak melayani konseling langsung tentang pubertas pada siswanya.

Hasil penelitian yang dilakukan Oselaguri (2011) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Awal (11-13 tahun) tentang Pubertas di SMP N 2 Sedayu Kabupaten Bantul”, hasilnya sebagian besar tingkat pengetahuan baik (73,8%). Untuk hasil dari penelitian ini sebagian besar tingkat pengetahuan cukup (54,2% pada siswa dan 55,8% pada siswi). Hal ini dapat dikarenakan informasi yang diterima oleh siswa dan siswi di SMP Muhammadiyah 1 Minggir belum menyeluruh, sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Oselaguri (2011), siswa di SMP N 2 Sedayu telah mendapatkan informasi tentang perkembangan remaja dalam pelajaran BK. Lingkungan dan sumber informasi juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Apabila siswa dan siswi mendapat informasi yang benar dan tepat, maka tingkat pengetahuannya juga akan baik.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian umur siswa dan siswi adalah 13 tahun. Meski umur antara siswa dan siswi kebanyakan 13 tahun namun rata-rata skor pengetahuan tentang pubertas kelompok siswi lebih tinggi dari kelompok siswa. Hal ini dapat dipengaruhi oleh waktu pubertas pada remaja perempuan rata-rata lebih dahulu muncul dibandingkan dengan remaja laki-laki, sehingga remaja perempuan lebih dahulu dalam mencari informasi tentang pubertas yang menyebabkan pengetahuan siswi lebih tinggi dibanding pengetahuan siswa (Hurlock, 2004).

Usia 13 tahun merupakan suatu usia yang belum cukup matang dan belum memiliki banyak pengalaman. Usia yang cukup matang dapat membuat seseorang lebih baik dalam menanggapi suatu obyek atau masalah. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan,

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Wawan dan Dewi, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar. Sedangkan intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai lingkungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Ada 9 siswa atau 10,8% dan 3 siswi atau 5,8% memiliki tingkat pengetahuan tentang pubertas kategori kurang. Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi yang diterima responden, informasi tentang pubertas yang responden terima belum menyeluruh, dapat juga dipengaruhi intelegensi, lingkungan responden, dan sosial budaya. Informasi akan memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Informasi tentang pubertas yang baik bisa didapatkan dari guru, orang tua, atau media massa seperti TV, radio, atau surat kabar (Notoatmodjo, 2007).

Pada skor rata-rata tingkat pengetahuan siswa lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata skor tingkat pengetahuan pada siswi yaitu 14,3494 pada siswa dan 14, 7115 pada siswi. Menurut Hurlock (2004), pada masa pubertas perempuan lebih awal dibandingkan pada laik-laki, sehingga dalam hal mempersiapkan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas pada permpuan lebih awal dan matang. Hal ini dapat diberikan melalui berbagai informasi yang benar dan tepat tentang pubertas. Orang tua lah yang berperan penting saat mempersiapkan masa pubertas, terutama pada perempuan. Orang tua yang mempunyai anak perempuan akan lebih diperhatikan dikarenakan masa pubertas pada perempuan lebih rumit bila dibandingkana dengan masa pubertas pada laki-laki.

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan dan Dewi (2010) adalah faktor pendidikan, pekerjaan, lingkungan, dan sosial budaya. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu kelas VII tingkat menengah pertama sehingga tidak ada perbedaan dalam tingkat pendidikan.

Pengetahuan juga dipengaruhi oleh lingkungan dan sosial budaya. Para orang tua dan anggota masyarakat di lingkungan reponden yang menganggap tabu tentang pendidikan pubertas kemungkinan tidak akan memberikan pendidikan dan pengetahuan yang baik pada siswa. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Cara berpikir seseorang akan dipengaruhi oleh lingkungannya dalam memperoleh suatu pengalaman. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Lingkungan sekolah, serta sosial budaya sekolah yang tidak memberikan konseling langsung mengenai pubertas dapat menyebabkan siswa dan siswi menjadi tertutup sehingga merasa enggan untuk menggali informasi yang benar tentang pubertas (Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku Terhadap Perubahan Fisik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki perilaku terhadap perubahan fisik kategori cukup lebih banyak dari kategori yang lain yaitu 53 responden atau 63,9% pada siswa dan 30 responden atau 57,7% pada siswi. Hasil rata-rata skor perilaku terhadap perubahan fisik pada kelompok siswi lebih tinggi dari kelompok siswa, hal ini dapat dipengaruhi pengetahuan yang dimiliki kelompok siswi lebih baik dari pada kelompok siswa, dengan dilihat dari rata-rata skor pengetahuan antara siswa dan siswi.

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan seseorang termasuk perilaku terhadap perubahan fisik akibat masa pubertas dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu faktor yang besar pengaruhnya disebut faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan dan sikap. Perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang pubertas yang cukup. Pengetahuan ini merupakan faktor yang sangat penting karena pengetahuan dapat membentuk sebuah pemahaman salah atau pemahaman benar yang nantinya dapat berpengaruh pada perilaku seseorang.

Sikap yang negatif tentang pubertas dapat membuat seseorang berperilaku kurang baik pada terhadap perubahan fisik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi terhadap perilaku perubahan fisik adalah umur, pendidikan, sosial ekonomi, dan pengaruh faktor pendorong seperti pengaruh orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan (Wawan dan Dewi, 2010).

Menurut Hurlock (2004), perubahan keadaan fisik anak akibat masa puber dapat mempengaruhi sikap dan perilaku. Contoh perubahan pada sikap dan perilaku anak saat pubertas, yaitu suka menyendiri dan enggan bergaul dengan teman dan keluarga, bosan dengan aktifitas biasanya, merasa canggung, tidak mau bekerja sama, membantah atau anti sosial, emosi yang labil, serta hilangnya kepercayaan diri.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Dengan Perilaku Terhadap Perubahan Fisik

Berdasarkan tabel silang, responden yang memiliki pengetahuan tentang pubertas cukup cenderung memiliki perilaku terhadap perubahan fisik yang cukup. Responden yang memiliki pengetahuan pubertas kurang cenderung memiliki perilaku terhadap perubahan fisik yang kurang. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan tingkat pengetahuan tentang pubertas berhubungan dengan perilaku terhadap perubahan fisik. Kecenderungan dan hubungan itu telah dibuktikan dengan uji Kendal Tau dengan bantuan komputer yang menunjukkan adanya hubungan signifikan

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

61

antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa dan siswi di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta.

Peran lingkungan sekolah sangat penting dalam menunjang peningkatan pengetahuan agar menghasilkan sikap serta perilaku siswa dan siswi terhadap perubahan fisik yang lebih baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada 5 siswa atau 6% serta 1 siswi atau 1,9% yang berpengetahuan baik tentang pubertas namun memiliki perilaku terhadap perubahan fisik yang kurang. Hasil penelitian ini membuktikan ada faktor lain yang menyebabkan siswa dan siswi berperilaku buruk, diantaranya faktor sikap, budaya, dan lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan Mardiyah (2008), dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas dengan Konsep Diri Remaja SMP N 6 Yogyakarta”, berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan. Mardiyah (2008) menyimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan konsep diri remaja. Siswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang perubahan fisik remaja tidak menentukan baik buruknya konsep diri remaja. Konsep diri remaja kemungkinan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dan lingkungan.

Siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang pubertas akan memiliki pemahaman yang baik sehingga dapat menangani masalah pubertas dengan benar. Tetapi siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang pubertas yang kurang akan memiliki pemahaman yang kurang baik sehingga perilaku terhadap perubahan fisik juga kurang baik. Pengetahuan yang kurang dapat disebabkan karena siswa tidak memahami atau hanya menerima informasi yang tidak menyeluruh. Pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku misalnya perilaku terhadap perubahan fisik (Notoatmodjo, 2007).

Sebagian besar responden adalah berumur 13 tahun, dimana pada masa ini seharusnya responden telah mendapatkan bekal informasi dan

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

pengetahuan yang baik agar nantinya responden merasa siap dalam mengahadapi perubahan fisik karena masa pubertas terjadi pada remaja awal, antara umur 11-15 tahun pada perempuan, dan sekitar umur 12-16 tahun pada laki-laki. Masa pubertas merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, sehingga lingkungan sekolah merupakan lingkungan utama yang seharusnya membimbing dan memberikan pengaruh pada siswa dan siswi agar memiliki pengetahuan dan perilaku yang lebih baik (Hurlock, 2004).

Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa ada 5 siswa yang mempunyai pengetahuan baik malah mempunyai perilaku yang kurang. Sedangkan pada siswi hanya ada 1 siswa yang mempunyai pengetahuan baik dengan perilaku yang kurang. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seseorang. Lingkungan tempat tinggal seseorang dapat menyebabkan seorang remaja berperilaku sesuai dengan keadaan lingkungannya dan tidak didasarkan pada tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku pada remaja saat masa pubertas adalah pengaruh teman sebaya dan kepercayaan seseorang. Remaja lebih mudah mendapkan pengaruh dari teman sebaya dibandingkan dengan orang lain seperti orang tua, atau guru. Hal ini dikarenakan remaja sering bermain bersama dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman serta remaja lebih terbuka bila bercerita dengan temannya sendiri.. Sehingga saat remaja dalam mengembangkan perilaku banyak disebabkan oleh pengaruh teman dan tidak disebabkan oleh tingkat pengetahuan saja (Hurlock, 2004).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Masih ada variabel pengganggu yang tidak dikendalikan, seperti faktor sikap, lingkungan, nilai-nilai, dukungan keluarga dan sosial budaya.

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

63

2. Pengambilan data pada responden dilakukan pada waktu yang sama sehingga penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang kurang maksimal. Jumlah item pernyataan pada kuesioner sebanyak 40 item, hal ini dapatmenjadikan rasa jenuh pada responden saat mengisi kuesioner.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta Tahun 2012, dengan p-value < 0,05 (0,017<0,05).

2. Ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan perilaku terhadap perubahan fisik pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Yogyakarta Tahun 2012, dengan p-value < 0.05 (0,002<0,05).

B. Saran

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dalam penelitian ini untuk membuktikan teori yang sudah ada sehingga dapat dijadikan bahan pendukung dan memperkuat teori yang sudah ada.

2. Bagi SMP Muhammadiyah 1 Minggir

Tingkat pengetahuan siswa dan siswi tentang pubertas dalam kategori cukup, hal ini perlu ditingkatkan. Hendaknya siswa dan sisiwi lebih aktif meningkatkan pengetahuan tentang pubertas agar dapat berperilaku baik terhadap perubahan fisik yang terjadi saat masa pubertas. Diharapkan guru juga lebih aktif meningkatkan pengetahuan siswa dan siswi tentang pubertas agar dapat berperilaku baik terhadap perubahan fisik sehingga siswa dan siswi lebih siap dalam menghadapi masa remaja. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan memasukkan materi pubertas pada mata pelajaran

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

65

yang sesuai atau mengadakan konseling khusus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja khususnya pubertas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya melakukan penelitian dengan menggunakan variabel-variabel lain misalnya pengaruh media masa, atau lingkungan budaya siswa agar dapat mengetahui variabel-variabel lain yang mempengaruhi perilaku terhadap perubahan fisik.

(37)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, F. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik

Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja Awal Putri Kelas VIII Di SMP Taman Dewasa Karanganyar Kebumen Tahun 2011.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

__________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Depkes. (2010). ______. (2011).

Dewi, R. (2009). Peran Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Menghadapi Masa

Pubertas Di Desa Kedungjati Kecamatan Sempor Kebumen. Jurnal

Kesehatan. Yogyakarta.

Elfindri, dkk. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Baduose Media Jakarta.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan Edisi kelima. Yogyakarta : Erlangga.

Mardiyah, S. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan

Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja Di SMP N 6 Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.

_____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Okanegara. (2007). Kondisi Remaja Indonesia Saat Ini.

http://duniaremajaindonesia.blogspot.com/2007/09/kondisi-remaja-indonesia-saat-ini.html.Diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 13.54.

(38)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

67

Oselaguri. (2011). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Awal (11- 13 tahun)

Tentang Pubertas Di SMP N 2 Sedayu Kabupaten Bantul Tahun 2011.

Riwidikdo, H. (2010). Statistik untuk Penelitian Kesahatan dengan Aplikasi

Program R dan SPSS. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Sarwono, S. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers.

Soesilowindradini. (2011). Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto.

Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alpa Beta.

Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Referensi

Dokumen terkait

Para ahli hukum Indonesia, umumnya berpendapat syarat subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak yang

Berdasarkan hasil wawancara di atas, proses penentuan strategi perencanaan dalam optimalisasi kegiatan keagamaan karyawan PTDI adalah dengan melaksanakan rapat rutin

Pada pengujian kedua di lokasi kedua yaitu di taman sampangan semarang, saat 30 menit pertama setelah alat dinyalakan, data yang didapat adalah sebagai berikut,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi

Rangka divan diletakan pada meja yang telah disediakan kemudian hard pad direkatkan pada divan dengan menggunakan lem lateks selanjutnya busa yang dibutuhkan

terutama bahan dokumen tercetak merupakan dasar dalam membangun suatu koleksi digital yang nantinya akan dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan akses informasi

[r]

Karyawan yang kadang-kadang membuat kesalahan tata bahasa tetapi tidak mempengaruhi makna, maka diberi skor empat.. Mereka yang tidak ada atau sedikit kesalahan tata bahasa, maka