PENGARUH
EARNING PER SHARE
DAN
CASH FLOW PER
SHARE
SEBELUM DAN SESUDAH
RESTATEMENT
TERHADAP
RETURN
SAHAM
Oleh
IMELDA SINAGA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS AKUNTANSI
Pada
Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
ABSTRACT
THE IMPACT OF EARNING PER SHARE AND PER SHARE CASH FLOW BEFORE AND AFTER THE RETURN OFSTOCK RESTATEMENT
By
IMELDA SINAGA
The problem in this study is whether there is a positive influence of CFPS and EPS before and after restatement in giving positive impact on stock returns . The theory used in this study is a theory which assumed that the information signals received by each party is not the same in other words signal theory related to the information of asymmetry.
The sample used in EPS before and after the restatement, while as many as 51samples meanwhile CFPS before and after restatement using 41sample companies listed on the Stock Exchange. Independent variables used in this study are the earnings per share and cash flow per share and the dependent variables used in this study is the stock return. Test equipment used in this study using multiple regression statistical model
The results of this study demonstrate that EPS before restatement did not impact significantly on the stock returns which indicates that investors have been aware that there is signal to improve the EPS before the restatement. EPS after restatement had no significant effect on return, this indicates that the new information is in accordance with the Market Efficiency hypothesis is that will make the market participants to react and take action to respond that new information. CFPS before and after restatement also had no significant effect on stock returns because investors do not use operating cash flow information as a basic for investment decisions. This can have implications on investors who use financial statements to make right decisions on the location of their assets in the companies that perform restatement as well for the company itself that financial report restatement can be made if it is seen as a form of commitment and sense of responsibility to the market to provide trustable information
i
ABSTRAK
PENGARUH EARNING PER SHARE DAN CASH FLOW PER SHARE SEBELUM DAN SESUDAH RESTATEMENT TERHADAP RETURN SAHAM
Oleh
IMELDA SINAGA
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh positif EPS dan CFPS sebelum dan sesudah restatement berpengaruh positif terhadap return saham. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sinyal yang diasunsikan bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama dengan kata lain teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi.
Sampel yang digunakan dalam EPS sebelum dan sesudah restatement sebanyak 51 sampel sedangkan CFPS sebelum dan sesudah restatement menggunakan 41 sampel perusahaan yang terdaftar di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share dan cash flow per share dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model statistik regresi berganda.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa EPS sebelum restatement berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham yang menunjukkan bahwa bahwa investor telah mengetahui adanya sinyal untuk meningkatkan EPS sebelum restatement. EPS sesudah restatement tidak berpengaruh signifikan terhadap return, ini menunjukkan bahwa informasi baru ini sesuai dengan Efficiency Market Hypotesis yang akan membuat para pelaku pasar bereaksi dan melakukan tindakan untuk merespon informasi baru tersebut. CFPS sebelum dan sesudah restatement juga tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham karena investor tidak menggunakan informasi arus kas operasi sebagai dasar pengambilan keputusan berinvestasi. Hal ini dapat berimplikasi terhadap investor yang menggunakan laporan keuangan dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat atas lokasi modal mereka pada perusahaan yang melakukan restatement serta bagi perusahaan bahwa restatement laporan keuangan dapat dilakukan jika dipandang sebagai wujud komitmen dan rasa tangggung jawab kepada pasar untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya.
DAFTAR ISI
1.3.Tujuan dan Kontribusi Penelitian ……… 10
1.3.1.1. Tujuan Penelitian ……… 10
1.3.1.2. Kontribusi Penelitian ……….. 11
II. TINJAUAN LITERATUR……… 12
2.1. Grand Theory……….. 12
2.1.1. Teori Sinyal (Signalling Theory)……….. 12
2.1.2. Earning Per Share………….……….……….. 13
2.1.7.1 Pengaruh Earning Per Share Sebelum dan Sesudah Restatement Terhadap Return Saham Sebelum dan Sesudah Restatement………. 27
2.1.7.2 Pengaruh Arus Kas Operasi Sebelum dan Sesudah Restatement Terhadap Return Saham Sebelum dan Sesudah Restatement……….. 26
2.1.8. Desain Penelitian………. 28
III. METODE PENELITIAN………... 29
3.1. Obyek Penelitian……… 29
3.2. Sampel……… 29
3.3. Metode Pengumpulan Data ……… 31
3.4. Definisi Operasional Variabel………. 31
3.4.1 Return……… 31
3.5.2 Uji Hipotesis………. 35
3.5.3 Uji Asumsi kalsik……… 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Statistik Deskriptif EPS dan CFPS Sebelum dan Sesudah Restatement……… 38
4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif EPS dan CFPS Sebelum dan Sesudah Restatement……… … 42
4.2.1. Normalitas EPS dan CFPS……… 42
4.2.2. Uji Multikolinearitas EPS dan CFPS Sebelum dan Sesudah Restatement ……… 44
4.2.3 Autokorelasi EPS dan CFPS 38
Sebelum dan Sesudah Restatement………. 44
4.2.4 Heteroskedastisitas EPS Sebelum dan Sesudah Restatement……….………. 47
4.3. Hasil Pengujian Hipotesis……….. 50
4.3.1. Pembentukan Model Regresi EPS Sebelum dan Sesudah Restatement……….. 50
4.3.2. Uji Koefisien Determinasi (R2)………. 49
4.3.3. Uji –F ……… 51
4.3.4. Uji – t statistik (student-t)……… 51
4.3.5. Pembentukan Model Regresi CFPS Sebelum dan Sesudah Restatement….………….. ………. 52
4.3.6. Uji Koefisien Determinasi (R2)………. 53
4.3.7. Uji F……….. 53
4.3.8. Uji-t stastik (student- t)……… 54
4.4. Pembahasan Hasil Analisis EPS Sebelum dan Sesudah Restatement…...……… 55
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau
operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang
muncul. Selain itu juga perusahaan mungkin memutuskan untuk menghentikan
lini bisnis tertentu, melakukan perubahan metode akuntansi, melaporkan
item-item luar biasa. Aktivitas-aktivitas ini perlu dilaporkan dengan semestinya agar
pembaca laporan keuangan memperoleh informasi yang relevan. Para pemakai
laporan keuangan banyak melakukan pengambilan keputusan pada manfaat
informasi laba. Laporan laba meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama
periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang sebagai laporan
akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan
untuk membagikan deviden. Sehingga investor akan lebih berminat pada saham
yang memiliki EPS tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS yang rendah.
EPS yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Harga saham yang
tinggi akan mendorong investor untuk menjual saham tersebut. Jika saham
tersebut terjual dengan harga yang tinggi maka investor akan mendapatkan return
yang tinggi. Jadi, EPS merupakan indikator keseluruhan, yaitu nilai tunggal yang
Ball dan Brown (1968) menyampaikan bahwa informasi laba memiliki
kandungan informasi yang dibuktikan dengan adanya abnormal return yang
positif pada kelompok sampel yang labanya naik dan abnormal return yang
negatif pada kelompok sampel yang labanya turun. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Beaver (1968) yang menguji kandungan informasi atas
pengumuman laba tahunan dan menemukan bahwa pengumuman laba
menyebabkan perubahan harga saham yang ditunjukkan dengan adanya abnormal
return di sekitar tanggal pengumuman. Telaumbanua dan Sumiyana (2008) juga
menyimpulkan bahwa informasi laba memiliki kandungan informasi yang
ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang secara statistik signifikan di
periode peristiwa.
Laporan arus kas ditujukan untuk melaporkan penerimaan dan pengeluaran
kas selama satu periode yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Kepentingan investor dan kreditor atas informasi aliran kas meliputi jumlah, waktu,
dan tingkat ketidakpastiannya (Belkaoui, 2007). Bowen et al. (1986) menyatakan
bahwa manfaat dari laporan arus kas adalah untuk memprediksi kegagalan, menaksir
risiko, memprediksi pemberian pinjaman, penilaian perusahaan, dan memberikan
informasi tambahan pada pasar modal. Sedangkan Clubb (1995), menyatakan
bahwa data arus kas di luar data laba akuntansi hanya memberikan dukungan yang
lemah bagi investor. Hasil penelitian ini konsisten dengan Triyono (2000),
McConnell dan Muscarella (1986). Skousen, et al., (2009) menyatakan bahwa
ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dalam pertumbuhan laba yang
dilaporkan, berkaitan dengan stabilitas keuangan.
Parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari
Pada saat dihadapkan pada dua ukuran kinerja akuntansi keuangan tersebut,
investor dan kreditor harus yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus
perhatian mereka adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi
ekonomi perusahaan serta prospek pertumbuhan di masa depan dengan lebih baik.
Laporan keuangan tersebut setidaknya memungkinkan investor dan kreditor untuk
melakuka penilaian saham yang mencerminkan hubungan antara risiko dan hasil
pengembalian yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor. Suatu
laporan keuangan dikatakan mampu memiliki kandungan informasi apabila
publikasi laporan keuangan tersebut menyebabkan reaksi pasar. Reaksi pasar ini
direfleksikan dengan adanya transaksi jual beli saham, yang berarti juga akan
mempengaruhi volume perdagangan saham dan harga saham perusahaan untuk
memperoleh return bagi investor dan kreditor.
Investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar
modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar investasi yang
dilakukannya dapat memberikan keuntungan return. Memperoleh return
merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal.
Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang
diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham,
maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analisis pasar
modal, seperti broker, dealer dan manajer investasi. Pola perilaku perdagangan
saham di pasar modal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di
pasar modal tersebut dan akan menentukan pola return yang diterima dari saham
Penyajian laporan keuangan oleh perusahaan go public merupakan hal
yang dipertimbangkan oleh regulator, perusahaan pelapor, dan auditor dalam
menilai kualitas laporan keuangan. Palmrose dan Scholz (2004) dalam penyajian
laporan keuangan perusahaan, tidak jarang menemukan hal-hal yang
menyebabkan laporan keuangan harus direvisi ataupun disajikan kembali, baik itu
disebabkan karena adanya kekeliruan perhitungan matematis, kekeliruan
penerapan kebijakan akuntansi, kecurangan, kelalaian, adanya penerapan
kebijakan akuntansi yang baru ataupun karena adanya perubahan estimasi
akuntansi.
SEC mengungkapkan bahwa penyajian kembali laporan keuangan adalah
indikator yang paling mudah untuk melihat akuntansi yang salah dan merupakan
sumber dari investigasi baru, keraguan terhadap ketepatan pengambilan keputusan
tersebut, karena informasi yang digunakan terdahulu ternyata tidak dapat
diandalkan. Anderson dan Yhon (2002) meneliti bahwa pada median hari ke tujuh
terdapat abnormal return negative sebesar 3,79% pada saat pengumuman laporan
keuangan. Mereka menyimpulkan bahwa reaksi investor akan pengumuman
laporan keuangan pada saat isu pengakuan pendapatan pada hari ke tujuh CAR
nya negative sebesar 7,94%. Berdasarkan penelitian tersebut untuk mengukur
perubahan kepercayaan investor dilakukan regresi secara kuartal pada laba yang
tidak diharapkan selama 3 hari di sekitar pengumuman laba dan hasilnya
menunjukkan bahwa koefisien respon laba secara signifikan lebih kecil setelah
restatement. Oleh sebab itu setelah perusahaan merestate laporan keuangan,
investor kurang menyadari akan koefisien respon laba untuk mengevaluasi
Peristiwa penyajian kembali laporan keuangan telah mengalami
peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi, penyajian kembali
laporan keuangan tidak lagi terbatas di Amerika saja, namun sudah menyebar ke
seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia. Dari penyajian kembali laporan
keuangan terlihat bahwa laporan keuangan terdahulu yang telah diterbitkan,
dilaporkan kepada publik serta yang telah diarsipkan kepada BAPEPAM
mengalami perubahan secara signifikan yang berpengaruh secara material,
sehingga sudah tidak dapat diandalkan. Dalam laporan yang dipublikasikan oleh
USA GAO (Goverment Accounting Officer) di tahun 2002, dinyatakan bahwa
terjadinya penyajian kembali laporan keuangan dikarenakan adanya fraud
(kecurangan) dan kesalahan yang meningkat secara signifikan dalam selang waktu
antara bulan Januari tahun 1997 hingga bulan Juni tahun 2002. Lebih lanjut GAO
(2002) melaporkan bahwa pada sebelum dan setelah hari pertama perusahaan
mengumumkan restate dalam laporan keuangan perusahaan rata-rata mengalami
abnormal return negatif sebesar 9.5%. Saat 60 hari sebelum dan 60 hari sesudah
pengumuman restatement, rata-rata abnormal return negatif naik dua kali lipat
sebesar 18,2%.
Pada tahun 2001 perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yaitu PT Kimia
Farma melakukan penyajian kembali laporan keuangan perusahaan yang telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung
unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan. Ini terbukti setelah dilakukan
audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga
keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik
yaitu Arus Kas.
Penelitian mengenai restatement di Indonesia masih sedikit, seperti
penelitian yang berkaitan dengan penyajian kembali laba oleh perusahaan publik
di Indonesia (Retnoasih dan Faisal, 2008) serta restatement yang lebih mengarah
pada corporate governance (Yuristisia dan Lukviarman, 2008), Penelitian ini
berupaya untuk mengetahui pengaruh internal governance yang diukur dengan
board independence, audit independence, board size dan external governance
diukur dengan B (Board)-Index (merupakan skor gabungan yang dibentuk dari 9
indikator dari karakteristik dewan komisaris) terhadap accounting restatement.
Hasil penelitian menemukan bahwa board independence berpengaruh positif
terhadap accounting restatement. Penelitian ini juga menemukan bahwa audit
independence berpengaruh positif terhadap accounting restatement dan Board size
berpengaruh positif terhadap accounting restatement. Sedangkan hasil penelitian
Dewi (2013) menyatakan bahwa pasar bereaksi positif atas restatement dan
terdapat perbedaan reaksi pasar atas restatement di antara kelompok perusahaan
yang mengalami peningkatan laba dan penurunan laba akibat restatement.
Xu et al. (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa restatement
berpengaruh pada penilaian modal dari perusahaan-perusahaan yang bersaing.
Secara spesifik, mereka mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki
karakteristik arus kas yang sama dengan perusahaan yang restate, memiliki return
yang negatif sebesar 0,76% ketika harga saham menurun. Akibatnya, kepercayaan
investor dalam persaingan perusahaan tidak terlalu kelihatan, namun untuk
biaya modal. Temuan ini menunjukkan bahwa investor cukup ahli dalam
mengidentifikiasi karakteristik laba dan atau arus kas yang dapat berpotensi dalam
restatement.
Penelitian ini adalah pengulangan dari penelitian Shough dan Tao (2007)
yang meneliti hubungan antara laba dan arus kas terhadap return sebelum dan
setelah restatement di Amerika Serikat yang menguji apakah investor lebih
(kurang) memperhatikan arus kas (akrual) setelah perusahaan merestate dan
berapa lama hubungan tersebut akan berlanjut akan penurunan laba. Hubungan ini
bertahan setidaknya satu tahun sebelum hubungan kembali ke level sebelum
restatement. Secara keseluruhan hasilnya konsisten dengan dugaan restatement
membuat ketidakpastian dan pertanyaan investor apakah laba masa depan masih
dapat dipercaya.Penelitian terdahulu menggunakan restatement berdasarkan
ketentuan GAO (General Accounting Officer) seperti akuisisi dan merger, biaya
dan beban, riset dan pengembangan dalam proses, reklasifikasi, transaksi pada
pihak yang berhubungan, restrukturisasi, aset atau inventory, pengakuan
pendapatan, surat berharga dan lainnya Sedangkan penelitian ini terkait dengan
latar belakang negara Indonesia berdasarkan ketentuan restatement pada PSAK
No. 25 yang berlaku efektif 1 Januari 2011 diadopsi dari IAS 8 (Accounting
Policies, Change in Accounting Estimated and Errors).
Dalam PSAK No. 25 tujuan dalam penyajian kembali laporan keuangan
adalah untuk menentukan kriteria dalam pemilihan dan perubahan kebijakan
akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan
entitas, daya banding laporan keuangan sepanjang waktu, dan daya banding
laporan keuangan entitas dengan laporan keuangan entitas lainnya.
Penerapan penyajian kembali laporan dalam PSAK No. 25 di Indonesia
menggunakan penerapan prospektif dan retrospektif. Penerapan prospektif adalah
suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak perubahan estimasi
akuntansi, masing-masing adalah :
a. Penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain
yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
b. Pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan
periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.
Sehingga dalam penelitian ini alasan tersebut tidak dimasukkan sebagai alasan
yang menyebabkan penyajian kembali laporan keuangan.
Sedangkan penerapan restrospektif merupakan penerapan kebijakan
akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan
tersebut telah diterapkan. Dalam penerapan restrospektif juga terdapat koreksi
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan
seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi. Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti menggunakan penerapan retrospektif atas laporan keuangan yang
melakukan restatement untuk laba per saham dan arus kas per saham dari tahun
2009-2012 (periode laporan keuangan tahun 2008 sampai dengan 2011)
1.2 Permasalahan
Restatement atau penyajian kembali/ulang harus dilakukan ketika
informasi dalam pelaporan keuangan mengandung [e]rrors (resulting) from
mathematical mistakes, mistakes in appliation of accounting principles, or
oversight or misuse of facts that existed at the time the financial statements were
prepare (Lev 2003). Misuse of facts umumnya berarti manipulasi yang juga
menunjukkan bahwa restatement mendadak banyak terjadi pada tahun 1998 dan
sebagian peningkatannya berasal dari perusahaan high‐tech. Fenomena ini
kebetulan terjadi bersamaan dengan langkah signifikan SEC untuk membatasi
manipulasi laba dan high‐tech bubble yang banyak menyebabkan kesalahan
pelaporan. Menurut Mandasari (2011), terdapat beberapa isu yang mendasari
dilakukannya restatement oleh perusahaan yang tercatat di BEI yaitu kesalahan
saji dalam jumlah aset, pos hutang usaha, catatan atas laporan keuangan, laporan
arus kas dan kuasi reorganisasi.
Menurut Retnoasih dan Faisal (2008) bahwa pasar menganggap jika
terdapat koreksi maka atas perubahan kebijakan akuntansi dan kesalahan
mendasar dapat menyebabkan bad news walaupun penyajian kembali laporan
keuangan mengakibatkan laba yang disajikan melebihi atau kurang dari laba yang
dilaporkan sebelumnya. Tentu saja hal ini berhubungan dengan implikasi negatif
dari pelanggaran pengendalian akuntansi internal atas sistem pelaporan,
manajemen yang menyesatkan dan mungkin mengindikasikan biaya legal di masa
Griffin (2006) peristiwa pengungkapan korektif tersebut dapat mengakibatkan
penuruan harga saham yang sangat dramatis dan tajam.
Menurut Dechow (1994) laba memiliki hubungan yang tinggi terhadap
return dibandingkan arus kas, di samping itu hubungan arus kas dengan return
meningkat lebih lama pada pengukuran window (jendela), tapi laba akuntansi
tetap mendominasi. Sehingga investor lebih menyadari laba dibandingkan arus
kas pada nilai perusahaan tersebut yang direfleksikan dengan harga sahamnya.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah EPS sebelum restatement dan sesudah restatement berpengaruh positif
terhadap return saham sebelum dan sesudah restatement?
2. Apakah CFPS sebelum restatement dan sesudah restatement berpengaruh positif
terhadap return saham sebelum dan sesudah restatement?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kontribusi Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh EPS sebelum dan setelah restatement terhadap return
saham sebelum dan sesudah restatement
2. Mengetahui pengaruh CFPS sebelum dan setelah restatement terhadap return
1.3.2 Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini adalah:
1. Bagi para investor yang menggunakan laporan keuangan dapat melakukan
pengambilan keputusan yang tepat atas alokasi modal mereka pada perusahaan
yang melakukan restatement.
2. Bagi perusahaan bahwa restatement atas laporan keuangan dapat dilakukan jika
dipandang sebagai wujud komitmen dan rasa tanggung jawab kepada pasar untuk
memberikan informasi yang dapat dipercaya.
3. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penyusun regulasi seperti IAI
dan OJK dalam hal pentingnya pengawasan dan pengendalian atas peningkatan
II. TINJAUAN LITERATUR
2.1 Grand Theory
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh
masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan
asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara
manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
informasi. Untuk itu, manajer perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan. Teori sinyal
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka
menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang
lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan
membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
investor terlebih dahulu diterjemahkan sebagai sinyal yang baik (good news) atau
sinyal yang jelek (bad news).
Apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan meningkat maka informasi
tersebut dapat dikategorikan sebagai sinyal baik karena mengindikasikan kondisi
perusahaan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang dilaporkan menurun maka
perusahaan berada dalam kondisi tidak baik sehingga dianggap sebagai sinyal
yang jelek. Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa isyarat adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal yang baru diperlukan dengan
cara-cara lain. Sedangkan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual saham.
2.1.2 Earning Per Share (EPS)
Menurut Kieso, et al (2004), laba per saham seringkali dilaporkan dalam
penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan
investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. EPS
menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Karena
pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian besar perusahaan
diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi.
Menurut Weston dan Copeland (1992) faktor penyebab kenaikan dan
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
daripada persentase penurunan laba bersih.
Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena:
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
daripada persentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila
persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
2.1.3 Laporan Arus Kas
Laporan Arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang
utama dari suatu perusahaan selama satu periode (PSAK No.2, paragraf 9 tahun
2011). Laporan ini menyediakan informasi yang berguna mengenai kemampuan
memperluas kapasitas opersinya, memenuhi kewajiban keuangannya dan
membayar deviden. Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi
tentang penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu.
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas berdasarkan pada 3 kegiatan
yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan atau pendanaan (Kieso et al, 2004).
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Arus kas dari aktivitas operasi, yaitu arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi laba bersih.
b. Arus kas dari aktivitas investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi investasi dari aktiva lancar.
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada
sumber pendanaan dari luar (PSAK No. 2, paragraf 12 tahun 2011).
Arus kas dari aktivitas operasi terutama deviden dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal
dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi pemdapatan laba atau rugi
bersih. Dalam PSAK No.2, paragraph 13 tahun 2011 beberapa contoh arus kas
1. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa.
2. Penerimaan kas dari royalti, komisi dan pendapatan lain.
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang atau jasa.
4. Pembayaran kas kepada karyawan.
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, klain, anuitas dan manfaat asuransi lainnya.
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika
dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi.
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan
transaksi usaha dan perdagangan.
Terdapat dua metode alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dalam
laporan arus kas (PSAK No.2, paragraf 17 tahun 2011). Kedua metode tersebut
adalah:
a. Metode langsung
Metode ini melaporkan sumber kas operasi dan penggunaan kas operasi.
Sumber utama kas operasi adalah kas yang diterima dari para pelanggan.
Sedangkan penggunaan utama dari kas operasi meliputi kas yang dibayarkan
kepada pemasok atas barang dan jasa serta kas yang dibayarkan kepada pegawai
sebagai upah. Perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaran kas dalam suatu
operasi merupakan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Keunggulan metode ini
arus kas. Kelemahan utamanya adalah bahwa data yang dibutuhkan seringkali
tidak mudah didapat dan biaya pengumpulan umumnya mahal.
b. Metode tidak langsung
Metode ini melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan laba bersih
dan kemudian disesuaikan dengan pendapatan serta beban yang tidak melibatkan
penerimaan atau pembayaran kas. Dengan kata lain, laba bersih akrual
disesuaikan dengan menentukan jumlah bersih arus kas dari aktivitas. Keunggulan
utama dari metode tidak langsung adalah bahwa metode ini memusatkan pada
perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Dalam hal ini,
metode tersebut menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi, neraca dan
laporan arus kas. Karena datanya dapat tersedia dengan segera, maka metode tidak
langsung pda umumnya lebih mudah dibanding metode langsung.
2.1.4 Return Saham
Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai
tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return baik langsung
maupun tidak langsung .Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari
suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi.
Komponen return terdiri dari 2 jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan
capital gain (keuntungan selisih harga).
Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui
pembayaran yang bersifat periode seperti pembayaran bunga deposito, bunga
adalah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas,
sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga/jasa giro dan dividen tunai.
Sedangkan yang setara kas adalah saham bonus atau dividen saham yaitu dividen
yang dibayarkan dalam bentuk saham dan dapat dikonversi menjadi uang kas.
Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima
karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham dari suatu
instrumen investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrumen
investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar.
Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen
investasi yang memberikan capital gain.
2.1.5 Restatement (Penyajian kembali)
Akuntan akan menemukan hal-hal yang memerlukan perubahan yang
perlu untuk direvisi dalam penyajian laporan keuangan. Penyajian kembali
laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua menurut hal yang disajikan kembali
yaitu core restatement yaitu restatement yang berakibat pada hasil operasional
yang dilakukan terus-menerus dan non-core restatement yaitu restatement bukan
dari hasil operasional atau akuntansi pada satu peristiwa (Palmrose dan Schoolz
2004).
Sedangkan jenis perubahan akuntansi yang ada di praktek adalah perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan perubahan entitas pelapor
(Kieso et al. 2004). Di Indonesia perlakuan akuntansi untuk penyajian kembali
laporan keuangan dilakukan dengan menerapkan PSAK 25 tahun 2011 tentang
1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau
kondisi lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut
menggunakan PSAK tersebut.
2. Akuntansi untuk :
a. Perubahan kebijakan akuntansi
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut
disyaratkan oleh suatu PSAK atau menghasilkan laporan keuangan yang
memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi,
peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau
arus kas entitas.
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka
entitas menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk
periode sajian paling awal, dan jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk
setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru tersebut sudah
diterapkan sebelumnya.
b. Perubahan estimasi akuntansi adalah :
Penyesuaian jumlah tercatat aset atau jumlah pemakaian periodik aset,
yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan
kewajiban yang terkait dengan aset dan liabilitas dan perubahan estimasi
akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan bukan dari
c. Koreksi kesalahan periode lalu
Koreksi kesalahan periode lalu adalah penghilangan dari dan
kesalahan-pelaporan dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang
timbul dari kegagalan untuk mempergunakan, atau kesalahan penggunaan,
informasi andal yang tersedia ketika laporan keuangan untuk periode tersebut
disahkan untuk diterbitkan dan secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan
dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut.
Kesalahan di atas termasuk dampak kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan penerapan kebijakan akuntansi dan kekeliruan (oversights) atau
kesalahan interprestasi fakta, dan kecurangan. Untuk itu dilakukan koreksi
kesalahan material pada periode lalu dengan cara entitas mengoreksi kesalahan
material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama
yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan menyajikan kembali jumlah
komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan terjadi atau jika kesalahan
terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan kembali saldo awal
aset, kewajiban, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui penelitian ini dengan penelitian terdahulu di bawah ini
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variabel Temuan
Akhighe, et industry. Penelitian ini diumumkan ketika pengaruh penilaian dan perubahan laba pada perusahaan yang restate
labanya semakin
memburuk. Pengaruh negative industry ketika memiliki akrual yang tinggi dan aktiva tidak persepsi dari kredibilitas laporan keuangan manajemen berpengaruh pada dampak sesudah restatement. Formasi dari
penilaian kunci
kredibilitas dibuat oleh investor non profesional yang diikuti oleh kejadian yang menyalahgunakan kepercayaan yaitu pada laba restatement antara laporan keuangan restatement dengan nilai perusahaan, berdasarkan sampel perusahaan yang laporan keuangan yang restate di China antara January 2005 sampai
Desember 2009.
tahun restatement. Nilai perusahaan dalam perusahaan yang restate signifikan lebih rendah dibandingkan perusahaan pengumuman restatement, yang mengindikasi bahwa konsekuensi yang merugikan disebabkan oleh laporan keuangan yang restate melampaui jangka pendek, padahal dapat juga jangka panjang. Tidak ditemukan nilai perusahaan yang menurun yang disebabkan oleh laporan keuangan yang restate dengan inti akuntansi (penurunan pendapatan) dibandingkan yang restatement
Deviasi dari rata-rata industri untuk perputaran piutang usaha variabilitas arus kas untuk laba bersih menyediakan barometer yang baik untuk mendeteksi kecurangan akuntansi. Perusahaan yang potensial restate memiliki taksiran perputaran piutang yang tinggi dari pada industry
yang sama dan
kenaikan (penurunan) dalam perputaran piutang usaha (operating cash flow to net income) secara signifikan kemungkinan naik pada saat restatement
Dewi (2013) Reaksi Pasar atas Accounting
Pasar bereaksi positif atas restatement. Reaksi yang positif adalah bertolak
belakang dengan
Pasar tidak memberikan reaksi yang berbeda meskipun terdapat perbedaan penyebab restatement, maupun perbedaan isu restatement
masih dapat dipercaya. penuruan yang berikutnya atas restatement dan mulai menandai turunnya harga pasar beberapa
bulan sebelum
pengumuman sehingga dampak dari restatement sebesar tiga kali lipat
akibat di awal
pengumuman. Sumber: Data yang diolah
2.1.7 Pengembangan Hipotesis
2.1.7.1 Pengaruh Earning Per Share Sebelum dan Sesudah Restatement Terhadap Return Saham Sebelum dan Sesudah Restatement
EPS akan sangat membantu investor karena informasi EPS bisa
menggambarkan prospek earning suatu perusahaan di masa yang akan datang
karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada
semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik
investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal
tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga
saham akan meningkat, dengan demikian EPS berpengaruh positif terhadap
return saham sesuai dengan penelitian Triyono dan Jogiyanto (2000).
Hasil penelitian dari Dodd dan Chen (1996) menunjukkan bahwa EPS
berpengaruh positif terhadap return saham demikian juga dengan hasil penelitian
Wulandari (2005), Purnomo (1998) masing-masing menunjukkan bahwa EPS
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham. Namun
faktor fundamental yang diteliti termasuk EPS tidak signifikan terhadap return
saham.
Laba digunakan sebagai bagian dari ratio harga laba, perluasan penggunaan
metode penilaian pada analisis saham (Block, 1999). Laporan laba yang keliru
mendorong investor untuk melebihkan atau mengurangi nilai saham. Hayn
(1995), menunjukkan bahwa tingkat cross–sectional pengembalian laba (atau harga) perusahaan yang dilaporkan mengalami kerugian jauh lebih lemah
dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan keuntungan. Wu (2003)
meneliti secara signifikan terdapat return negatif dimulai setidaknya dari 169 hari
pada saat perdagangan sebelum restatement diumumkan, maupun setelah
pengumuman arah return negatif setidaknya 85 hari setelah pengumuman
Moore and Pfeiffer (2004) menginvestigasi apakah perusahaan yang
melakukan penyajian kembali laba mengubah strategi laporan keuangannya
menjadi kurang agresif setelah restatement. Lebih lanjut mereka mendalilkan
bahwa semakin agresif strategi laporan keuangan perusahaan semakin besar
komponen akrual labanya. Investor memiliki kepercayaan awal tentang risiko dan
return yang diharapkan atas saham perusahaan serta ekspektasi earning power
perusahaan saat ini dan masa datang. Kepercayaan ini didasari oleh informasi
yang telah tersedia di publik, termasuk harga saham sampai net income
perusahaan yang baru diumumkan. Investor yang sudah meningkat
kepercayaannya terhadap profitablitas dan return perusahaan masa datang, akan
membeli saham pada harga pasar berlaku, sehingga volume saham yang
Palmrose dan Scholz (2004) menemukan bahwa pengumuman return
berhubungan terhadap variasi karakteristik restatement seperti kecurangan, jumlah
akuntansi dan berdampak pada laba. Penyajian kembali laba memberikan informasi
baru mengenai laba dan informasi hasil-hasil analisis yang dilakukan berdasarkan
laba. Informasi baru ini sesuai dengan Efficiency Market Hypotesis yang akan
membuat para pelaku pasar bereaksi dan melakukan tindakan untuk merespon
informasi baru tersebut.Penyajian kembali laba dapat berpotensi menjadi sinyal
jelek untuk investor dan para pengguna laporan keuangan. Ahmed dan Goddwin
(2007) beragumentasi bahwa kesalahan akuntansi menjadi suatu perhatian bagi
stakeholder dan regulator seperti SEC di Amerika Serikat. Good news pada laba
diindikasikan saat laba yang dikoreksi pada tahun berjalan melebihi laba yang
disajikan di tahun sebelumnya dan bad news jika terjadi sebaliknya.
Grifin (2006) menyebutkan peristiwa pengungkapan korektif dapat
mengakibatkan penurunan harga saham yang sangat dramatis dan tajam.
Sedangkan Wallace (2000) menemukan bahwa penurunan harga saham
berhubungan signifikan dengan pengaruh peristiwa yang dilaporkan di media dan
penyajian kembali laporan keuangan merupakan salah satu peristiwa yang dapat
mempengaruhi reaksi pasar.
Ha1: EPS sebelum dan sesudah restatement mempunyai pengaruh positif terhadap
2.1.7.2 Pengaruh Arus Kas Operasi Sebelum dan Sesudah Restatement terhadap Return Saham sebelum dan sesudah Restatement
Secara teori, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka
semakin tinggi kepercayaaninvestor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin
besar pula nilai expected return saham. Sebaliknya, semakin rendah arus kas
operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada
perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai expected return saham.
Bowen et.al (1986) menyatakan bahwa manfaat laporan arus kas adalah
untuk memprediksi kegagalan, menaksir risiko, memperediksi pemberian
pinjaman, penilaian perusahaan, dan memberikan informasi tambahan pada pasar
modal. Livnat dan Zarowin (1990) yang menguji komponen arus kas
menunjukkan hasil bahwa komponen arus kas menunjukkan hubungan positif
yang lebih kuat dengan abnormal return begitu juga dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Manurung (1998) bahwa arus kas aktivitas operasi yang surplus
menunjukan korelasi yang positif dengan kinerja saham demikian juga Diana dan
Kusuma (2004) yang membuktikan bahwa arus kas operasi sangat penting dalam
menjelaskan return saham.
Ha2: CFPS sebelum dan sesudah restatement mempunyai pengaruh positif terhadap
2.1.8 Desain Penelitian
Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1 Desain Penelitian
Sumber: Data yang Diolah Arus Kas Per Lembar Saham (Cash Flow Per
share) (X2) sebelum dan sesudah restatement Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) (X1) sebelum
dan sesudah
restatement Return Saham
III. METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs
resmi BEI, yahoo finance dan Indonesian Capital Market Electronic Library
(icamel) yang terdiri dari:
a. Laporan keuangan Tahunan, diperoleh dari situs resmi BEI.
b. Tanggal publikasi laporan keuangan, diperoleh dari icamel.
c. Harga saham penutupan harian, diperoleh dari situs yahoo finance.
3.2 Sampel
Penelitian ini dilaksanakan dengan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI.
2. Pernah melakukan restatement selama periode 2009 sampai dengan 2012
(periode laporan keuangan tahun 2008 sampai dengan 2011).
3. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap, data tanggal publikasi
laporan keuangan dan data perdagangan saham yang dapat diakses melalui
situs resmi BEI, icamel maupun Yahoo Finance.
4. Tidak melakukan transaksi akuisisi, merger maupun pembagian dividen
5. Bukan disebabkan karena perubahan kebijakan dan estimasi akuntansi
akibat konvergensi/penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK)-International Financial Reporting Standard (IFRS).
Perusahaan yang melakukan restatement dikarenakan melakukan akuisisi
ataupun merger dikeluarkan dari sampel untuk menghindari hasil yang bias. Studi
terdahulu menunjukkan bahwa akuisisi dan merger dapat mempengaruhi reaksi
pasar (Hapsari, 2012; Mutmainah, 2009). Demikian pula untuk perusahaan yang
melakukan restatement namun melakukan pembagian dividen atau
mengumumkan dividen di periode yang sama, dikeluarkan dari sampel.
Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah laporan keuangan dan
informasi perdagangan saham perusahaan berupa return saham harian sebelum
dan sesudah restatement yang diakumulasi selama satu tahun dari indeks harga
saham harian pada saat penutupan.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan untuk periode 2008 sampai dengan
periode 2011 terdapat populasi laporan keuangan sebanyak 1392 laporan
keuangan. Dari jumlah tersebut ditemukan hanya sebanyak 102 perusahaan yang
melakukan restatement, namun tidak semua diambil karena yang diambil hanya
berdasarkan kriteria sampel seperti yang disebutkan di atas, untuk EPS yang
melakukan penyajian kembali terdapat 51 sampel dan CFPS yang melakukan
penyajian kembali laba sebanyak 41 sampel.
Pengumpulan data diawali dengan mencari perusahaan yang memenuhi
kriteria sampel. Pencarian perusahaan yang melakukan restatement dilakukan
dengan menelusuri laporan keuangan tahunan perusahaan yang tercatat di BEI.
Penelusuran dimulai dari laporan auditor independen, laporan keuangan, hingga
catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan diperoleh melalui Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) BEI.
Laporan keuangan tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan data
perusahaan yang hendak dijadikan sampel, melainkan juga digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai nilai aset, perubahan laba, auditor/KAP,
penyebab restatement. Tanggal restatement merupakan tanggal penyampaian
laporan keuangan dan diperoleh dari Bapepam. Data lain yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah tanggal restatement. Dikarenakan restatement yang
dilakukan oleh perusahaan bersamaan dengan laporan keuangan tahunan, maka
tanggal restatement sama dengan tanggal penyampaian laporan keuangan. .
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
variabel, dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Dalam
penelitian ini definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Dalam melakukan investasi dalam saham, seorang investor selalu
mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return saham merupakan tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya (Ang 2001). Dalam teori pasar modal, tingkat pengembalian yang
diterima oleh seorang investor dari saham yang diperdagangkan di pasar modal
(saham perusahaan go public) biasa diistilahkan dengan return. Dalam pasar
saham tidak selalu menjanjikan suatu return yang pasti bagi investor.
Persepsi yang positif terhadap kinerja perusahaan akan membawa harga
saham ke tingkat yang lebih tinggi dari harga yang semula. Hal ini disebabkan
saham tersebut memberikan return yang optimal. Sebaliknya jika ternyata
membuat persepsi yang negatif bagi investor, maka harga saham akan bergerak ke
arah yang lebih rendah dari sebelumnya. Yogiyanto (2005) membedakan return
saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi
dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting sebagai dasar
pengukuran kinerja perusahaan, serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi
dan resiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return
yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti (belum
terjadi).
Jenis return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi
atau sering disebut actual return yang merupakan capital gain yaitu selisih antara
harga saham periode saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya dibagi
dengan harga saham periode sebelumnya. Actual return masing-masing saham
penutupan hari sebelumnya, dibagi dengan harga penutupan harisebelumnya
dirumuskan sebagai berikut:
Rit = Pit – Pit -1
Pit -1
Di mana:
Rit = Return sekuritas ke i pada tahun ke t
Pit= Harga sekuritas ke i pada hari penutupan ke t
Pit-1 = Harga sekuritas ke i pada hari penutupan ke t-1
2) Variabel bebas (independent)
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.2 Pengertian Laba Per Saham (Earning Per Share/EPS)
Besarnya EPS dapat diketahui dari informasi laporan keuangan
perusahaan. Entitas menghitung jumlah laba per saham dasar atas laba atau rugi
yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika
disajikan, laba atau rugi dari operasi normal berkelanjutan yang dapat
didistribusikan kepada pemegang saham biasa tersebut (PSAK 56 tahun 2011).
Tujuan informasi laba per saham dasar adalah menyediakan ukuran mengenai hak
setiap saham biasa entitas induk atas kinerja entitas selama periode pelaporan.
Komponen penting yang dalam analisis perusahaan menurut Tandelilin
(2001)adalah laba bersih setelah pajak per lembar saham. EPS menilai pendapatan
bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa (Weygandt et al 2010). Laba per
kepada pemegang saham biasa entitas induk (pembilang) dengan jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar (penyebut) dalam suatu periode dengan
rumus sebagai berikut :
EPS = Laba Bersih
Jumlah Saham Beredar
3.4.3 Pengertian Arus Kas Operasional (Cash Flow per Share/CFPS)
Arus kas yang digunakan adalam penelitian ini adalah arus kas operasional
yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Arus kas operasi ini
merupakan salah satu komponen yang digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan aset
berupa kas dan setara kas.
Adapun arus kas yang masuk dan keluar dari kegiatan operasi mencakup
antara lain: arus kas yang masuk dari penjualan barang dan jasa, pendapatan
dividen, pendapatan bunga, dan penerimaan operasi lainnya, arus kas yang keluar
untuk pembayaran kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran kepada
karyawan, bunga yang dibayarkan atas hutang perusahaan, pembayaran pajak, dan
pengeluaran operasi lainnya. Arus kas operasi pada penelitian ini diproksi
menggunakan selisih antara arus kas operasi masuk dengan arus kas operasi
keluar dan dibagi dengan jumlah saham beredar
Arus kas operasional per lembar saham (CFPS) dihitung dengan rumus:
CFPS = CFO Masuk – CFO Keluar
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (PSAK No. 2, paragraf 12 tahun
2011).
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran data dengan kriteria nilai
rata-rata, standar deviasi, varians, maksimum, minimum. Tujuannya adalah untuk
menjelaskan karakteristik data yang digunakan di dalam penelitian.
3.5.2 Uji Hipotesis
Mengikuti penelitian sebalumnya oleh Shough dan Tao (2007), pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda
bertujuan untuk memprediksi berapa besar kekuatan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan terhadap hasil uji
hipotesis
H0: µa = µb, jika sign. t > 0,05
Analisis untuk menguji hipotesis digunakan alat uji regresi linier berganda
dengan bantuan program SPSS. Persamaan statistik pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen digambarkan ke dalam formula berikut:
Return = a + b1EPS + b2POST*EPS + e (1)
Return = a + b1CFPS + b2POST*CFPS + e (2)
Di mana:
Return = 12 bulan return saham yang diakumulasi sebelum dan sesudah
restatement
EPS = earnings per share pertahun tidak termasuk item extraordinary
Post = 1 untuk periode sesudah pengumuman restatement, 0 untuk periode
sebelum restatement
CFPS = cash flow per share, diukur sebagai arus kas operasi
e = error
3.5.3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data yaitu bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk melihat apakah model regresi
b. Uji Autokolerasi
Uji Autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
berganda linier ada kolerasi kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
EPS sebelum restatemet terhadap return saham tidak berpengaruh positif
terhadap return saham. Ini menunjukkan bahwa para investor telah
mengetahui adanya sinyal untuk meningkatkan EPS sebelum restatement
sehingga return meningkat, dengan tujuan untuk menarik para investor
membeli saham perusahaan sedangkan EPS sesudah restatement terhadap
return saham tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, hal ini
dikarenakan kondisi efisiensi pasar modal Indonesia semikuat. Penelitian ini
juga tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang berlatar belakang
Amerika Serikat dalam hal ini EPS sebelum dan sesudah restatement tidak
berhasil membuktikan pengaruh signifikan terhadap return saham.
CFPS sebelum restatement dan sesudah restatement terhadap return
saham tidak berpengaruh positif terhadap return saham karena investor tidak
menggunakan informasi arus kas operasi sebagai dasar pengambilan
keputusan berinvestasi. Hal ini dimungkinkan karena informasi arus kas
operasi hanya memberikan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas
keluar tanpa dapat memberikan kepastian bagi investor untuk memperoleh
arus kas dalam bentuk deviden karena kebijakan pembagian deviden
dan laba akuntansi kadangkala memberikan informasi yang bertentangan,
yaitu kenaikan laba dapat diikuti oleh penurunan arus kas.
5.2. Saran
1. Penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang restatement di
Indonesia atas EPS dan CFPS, namun penelitian ini memiliki keterbatasan
yaitu pada EPS sebelum dan sesudah restatement terhadap return saham
dengan nilai R Square sebesar 4,7% yang berarti terdapat sisa 95,3%
memiliki kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi return saham.
Begitu juga dengan CFPS sebelum dan sesudah restatement terhadap return
saham dengan nilai R Square sebesar 2,23% yang berarti terdapat sisa 97,7%
memiliki kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi return saham.
2. Penelitian ini menggunakan 102 sampel dari EPS sebelum dan sesudah
restatement terhadap return saham serta 82 sampel dari CFPS sebelum dan
sesudah restatement terhadap return saham dengan periode pengamatan
2008-2011. Sehingga hasil penelitian ini belum dapat mencerminkan kondisi
EPS dan CFPS sebelum dan sesudah restatement terhadap return saham.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, K dan J.Goodwin, 2007 An Empirical Investigation of earnings restatements by Australian firms. Accounting and Finance, 47: 1-22
Akhighe, Aigbe, Ronald J. Kudla dan Jeff Madura, 2008. Industry Signals Relayed by Corporate Earning Restatements. The Financial Review 43 (2008) 569-589
Aitken, M.J. 2002. Pengaruh pengumuman deviden terhadap stock return di sekitar tanggal pengumuman. Media Riset Akuntansi Auditing dan Informasi, 3(1):76-99
Almer, Elizabeth Dreike, Audrey A. Gramling dan Steven E. Kaplan 2008, Impact of Post-Restatement Actions Taken by a Firma on Non-Profesional
Investors’ Credibility Perceptions. Journal of Business Ethics 80:61–76
Anderson, K.L, dan Yhon, T.L. 2002. The effect of 10-K restatements on firm
value, information asymmetrics and investors’ reliance on earnings.
Working Paper, Georgetown University, Washington, D.C
Anis, L., 2003. Pengaruh pengumuman deviden terhadap stock return di sekitar tanggal pengumuman. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, 3 (1):76-99
Ang, Robert. 1997. Pasar Modal Indonesia. Media Soft Indonesia. Jakarta.
Ball, R. dan Brown, P., 1968. An empirical evaluation of accounting numbers.
Journal of Accounting Research, 6: 159-178.
Belkaoui. 2007. Teori Akuntansi Buku 1. Edisi ke lima Jakarta: Salemba Empat.
Block, S.B. A. 1999. Study of Financial Analysts: Practice and Theory Financial Analysts Journal, 55 : 86–95.
Board J.L.G dan J.F.S day. 1989. The information content of cash flows figure. Accounting and Business Research, Winter 3-11.
Bowen, Robert M., David Burgstahker, dan Lane A, Daley. 1986. Evidence on The Relationship between Earnings and Various Measures of Cash Flows. The Accounting Review. XI(4): 213–225.
Brigham, Euge F dan Houston, Joef F. 1998. Fundamentals of Financial Management, Eight Edition, The Dryden Press Orlando.
Clubb, C.D.B. 1995. Accounting Earnings and Cash Flow as Measures of Firm Performance the Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics, 18 : 3-42.
Chen Ma, Junrui Zhang 2012 Research on Impact of Financial Restatement on Firm Value in Chinese Listed Firms. School of Management, Xi’an Jiaotong University, China, SSRN.
Dabo, Abdoulaye , Colorado College, Judith A. Laux, Colorado College, A Probability Model For Earnings Restatement. Journal of Business & Economics Research 10 (11), (Online) http://www.clutenstitute.com/2012 diakses 8 April 2013.
Dechow, P. M. 1994. Accounting earnings and cash flows as measures of firm performance. The role of accounting accruals. Journal of Accounting and Economics 18: 3-42.
Dewi, Dian Nirmala (2013), Reaksi Pasar atas Accounting Restatement, Tesis tidak diterbitkan. Program Ilmu Akuntansi, Universitas Lampung.
Diana Rahma Shinta dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Konstektual Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7 No. 1, 74-90
Files. Rebecca, Edward P. Swanson dan Senyo Tse. 2009. Stealth Disclosure of Accounting Restatements. The Accounting Review, American Accounting Association Vol. 84, No. 5 DOI: 10.2308/accr.2009.84.5.1495 pp.1495-1520
General Accounting Office., 2002, Financial Statement Restatementts: Trends, Market Impacts, Regulatory Responses, and Remaining Challenges. Washington, D.C. GAO-03-138.
Griffin, P.A. 2006, Financial Anlysts Responses to restatement and Corrective Disclosure. Journal Accounting Auditing and Finance 18(3): 479
Gujarati, Damodar N, dan Dawn C. Porter. 2011, Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi 5, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Hapsari, Hartika Risetyo, 2012. Analisis Reaksi Pasar Modal terhadap Keputusan Merger dan Akuisisi Perusahaan pada Industri yang sama di Bursa Efek Indonesia Periode 1998-2008. Accounting and Business Information System 1(1),
Hayn, C. 1995., The Information Content Of Losses, Journal of Accounting and Economics 20: 125-153.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta.
IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors, 1 January 2012
Kieso, Donald E, Jefry J Weygand dan Terry D Warfield, 2004, Intermediate Accounting, 12th edition, New York, Jhon Wiley and Son.
Kusumawati, Rita. 2004. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental terhadap return Saham Kasus pada Perusahan Manufaktur Di BEJ Periode 1998-2001. Jurnal Analisis Bisnis dan Ekonomi, Vol 2. Hal 69-83.
Livnat J dan P Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash Flows Components. Journal of Accounting and Economics 13: 25-46.
Mandasari, Laras 2011. "Faktor Transaksi dengan Pihak Istimewa, Financial Leverage dan Strategi Akuisisi dan Auditor terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Akuntansi UPN Veteran Jakarta.
Manurung, Adler H (1998),”Analisis Arus Kas terhadap tingkat pengembalian saham di BEJ,Usahawan no.5 th.XXVII, Mei 1998
McConnel, S.J dan C.J Muscarella 1985, Corporate Capital Expenditure Decision and the Market Value of the Firm, Journal of Financial Economic, 14,: 399-420.
Miller, M dan Rock, K 1985., Dividen Policy Under Assymetric Information. Journal Of Finance, 40:1031-1051
Moore, E. A., dan R. J. Pfeiffer. 2004. The effects of financial statement restatements on firms’ financial reporting strategies. Working paper, University of Massachusetts, Amherst, MA.
Mutmainah, 2009. Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan Akuisisi di Indonesia. Jurnal Management Teori dan Terapan Tahun 2 (2).
Palmrose, Z. V., V. Richardson, and S. Scholz, 2004a. The determinants of market reactions to restatement announcements, Journal of Accounting and Economics 37:59-89.
Palmrose, Z. V. dan S. Scholz, 2004b. The circumstances and legal consequences of non-GAAP reporting: Evidence from restatements, Contemporary Accounting Research, 21, 139-180.
Purnomo, Yogo . 1998. “Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham”, Usahawan, Desember. No.12, Th XXVII:33-38
Retnoasih, Dian dan Faisal, 2008., Penyajian kembali Laba oleh Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 8(1): 95-108
Santoso, Singgih. 2000. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Salavei, Katsiaryna dan Joseph Golec, John P. 2010., Harding, Do investors see
through mistakes in reported earnings? Department of Finance Fairfield University
Shough, Evan dan Andrew Tao, 2007,The Relationship of Returns to Earnings and Cash Flows Before and After Restatement., University of North Carolina – Greensboro, Working Paper
Skousen. et al., 2009, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. SAS No.99
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian.Alfabeta, Bandung.
Triyono dan Yogiyanto Hartono, 2000, Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga atau Return Saham ,Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3(1)
Tendelilin, Eduardus, 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: PT BPFE Yoyakarta.
Utami ,Dillah (1999),Muatan Informasi Tambahan Arus Kas dari aktivitas Operasi, Investasi,dan Pendanaan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi.Vol.1 no.1
Wallace, W, 2000. The Value Relevance of Accounting: The rest of the story European Management Journal 18:675-682
Wahyuni, Sri 2002. Analisa Kandungan Informasi laporan arus kas di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, vol17, no.2,p.200- 210
Weston. J. Fred dan Thomas Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Jilid 1, Edisi ke Delapan. Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Weygandt, J. J. Kimmel, P.D., dan Keiso, D. E. 2010. Financial Accounting (7th ed.). Hoboken, NJ: John Wiley
Wulandari, Catur. 2005. Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental terhadap Perubahan Harga Saham di BEJ. Tesis tidak diterbitkan. FE UMM.
Wu, M. 2002. Earnings restatements: a capital market perspective. Working Paper, New York University
Yuristisia, Citra dan Lukviarman, Niki 2008., Analisis Hubungan Antara Strong Boards dan External Governance terhadap Accounting Restatement, Jurnal Siasat Bisnis. 12(2): 89-114.