PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL
VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR
(PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN
PERUSAHAAN PRODUKSI
Ian Darma Saputra, Haryadi Sarjono
Department of Management, School of Business Management (SoBM),
Bina Nusantara University, KH. Syahdan Street No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat, 11480, Indonesia
Iandarma.saputra@yahoo.com
Abstract
PT Surya Prime Bieber has some foreign suppliers and has 2 outlets. The type and quantity of products
demanded by customers vary in each outlet. To determine the level of service and the level of corporate
profits, then conducted the study in order to evaluate the performance of the company's supply chain in
the SCOR Model approach. This study also revealed differences in the application of SCOR model in the
company's distributors with the production company. Method of quantitative and qualitative research.
The results achieved in this study Perfect Order Fulfillment (POF) 100%, Order Fulfillment Cycle Time
(OFCT) 1 day, Cost Of Good Sold (COGS) 61.10%, Cash To Cash Cycle Time (CTCCT) 1 day.
Conclusions from this research that the product is shipped supplier is always in good shape and distance
delivery Lestari PT Surya Prime is likely close to the outlet so OFCT very short. (Ian)
Abstrak
PT Surya Perdana Lestari memiliki beberapa pemasok di luar negeri dan memiliki 2 outlet. Jenis dan
jumlah produk yang diminta oleh pelanggan berbeda-beda dalam setiap outletnya. Untuk mengetahui
tingkat pelayanan dan tingkat profit perusahaan, maka dilakukan penelitian ini guna mengevaluasi
kinerja rantai pasokan di perusahaan tersebut dengan pendekatan SCOR model. Penelitian ini juga
mengungkap perbedaan penerapan SCOR model dalam perusahaan distributor dengan perusahaan
produksi. Metode penelitian bersifat kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini
Perfect Order Fulfillment (POF) 100%, Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) 1 hari, Cost Of Good Sold
(COGS) 61,10%, Cash To Cash Cycle Time (CTCCT) 1 hari. Simpulan dari penelitian ini bahwa produk
yang dikirim pemasok selalu dalam kondisi yang baik dan jarak pengiriman PT Surya Perdana Lestari
cenderung dekat dengan outlet sehingga OFCT sangat singkat.(Ian)
Kata Kunci : SCOR model, kinerja rantai pasokan, distributor
PENDAHULUAN
PT Surya Perdana Lestari adalah salah satu perusahaan distributor minuman wine (non produksi) yang terletak di Jakarta Selatan dan memiliki dua outlet minuman wine diantaranya Connoiseur yang berada di Mall Cilandak Town Square dan Apero yang berada di Mall City Walk. Dalam pengadaan produknya, perusahaan memesan dari berbagai pemasok yang berasal dari luar negeri (import). Beberapa permasalahan yang terjadi di PT Surya Perdana Lestari, yaitu pertama, jenis dan jumlah produk terkadang tidak memenuhi permintaan konsumen, hal tersebut menjadi kendala dalam tingkat pelayanannya. Kedua, dikarenakan pemasok berada di luar negeri maka terjadi keterlambatan pengiriman yang berakibat pada permintaan pelanggan yang tidak terpenuhi. Ketiga, biaya pengadaan produk import juga mempengaruhi pertimbangan apakah produk tersebut dapat sampai di perusahaan. Berikut data jenis wine yang persediaannya tidak memadai
Dengan menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat, maka dibutuhkan langkah strategis yang dapat diketahui dari evaluasi kinerja supply chain pada PT Surya Perdana Lestari, sehingga PT Surya Perdana Lestari dapat mengetahui apakah kebutuhan konsumennya sudah terpebuhi secara lengkap. Perusahaan perlu memperhatikan pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan dan dari perusahaan ke konsumen agar dapat bertahan ditengah persaingan. Sampai saat ini, PT Surya Perdana Lestari belum pernah meninjau ulang mengenai kinerja rantai pasokan perusahaan secara objektif. Mengukur kinerja rantai pasokan sangat penting dalam suatu bisnis di perusahaan besar. Dampak yang terjadi jika tidak melakukan evaluasi dalam kinerja rantai pasokan yaitu
perusahaan tidak dapat menemukan penyebab permasalahan yang terjadi sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya pendapatan perusahaan.
Selain perusahaan distributor (PT Surya Perdana Lestari) penulis juga akan mengevaluasi kinerja rantai pasokan di perusahaan produksi yaitu PT Rohul Sawit Industri, perusahaan ini bergerak dibidang minyak kelapa sawit. Permasalahan yang dihadapi PT Rohul Sawit Industri adalah keterlambatan pengiriman bahan baku dari pemasok. Dengan adanya penelitian ini akan diukur seberapa besar usaha yang telah dikerahkan oleh PT Rohul Sawit Industri selama ini jika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.
Dalam penelitian ini penulis mengukur kinerja rantai pasokan dengan menggunakan metode SCOR model di perusahaan distributor (PT Surya Perdana Lestari) dan perusahaan produksi (PT Rohul Sawit Industri) kemudian penulis juga menjabarkan perbedaan penerapan SCOR model antara perusahaan distributor dengan perusahaan produksi.
Kinerja rantai pasokan yang akan diukur meliputi tingkat pelayanan perusahaan ke konsumen dan besarnya profit perusahaan. Pengukuran kinerja rantai pasokan menggunakan metode Suppy Chain Operation Reference (SCOR). SCOR Model merupakan hasil perancangan dari Supply chain Council (SCC) dengan beberapa versi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan SCOR model versi 10.0, dimana dalam SCOR itu sendiri terdapat 5 proses inti, yaitu plan, source, make, deliver, return dan memiliki 3 level dalam menganalisa kinerja pasokan. Selain itu dalam penelitian ini penulis menjabarkan perbedaan penerapan SCOR model pada perusahaan distributor dengan perusahaan produksi.
Dari pengukuran kinerja rantai pasokan dengan menggunakan SCOR Model, diharapkan perusahaan mampu mengetahui seberapa besar kinerja perusahaan sampai saat ini dibandingkan dengan pesaingnya. Selain itu, perusahaan juga diharapkan mampu mengetahui letak kelemahan dalam bersaing di perindustrian.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganalisa masalah perusahaan dengan judul “PEMBUKTIAN
PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI.”
1.1
Identifikasi Masalah
Dari penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan. Maka identifikasi atau rumusan masalah yang akan
menjadi dasar penelitian ini, yaitu:1) Bagaimana penerapan SCOR model versi 10.0 pada perusahaan distribusi dalam hal ini kasus PT Surya Perdana Lestari?
2) Bagaimana pembuktian penerapan SCOR model versi 10.0 pada perusahaan produksi dalam hal ini kasus PT Rohul Sawit Industri?
3) Bagaimana perbedaan penerapan SCOR model versi 10.0 pada perusahaan distributor dengan perusahaan produksi?
1) Untuk mengetahui penerapan SCOR model versi 10.0 pada perusahaan distribusi dalam hal ini kasus PT Surya Perdana Lestari.
2) Untuk mengetahui penerapan SCOR model versi 10.0 pada perusahaan produksi dalam hal ini kasus PT Rohul Sawit Industri.
3) Untuk mengetahui perbedaan penerapan SCOR model versi 10.0 pada perusahaan distribusi dengan perusahaan produksi
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu fenomena/permasalahan yang terjadi. Penelitian Cross Sectional yaitu penelitian yang terdapat batasan waktu (hari,minggu,bulan atau tahun).
Terdapat dua jenis data penelitian yaitu data kuantitatif (berupa angka) dan data kualitatif (berupa kata-kata). Sumber data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data primer (data yang berasal dari wawancara) dan data sekunder (data yang berasal dari studi kepustakaan). Kemudian teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta metode analisis nya menggunakan SCOR model versi 10.0
HASIL DAN BAHASAN
Tabel 1 Metrik Level 1 Perusahaan Distributor (PT Surya Perdana Lestari)
Atribut Kinerja Level 1 Metrik
Data
Aktual Superior Advantage Parity
Requ ireme nt Gap Oppor tunity
Supply chain reliability
Perfect Order Fulfillment (POF) 100% 100% 91,67% 72,72% - - Supply chain responsiveness Order Fulfillment Cycle Time
(OFCT) 1 hari 7 hari 4 hari 3 hari 6 hari -
Supply chain flexibility
Upside Supply chain Flexibility
(USCF) N/A N/A N/A N/A N/A N/A
Supply chain cost
Cost of Good Sold
(COGS) 61,10% 7,41 % 26,80 % 92% 34,3 % Rp 10.50 9.301,
42
Supply chain asset management
Cash- to- Cash Cycle Time
(CTCCT) 1 hari 1 hari 1 hari 11 hari 10 hari -
Perfect Order Fulfillment (POF) adalah persentase pesanan yang memenuhi kinerja pengiriman dengan
dokumentasi yang utuh dan akurat dan tanpa kerusakan pengiriman. POF dari PT Surya Perdana Lestari dari hasil pengukuran level 1 sebesar 100%. Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) adalah waktu siklus aktual rata-rata yang secara konsisten diterima untuk memenuhi pesanan konsumen. Untuk setiap pesanan, waktu siklus dimulai dari penerimaan pesanan dan berakhir saat konsumen menerima pesanan tersebut. OFCT dari PT Surya Perdana Lestari berjumlah 1 hari. Upside Supply chain Flexibility (USCF) adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tak terencana secara berkelanjutan sebanyak 20% dari jumlah produk yang dikirim. Dalam penelitian ini USCF tidak tersedia dikarenakan PT Surya Perdana Lestari tidak pernah mengalami peningkatan tak terencana secara berkelanjutan sebanyak 20% dari jumlah produk yang dikirim.
Cost of Goods Sold (COGS) adalah biaya yang terkait dengan pembelian bahan baku dan menghasilkan
barang jadi. Biaya ini meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan) dan biaya tidak langsung (overhead). Berdasarkan dari observasi, penulis hanya mendapatkan data biaya administrasi dan biaya tenaga kerja dikarenakan objek penelitiannya berupa perusahaan non produksi (distributor). COGS pada PT Surya Perdana Lestari sebesar 61,10% lebih besar dibandingkan advantage. Cash-to-cash cycle time (CTCCT) adalah waktu yang dibutuhkan bagi sebuah investasi untuk mengalir kembali ke perusahaan setelah dibelanjakan untuk bahan baku. CTCCT dari PT Surya Perdana Lestari berjumlah 1 hari sangat singkat dibandingkan parity, ini menunjukkan tingkat supply chain di PT Surya Perdana Lestari sudah sangat baik.
Tabel 2 Metrik Level 1 Perusahaan Produksi (PT Rohul Sawit Industri)
Atribut Kinerja
Level 1 Metrik
Data
Aktual Superior Advantage Parity
Requirement Gap Opportunity Supply chain reliability Perfect Order Fulfillment (POF) 87,07% 89,38% 76,89% 65,50% 2,31% Rp 881.922.248,4 Supply chain responsiveness Order Fulfillment Cycle Time (OFCT)
2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
Mempertahankan jumlah waktu pengiriman yang cepat
Atribut Kinerja
Level 1 Metrik
Data
Aktual Superior Advantage Parity
Requirement Gap Opportunity Supply chain flexibility Upside Supply Chain Flexibility
(USCF) N/A N/A N/A N/A - -
Supply chain cost
Cost of Good Sold (COGS) 77,13% 83,50% 51,43% 81,12% 25,7% Rp 13.400.000.000 Supply chain asset management Cash -to - Cash Cycle Time (CTCCT)
1 hari 2 hari 3 hari 2 hari 1 hari
Mempertahankan jumlah waktu pengiriman yang
cepat
POF dari PT Rohul Sawit Industri dari hasil pengukuran level 1 sebesar 87,07%. OFCT dari PT Rohul Sawit Industri berjumlah 2 hari. COGS pada PT Rohul Sawit Industri sebesar 77,13% lebih besar dibandingkan
advantage. CTCCT dari PT Rohul Sawit Industri berjumlah 1 hari sangat singkat dibandingkan parity, ini
Dari gambar diatas, dapat dilihat PT Rohul Sawit Indutri melakukan proses planning dengan kode berupa P1, P2, P3, P4, P5, proses execution dengan kode berupa S2, M2, D2, DR1, SR1 dan enable. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan yang dihadapi PT Rohul Sawit Industri adalah keterlambatan pengiriman bahan baku dengan kode S2 (Source to order).
Dalam SCOR model level 2, terdapat dua jenis pemetaan yaitu geographic map dan thread diagram. Keduanya digunakan untuk menjelaskan aliran material dan aliran informasi dari pemasok ke pelanggan.
Gambar 2 Geographic Map pada PT Rohul Sawit Industri
Keterangan : Pengiriman
Pengembalian
Dari gambar diatas, dapat dilihat pengiriman dan pengembalian produk antara pemasok, PT Rohul Sawit Indutri dan pelanggan. Selanjutnya, penulis membuat thread diagram guna memperjelas dalam pencarian penyebab permasalahan dari PT Rohul Sawit Industri.
Gambar 3 Thread Diagram pada PT Rohul Sawit Industri
Keterangan : Aliran MaterialAliran Informasi
Dari gambar diatas, dapat dilihat aliran material dan aliran informasi produk antara pemasok, PT Rohul Sawit Indutri dan pelanggan. Penyebab permasalahan terjadi di S2 (source to order) pengadaan material bila ada pesanan dan M2 (make to order) proses produksi bila ada pesanan. Dari S2 dan M2 tidak terhubung dengan baik seharusnya terdapat aliran informasi yang terhubung pada S2 dengan M2 sebab aktivitas pengadaan material (bahan baku) membutuhkan informasi seberapa banyak material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Hal ini juga dapat menjadi penyebab keterlambatan pada pengadaan bahan baku.
Gambar 4 Pemetaan Level 3 pada PT Rohul Sawit Industri
Dari gambar pemetaan level 3, penulis meneliti lebih lanjut untuk menemukan penyebab permasalahan pada PT Rohul Sawit Industri. Metode yang digunakan adalah metode fishbone analysis. Dari gambar fishbone
analysis ditemukan akar permasalahan yaitu lemahnya pengelolaan material (bahan baku) dan juga ditemukan
penyebab terjadinya akar permasalahan tersebut.
S2 Source Make-to-Order Product
Gambar 5 Analisis Fishbone pada PT Rohul Sawit Industri
Berdasarkan wawancara dengan perwakilan PT Rohul Sawit Industri ditemukan akar permasalahan yaitu lemahnya pengelolaan material (bahan baku) dan juga ditemukan 4 penyebab terjadinya akar permasalahan tersebut yaitu manajemen persediaan kurang baik, perencanaan pasokan tidak terintegrasi, forecast yang belum direalisasi, kinerja pemasok kurang memadai.
Tabel 3 Perbedaan Penerapan SCOR Model pada Perusahaan Distributor dengan
Perusahaan Produksi
Pembanding
SCOR model pada perusahaan
distributor
SCOR model pada perusahaan produksi
Proses SCOR model
Plan, Source, Distribution, Deliver,
Return Plan, Source, Make, Deliver, Return
Komponen penghitungan Cost
of Good Sold (COGS)
Biaya administrasi dan Biaya promosi Biaya material, Biaya tenaga kerja, Biaya tambahan
Gap analysis Tidak ada Ada
Opportunity Measurement Tidak ada Ada
Tahap pemetaan level 2 Tidak ada Ada
Tahap pemetaan level 3 Tidak ada Ada
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisa perbedaan penerapan SCOR model pada perusahaan
distributor dengan perusahaan produksi adalah penerapan SCOR model lebih tepat diterapkan pada perusahaan
produksi karena perusahaan produksi memiliki cakupan lebih luas mulai dari bahan mentah hingga barang jadi sehingga memerlukan sistem evaluasi yang lebih detail
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1) PT Surya Perdana Lestari memiliki Perfect Order Fulfillment (POF) dari PT Surya sebesar 100%. Oder
Fulfillment Cycle Time (OFCT) dari PT Surya Perdana Lestari selama 1 hari, Cost of Good Sold (COGS)
dari PT Surya Perdana Lestari sebesar 61,10% dan Cash-to-Cash Cycle Time (CTCCT) dari PT Surya Perdana Lestari selama 1 hari. Itu semua merupakan hasil keseluruhan dari penerapan SCOR model versi 10.0 pada PT Surya Perdana Lestari. Dapat disimpulkan bahwa supply chain dari PT Surya Perdana Lestari sudah tergolong baik (mampu bersaing)
2) Dari hasil pemetaan level 1, pemetaan level 2 dan pemetaan level 3 ditemukan akar permasalahan pada PT Rohul Sawit Industri yaitu lemahnya pengelolaan material (bahan baku) dan ditemukan 4 penyebab akar permasalahan yaitu perencanaan pasokan tidak terintegrasi, manajemen persediaan kurang baik, forecast yang belum direalisasi, kinerja pemasok kurang memadai.
3) Dikarenakan perusahaan produksi memiliki cakupan yang lebih luas (mulai dari bahan mentah sampai produk jadi) maka dibutuhkan sistem evaluasi yang lebih spesifik sehingga metode SCOR model versi 10.0 lebih tepat diterapkan pada perusahaan produksi.
Saran
1) Mempertahankan dalam tingkat pelayanan dan membuka cabang outlet di daerah lain agar PT Surya Perdana Lestari dapat memperluas pangsa pasar sehingga mendapatkan peluang yang lebih besar dalam meningkatkan profit perusahaan dan juga nama outlet dari PT Surya Perdana Lestari lebih dikenal masyarakat luas.
2) PT Rohul Sawit Industri sebaiknya membuat satu divisi khusus yang memiliki kewenangan dalam mengelola persediaan bahan baku.
3) Diharapkan Supply Chain Council membuat metode SCOR model khusus untuk mengukur kinerja rantai pasok di perusahaan distributor. Supaya perusahaan distributor dapat mengevaluasi kinerja rantai pasok.
REFERENSI
Alexander, H. W. (2012). Supply Chain Management: An International Journal. 249-262.
Cimorelli, S. (2006). Kanban For The Supply Chain. New York: Kraus Productivity Organization Ltd.
Fawcett, S. E. (2009). Benchmarking the viability of SCM for entrepreneurial business model design. 5-29.
I Nyoman Pujawan, M. (2010). Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.
James B. Ayers, M. A. (2008). Retail Supply Chain Management. USA: Taylor & Francis Group, LLC.
Jay Heizer, B. R. (2010). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Lambert, D. M. (2008). Supply Chain Management. USA: Supply Chain Management Institute.
Muhammad, A. C. (2011). Pengukuran kinerja supply chain dengan pendekatan SCOR model.
O'Brien, J. A. (2006). Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: Salemba Empat.
Paul, J. (2014). Transformasi Rantai Supply dengan Model SCOR. Jakarta: PPM.
Peter Bolstorff, R. R. (2012). Supply Chain Excellence. USA: AMACOM Div American Mgmt Assn.
Raza Qayyum, S. A. (n.d.). Effect of SCOR on Management of Supply Chain. International Journal of Management
& Organizational Studies.
Said, A. I. (2006). Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management. Jakarta: PPM.
Sekaran, U. (2006). Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, U. (2007). Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.
www.supply-chain.org
www.esensi.co.id
id.shvoong.com
RIWAYAT PENULIS
Ian Darma Saputra lahir di kota Purwokerto pada 1 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Bisnis Manajemen pada tahun 2014.