Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
40
BAB III
ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
III.1.
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD
1.
Kapasitas Kelembagaan SKPD (SDM, Fasilitas Penunjang dan Aset)
Permasalahan kapasitas kelembagaan SKPD Dinas Perhubungan Provinsi NTT saat
ini, adalah sebagai berikut :
a.
Masih terbatasnya SDM aparatur yang memiliki pengetahuan dan kemampuan di
bidang teknis perhubungan (penguji kendaraan, tenaga PPNS, ahli ukur kapal,
tatalaksana kepelabuhanan, SAR, dll).
b.
Belum ada lembaga pendidikan di bidang Perhubungan yang terakreditasi untuk
mendukung wilayah kepulauan dan perbatasan antar daerah dan antar negara di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
c.
Masih rendahnya realisasi pendapatan dan pelayanan kepada masyarakat karena
keterbatasan sarana dan prasarana pelayanan baik gedung kantor, rumah dinas,
mobil operasional maupun alat komunikasi.
d.
Gedung Kantor Dinas Perhubungan Provinsi NTT di Jalan Palapa 17 sudah tidak
layak digunakan karena umur ekonomis bangunan sudah di atas 30 tahun, dan tidak
nyaman untuk digunakan. Sudah dilakukan SID tahun 2010 melalui dana APBD
Provinsi NTT, namun sampai dengan saat ini belum dibangun.
e.
Pengelolaan aset (tanah dan rumah dinas) di lingkungan Dinas Perhubungan Provinsi
NTT belum optimal.
f.
Masih terbatasnya ketersediaan data untuk perencanaan sektor perhubungan,
seperti data kunjungan kapal/pesawat/angkutan darat, arus penumpang, barang dan
peti kemas pada setiap bandar udara, pelabuhan laut dan penyeberangan serta
terminal penumpang.
g.
Keterbatasan pembiayaan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi serta
kewenangan Pemerintah Provinsi pada Urusan Perhubungan (darat, laut dan udara).
h.
Belum optimalnya pelaksanaan koordinasi yang dilakukan antar instansi terkait,
Pemerintah Kabupaten/Kota, UPT Kementerian (laut dan udara) di daerah, dan antar
mitra kerja perhubungan serta swasta dalam penyediaan dan pembangunan sarana
dan prasarana perhubungan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
41
2.
Permasalahan Transportasi Darat-Lalu Lintas Angkutan Jalan
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan transportasi darat lalu lintas
angkutan jalan di Provinsi NTT, adalah sebagai berikut :
a.
Masih tingginya angka kejadian, jumlah dan fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan, yang
diakibatkan oleh kurangnya disiplin pengguna jalan, rendahnya tingkat kelaikan
armada; masih terbatasnya fasilitas keselamatan dan keamanan di jalan. Sesuai data
BPS dan POLDA NTT rata-rata pertumbuhan kejadian kecelakaan periode 2009 -2012
adalah sebesar 26,52% dan tahun 2012 sendiri mencapai 30% dari total kejadian
(2008 – 2012). Dan angka korban yang meninggal meningkat dari 272 orang tahun
2008 menjadi 401 orang tahun 2012.
b.
Berkurangnya minat investasi swasta untuk sarana angkutan umum (Angkutan Antar
Kota Dalam Provinsi /bus), sementara permintaan ijin trayek angkutan sewa,
angkutan khusus antar jemput semakin tinggi, jumlah trayek/lintasan AKDP 46 trayek.
Hal ini seiring dengan semakin tingginya tuntutan permintaan masyarakat akan
perbaikan kualitas pelayanan jasa angkutan umum yang teratur, lancar, nyaman dan
tepat waktu.
c.
Belum optimalnya pengoperasian dan pengawasan jembatan timbang sebagai pengawasan
pelanggaran muatan lebih. Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan kapasitas, letak
lokasi, peralatan/perlengkapan dan SDM.
d.
Belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem jaringan transportasi jalan,
penataan kelas jalan, terminal dan pola distribusi angkutan jalan, antar kota, perkotaan dan
perdesaan. Sesuai dengan Tatralok, Tatrawil dan Tatranas.
e.
Masih rendahnya kondisi jalan Provinsi yang kondisi mantap/baik yaitu 40% dari total
panjang jalan 1.314 Km, sehingga pelayanan angkutan umum kurang optimal.
f.
Tingkat jangkauan pelayanan angkutan jalan di wilayah perdesaan dan terpencil masih
terbatas, dilihat dari terbatasnya pembangunan prasarana jalan dan penyediaan angkutan
umum perintis.
g.
Belum adanya angkutan pemadu antar moda (antar simpul-simpul transportasi) seperti
dibandara, terminal bus dan pelabuhan (laut dan penyebrangan) serta angkutan lintas
batas negara, khsusnya dengan Negara Demokratik Timor Leste. Selama ini untuk
angkutan lintasan batas negara hanya dilayani oleh angkutan travel yang tidak dalam
pengawasan dan pantauan petugas Dinas Perhubungan Provinsi NTT.
h.
Besarnya tingkat penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan, yang dapat
menimbulkan kemacetan dan berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran udara
(polusi udara).
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
42
3.
Permasalahan Transportasi Darat - Lalu Lintas Angkutan Penyeberangan
Angkutan penyebrangan merupakan sarana angkutan yang paling dominan digunakan
oleh masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah di Nusa tenggara Timur, karena
masyarakat dapat membawa hasil-hasil pertanian mereka untuk dipasarkan dan
diantarpulaukan ke berbagai daerah/kota di NTT. Disamping itu, tarif tiketnya terjangkau oleh
masyarakat dan terjadwal. Sarana angkutan penyebrangan sangat cocok sekali untuk wilayah
NTT sebagai Provinsi Kepulauan) untuk meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas antar pulau
dan daerah kabupaten/kota di NTT. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
transportasi darat – lalu lintas angkutan penyebrangan di Provinsi NTT saat ini, adalah sebagai
berikut :
a.
Masih rendahnya kapasitas sarana angkutan penyebrangan yang beroperasi di NTT baik
yang dikelola oleh PT. Ferry Indonesia maupun oleh PT. Flobamor Kupang, kapasitasnya
masih berkisar antara 500 – 750 GT, sehingga tidak bisa beroperasi pada cuaca ekstrim di
NTT.
b.
Jumlah armada yang ada tidak sebanding dengan jumlah lintasan pelayanan yang sudah
ditetapkan yaitu 27 Lintasan Penyeberangan (11 lintasan komersil dan 16 lintasan perintis
penyebrangan), yang sudah beroperasi ± 10 - 15 lintasan pelayanan. Masih banyak lintasan
penyeberangan yang belum dilayani oleh angkutan penyebrangan, bahkan ada lintasan yg
sudah ditetapkan tapi belum ada dermaganya,sampai saat ini.
c.
Masih terbatasnya prasarana dan fasilitas pelabuhan penyebrangan untuk mendukung
kelancaran distribusi kendaraan, barang dan orang, pertumbuhan ekonomi, pengembangan
wilayah dan membuka isolasi pada daerah-daerah terpencil dan terisolirserta untuk
menghubungakan lintasan penyeberangan antar negara, yaitu Kupang – Darwin, Maritaing
– Dili dan Kalabahi – Dili. Termasuk peninjauan kembali kapasitas dermaga untuk
memungkinkan sandarnya kapal penyebrangan bertonage 1000 GT ke atas.
d.
Kondisi armada angkutan penyeberangan yang beroperasi sebagian besar perlu
diremajakan baik armada yang dikelola oleh PT. Ferry Indonesia maupun PT. Flobamor
Kupang.
e.
Dalam rangka peningkatan kinerja layanan angkutan penyebrangan khususnya yang
dikelola oleh Pemerintah Provinsi NTT (PT. Flobamor Kupang), management PT. Flobamor
perlu didorong untuk membenahi kapasitas SDM, pengelolaan keuangannya serta jenis
usahanya yang dijalankannya, terutama untuk fokus pada pengelolaan kapal motor
penyebrangan yang ada.
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
43
f.
Keengganan kabupaten/kota untuk mengelola prasarana pelabuhan yang sudah dibangun,
sehingga belum beroperasi dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat
setempat dan bagi daerah dimana dermaga itu dibangun.
g.
Terbatasnya biaya untuk pembangunan sarana dan prasarana penyebrangan (APBD dan
APBN) serta masih rendahnya peran swasta dan BUMN dalam penyediaan sarana dan
prasarana transportasi darat lalulintas angkutan penyebrangan.
4.
Permasalahan Transportasi Laut
Prasarana transportasi laut di NTT sesuai Kemenhub Nomor: KP. 414 Tahun 2013
tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional ada 74 Pelabuhan Laut, sesuai hirarki dan
fungsinya 1 (satu) pelabuhan utama, 9 (sembilan) Pelabuhan Pengumpul dan 64 pelabuhan
pengumpan (regional dan lokal). Ada 6 armada angkutan laut perintis, masing-masing
pangkalan kupang 4 trayek (4 armada), dan pangkalan Maumere 2 trayek/lintasan (2 armada).
Disamping itu, juga dilayani kapal-kapal PT. PELNI ± 6 kapal (seperti, KM.AWU, Bukit
Siguntang, KM. Willis). Sedangkan angkutan yang diselenggarakan oleh masyarakat sendiri
(Pelra) belum terdata termasuk angkutan laut lintas kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur.
Kewenangan Pemerintah Provinsi NTT (pemberian ijin pembangunan kapal GT 7 ke bawah dan
angkutan laut lintas kabupaten/kota). Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
transportasi laut di Provinsi NTT saat ini, adalah sebagai berikut :
a.
Masih tingginya kecelakaan pelayaran di laut, tahun 2012 ada 23 kejadian dan 2013 ada 23
kejadian, lebih banyak kejadian terutama oleh kapal-kapal pelayaran rakyat, karena
beroperasi melebihi daya muat/angkut kapal dan kebanyakan tidak memiliki fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran.
b.
Terbatasnya kapasitas pelabuhan, terutama pelabuhan-pelabuhan strategis dan potensial di
NTT, sehingga terjadi penumpukan barang dan penumpang. Diantaranya pelabuhan laut
Lorens Say – Maumere, Waingapu – Sumba Timur, Labuan Bajo-Manggarai Barat, Reo –
Manggarai, Marapokot- Nagekeo, Atapupu-Belu dan Alor (Kalabahi).
c.
Terbatasnya Sarana Bantu Navigasi Pelabuhan pada beberapa pelabuhan perintis,
sehingga kapal tidak bisa bersandar pada malam hari.
d.
Rendahnya kualitas sarana angkutan laut perintis di NTT, karena usianya sudah tua (KM.
Nembrala, KM. Nangalala) dan jumlahnya sangat terbatas belum menjangkau seluruh
pelabuhan-pelabuhan yang belum dilayani secara komersil di NTT.
e.
Masih banyak pelabuhan yang belum memiliki dokumen Master Plane, dokumen AMDAL,
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
44
f.
Masih banyak pelabuhan yang belum dibangun tapi sudah ada dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, hal ini dikarenakan ada pelabuhan yang belum dilakukan Studi
Kelayakan, SID dan DED.
g.
Tingginya aktivitas di pelabuhan berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat
buangan limbah cair dan limbah padat.
h.
Banyaknya jenis pungutan/tarif di pelabuhan menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan
bebannya dirasakan oleh masyarakat.
5.
Permasalahan Transportasi Udara
Transportasi udara merupakan salah satu sarana angkutan yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta di Nusa Tenggara Timur dan menunjang
pengembangan aktivitas kepariwisataan. Disamping itu, juga berfungsi untuk membangun
konektivitas lokal dalam wilayah kabupaten, regional (antar kota dalam wilayah provinsi),
nasional (antar provinsi) dan internasional (antar negara). Bandar Udara El Tari Kupang sebagai
Bandar Udara Internasional Regional (Kelas I) dengan tingkat pelayanan pengumpul skala
sekunder, perlu dibenahi dan dikembangkan baik prasarana, sarana dan fasilitas penunjang
lainnya. Mengingat rata-rata pertumbuhan penumpang selama periode 2009 – 2013 mengalami
peningkatan mencapai 28 %. Sedangkan pertumbuhan penumpang dari tahun 2011 jika
dibandingkan dengan tahun 2012 tumbuh sebesar 10% lebih.
Permasalahan yang dihadapi pada pembangunan transportasi udara di Provinsi NTT,
adalah sebagai berikut :
a.
Adanya pembangunan tower peralatan komunikasi serta bangunan-bangunan gedung
disekitar lokasi bandar udara yang dapat mengganggu ruang udara untuk penerbangan ;.
b.
Masih rendahnya komitmen pemerintah daerah terhadap keamanan kawasan bandar udara
(masih banyak ternak masyarakat yang secara bebas keluar/masuk kawasan bandar
udara);
c.
Masih terbatasnya sarana dan fasilitas navigasi penerbangan pada beberapa bandar udara
di Nusa Tenggara Timur;
d.
Terbatasnya Prasarana dan fasilitas umum Bandar Udara El tari Kupang sebagai Bandar
Udara Internasional Regional (Kelas I) dengan tingkat pelayanan pengumpul skala sekunder
e.
Terbatasnya kemampuan/kapasitas prasarana dan fasilitas bandar udara untuk didarati
pesawat yang berbadan lebar pada bandar udara yang strategis dan potensial;
f.
Masih terbatasnya jumlah maspakai penerbangan yang melayanai wilayah NTT dan
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
45
g.
Belum adanya maskapai penerbangan yang melayani rute penerbangan internasional
Kupang – Dili – Darwin.
h.
Belum terpadunya jaringan prasarana dan sarana angkutan antar moda ke simpul-simpul
transportasi.
i.
Adanya keluhan masyarakat terhadap tingginya harga/tarif tiket pada hari-hari besar
keagamaan dan masa liburan sekolah.
j.
Pengembangan Bandar Udara belum terpadu dengan kebutuhan fasilitas penunjang lainnya
bagi pengguna jasa, serta pengelolaan bandar udara belum mempertimbangkan asas
manfaat bagi masyarakat disekitar kawasan bandara.
III.2.
Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Pembangunan sektor perhubungan (darat, laut dan udara) di Provinsi Nusa Tenggara
Timur ke depannya, diarahkan untuk mendukung pencapaian 6 (enam) tekad Pemerintah
Provinsi, Visi, dan 8 (delapan) Misi dalam RPJMD Provinsi NTT Tahun 2013 - 2018. Misi
yang terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Provinsi NTT, yaitu Misi Kelima :
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan
Hidup, dengan tujuan yaitu peningkatan kualitas dan persebaran aksesibilitas
wilayah berbasis tata ruang dan sasaran utama ada 2 (dua), yaitu :
1.
Terwujudnya kesinambungan pergerakan barang dan jasa antar desa dan antar pusat
koleksi dan distribusi;
2.
Tersedianya transportasi publik yang memadai.
Mencermati Misi Kelima Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, dengan tujuan dan
sasaran utama tersebut, ada beberapa faktor penghambat dan peluang untuk pencapaian
tujuan dan sasaran tersebut. Faktor-faktor penghambatnya adalah :
1.
Belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem transportasi jalan,
penataan kelas jalan, terminal dan pola distribusi angkutan jalan, antar kota,
perkotaan dan perdesaan serta pola permukiman masyarakat yang tidak terpusat.
2.
Belum adanya sarana angkutan antar moda transportasi yang menghubungkan antar
simpul-simpul transportasi terminal, bandar udara dan pelabuhan laut dan
penyebrangan.
3.
Masih rendahnya kualitas layanan sarana angkutan publik yang ada, yang disebabkan
oleh banyaknya sarana angkutan yang sudah tidak laik operasi, jumlahnya terbatas.
4.
Kecendrungan masyarakat untuk menggunakan angkutan sewa/taksi, angkutan antar
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018
46
5.
Terbatasnya anggaran untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana fasilitas
perhubungan (darat, laut dan udara) khususnya sumber dana APBD Provinsi NTT.
Faktor-faktor pendorong/peluang bagi terwujudnya pencapaian misi , tujuan dan sasaran
tersebut :
1.
Adanya sejumlah kewenangan Pemerintah Provinsi NTT pada Urusan Perhubungan
(sub sektor darat, laut dan udara) ;
2.
Provinsi NTT sebagai Provinsi kepulauan, untuk menghubungkan satu pulau dengan
pulau lainnya menggunakan sarana transportasi laut dan penyebrangan, yang
didukung oleh keberadaan sarana angkutan jalan dan udara.
3.
Nusa Tenggara Timur berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III dan pintu
gerbang selatan indonesia;
4.
Kebijakan Pemerintah Pusat terkait dengan Percepatan Pembangunan Provinsi Nusa
Tenggara Timur;
5.
Kebijakan Pemerintah terkait Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang mana Provinsi NTT berada dalam Koridor V
bersama NTB dan Bali ;
6.
Dukungan Pemerintah Pusat (Kementerian Perhubungan) terhadap pembangunan
sarana dan prasarana transportasi darat, laut dan udara di Nusa Tenggara Timur,
melalui berbagai program / kegiatan pembangunan / pengembangan / peningkatan/
pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi di NTT dengan alokasi pembiayaan
(APBN) yang cenderung meningkat setiap tahunnya ;
7.
Kebijakan Pemerintah terkait pemberian subsidi angkutan perintis darat, laut dan
udara untuk membuka akses dan isolasi pada daerah/wilayah terpencil dan tertinggal
dan perbatasan antar negara.
III.3.
Telaahan Renstra Kementerian Perhubungan
Ada beberapa program dalam Renstra Kementerian Perhubungan Republik Indonesia