• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

40

BAB III

ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

III.1.

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

1.

Kapasitas Kelembagaan SKPD (SDM, Fasilitas Penunjang dan Aset)

Permasalahan kapasitas kelembagaan SKPD Dinas Perhubungan Provinsi NTT saat

ini, adalah sebagai berikut :

a.

Masih terbatasnya SDM aparatur yang memiliki pengetahuan dan kemampuan di

bidang teknis perhubungan (penguji kendaraan, tenaga PPNS, ahli ukur kapal,

tatalaksana kepelabuhanan, SAR, dll).

b.

Belum ada lembaga pendidikan di bidang Perhubungan yang terakreditasi untuk

mendukung wilayah kepulauan dan perbatasan antar daerah dan antar negara di

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

c.

Masih rendahnya realisasi pendapatan dan pelayanan kepada masyarakat karena

keterbatasan sarana dan prasarana pelayanan baik gedung kantor, rumah dinas,

mobil operasional maupun alat komunikasi.

d.

Gedung Kantor Dinas Perhubungan Provinsi NTT di Jalan Palapa 17 sudah tidak

layak digunakan karena umur ekonomis bangunan sudah di atas 30 tahun, dan tidak

nyaman untuk digunakan. Sudah dilakukan SID tahun 2010 melalui dana APBD

Provinsi NTT, namun sampai dengan saat ini belum dibangun.

e.

Pengelolaan aset (tanah dan rumah dinas) di lingkungan Dinas Perhubungan Provinsi

NTT belum optimal.

f.

Masih terbatasnya ketersediaan data untuk perencanaan sektor perhubungan,

seperti data kunjungan kapal/pesawat/angkutan darat, arus penumpang, barang dan

peti kemas pada setiap bandar udara, pelabuhan laut dan penyeberangan serta

terminal penumpang.

g.

Keterbatasan pembiayaan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi serta

kewenangan Pemerintah Provinsi pada Urusan Perhubungan (darat, laut dan udara).

h.

Belum optimalnya pelaksanaan koordinasi yang dilakukan antar instansi terkait,

Pemerintah Kabupaten/Kota, UPT Kementerian (laut dan udara) di daerah, dan antar

mitra kerja perhubungan serta swasta dalam penyediaan dan pembangunan sarana

dan prasarana perhubungan.

(2)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

41

2.

Permasalahan Transportasi Darat-Lalu Lintas Angkutan Jalan

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan transportasi darat lalu lintas

angkutan jalan di Provinsi NTT, adalah sebagai berikut :

a.

Masih tingginya angka kejadian, jumlah dan fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan, yang

diakibatkan oleh kurangnya disiplin pengguna jalan, rendahnya tingkat kelaikan

armada; masih terbatasnya fasilitas keselamatan dan keamanan di jalan. Sesuai data

BPS dan POLDA NTT rata-rata pertumbuhan kejadian kecelakaan periode 2009 -2012

adalah sebesar 26,52% dan tahun 2012 sendiri mencapai 30% dari total kejadian

(2008 – 2012). Dan angka korban yang meninggal meningkat dari 272 orang tahun

2008 menjadi 401 orang tahun 2012.

b.

Berkurangnya minat investasi swasta untuk sarana angkutan umum (Angkutan Antar

Kota Dalam Provinsi /bus), sementara permintaan ijin trayek angkutan sewa,

angkutan khusus antar jemput semakin tinggi, jumlah trayek/lintasan AKDP 46 trayek.

Hal ini seiring dengan semakin tingginya tuntutan permintaan masyarakat akan

perbaikan kualitas pelayanan jasa angkutan umum yang teratur, lancar, nyaman dan

tepat waktu.

c.

Belum optimalnya pengoperasian dan pengawasan jembatan timbang sebagai pengawasan

pelanggaran muatan lebih. Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan kapasitas, letak

lokasi, peralatan/perlengkapan dan SDM.

d.

Belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem jaringan transportasi jalan,

penataan kelas jalan, terminal dan pola distribusi angkutan jalan, antar kota, perkotaan dan

perdesaan. Sesuai dengan Tatralok, Tatrawil dan Tatranas.

e.

Masih rendahnya kondisi jalan Provinsi yang kondisi mantap/baik yaitu 40% dari total

panjang jalan 1.314 Km, sehingga pelayanan angkutan umum kurang optimal.

f.

Tingkat jangkauan pelayanan angkutan jalan di wilayah perdesaan dan terpencil masih

terbatas, dilihat dari terbatasnya pembangunan prasarana jalan dan penyediaan angkutan

umum perintis.

g.

Belum adanya angkutan pemadu antar moda (antar simpul-simpul transportasi) seperti

dibandara, terminal bus dan pelabuhan (laut dan penyebrangan) serta angkutan lintas

batas negara, khsusnya dengan Negara Demokratik Timor Leste. Selama ini untuk

angkutan lintasan batas negara hanya dilayani oleh angkutan travel yang tidak dalam

pengawasan dan pantauan petugas Dinas Perhubungan Provinsi NTT.

h.

Besarnya tingkat penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan, yang dapat

menimbulkan kemacetan dan berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran udara

(polusi udara).

(3)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

42

3.

Permasalahan Transportasi Darat - Lalu Lintas Angkutan Penyeberangan

Angkutan penyebrangan merupakan sarana angkutan yang paling dominan digunakan

oleh masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah di Nusa tenggara Timur, karena

masyarakat dapat membawa hasil-hasil pertanian mereka untuk dipasarkan dan

diantarpulaukan ke berbagai daerah/kota di NTT. Disamping itu, tarif tiketnya terjangkau oleh

masyarakat dan terjadwal. Sarana angkutan penyebrangan sangat cocok sekali untuk wilayah

NTT sebagai Provinsi Kepulauan) untuk meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas antar pulau

dan daerah kabupaten/kota di NTT. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan

transportasi darat – lalu lintas angkutan penyebrangan di Provinsi NTT saat ini, adalah sebagai

berikut :

a.

Masih rendahnya kapasitas sarana angkutan penyebrangan yang beroperasi di NTT baik

yang dikelola oleh PT. Ferry Indonesia maupun oleh PT. Flobamor Kupang, kapasitasnya

masih berkisar antara 500 – 750 GT, sehingga tidak bisa beroperasi pada cuaca ekstrim di

NTT.

b.

Jumlah armada yang ada tidak sebanding dengan jumlah lintasan pelayanan yang sudah

ditetapkan yaitu 27 Lintasan Penyeberangan (11 lintasan komersil dan 16 lintasan perintis

penyebrangan), yang sudah beroperasi ± 10 - 15 lintasan pelayanan. Masih banyak lintasan

penyeberangan yang belum dilayani oleh angkutan penyebrangan, bahkan ada lintasan yg

sudah ditetapkan tapi belum ada dermaganya,sampai saat ini.

c.

Masih terbatasnya prasarana dan fasilitas pelabuhan penyebrangan untuk mendukung

kelancaran distribusi kendaraan, barang dan orang, pertumbuhan ekonomi, pengembangan

wilayah dan membuka isolasi pada daerah-daerah terpencil dan terisolirserta untuk

menghubungakan lintasan penyeberangan antar negara, yaitu Kupang – Darwin, Maritaing

– Dili dan Kalabahi – Dili. Termasuk peninjauan kembali kapasitas dermaga untuk

memungkinkan sandarnya kapal penyebrangan bertonage 1000 GT ke atas.

d.

Kondisi armada angkutan penyeberangan yang beroperasi sebagian besar perlu

diremajakan baik armada yang dikelola oleh PT. Ferry Indonesia maupun PT. Flobamor

Kupang.

e.

Dalam rangka peningkatan kinerja layanan angkutan penyebrangan khususnya yang

dikelola oleh Pemerintah Provinsi NTT (PT. Flobamor Kupang), management PT. Flobamor

perlu didorong untuk membenahi kapasitas SDM, pengelolaan keuangannya serta jenis

usahanya yang dijalankannya, terutama untuk fokus pada pengelolaan kapal motor

penyebrangan yang ada.

(4)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

43

f.

Keengganan kabupaten/kota untuk mengelola prasarana pelabuhan yang sudah dibangun,

sehingga belum beroperasi dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat

setempat dan bagi daerah dimana dermaga itu dibangun.

g.

Terbatasnya biaya untuk pembangunan sarana dan prasarana penyebrangan (APBD dan

APBN) serta masih rendahnya peran swasta dan BUMN dalam penyediaan sarana dan

prasarana transportasi darat lalulintas angkutan penyebrangan.

4.

Permasalahan Transportasi Laut

Prasarana transportasi laut di NTT sesuai Kemenhub Nomor: KP. 414 Tahun 2013

tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional ada 74 Pelabuhan Laut, sesuai hirarki dan

fungsinya 1 (satu) pelabuhan utama, 9 (sembilan) Pelabuhan Pengumpul dan 64 pelabuhan

pengumpan (regional dan lokal). Ada 6 armada angkutan laut perintis, masing-masing

pangkalan kupang 4 trayek (4 armada), dan pangkalan Maumere 2 trayek/lintasan (2 armada).

Disamping itu, juga dilayani kapal-kapal PT. PELNI ± 6 kapal (seperti, KM.AWU, Bukit

Siguntang, KM. Willis). Sedangkan angkutan yang diselenggarakan oleh masyarakat sendiri

(Pelra) belum terdata termasuk angkutan laut lintas kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur.

Kewenangan Pemerintah Provinsi NTT (pemberian ijin pembangunan kapal GT 7 ke bawah dan

angkutan laut lintas kabupaten/kota). Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan

transportasi laut di Provinsi NTT saat ini, adalah sebagai berikut :

a.

Masih tingginya kecelakaan pelayaran di laut, tahun 2012 ada 23 kejadian dan 2013 ada 23

kejadian, lebih banyak kejadian terutama oleh kapal-kapal pelayaran rakyat, karena

beroperasi melebihi daya muat/angkut kapal dan kebanyakan tidak memiliki fasilitas

keselamatan dan keamanan pelayaran.

b.

Terbatasnya kapasitas pelabuhan, terutama pelabuhan-pelabuhan strategis dan potensial di

NTT, sehingga terjadi penumpukan barang dan penumpang. Diantaranya pelabuhan laut

Lorens Say – Maumere, Waingapu – Sumba Timur, Labuan Bajo-Manggarai Barat, Reo –

Manggarai, Marapokot- Nagekeo, Atapupu-Belu dan Alor (Kalabahi).

c.

Terbatasnya Sarana Bantu Navigasi Pelabuhan pada beberapa pelabuhan perintis,

sehingga kapal tidak bisa bersandar pada malam hari.

d.

Rendahnya kualitas sarana angkutan laut perintis di NTT, karena usianya sudah tua (KM.

Nembrala, KM. Nangalala) dan jumlahnya sangat terbatas belum menjangkau seluruh

pelabuhan-pelabuhan yang belum dilayani secara komersil di NTT.

e.

Masih banyak pelabuhan yang belum memiliki dokumen Master Plane, dokumen AMDAL,

(5)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

44

f.

Masih banyak pelabuhan yang belum dibangun tapi sudah ada dalam Rencana Induk

Pelabuhan Nasional, hal ini dikarenakan ada pelabuhan yang belum dilakukan Studi

Kelayakan, SID dan DED.

g.

Tingginya aktivitas di pelabuhan berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat

buangan limbah cair dan limbah padat.

h.

Banyaknya jenis pungutan/tarif di pelabuhan menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan

bebannya dirasakan oleh masyarakat.

5.

Permasalahan Transportasi Udara

Transportasi udara merupakan salah satu sarana angkutan yang dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta di Nusa Tenggara Timur dan menunjang

pengembangan aktivitas kepariwisataan. Disamping itu, juga berfungsi untuk membangun

konektivitas lokal dalam wilayah kabupaten, regional (antar kota dalam wilayah provinsi),

nasional (antar provinsi) dan internasional (antar negara). Bandar Udara El Tari Kupang sebagai

Bandar Udara Internasional Regional (Kelas I) dengan tingkat pelayanan pengumpul skala

sekunder, perlu dibenahi dan dikembangkan baik prasarana, sarana dan fasilitas penunjang

lainnya. Mengingat rata-rata pertumbuhan penumpang selama periode 2009 – 2013 mengalami

peningkatan mencapai 28 %. Sedangkan pertumbuhan penumpang dari tahun 2011 jika

dibandingkan dengan tahun 2012 tumbuh sebesar 10% lebih.

Permasalahan yang dihadapi pada pembangunan transportasi udara di Provinsi NTT,

adalah sebagai berikut :

a.

Adanya pembangunan tower peralatan komunikasi serta bangunan-bangunan gedung

disekitar lokasi bandar udara yang dapat mengganggu ruang udara untuk penerbangan ;.

b.

Masih rendahnya komitmen pemerintah daerah terhadap keamanan kawasan bandar udara

(masih banyak ternak masyarakat yang secara bebas keluar/masuk kawasan bandar

udara);

c.

Masih terbatasnya sarana dan fasilitas navigasi penerbangan pada beberapa bandar udara

di Nusa Tenggara Timur;

d.

Terbatasnya Prasarana dan fasilitas umum Bandar Udara El tari Kupang sebagai Bandar

Udara Internasional Regional (Kelas I) dengan tingkat pelayanan pengumpul skala sekunder

e.

Terbatasnya kemampuan/kapasitas prasarana dan fasilitas bandar udara untuk didarati

pesawat yang berbadan lebar pada bandar udara yang strategis dan potensial;

f.

Masih terbatasnya jumlah maspakai penerbangan yang melayanai wilayah NTT dan

(6)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

45

g.

Belum adanya maskapai penerbangan yang melayani rute penerbangan internasional

Kupang – Dili – Darwin.

h.

Belum terpadunya jaringan prasarana dan sarana angkutan antar moda ke simpul-simpul

transportasi.

i.

Adanya keluhan masyarakat terhadap tingginya harga/tarif tiket pada hari-hari besar

keagamaan dan masa liburan sekolah.

j.

Pengembangan Bandar Udara belum terpadu dengan kebutuhan fasilitas penunjang lainnya

bagi pengguna jasa, serta pengelolaan bandar udara belum mempertimbangkan asas

manfaat bagi masyarakat disekitar kawasan bandara.

III.2.

Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Pembangunan sektor perhubungan (darat, laut dan udara) di Provinsi Nusa Tenggara

Timur ke depannya, diarahkan untuk mendukung pencapaian 6 (enam) tekad Pemerintah

Provinsi, Visi, dan 8 (delapan) Misi dalam RPJMD Provinsi NTT Tahun 2013 - 2018. Misi

yang terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Provinsi NTT, yaitu Misi Kelima :

Mempercepat Pembangunan Infrastruktur yang Berbasis Tata Ruang dan Lingkungan

Hidup, dengan tujuan yaitu peningkatan kualitas dan persebaran aksesibilitas

wilayah berbasis tata ruang dan sasaran utama ada 2 (dua), yaitu :

1.

Terwujudnya kesinambungan pergerakan barang dan jasa antar desa dan antar pusat

koleksi dan distribusi;

2.

Tersedianya transportasi publik yang memadai.

Mencermati Misi Kelima Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, dengan tujuan dan

sasaran utama tersebut, ada beberapa faktor penghambat dan peluang untuk pencapaian

tujuan dan sasaran tersebut. Faktor-faktor penghambatnya adalah :

1.

Belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem transportasi jalan,

penataan kelas jalan, terminal dan pola distribusi angkutan jalan, antar kota,

perkotaan dan perdesaan serta pola permukiman masyarakat yang tidak terpusat.

2.

Belum adanya sarana angkutan antar moda transportasi yang menghubungkan antar

simpul-simpul transportasi terminal, bandar udara dan pelabuhan laut dan

penyebrangan.

3.

Masih rendahnya kualitas layanan sarana angkutan publik yang ada, yang disebabkan

oleh banyaknya sarana angkutan yang sudah tidak laik operasi, jumlahnya terbatas.

4.

Kecendrungan masyarakat untuk menggunakan angkutan sewa/taksi, angkutan antar

(7)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

46

5.

Terbatasnya anggaran untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana fasilitas

perhubungan (darat, laut dan udara) khususnya sumber dana APBD Provinsi NTT.

Faktor-faktor pendorong/peluang bagi terwujudnya pencapaian misi , tujuan dan sasaran

tersebut :

1.

Adanya sejumlah kewenangan Pemerintah Provinsi NTT pada Urusan Perhubungan

(sub sektor darat, laut dan udara) ;

2.

Provinsi NTT sebagai Provinsi kepulauan, untuk menghubungkan satu pulau dengan

pulau lainnya menggunakan sarana transportasi laut dan penyebrangan, yang

didukung oleh keberadaan sarana angkutan jalan dan udara.

3.

Nusa Tenggara Timur berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III dan pintu

gerbang selatan indonesia;

4.

Kebijakan Pemerintah Pusat terkait dengan Percepatan Pembangunan Provinsi Nusa

Tenggara Timur;

5.

Kebijakan Pemerintah terkait Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang mana Provinsi NTT berada dalam Koridor V

bersama NTB dan Bali ;

6.

Dukungan Pemerintah Pusat (Kementerian Perhubungan) terhadap pembangunan

sarana dan prasarana transportasi darat, laut dan udara di Nusa Tenggara Timur,

melalui berbagai program / kegiatan pembangunan / pengembangan / peningkatan/

pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi di NTT dengan alokasi pembiayaan

(APBN) yang cenderung meningkat setiap tahunnya ;

7.

Kebijakan Pemerintah terkait pemberian subsidi angkutan perintis darat, laut dan

udara untuk membuka akses dan isolasi pada daerah/wilayah terpencil dan tertinggal

dan perbatasan antar negara.

III.3.

Telaahan Renstra Kementerian Perhubungan

Ada beberapa program dalam Renstra Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Tahun 2010 – 2014 yang memberikan dorongan dan dukungan bagi Pemerintah Provinsi

NTT adalah:

1.

Penurunan kejadian kecelakaan dan angka fatalitas kecelakaan Transportasi. Hal ini

sejalan dengan program/kegiatan dalam uraian tugas dan fungsi Dinas Perhubungan

Provinsi NTT.

(8)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

47

2.

Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk

mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah terutama di kawasan

perdesaan, pedalaman, kawasan tertinggal dan daerah perbatasan.

3.

Pembangunan / pengembangan / pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi.

4.

Pengembangan bandar udara di daerah perbatasan negara (Terdamu-Sabu, D.C

Saudale-Rote, A.A. Bere Talo-Atambua).

Faktor – faktor penghambatnya adalah masih terbatasnya dukungan Pemerintah Provinsi dalam

menyediakan dukungan dana pendamping untuk perencanaan dan pengawasan pelaksanaan

pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan (darat, laut dan darat).

III.4.

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT dan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis RPJMD Provinsi NTT

1.

Tinjauan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT, sebagai faktor

pendorong SKPD, yaitu adanya sejumlah arah kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi NTT pada sektor transportasi yang sejalan dengan tugas pokok dan fungsi

serta kebijakan dalam Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Provinsi NTT, yaitu :

a.

Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Kota Kupang adalah

kawasan perkotaan yang berfungsi dan berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

dan sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa

provinsi.

b.

Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu Soe (Kabupaten TTS),

Kefamenanu (Kabupaten TTU), Ende (Kabupaten Ende), Ruteng

(Kabupaten Manggarai) dan Labuan Bajo (Kabupaten Manggarai Barat),

adalah kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; sebagai pusat kegiatan industri dan

jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c.

Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), yaitu Kalabahi

(Kabupaten Alor), Atambua (Kabupaten Belu) dan Kefamenanu

(Kabupaten TTU), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi dan berpotensi

sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga; berfungsi sebagai

(9)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

48

pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

(Timor Leste dan Australia); sebagai simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi

yang dapat mendorong perkembangan kawasan disekitarnya.

d.

Mengembangkan transportasi yang terpadu antar moda untuk menunjang

distribusi dan koleksi barang, jasa dan manusia;

e.

Menata pergerakan transportasi antar pusat kegiatan di dalam pulau melalui

peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan dan fasilitas keselamatan lalulintas,

serta pembangunan jaringan jalan baru untuk tingkat Provinsi;

f.

Mendorong keterjangkauan transportasi darat sampai ke daerah pedalaman dan

perdesaan. Arah kebijakan ini sejalan dengan pengembangan sarana angkutan

keperintisan (darat, laut dan udara) ;

g.

Mengembangkan PelabuhanTenau sebagai pelabuhan utama bertaraf

internasional untuk mendukung pengembangan pariwisata dan ekspor-impor

barang. Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan dalam Master Plan

pengembangan Pelabuhan Tenau Kupang sebagai pelabuhan ekspor/impor di

wilayah Indonesia timur.

h.

Mengembangkan pelabuhan-pelabuhan yang bertaraf nasional di pulau-pulau

utama guna meningkatkan keterkaitan eksternal dengan wilayah lain

disekitarnya;

i.

Mengembangkan pelabuhan-pelabuhan regional dan lokal guna meningkatkan

keterkaitan di dalam wilayah provinsi.

j.

Meningkatkan pelayanan bandar udara yang telah ada, terutama pada

wilayah-wilayah pusat pertumbuhan; dan

k.

Membuka pelayanan bandar udara baru bagi wilayah yang berpotensi

berkembang dan untuk kepentingan tertentu. Kebijakan ini mendukung rencana

pemerintah Provinsi NTT untuk membangun bandar udara Kabir di Alor-Pantar,

Adonara-Flores Timur dan Tanjung Bendera di Manggarai Timur.

2.

Tinjauan terhadap hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk RPJMD

Provinsi NTT tahun 2013 – 2018, pada sektor transportasi, yaitu:

a.

Aktivitas/kegiatan disektor transportasi berpotensi menimbulkan pencemaran

udara dan air;

b.

Meningkatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas serta menimbulkan

(10)

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun 2013-2018

49

c.

Menimbulkan konflik sosial terkait penggunaan lahan untuk

pembangunan/pengembangan prasarana dan fasilitas transportasi (terminal,

bandar udara dan pelabuhan).

d.

Menimbulkan alih fungsi lahan (lahan konservasi menjadi pelabuhan) dan

mengganggu ekosistem laut (rusaknya ekosistem laut).

e.

Besarnya tingkat penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan, yang dapat

menimbulkan kemacetan dan berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran

udara (polusi udara).

III.5.

Isu-Isu Strategis Pembangunan Sektor Transportasi Ke Depan

Setelah dilakukan berbagai analisis terhadap gambaran pelayanan SKPD, review

kinerja pelayanan selama 5 tahun terakhir dan permasalahan – permasalahan

pembangunan sektor transportasi (darat, laut dan udara), maka dirumuskan isu-isu

strategis pembangunan transportasi (darat, laut dan udara), adalah sebagai berikut :

1.

Meningkatnya jumlah kejadian kecelakaan dan angka fatalitas kecelakaan lalu lintas

angkutan.

2.

Masih terbatasnya akses sarana dan prasarana transportasi pada daerah-daerah

tertinggal/terpencil, perdesaan dan wilayah perbatasan (antar daerah & antar negara)

dan pengembangan kepariwisataan serta 6 (enam) tekad Pemerintah Provinsi ;

3.

Tingginya kerusakan prasarana jalan akibat muatan lebih kendaraan, hal ini terjadinya

karena kurang optimalnya pengoperasian & pengelolaan jembatan timbang yang ada.

4.

Belum adanya sarana angkutan antar moda transportasi yang menghubungkan antar

simpul-simpul transportasi terminal, bandar udara, pelabuhan laut & penyeberangan.

5.

Masih rendahnya kualitas layanan sarana dan prasarana angkutan umum/publik yang

adaserta tingginya permintaan ijin trayek angkutan antar jemput dan angkutan sewa

dan taksi di berbagai kabupaten/kota di NTT;

6.

Aktivitas transportasi berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan (air dan udara)

dan terjadinya konflik sosial (masalah tanah).

7.

Masih adanya praktik percaloan tarif penumpang/barang pada pelayanan angkutan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kualitas air sumur di sekitar Tempat Penampungan Akhir sampah (TPA) Mojosongo secara fisik dan kimia; (2) Untuk mengetahui apakah

Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan

Data ini berupa data perilaku peserta didik yang berhubungan dengan norma sosial, efikasi diri, dan sopan santun peserta didik yang semua data berbentuk

Kanji sebagai salah satu jenis huruf yang memegang peranan penting dalam bahasa Jepang, karena kanji adalah huruf yang menyatakan arti, sedangkan huruf hiragana maupun

Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup,

5 Sistem Use Case Sisfo Pemesanan Lapangan Futsal berbasis SaaS Cloud Computing .... 7 Class Pimpinan Futsal

Berdasarkan hasil yang di peroleh berdasarkan tindakan sosial yang di lakukan pemuka agama Islam terhadap komunitas punk , diantara nya Pemuka agama Islam yang

Menimbang, bahwa meskipun Termohon telah mengakui dan membenarkan secara berklausul terhadap dalil – dalil permohonan Pemohon, akan tetapi dalam perkara