• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN GURU PAI DAN BUDI PEKERTI DALAM MELAKSANAKAN MANAJEMEN PROGRAM PENGAJARAN KURIKULUM 2013 SMP DI KABUPATEN KUDUS - STAIN Kudus Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN GURU PAI DAN BUDI PEKERTI DALAM MELAKSANAKAN MANAJEMEN PROGRAM PENGAJARAN KURIKULUM 2013 SMP DI KABUPATEN KUDUS - STAIN Kudus Repository"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1

Peran dari program pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kratif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab.2

Pendidikan yang diharapkan adalah menghasilkan out put dan juga out come maka sangat dibutuhkan sosok-sosok pendidik yang mempunyai

kualifikasi, kompetensi, skill dan juga dedikasi yang tinggi. Pada posisi ini pula peran guru dituntut bagaiman mampu memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana pendidik mampu menjadi sosok yang mempunyai nilai sikap yang baik yang dapat dijadikan figur bagi semua peserta didik serta komponen dalam pendidikan juga harus mengalami peningkatan baik komponen kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran maupun komponen administrasi yaitu kurikulum yang menjadi arah tujuan dari pendidikan itu sendiri juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tuntutan kebutuhan global, kurikulum harus senantiasa bersifat dinamis sehingga dengan demikian hasil pendidikan dapat tercapai secara maksimal.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan memenejemen Proses Belajar Mengajar secara operasional yang berlangsung di dalam kelas.

1

Hujair dan Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Safiria Insania Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 4.

2

(2)

Oleh karena itu, diperlukan manajemen pembelajaran yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karenanya, manajemen pembelajaran memegang peranan yang sangat menentukan dalam Proses Belajar Mengajar.3

Proses Belajar Mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemeran utama. Guru sangat menentukan suasana belajar-mengajar didalam kelas. Guru yang kompeten akan lebih mampu dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Keberhasilan tersebut, dipengaruhi banyak faktor terutama terletak pada pengajar (guru) dan yang diajar (siswa), yang berkedudukan sebagai pelaku dan subyek dalam proses tersebut.

Oleh karena itu, pengelola sekolah perlu menciptakan suasana gembira/ menyenangkan di lingkungan sekolah melalui peningkatan mutu pembelajaran. Karena, dengan menjalin keakraban antara guru-siswa, maka guru dapat mengarahkan siswa dengan lebih mudah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik, sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.4 Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan sarana yang tersedia untuk memperoleh hasil belajar secara optimal.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan kita. Tantangan tentang efektifitas pembelajaran sebagai tuntunan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pembelajaran dan kurikulum sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain program. Terkait perencnaan dan pelaksanaannya sekaligus menentukan strategi intruksional

3

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hlm. 67.

4

(3)

yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif.5

Peran guru sebagai pelaksana pendidikan pembelajaran sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina SDM yang kreatif dan inovatif,mengembangkan Iptek yang dipadu oleh iman dan taqwa (Imtaq).sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat. Para guru pendidikan dituntut mencari dan menerapkan suatu strategi manajemen baru yang dapat mendorong berbaikan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekarang ini.

Hal ini artinya peran guru dalam pendidikan tidak sebatas mengajar, tetapi lebih jauh dari itu juga sebagai pendidik, penanam nilai-nilai luhur, fasilitator, motivator, dan juga sebagai figur teladan bagi siswa , karena perannya tersebut kehadiran guru dengan kompetensi profesionalismenya sangat berpengaruh dan mempunyai peran utama dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Selaras dengan pernyataaan diatas Imam Al- ghozali sebagaimana di

kutip Ngainun Na’im menyatakan bahwa tugas guru yang utama adalah

menyempurnakan, membersihkan dan menyucikan serta membawa hati manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.6

Adapun proses pendidikan yang terimplementasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas akan bisa berjalan dengan lancar, kondusif, interaktif, dan lain sebagainya apabila dilandasi oleh kurikulum yang mencerminkan kebutuhan nasional dan pendidikan akan bisa dijalankan dengan baik ketika kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan dan penerapan kurikulum adalah sekolah sehingga sekolah satu-satunya organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pendidikan Oleh karena itu guru merupakan pemegang dan

5 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 1. 6Ngainun Na’im,

(4)

pelaksana kurikulum, sehingga peran yang luar biasa ditanggung oleh seorang guru dan untuk terlaksananya kurikulum dalam pendidikan, maka kompetensi harus dapat dipenuhi oleh seorang guru.

Pendidikan agama mempunyai peranan sangat penting, sebab pendidikan agama merupakan bekal yang kuat untuk dijadikan pondasi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan SDM akan mencapai kualitasnya, jika peranan pendidikan agama dan tuntunan yang benar diposisikan pada tempatnya, karena pendidikan agama sebagai kendali mesin dalam suatu kehidupan membentuk manusia yang manusiawi dan berakhlakul karimah.

Dalam Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2006, dijelaskan bahwa Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.7 Memperhatikan urgensi pendidikan Agama Islam dan karakteristik yang melekat pada substansi/materi ajaran serta tujuan yang akan dicapai dari proses pendidikannya, maka dituntut perhatian, ketelitian serta pertimbangan secara cermat ketika mengemasnya ke dalam suatu program pendidikan, mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar dan ketika mengevaluasi proses serta hasil pencapaiannya (Baca: Desain pembelajaran, proses dan evaluasinya).

Departemen Pendidikan Nasional merumuskan beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan Agama Islam di semua level Sekolah Umum (SD, SMTP dan SMTA) Pertama, muatan materi penting yang begitu padat dibandingkan dengan alokasi waktu yang hanya dua jampel per minggu. Kedua, lebih berfokus pada pengayaan pengetahuan dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (Psikomotorik). Ketiga, lemahnya motivasi dan penciptaan nuansa kehidupan beragama di sekolah

7

(5)

oleh para guru dan civitas akademika lainnya. Keempat, lemahnya sumberdaya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode pembelajaran yang lebih variatif. Kelima, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan. Keenam, rendahnya peran orang tua siswa.8

Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan. Keimanan dan ketaqwaan dari semua komponen bangsa diarahkan agar dapat mewarnai cara berpikir dan bertindak dalam membangun bangsa dan negara. Salah satu ukuran keberhasilan suatu penyelenggaraan pendidikan adalah terletak pada tumbuh dan berkembangnya aspek keimanan, ketaqwaan dan akhlaq peserta didik, di samping aspek kesehatan, keilmuan, keterampilan, kreativitas dan kemandirian peserta didik. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan pendidikan, bidang studi atau mata pelajaran agama dan nilai-nilai moral terintegral serta menjadi bagian penting dalam suatu kerangka isi pendidikan (Kurikulum) di semua level pendidikan secara nasional9.

PP. Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru bab II pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, Kompetensi, Sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan, dan pasal 3 ayat 2 juga ditegaskan bahwa kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi 10

Tuntutan menjadi guru yang kompeten dan profesional menjadi suatu keniscayaan, sebagai sosok pengawal gerbong generasi masa depan, karenanya E, Mulyasa, mengungkapkan ada 5 hal penting yang dituntut untuk dapat mewujudkan sebagai sosok guru yang kompeten dan profesional yaitu :

8

Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pndidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 6.

9 Ibid. 10

(6)

1) Harus mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya 2) Menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkan serta

cara mengajarkannya

3) Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai evaluasi

4) Mampu berpikir secara sistematis

5) Mampu belajar dalam lingkungan profesinya.11

Pendidikan agama mempunyai beban lebih dibanding guru-guru mata pelajaran lainnya, karena disamping tanggung jawab intelektual, moral, spiritual juga dituntut untuk mampu menerapkan nilai-nilai ajaran agama, hal ini dapat dikatakan sebagai beban berat, tatapi disisi lain bisa merupakan nilai lebih bagi guru Pendidikan Agama, oleh karenanya sesuai dengan UU RI, Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bagian kesembilan, pasal 30 ayat 2

di tegaskan bahwa “ Pendidikan Keagamaan berfungsi mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ilmu agama.12

Hasil penelitian pendahuluan di SMP Kabupaten menunjukkan kondisi riil sebagai berikut :

1) Kurang tersedianya sarana Pendidikan Agama seperti : Ruang Sholat sehingga para pelajar kurang mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kegiatan praktek pendidikan agama di sekolah. Kalaupun ada, belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan kurikuler.

2) Rendahnya persentase kepemilikan buku oleh siswa. Sebagian besar siswa tidak memiliki buku pegangan sendiri sehingga siswamengalami kesulitan dalam mengulangi pelajaran di rumah

11

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Remaja Rosda Karya, Bandung , 2009, hlm. 11.

12

(7)

3) Jumlah buku tentang Agama di perpustakaan sekolah yang tidak memenuhi kebutuhan siswa

4) Belum mentradisinya kebiasaan belajar kelompok (Study Club) diantara siswa

5) Belum ada kerja sama yang sinergik antara guru agama di Sekolah dengan para tokoh agama di lembaga-lembaga pendidikan nonformal.

Perubahan kurukulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kemudian beralih lagi menjadi kurikulum 2013. Walaupun masih terdapat perbedaan pandangan dalam masyarakat, apalagi sosialisasinya belum terlaksana secara menyeluruh namun perubahan kurikulum sejatinya dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan yang ada dan diharapkan sasaran dan tujuan pendidikan akan dapat tercapai secara maksimal.

Pada kurikulum 2013, peserta didik bukan lagi menjadi objek tapi justru menjadi subjek dengan ikut mengembangkan tema yang ada. Sementara menurut Rosyid, upaya ini dilakukan sebagian sebagai respons atau tawuran pelajar dan mahasiswa yang marak dan sinyalemen keras bahwa kurikulum kita saat ini overloaded, terlalu banyak mata pelajaran yang disajikan di sekolah.13 Walaupun demikian, kurikulum dewasa ini tetap harusnya mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku dalam memilih suatu bentuk kurikulum tertentu. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah; pertama, suatu kurikulum selain dapat memberikan nilai keilmuan yang murni seharusnya juga dapat memberikan tuntunan kepada peserta didik agar mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sesuai dengan bakat dan keahliannya. Kedua, kurikulum Pendidikan Islam dapat mengintegrasikan ilmu yang berkaitan dengan keduniaan dan ajaran Islam. Dimana salah satu ciri umum kurikulum Pendidikan Islam adalah agama dan akhlak merupakan

13

(8)

tujuan utama, segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama’.14

Pengembangan kurikulum 2013 sendiri mengintegrasikan tiga komponen penting yaitu ASK (attitude, skill and knowledge), mengurangi beban peserta didikyang terlalu berat dengan mengintegrasikan mata pelajaran dalam tema (khusus untuk SD/MI), serta menitik beratkan pada pengembangan karakter siswa dalam kompetensi lulusannya. Itu semua demi menjawab tantangan masa depan, persepsi masyarakat, kompetensi masa depan, perkembangan pengetahuan dan pedagogig dan fenomena negatif yang mengemuka.

Kurikulum 2013 sebagai kurikulum penyempurna kurikulum 2006 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013-2014, pemberlakuan ini didasarkan pada Surat Edaran Nomor 156928/ MPK.A/KR/2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013 yang ditujukan kepada seluruh Gubernur dan Bupati seluruh Indonesia, bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara bertahap pada satuan pendidikan SD,SMP,SMA, dan SMK di 295 Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia.

Menindak lanjuti surat edaran tersebut, di kabupaten Kudus sekolah yang menjadi piloting implementasi Kurikulum 2013 untuk tingkat SMP ada 6 yaitu :

1. SMP 1 Kudus 2. SMP 2 Kudus 3. SMP 3 Kudus

4. SMP 1 Kaliwungu Kudus

5. SMP Muhamadiyah 1 Kudus, dan 6. SMPK Masehi Kudus

Ditetapkannya enam SMP tersebut diatas adalah dengan pertimbangan berdasarkan :

1. SMP 1 dan 2 Kudus adalah sebagai sekolah ex RSBI 2. SMP 3 Kudus sekolah dengan posisi di tengah kota

3. SMP 1 Kaliwungu adalah sekolah yang berada di daerah pinggiran

(9)

4. SMP Muhammadiyah 1 adalah sekolah swasta berciri Islam yang berada di tengah kota

Dengan dijadikan SMP tersebut diatas sebagai sekolah piloting implementasi Kurikulum 2013, maka diharapkan sekolah tersebut mampu menjadi pengawal terwujudnya janji yaitu dengan penerapan kurikulum 2013 maka akan lahir generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter, Dengan kreativitas anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks.15 Target tersebut adalah target kompetensi siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan, pada hal dalam kurikulum 2013 target kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah kompetensi sikap religius dan sikap sosial, sehingga keberhasilan kurilum 2013 adalah untuk menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, serta untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.16

Menindak lanjuti target- target tersebut diatas, maka SMP-SMP di Kabupaten Kudus yang sejak tahun ajaran 2013-2014 telah menerapkan kurikulum 2013 ternyata mempunyai capaian-capaian yang sangat fariatif, hal tersebut tergambar dalam uraian berikut:

1. SMP 1 Kudus

SMP 1 Kudus mempunyai visi “Berprestasi, Religius, Inovatif, Live long learner adalah, indah, aman, Nuansa global, tertib

(Briliant)”.17 Dijadikan sebagai sekolah piloting projek implementasi kurikulum 2013 kerena sebelum adalah SMP yang berpredikat sebagai sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional), yaitu sebagai sekolah yang kurikulumnya sudah standart internasional yang kemudian dihapus oleh pemerintah.

Dalam catatan sejarah prestasi sekolah di Kabupaten Kudus, SMP 1 Kudus selalu menduduki rangking pertama dalam perolehan nilai Ujian

15

E. Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2015, hlm. 39.

16

Ibid. hlm. 39. 17

(10)

Nasional, budaya prestasi inilah yang mendorong minat orang tua/ wali murid untuk memasukkan putra- putrinya yang ketika di SD sudah berprestasi untuk sekolah di SMP 1 Kudus, dari dukungan input peserta didik yang tinggi dan juga finansial orang tua/ wali murid itulah sebenarnya yang mendukung prestasi SMP 1 Kudus.

Masyarakat mengakui bahwa SMP 1 Kudus siswa-siswinya mempunyai kreatifitas dan prestasi akademis yang tinggi, tetapi lebih dari itu, yang penting yang perlu kita sikapi adalah kemampuan religius dan kemampuan sosialnya yang masih kurang, hal ini terlihat dari belum banyak prestasi yang di peroleh oleh siswa siswi SMP 1 Kudus dalam dua kemampuan tersebut, kemadirian dalam penerapan kegiatan keagamaan belum maksimal, dan masih kuatnya sikap egoisme siswa, dan juga masih kuatnya kelas elit diantara siswa.18

Dari relita tersebut meskipun SMP 1 Kudus telah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga tahun ajaran, namun hasil yang diperoleh khusus dalam penerapan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diampu oleh dua guru yaitu Drs. Subur, M.Pd dan Suyanto,S.Ag,M.Pd masih belum maksimal.

2. SMP 2 Kudus

SMP 2 Kudus mempunyai visi “Menuju Sekolah yang Berprestasi, Berpijak pada Budaya Bangsa Berdasarkan Iman dan

Taqwa dalam Menghadapi Persaingan Global”.19 Sama dengan SMP 1

Kudus, ditetapkannya SMP 2 Kudus sebagai sekolah implementasi kurikulum 2013 adalah karena SMP 2 Kudus sebelumnya juga sebagai sekolah SBI (Sekolah Berstandar Internasional).

Dalam hal prestasi akademis SMP 2 Kudus mampu bersaing dengan SMP 1 Kudus, dari kondisi tersebut menjadikan SMP 2 Kudus pun mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat luas dan banyak orang tua/

18

Suyanto GPAI SMP 1 Kudus, Wawancara Tgl 17 Februari 2016 19

(11)

wali murid yang mendaftarkan anak- anaknya yang telah berprestasi secara akademis di sekolah dasar kesekolah tersebut.

Harapan kurikulum 2013 adalah agar empat kompetensi inti mempunyai porsi yang seimbang dalam diri siswa, akan tetapi tidak demikian yang terjadi di SMP 2 Kudus, dimana siswa masih mengutamakan kreatifitas dan prestasi di bidang keterampilan dan pengetahuan sedang untuk kompetensi religius dan sosial masih kurang mendapat perhatian dari siswa. 20

Dari kondisi tersebut mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP 2 Kudus yang diampu oleh dua guru yaitu: Drs. Sulikhan dan Drs. Moh. Kamaluddin masih kurang maksimal dan belum mampu menjadikan siswa mandiri dalam penerapan nilai-nilai keagamaan dan sosial.

3. SMP 3 Kudus

SMP 3 Kudus adalah sekolah tingkat SMP yang paling besar di Kabupaten Kudus karena jumlah rombelnya yaitu 27 kelas paralel dengan jumlah siswa hampir mencapai 900 siswa, mempunyai visi “Terwujudnya Pendidikan yang Berkualitas dan Berbudaya Berdasarkan Keimanan

dan Ketakwaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa”21

, visi ini bukan hanya sebagai label semata tapi bagaimana supaya siswa – siswi SMP 3 Kudus betul-betul menjadi siswa yang menjunjung tinggi, menerapkan nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai keimanan dalam setiap sendi kehidupan.

SMP 3 Kudus menjadi salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 dengan pertimbangan sebagai sekolah yang tadinya menggunakan kurikulum KTSP yang letak secara geografis berada di tengah kota, disamping itu sekolah ini adalah sebagai sekolah penampung siswa dengan bakat olahraga, kondisi siswa sangat hitrogen dengan

20

Sulikhan GPAI SMP 2 Kudus, Wawancara Tgl 16 Februari 2016 21

(12)

berbagai latar belakang baik kultur, sosial, ekonomi keluarga maupun prestasi.22

Kurikulum 2013 mempunyai target agar siswa mempunyai kompetensi dalam aspek religius, sosial, pengetahuan dan keterampilan, dalam hal prestasi sekolah ini termasuk sekolah yang prestasinya standar, namun yang perlu perhatian serius adalah masih banyaknya tingkat kenakalan anak, rendahnya tingkat kedisiplinan dan ketertiban, serta kurangnya penerapan nilai-nilai keagamaan, untuk mewujudkan hal tersebut guru merupakan komponen yang paling menentukan dan berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.23 Untuk dapat mewujudka itu guru mempunyai peran utama, karena guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.24 Tuntutan tugas tersebut harus mampu dijawab dan dilaksanakan oleh semua guru utamanya guru PAI dan Budi Pekerti di SMP 3 Kudus yang terdiri dari: Drs. Rohman Zamzuri, Asfiyah, S.Ag, dan Kholidah, S.Ag

4. SMP 1 Kaliwungu Kudus.

Secara geografis SMP 1 Kaliwungu Kudus terletak di Jalan Kudus- Jepara Desa Garong Lor, dengan lingkungan masyarakat petani dan

pedagang, sekolah tersebut mempunyai visi “Bersaing dalam Prestasi Akademik dan Non Akademik Bewawasan Iptek Berdasarkan pada

Imtaq”.25

SMP 1 Kaliwungu Kudus ditetapkan sebagai sekolah implementasi kurikulum 2013 berdasarkan letak geografis berada di luar pusat kota Kudus dengan lingkungan masyarakatnya adalah petani dan pedagang pasar, meskipun telah melaksanakan kurikulum 2013 yang mempunyai

22

Rohman Zamzuri GPAI SMP 3 Kudus, Wawancara Tgll 17 Februari 2016 23

E. Mulyasa, Standar Kompetensi Guru dan Sertifikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2009), hlm. 5.

24

Direjen Pendis, Panduan Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Jakarta, 2014, hlm. 1.

25

(13)

struktur kurikulum jam tatap muka lebih banyak tetapai untuk merubah prilaku anak masih belum berhasil, hal ini terbukti dengan masih seringnya anak melakukan prilaku menyimpang yang meliputi perkelahian, minuman keras ataupun pelanggaran lalulintas.26 Kondisi tersebut belum sesuai dengan target Kurikulum 2013 yaitu lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter.27 Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terutama guru PAI dan Budi Pekerti yang diampu oleh: Bapak Moh. Achsin, S.PdI, Suryadi, S.Ag, dan Budi Utomo, S.PdI.

5. SMP Muhammadiyah 1 Kudus

SMP Muhammadiyah 1 Kudus adalah sekolah yang dalam sistem kurikulumnya mempunyai ciri khusus Islam, yaitu dengan ditambahkannya muatan-muatan lokal pelajaran agama dalam proses

pembelajaran dan hal ini tetuang dalam visi sekolah yaitu “Terciptanya Suasana Islami Unggul dalam Prestasi Berwawasan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi”.28

Ditetapkannya SMP Muhammadiyah 1 Kudus untuk menerapkan kurikulum 2013 karena sebagai sekolah yang mempunyai ciri khusu dengan materi agama lebih, disekolah tersebut siswa telah mampu menerapkan prilaku sesuai dengan harapan kurikulum 2013, kondisi kebiasaan siswa di sekolah tersebut sudah berjalan sebelum diterapkannya kurikulum 2013 disekolah tersebut sehingga implementasi kurikulum 2013 tersebut belum mampu memberi warna lebih terhadap peningkatan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan yang diharapkan,29 khususnya untuk penerapan mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang di ampu oleh Ibu Khasanah, S.Ag

26

Suryadi, S.Ag GPAI SMP 1 Kaliwungu, Wawancara Tgl 17 Februari 2016 27

E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 39. 28

SMP Muhammadiyah 1 Kudus, Dokumen Kurikulum SMP Muhammadiya 1, 2015 29

(14)

Dari kondisi-kondisi di SMP implementasi Kurikulum 2013 tersebut diatas diperoleh informasi bahwa, SMP di Kabupaten Kudus yang menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran setiap harinya diharapkan banyak kegiatan yang mengandung unsur religiusitas yang membudaya dalam pembiasaan yang pelaksanaannya terintegrasi dengan semua mata pelajaran, maka penanaman nilai-nilai akhlak disana pun juga terintegrasi dalam proses pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Dan secara afektif ada banyak kegiatan keagamaan yang dilakukan secara rutin sebagai pembiasaan bagi peserta didikdalam mendalami agama terlebih mengenai akhlak sesama manusia yang dalam capaiannya yang bervariasi, hal ini karena sekolah-sekolah tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda- beda, baik letak geografis, sosiologis, input siswa, latar belakang ekonomi siswa, kompetensi PTK, dan juga pandangan masyarakat terhadap sekolah-sekolah tersebut, meskipun sekolah-sekolah tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tetapi mempunyai target capaian yang sama, sehingga akan menjadi berbeda-beda pula setrategi yang dipakai oleh sekolah untuk mencapai target kurikulum dari sekolah masing-masing. Terlebih lagi adalah bagaimana setrategi guru dalam menerapkan kurikulum 2013 di sekolah masing-masing

Dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Guru PAI Dan Budi Pekerti Dalam Melaksanakan Program Pengajaran Kurikulum 2013 SMP Di Kabupaten Kudus”

B. Batasan Masalah dan Fokus Penelitian

(15)

tentang Analisis Kemampuan Guru PAI dan Budi Pekerti dalam Melaksanakan Program pengajaran Kurikulum 2013 dan hasil identifikasinya adalah (1) belum dapat terlaksanya program pengajaran sesuai dengan ketentuan. (2) Belum teridentifikasinya problem-problem yang dihadap guru dalam pelaksanaan program pengajaran kurikulum 2013, (3) Masih lemahnya dukungan menejemen sekolah dan partisipasi lingkungan masyarakat dalam pelaksanaan program pengajaran kurikulum 2013. (4) masih belum muncul inisiatif dari guru PAI dan Budi Pekerti untuk merubah pola lama dalam pengajaran,

Penelitian pendidikan ini dibatasi dan difokuskan pada lingkup kemampuan guru PAI dan Budi Pekerti dalam melaksanakan program pengajaran kurikulum 2013 SMP di kabupaten Kudus. Masalah yang akan peneliti ungkap dalam bahasan ini adalah:

1. Kemampuan Guru PAI dan Budi Pekerti dalam Melaksanakan Program Pengajaran Kurikulum 2013

2. Problem yang dihadapi guru PAI dan Budi Pekerti dalam melaksanakan program Pengajaran Kurikulum 2013

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika terkait kemampuan guru PAI dan Budi Pekerti dalam melaksanakan kurikulm 2013

C. Perumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah - masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan Guru PAI dan Budi Pekerti Dalam Melaksanakan Manajemen Program Pengajaran Kurikulum 2013 SMP Di Kabupaten Kudus?

(16)

3. Bagaimana upaya mengatasi problematika terkait kemampuan Guru PAI dan Budi Pekerti Dalam Melaksanakan Manajemen Program Pengajaran Kurikulum 2013 Di Kabupaten Kudus?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama dari penelitian yang akan dilakukan ini secara spesifik, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kemampuan Guru PAI dan Budi Pekerti Dalam Melaksanakan Program Pengajaran Kurikulum 2013 SMP Di Kabupaten Kudus.

2. Untuk mengetahui problematika Guru PAI dan Budi Pekerti Dalam Melaksanakan Program Pengajaran Kurikulum 2013 SMP Di Kabupaten Kudus.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guna meningkatkan kemampuan Guru PAI dan Budi Pekerti Dalam Melaksanakan Program Pengajaran Kurikulum 2013 SMP Di Kabupaten Kudus.

Penelitian yang dilakukan ini memiliki nilai kegunaan secara teoritis dan praktis, yaiutu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan khasanah keilmuan yang berkaitan dengan pengermbangan sumber daya manusia yaitu kompetensi guru dalam manajemen pembelajaran.

b. Berguna sebagai bahan informasi yang penting bagi kepala sekolah dan pendidik maupun tenaga kependidikan dalam mengambil kebijakan terkait pendidikan khususnya dalam bidang manajemen pembelajaran.

c. Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya pendidik dan tenaga kependidikan dalam kompetensi guru dalam manejemen pembelajaran.

(17)

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan evaluasi dan referensi bagi manajer sekolah, dalam pengambilan keputusan terhadap peningkatan kompetensi guru dalam manajemen pembelajaran

b. Sebagai bahan evaluasi dan acuan bagi kepala sekolah sebagai supervisor untuk mengoptimalkan peranaannya dalam meningkatkan kompetensi guru dalam manajemen pembelajaran.

c. Sebagai bahan masukan untuk pihak sekolah dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan Kompetensi guru dalam manajemen pembelajaran

d. Sebagai bahan membuka wawasan bagi semua komponen yang terlibat dalam proses kelangsungan pendidikan di sekolah agar lebih bersinergi.

E. Sistematika Pembahasan

Penulisan tesis ini terdiri lima bab yang masing-masing bab akan memuat sub bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :

1. Bagian awal

Pada bagian ini memuat pendahuluan yang terdiri dari : Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Halaman Pernyataan Keaslian, Abstrak, Halaman kata Pengantar, Pedoman Transliterasi, Daftar Istilah, Daftar Singkatan, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan daftar Lampiran 2. Bagian isi

Pada bagian ini memuat lima bab terdiri dari :

BAB 1 : PENDAHULUAN yang membahas Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan penelitian, Sistematika Penulisan Tesis.

(18)

Pengajaran yang diadalamnya membahas: Pengertian Program Pengajaran. Ketiga Konsep Tentang Kurikulum 2013 yang didalamnya membahas tentang Pengertian Kurikulum, Landasan Dasar Kurikulum 2013, Kurikulum 2013, Perbedaan antara Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013. Keempat Hasil Penelitian terdahulu. Kelima Kerangka Pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN meliputi: Jenis dan pendekatan Penelitian, Lokasi penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen Penelitian, Teknik pengumpulan Data, Uji Keabsahan Data, Analisa Data, Prosedur dan tahapan Penelitian

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN meliputi: pertama Hasil Penelitian yang terdiri Deskripsi Data, Pengujian Hepotesis. Kedua Pembahasan

BAB V : PENUTUP meliputi: Kesimpulan dan saran

3. Bagian akhir

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, bahwa kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk

skripsi dengan judul “ PENERAPAN MODIFIKASI SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN KASTI PADA SISWA KELAS IV SDN TEGALREJO

Pemikiran pendidikan Islam yang disuarakan oleh Fazlur Rahman lebih mengedepankan pada titik utama dari sistem pendidikan, seperti tujuan, kurikulum, sarana, dan

Penelitian dilakukan pada mahasiswa angkatan 2004, dengan alasan (1) penelitian mengenai perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi

17 Dalam penelitian ini yang di observasi adalah pelaksanaan kegiatan Basic Spiritual Quotient dalam menanamkan self regulation siswa khusunya kelas XI di SMAN 1

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata X = 4,43 dan Y = 4,49, oleh karena itu dimensi kualitas pada empati terdapat pada kuadran D, artinya

Simpulan penelitian ini adalah kemampuan bercerita dapat ditingkatkan melalui media buku besar (big book) pada anak kelompok A TK Marsudisiwi Jajar, Surakarta

Pieter, Yustinus Adrian, An Observational Study on Verbal Interaction in Teacher-Student Talk in Reading Comprehension Classes in English Department of the College