• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia : studi kasus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Sastra, USD -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia : studi kasus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Sastra, USD - "

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EJAAN DALAM KALIMAT ANTARA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA,

DAN DAERAH DAN MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA (Studi Kasus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh : SRI LESTARI NIM : 021224031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

K ATA M U TI ARA

Demi mat ahari dan cahayanya di pagi hari, demi bulan pabila

mengiringinya, demi siang pabila menampakkannya, demi malam

pabila menut upinya, demi langit sert a pembinaannya, demi bumi sert a

penghamparannya, dan demi jiwa sert a penyempurnaannya.... M aka

Allah mengilhamkan kepada jiwa it u jalan kepasikan dan

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan unt uk kedua orang t uaku, Bp.

N uryosukamt o dan I bu Parini. K epada merekalah skripsi ini

kuhat urkan yang t ent unya t idak akan pernah layak unt uk

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(7)

vii ABSTRAK

Lestari, Sri. 2007. Perbedaan Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat antara Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (Studi Kasus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004). Yogyakarta : PBSID, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini mempunyai tiga tujuan. Pertama, mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dalam memahami ejaan dalam kalimat. Kedua, mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II dalam memahami ejaan dalam kalimat. Ketiga, mendeskripsikan perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan bahasa Indonesia dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II. Jumlah populasi dari Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah sebanyak 40 mahasiswa dan populasi dari Program Studi Sastra Indonesia sebanyak 29 mahasiswa.

Sampel dalam penelitian ini diambil dari keseluruhan populasi. Sampel dari Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah sebanyak 40 mahasiswa. Dari 40 mahasiswa tersebut, 5 mahasiswa tidak diikutkan dalam penelitian karena telah digunakan sebagai uji-coba instrumen penelitian, dan 10 mahasiswa tidak ikut dalam penelitian dengan alasan yang tidak jelas. Jadi, mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang ikut dalam penelitian sebanyak 25 mahasiswa. Sampel dari Program Studi Sastra Indonesia sebanyak 29 mahasiswa. Dari 29 mahasiswa tersebut, 5 mahasiswa tidak diikutkan dalam penelitian karena telah digunakan sebagai uji-coba instrumen penelitian, 2 mahasiswa tidak ikut penelitian karena sedang cuti kuliah, dan 8 mahasiswa tidak ikut penelitian dengan alasan yang tidak jelas. Jadi, mahasiswa dari Program Studi Sastra Indonesia yang ikut dalam penelitian sebanyak 14 mahasiswa.

(8)

viii

ejaan dalam kalimat, sedangkan uji-t digunakan untuk mencari perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan memahami ejaan dalam kalimat pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia adalah hampir sedang. Kemampuan memahami ejaan dalam kalimat pada mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II adalah kurang. Jadi, ada perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II.

(9)

ix

ABSTRACT

Lestari, Sri. 2007. The Difference Ability on Spelling Comprehension in Sentence between Students of Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme and Students of Indonesian Letters Study Programme (A Case Study at Teachers Training and Education Faculty and Letters Faculty of Sanat a Dharma University class of 2004). Yogyakarta : Thesis. Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme. Department of Language and Arts Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research, has three goals. First is to describe the ability of the students of Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Ejaan Bahasa Indonesia subject in understanding the spelling in a sentence. Second is to describe the ability of the students of Indonesian Letters Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Bahasa Indonesia II subject in understanding the spelling in a sentence. Third is to describe the differences of the ability in understanding the spelling in a sentence between the students of Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken the Ejaan Bahasa Indonesia subject and the students of Indonesian Letters Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Bahasa Indonesia II subject.

The population of this research is the students of Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Ejaan Bahasa Indonesia subject and the students of Indonesian Letters Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Bahasa Indonesia II subject. The numbers of the population from Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme are 40 students and the numbers of the population from Indonesian Letters Study Programme are 29 students.

(10)

x

8 students did not involve in the research with unknown reason. So, the number of the students from Indonesian Letters Study Programme who involved in the research was 14 students.

The instrument in this research was an objective test form. The data analysis was done by counting the average score and t-test. The average score was used to find out the average ability of the students in understanding the spelling in a sentence, and the t-test was used to find out the differences of the ability in understanding the spelling in a sentence.

The result of this research shows that the ability to understand the spelling in a sentence of students of Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken the Ejaan Bahasa Indonesia subject is fairly good. The ability to understand the spelling in a sentence of students of Indonesian Letters Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Bahasa Indonesia II subject is less good. So, there are some differences in the ability to understand the spelling in a sentence between the students from Indonesian Language, Indonesian Literature, and Local Language Education Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken the Ejaan Bahasa Indonesia subject and the students from Indonesian Letters Study Programme, Sanata Dharma University class of 2004 who have taken Bahasa Indonesia II subject

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat antara Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan Mahasiswa Program

Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004

(Studi Kasus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004). Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari uluran tangan yang tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. A. M. Slamet Soewandi, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan tulus mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

2. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendid ikan, Universitas Sanata Dharma,

(12)

xii

5. Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku Kaprodi Sastra Indonesia,

6. Bapak dan Ibu Dosen PBSID yang telah mendidik dan mendampingi penuis selama balajar di PBSID,

7. Teman-teman mahasiswa Prodi PBSID dan Prodi Sastra Indonesia angkatan 2004, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian,

8. Sdr. F. X. Sudadi, selaku karyawan di sekretariat PBSID yang dengan sabar dan ramah memberi bantuan dan pelayanan kepada penulis,

9. Bapak Nuryosukamto dan Ibu Parini, terimakasih atas kasih sayang, dukungan, dan bimbingan yang tulus selama ini,

10. Sahabatku Prima, Arum, Kiki, Tutik, Sari, Endah, Andy, dan Nopra, terimakasih atas segala dorongan, waktu, dan suasana indah selama ini, 11. Teman-teman KKN khususnya Sisca, Budhe, dan Grace, terimakasih atas

bantuan dan motivasinya selama ini,

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang dengan sabar dan ramah memberi pengalaman indah dan berharga,

13. Mas Heri, terimakasih atas pengertian, bimbingan, dan dorongan yang tulus selama ini,

14. Shincan senior, terimakasih atas pengertian, kesabaran, motivasi, dan kebersamaan yang indah selama ini,

(13)

xiii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala masukan dan saran yang membangun selalu penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA MUTIARA ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Rumusan Variabel dan Batasan Istilah ... 8

1.5.1 Variabel Penelitian ... 8

1.5.2 Batasan Istilah ... 8

(15)

xv

1.7 Sistematika Penyajian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan terhadap Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Kerangka Teori ... 15

2.2.1 Sejarah Aksara ... 15

2.2.2 Pengertian Ejaan ... 17

2.2.3 Prinsip-prinsip Penyusunan Ejaan ... 18

2.2.4 Jenis Ejaan Bahasa Indonesia ... 19

2.2.5 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ... 23

2.2.6 Kalimat ... 51

2.3 Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 55

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

3.2.1 Populasi Penelitian ... 56

3.2.2 Sampel Penelitian ... 57

3.3 Instrumen Penelitian ... 58

3.3.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 63

3.3.1.1 Validitas Instrumen Penelitian ... 63

3.3.1.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 67

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 71

(16)

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ... 79

4.2 Analisis Data ... 82

4.2.1 Perhitungan Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004 ... 83

4.2.2 Perhitungan Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dha rma Yogyakarta Angkatan 2004 ... 86

4.2.3 Perhitungan Perbedaan Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat antara Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004 ... 89

4.3 Pengujian Hipotesis 4.3.1 Pengujian Hipotesis I ... 92

4.3.2 Pengujian Hipoteseis II ... 92

4.3.3 Pengujian Hipotesis III ... 93

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

(17)

xvii

5.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 103

5.3 Saran-saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA ... 108

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pokok Sistem Ejaan van Ophuysen, Ejaan Soewandi, dan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) ... 20 Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 57 Tabel 3.2 Bentuk Instrumen Tes Benar-Salah Dilihat dari Bab yang

Diatur dalam EYD dan Jumlah Butir Soalnya ... 60 Tabel 3.3 Bentuk Instrumen Tes Pilihan Ganda Dilihat dari Bab yang

Diatur dalam EYD dan Jumlah Butir Soalnya ... 60 Tabel 3.4 Bentuk Final Instrumen Penelitian Dilihat dari Bab dan Pasal

yang Diatur dalam EYD dan Jumlah Butir Soalnya ... 68 Tabel 3.5 Pedoman Konversi Angka ke Dalam Skala Seratus ... 75 Tabel 3.6 Penentuan Patokan dengan Penghitungan Persentase untuk

Skala Seratus ... 76 Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat sebagai

Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ... 79 Tabel 4.2 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat sebagai

Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat pada

(19)

xix

Tabel 4.3 Konversi Nilai Kemampuan Memahami Ejaan dalam Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ... 84 Tabel 4.4 Kedudukan Perolehan Skor Hasil Tes Kemampuan

Memahami Ejaan dalam Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ... 85 Tabel 4.5 Konversi Nilai Kemampuan Memahami Ejaan dalam

Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia ... 87 Tabel 4.6 Kedudukan Perolehan Skor Hasil Tes Kemampuan

Memahami Ejaan dalam Kalimat pada Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia ... 88 Tabel 4.7 Materi Perkuliahan dan Alokasi Waktu pada Silabus Mata

Kuliah Ejaan Bahasa Indonesia ... 96 Tabel 4.8 Materi Perkuliahan dan Alokasi Waktu pada Silabus Mata

Kuliah Bahasa Indonesia II ... 97

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Skor Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa,

Sastra Indonesia, dan Daerah ... 1

Lampiran 2 Daftar Skor Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia ... 2

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 4

Lampiran 4 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ... 23

Lampiran 5 Hasil Tes Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ... 29

Lampiran 6 Hasil Tes Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia ... 35

Lampiran 7 Tabel Nilai- nilai Kritis t ... 41

Lampiran 8 Silabus Mata Kuliah Ejaan Bahasa Indonesia ... 42

Lampiran 9 Silabus Mata Kuliah Bahasa Indonesia II ... 44

Lampiran 10 Daftar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2004 yang Telah Menempuh Mata Kuliah Ejaan Bahasa Indonesia ... 45

(21)

xxi

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian untuk Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 49 Lampiran 14 Surat Izin Penelitian untuk Ketua Program Stud i Sastra

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti menguraikan tujuh hal pokok, yaitu (1) latar belakang masalah penelitian, (2) rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) variabel penelitian dan batasan istilah, (6) ruang lingkup penelitian, dan (7) sistematika penya jian. Berikut penjelasan ketujuh hal tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan, pengalaman, berita, perasaan, keinginan, harapan, dan sebagainya kepada orang lain (Poerwadarminta, 1967 : 1). Dengan adanya bahasa sebagai sarana komunikasi antarmanusia, kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat berjalan dengan lancar. Dalam situasi formal dipergunakan bahasa Indonesia ragam baku. Salah satu contoh situasi formal adalah situasi dalam dunia pendidikan.

(23)

maka harus diupayakan menyusun struktur kalimat dan penggunaan tanda-tanda baca sedemikian rupa (Chaer, 1998 : 4).

Alangkah baiknya kalau kita dapat menguasai ragam-ragam bahasa tersebut dengan baik agar kita dapat berkomunikasi secara efektif sesuai dengan tempat dan situasi tempat ragam bahasa itu digunakan. Namun, penguasaan akan ragam bahasa baku lebih penting karena jangkauan dan penggunaannya lebih luas dan lebih merata. Lagipula, ragam bahasa baku inilah yang digunakan dalam komunikasi resmi kenegaraan. Yang dimaksud dengan ragam bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam baku dapat ditandai dengan ciri-cirinya, antara lain (1) penggunaan kaidah tata bahasa normatif, (2) penggunaan kata-kata baku, (3) penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis, (4) penggunaan lafal baku dalam ragam lisan, dan (5) penggunaan kalimat secara efektif (Chaer, 1998 : 4).

Demi tercapainya pemakaian bahasa Indonesia dengan benar, terutama dalam penulisan ejaan, pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), sebagai patokan pemakaian ejaan

itu. Di dalam EYD itu terdapat lima aturan ejaan yang meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf besar atau huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

(24)

pengetahuan tentu akan menghasilkan kemampuan atau penguasaan yang baik pula. Suharsimi Arikunto menggambarkan proses pembelajaran sebagai berikut.

Input adalah bahan mentah (calon mahasiswa) yang dimasukkan ke dalam

transformasi, output adalah bahan jadi (lulusan) yang dihasilkan oleh transformasi, sedangkan transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Transformasi yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah lembaga pendidikan. Umpan balik adalah segala informasi, baik yang menyangkut output ataupun transformasi. Umpan balik di sini diperlukan untuk memperbaiki input ataupun transformasi. Jadi, suatu input akan menjadi suatu output yang baik apabila transformasinya juga baik. Ada enam faktor penentu dalam transformasi, yaitu (1) mahasiswa, (2) pengajar, (3) bahan pelajaran, (4) metode mengajar dan sistem evaluasi, (5) sarana penunjang, dan (6) sistem administrasi.

Pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, terdapat mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia yang wajib ditempuh dan wajib lulus. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar seluruh mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dapat menguasai sepenuhnya materi ejaan, mengingat bahwa mahasiswa program studi ini adalah

input transformasi output

(25)

sebagai calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia ini diajarkan pada semester III.

Pada Program Studi Sastra Indonesia tidak diajarkan mata kuliah Ejaan. Materi ejaan terdapat mata kuliah Bahasa Indonesia II pada semester II dan sedikit dipelajari dalam mata kuliah Fonologi I dan Fonologi II yang diajarkan pada semester I dan semester II.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dan mahasiswa Program Studi Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II. Telah ditempuhnya mata kuliah Fonologi I maupun Fonologi II pada mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia tidak menjadi prasyarat pada penelitian ini karena mata kuliah Fonologi I dan Fonologi II tidak banyak membahas materi ejaan.

(26)

ejaan meskipun hanya sedikit. Jadi, di samping peneliti dapat mengetahui seberapa tinggi kemampuan memahami ejaan dalam kalimat, peneliti juga dapat membandingkan sejauh mana perbedaan kemampuan mereka dalam memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia.

Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup keseluruhan ejaan yang terdapat dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang menyangkut pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Penelitian dilakukan pada mahasiswa angkatan 2004, dengan alasan (1) penelitian mengenai perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma angkatan 2004 belum ada, (2) peneliti mengamati bahwa penelitian tentang ejaan banyak ditemukan tetapi hanya sebatas kesalahan ejaan yang terdapat dalam paragraf atau karangan, dan (3) peneliti mendapat izin dari Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan dosen pengampu mata kuliah Ejaan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

(27)

sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II. Selain itu peneliti juga akan menganalisis perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menentukan tiga rumusan masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah itu sebagai berikut.

1.2.1 Seberapa tinggi kemampuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dalam memahami ejaan dalam kalimat?

1.2.2 Seberapa tinggi kemampuan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II dalam memahami ejaan dalam kalimat?

(28)

Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II dalam memahami ejaan dalam kalimat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti merumuskan tiga tujuan penelitian. Berikut ketiga tujuan penelitian tersebut.

1.3.1 Mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dalam memahami ejaan dalam kalimat.

1.3.2 Mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II dalam memahami ejaan dalam kalimat.

(29)

1.4 Manfaat Penelitian

Ada empat manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.

1.4.1 Bagi Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kema mpuan memahami ejaan dalam kalimat pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia.

1.4.2 Bagi Program Studi Sastra Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kemampuan memahami ejaan dalam kalimat pada mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II.

1.4.3 Bagi dosen mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.4.4 Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan mengenai hal- hal yang masih dapat diteliti lagi dari penelitian ini.

1.5 Variabel Penelitian dan Batasan Istilah

(30)

1.5.1 Variabel Penelitian 1.5.1.1Variabel bebas

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah program studi. 1.5.1.2Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami ejaan dalam kalimat.

1.5.2 Batasan Istilah

Untuk memahami istilah- istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti membatasi istilah yang dipergunakan dalam penelitin. Istilah-istilah yang perlu dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.5.2.1Ejaan

Ejaan adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, aturan menuliskan kata-kata dan cara-cara mempergunakan tanda baca (Kridalaksana, 1975 : 39).

1.5.2.2Kemampuan Memahami Ejaan

Kemampuan memahami ejaan adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk dapat mengerti suatu sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, aturan menuliskan kata-kata, dan cara-cara mempergunakan tanda baca.

1.5.2.3Kalimat

(31)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II.

1.7 Sistematika Penyajian BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian 1.2Rumusan Masalah Penelitian 1.3Tujuan Penelitian

1.4Manfaat Penelitian

1.5Variabel Penelitian dan Batasan Istilah 1.6Ruang Lingkup Penelitian

1.7Sistematika Penyajian BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan terhadap Penelitian Terdahulu 2.2 Kerangka Teori

(32)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

3.2 Populasi dan Sampel 3.3 Instrumen Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.5 Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data

4.2 Analisis Data 4.3 Pengujian Hipotesis

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian BAB V PENUTUP

(33)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti menguraikan tiga hal pokok, yaitu (1) tinjauan terhadap penelitian terdahulu, (2) kerangka teori yang berkaitan dengan ejaan dan kalimat, dan (3) hipotesis penelitian. Berikut ini penjelasan ketiga hal tersebut.

2.1 Tinjauan terhadap Penelitian Terdahulu

Ada empat penelitian sejenis yang berkaitan dengan ejaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maria Susilowati, Rahayu Sugiarti, Katarina Tri Yanu Astuti, dan Stanislaus Costa Danis Widya.

Maria Susilowati (2003) meneliti kesalahan ejaan dengan judul Kesalahan Ejaan yang Dilakukan oleh Siswa Kelas V SD Inpres 141 Matalamagi dan SD

Inpres 68 Klasaman, Kecamatan Sorong Timur, Papua. Dari penelitian tersebut

diperoleh dua temuan.

(34)

pemakaian huruf kapital, (2) pemakaian tanda petik, (3) pemakaian tanda titik, (4) pemakaian tanda koma, (5) pemakaian tanda hubung, (6) pemakaian tanda tanya, (7) penulisan bentuk ulang, (8) pemenggalan kata, (9) pemakaian tanda seru, dan (10) pemakaian tanda kurung.

b. Kesalahan ejaan bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas V SD masih tinggi. Kesalahan yang banyak terjadi adalah pada pemakaian huruf kapital.

Rahayu Sugiarti (2003) melakukan penelitian dengan judul Kesalahan Ejaan dalam Karangan Narasi yang Dilakukan oleh Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Negeri Pelalan 1 dan Kelas V Sekolah Dasar Negeri Harjodipuran

Surakarta, Tahun Ajaran 2002/2003. Dari penelitian tersebut diperoleh dua

temuan.

a. Kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa kelas V SD Negeri Pelalan 1, yaitu (1) kesalahan penulisan tanda baca koma sebesar 18,11 %, (2) kesalahan penulisan tanda baca titik sebesar 2, 17 %, dan (3) kesalahan pemakaian huruf kapital sebesar 10,43 %.

b. Kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa kelas V SD Negeri Harjodipuran, yaitu (1) kesalahan penulisan tanda baca koma sebesar 10,1 %, (2) kesalahan penulisan tanda baca titik sebesar 0,93 %, dan (3) kesalahan pemakaian huruf kapital sebesar 13,36 %.

Katarina Tri Yanu Astuti (2004) melakukan penelitian dengan judul Kesalahan Ejaan Bahasa Indonesia di Dalam Karangan Argumentasi Siswa

(35)

Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004 : Studi Kasus. Dari penelitian tersebut

diperoleh dua temuan.

a. Kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa kelas II SMPN 1 Pakem meliputi : (1) pemakaian huruf, (2) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (3) kesalahan kata, dan (4) kesalahan pemakaian tanda baca.

b. Kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa kelas II SMPN 4 Pakem meliputi : (1) pemakaian huruf, (2) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (3) kesalahan penulisan kata, dan (4) kesalahan pemakaian tanda baca.

Stanislaus Costa Danis Widya (2005) melakukan penelitian dengan judul Kesalahan Ejaan dalam Karangan Deskripsi yang Dilakukan oleh Siswa Kelas II

SMPN 1Mulyodadi, Bantul dan Siswa Kelas II SMPN 3 Bantul, Yogyakarta

Tahun Ajaran 2003/2004. Dari penelitian tersebut diperoleh tiga temuan.

a. Kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa kelas II SMPN 1 Mulyodadi meliputi : (1) kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (2) kesalahan penulisan kata, (3) kesalahan pemakaian tanda baca, (4) kesalahan pemakaian huruf, dan (5) kesalahan penulisan unsur serapan. b. Kesalahan ejaan yang dilakukan siswa kelas II SMPN 3 Bantul meliputi :

(1) kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (2) kesalahan pemakaian huruf, (3) kesalahan penulisan kata, (4) kesalahan pemakaian tanda baca, dan (5) kesalahan penulisan unsur serapan.

(36)

Penelitian terdahulu meneliti kesalahan-kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa. Penelitian yang akan dilakukan ini ingin menemukan seberapa tinggi kemampuan memahami ejaan dalam kalimat dan apakah ada perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Ejaan Bahasa Indonesia dengan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2004 yang sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia II. Jadi, penelitian ini masih relevan untuk dilakukan.

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Sejarah Aksara

Alfabet atau aksara adalah rangkaian urutan huruf menur ut suatu sistem tulisan (Keraf, 1991 : 37). Sejauh ini dikenal empat macam sistem tulisan (Kridalaksana, melalui Kentjono, 1984). Berikut keempat macam sistem tulisan tersebut.

2.2.1.1Tulisan piktograf, yaitu rangkaian gambar untuk melukiskan suatu benda tertentu. Sistem tulisan ini dipakai di kalangan orang-orang Indian di Amerika, orang Yukagir di Siberia, dan orang-orang di Pulau Paska (Pasifik Timur), dan di Cina. Berikut diberikan contoh piktograf dari sejarah tulisan Cina.

‘sungai, air’

(37)

‘dua’

‘pohon, hutan’

2.2.1.2Tulisan ideograf atau tulisan logograf, yaitu satu tanda atau lambang yang mewakili kata atau ide yang dinyatakan. Berikut adalah contoh tulisan ideograf yang ditemukan di Mesir sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi.

‘memerintah’

‘segar’ atau ‘dingin’

2.2.1.3Tulisan silabis, yaitu satu tanda untuk menggambarkan suatu suku kata. Jadi, tulisan silabis ini tidak digunakan untuk menggambarkan gambar atau gagasan atau kata, tetapi untuk menggambarkan suku kata. Berikut adalah contoh sistem tulisan silabis yang samapai sekarang masih dipakai yaitu sistem tulisan bahasa Jawa.

‘ba’

‘la’

(38)

2.2.1.4Tulisan fonemis, yaitu satu tanda untuk melambangkan satu bunyi. Sistem tulisan ini menggambarkan setiap konsonan dan vokal dengan satu huruf. Contohnya adalah sistem tulisan Latin, yaitu a, b, c, d, sampai z.

2.2.2 Pengertian Ejaan

Menurut Kridalaksana (1974 : 40), ejaan adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, aturan menuliskan kata-kata, dan cara-cara mempergunakan tanda baca. Jika bunyi bahasa bersifat auditoris, maka huruf bersifat visual.

Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang diucapkan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang- lambang atau gambar-gambar bunyi (Safioedin, 1978 : 74).Dari kedua pengertian ejaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah ilmu yang mengatur cara-cara menuliskan kata, cara pemakaian huruf, dan cara mempergunakan tanda baca. Secara keseluruhan ejaan adalah suatu aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf.

2.2.3 Prinsip-prinsip Penyusunan Ejaan

(39)

2.2.3.1Prinsip Kecermatan

Suatu sistem ejaan adalah suatu sistem yang tidak boleh mengandung kontradiksi. Apabila suatu tanda sudah dipergunakan untuk melambangkan satu fonem, maka seterusnya tanda itu dipakai untuk fonem itu. Misalnya fonem /f/ dituliskan dengan tanda f. Tanda f tersebut tidak digunakan untuk melambangkan fonem yang lain.

2.2.3.2Prinsip Kehematan

Prinsip kehematan di sini diartikan bahwa penggunaan satu huruf satu fonem tidak dapat menjadi pegangan. Yang penting adalah adanya standar yang mantap. Dengan adanya satu standar itu maka orang dapat menghemat tenaga dan pikirannya dalam berkomunikasi. Dengan demikian, satu fonem dapat dilambangkan dengan lebih dari satu huruf. Misalnya fonem / ? / dilambangkan dengan tanda ng, fonem / ñ / dilambangkan dengan ny.

2.2.3.3Prinsip Keluwesan

Suatu sistem ejaan tidak boleh menutup kemungkinan bagi perkembangan bahasa pada waktu selanjutnya. Misalnya, dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diresmikan penggunaan f yang terdapat dalam kata kata

aktif, sifat, fakultas, dan sebagainya. Dalam ejaan Soewandi belum ada ketentuan

tentang huruf- huruf f, v, z, sj (EYD : sy), ch (EYD : kh). 2.2.3.4Prinsip Kepraktisan

(40)

masing-masing menggambarkan fonem tunggal masih dipertahankan dan tidak diganti dengan huruf-huruf baru karena hal ini lebih praktis.

2.2.4 Jenis Ejaan Bahasa Indonesia

Sampai sekarang, bahasa Indonesia telah mengalami tiga kali pembakuan ejaan yaitu (1) Ejaan van Ophuysen, (2) Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, dan (3) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Suryaman, 1986 : 7). Berikut adalah penjelasan ketiga ejaan tersebut.

2.2.4.1Ejaan van Ophuysen

Ejaan van Ophuysen disusun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901. Pemerintah Hindia Belanda melalui Charles Adrian van Ophuysen menciptakan ejaan dalam huruf Latin guna menuliskan bahasa Melayu. Alasan diciptakannya ejaan ini adalah untuk menyeragamkan pemakaian huruf Latin antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.

2.2.4.2Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik

Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 oleh Mr. Soewandi. Ejaan ini bertujuan menyederhanakan Ejaan van Ophuysen.

2.2.4.3Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

(41)

Berikut ini adalah tabel yang dapat digunakan untuk membedakan ketiga sistem ejaan tersebut (Keraf, 1991 : 39).

Tabel 2.1

Perbedaan Pokok Sistem Ejaan van Ophuysen, Ejaan Soewandi, dan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

No Ejaan van Ophuysen

Ejaan Soewandi

EYD Keterangan

1. a? ai ai Dalam Ejaan van Ophuysen, huruf i yang dianggap sebagai akhiran, misalnya disukai, ditulis dengan tanda trema atau

dua titik di atasnya. Dalam Ejaan Soewandi dan dalam EYD tanda trema tidak digunakan lagi.

2. aoë au au Dalam Ejaan van Ophuysen, huruf au ditulis dengan tanda trema dan hanya digunakan untuk diftong, misalnya pulau. Dalam Ejaan Soewandi, huruf au

juga dipakai untuk kata yang bukan diftong, misalnya kaum, laut. Tanda trema pada diftong dihapus, misalnya kaoem ? kaum.

(42)

dan dalam EYD. Contoh: doeloe ? dulu. 4. dj dj j Huruf dj dalam Ejaan van Ophuysen dan dalam Ejaan Soewandi diubah menjadi j dalam EYD. Contoh : djalan ? jalan. 5. j j y Huruf j dalam Ejaan van Ophuysen dan

dalam Ejaan Soewandi diubah menjadi y dalam EYD. Contoh : saja ? saya. 6. nj nj ny Huruf nj dalam Ejaan van Ophuysen dan

dalam Ejaan Soewandi diubah menjadi ny dalam EYD. Contoh : njanji ?

nyanyi.

7. tj tj c Huruf tj dalam Ejaan van Ophuysen dan dalam Ejaan Soewandi diubah menjadi c dalam EYD. Contoh : tjerita ? cerita.

8. ' k k Tanda hamzah dalam Ejaan van

Ophuysen diubah menjadi k dalam Ejaan Soewandi dan dalam EYD. Contoh : ta' ? tak.

9. sj sj sy Huruf sj dalam Ejaan van Ophuysen dan dalam Ejaan Soewandi diubah menjadi sy dalam EYD. Contoh : sjarat ? syarat.

(43)

kh dalam EYD. Contoh : tarich ? tarikh.

Dalam EYD ditambahkan lima huruf sebagai lambang bunyi dalam bahasa Indonesia. Berikut kelima huruf tersebut.

1. f, contoh : fakultas. 2. v, contoh : universitas. 3. z, contoh : lazim.

4. q, unsur yang mengandung huruf q diindonesiakan menurut kaidah yang berlaku, yakni berubah menjadi k, contoh : aquarium ? akuarium.

5. x, unsur yang mengandung huruf x diindonesiakan menurut kaidah yang berlaku, yakni (1) tidak berubah jika terdapat pada awal kata, contoh : xenon ? xenon dan (2) berubah menjadi ks jika terdapat pada posisi lain (tidak pada awal

kata), contoh : taxi ? taksi.

Huruf q dan huruf x mengalami perubahan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Menurut Prijana melalui Yusuf Abdullah Puar (1980 : 275), kata-kata asing, sedapatnya diindonesiakan. Artinya, semua fonem dan susunannya sedapatnya dicocokkan dengan fonem dan susunan kata-kata Indonesia. Jadi, ejaan kata-kata asing menjadi fonetis, artinya menurut pendengaran dan ucapan kita (Indonesia).

2.2.5 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

(44)

kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca. Berikut uraian kelima hal tersebut.

A. Pemakaian Huruf

Bab ini akan memb icarakan enam pasal, yaitu (1) huruf abjad, (2) huruf vokal, (3) huruf konsonan, (4) huruf diftong, (5) gabungan – huruf konsonan, dan (6) pemenggalan kata. Berikut uraian keenam pasal tersebut.

1. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r. s, t, u ,v, w, x, y, z.

2. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, u.

3. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf - huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

4. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

5. Gabungan-Huruf Konsonan

(45)

6. Pemenggalan Kata

a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

Misalnya: ma- in

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

Misalnya: au- la

2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Misalnya: ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

3) Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

(46)

4) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya: in-stru- men, ul-tra, in- fra, bang-krut, ben-trok, ikh- las b. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang

mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi- lah Catatan:

1) Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal. 2) Akhiran -i tidak dipenggal.

3) Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.

Misalnya: te-lun-juk, si- nam-bung, ge- li- gi.

c. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, di atas.

Misalnya: bio- grafi, bi-o-gra-fi B. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

(47)

1. Huruf Kapital atau Huruf Besar

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya: Dia mengantuk.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang ?”

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya: Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

(48)

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya: Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ?

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur - unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah, Ampere

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya: 10 volt, 5 ampere

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya: mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya: tahun Hijriah, bulan Agustus, hari Jumat, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

(49)

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara, Banyuwangi, Terusan Suez

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya: berlayar ke teluk, pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya: garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,

lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya: Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Nomor 57

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya: menjadi sebuah republik, kerja sama antara pemerintah dan rakyat

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

(50)

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya: Dr. (doktor)

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya: “Kapan Bapak berangkat ?” Tanya Harto.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya: Sudahkah Anda tahu ? 2. Huruf Miring

(51)

Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusasteraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah ialah Carcinia mangostana.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

C. Penulisan Kata

Bab ini akan membicarakan sepuluh pasal yaitu (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (5) kata ganti ku, kau, mu, dan nya, (6) kata depan di, ke, dan dari, (7) kata si dan sang, (8) partikel, (9) singkatan dan akronim, dan (10) angka dan lambang bilangan. Berikut uraian kesepuluh pasal tersebut.

1. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu.

2. Kata Turunan

(52)

Misalnya: bergeletar, dikelola

b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, menganak sungai

c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan

d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: adipati, purnawirawan Catatan:

1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya:

Mudah- mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. 3. Bentuk Ulang

(53)

4. Gabungan Kata

a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya: duta besar, rumah sakit umum

b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya: acapkali, adakalanya, akhirulkalam 5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. 6. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. 7. Kata si dan sang

(54)

8. Partikel

a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Ap pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Catatan:

Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapaun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,

meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

c. Partikel per yang berarti ‘mulai‘, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke ruangan satu per satu.

Harga kain itu Rp2.000,00 per helai. 9. Singkatan dan Akronim

a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya: A.S. Kramawijaya

(55)

huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Misalnya: dll. (dan lain- lain)

4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya: Cu (kuprum) cm (sentimeter) l (liter)

Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah

b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya: IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) 2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

(56)

3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya: pemilu (pemilihan umum) 10. Angka dan Lambang Bilangan

a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000)

b. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter

1 jam 20 menit Rp5.000,00 27 orang

c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

(57)

d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin : 9

e. Penulisan lambang bilangan dengan menggunakan huruf dilakukan sebagai berikut.

1) Bilangan utuh

Misalnya: tiga ratus tiga puluh tiga (333) 2) Bilangan pecahan

Misalnya: tiga perempat (3/4)

f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.

Misalnya: abad XXI, abad ke-21, di tingkat kedua gedung itu

g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.

Misalnya: tahun '50-an (tahun lima puluhan) uang 500-an (uang lima ratusan)

sepuluh uang 100-an (sepuluh uang seratusan)

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

(58)

Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

D. Penulisan Unsur Serapan

(59)

yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme par I’homme. Unsur - unsur ini dipakai

dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut . Contoh :

aa ( Belanda ) menjadi a .

contoh: paal ? pal ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e .

contoh: aerobe ? aerob E. Pemakaian Tanda Baca

Bab ini akan membicarakan lima belas pasal, yaitu (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda ellipsis, (8) tanda Tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15) tanda penyingkat atau apostrof. Berikut uraian kelimabelas pasal tersebut.

1. Tanda Titik (.)

(60)

Misalnya: Ayahku tinggal di Yogyakarta.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

B. Direktorat Jenderal Agraria 1. …

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya: 1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

(61)

f. 1) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

2) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.

Misalnya: Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ’45)

h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

Misalnya: Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Tantular 43 Yogyakarta 2. Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur- unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahlui oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

(62)

c 1) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

2) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya: … Jadi, soalnya tidak semudah itu.

e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya: Wah, bukan main !

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya: Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”

g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

(63)

h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden : Balai Pustaka.

i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta : UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya: B. Ratulangi, S.E.

k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya: Rp12,50

l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

m. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

(64)

n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya: “Di mana Saudara tinggal ?” tanya Karim. 3. Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum juga selesai.

b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja

di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “ Pilihan Pendengar”.

4. Tanda Titik D ua (:)

a 1) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

2)Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

(65)

b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan

c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya: Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik !” (duduk di kursi besar)

d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yasin:9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit

Tjokronegoro, Sutomo. Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita ? Djakarta: Eresco, 1968.

5. Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

(66)

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak

d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973

e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.

Misalnya: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20x5000), tanggung jawab-dan kesetiakawanan sosial

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii ) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas.

(67)

Misalnya: se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, Menteri-Sekretaris Negara

g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya: di-smash 6. Tanda Pisah (- )

a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya: Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tangga l dengan arti ‘ sampai ke ‘ atau ‘ sampai dengan ‘.

Misalnya: Tanggal 5-10 April 2006 Catatan :

Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

7. Tanda Elipsis (…)

(68)

Misalnya: Kalau begitu…ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan…akan diteliti lebih lanjut. Catatan :

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

8. Tanda Tanya (?)

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan ia berangkat?

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1963 (?). 9. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya: Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya. Merdeka!

(69)

a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya: Bagian Perencanaan sudah menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis tahun 1962.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

11. Tanda Kurung Siku ([…])

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

Gambar

Tabel 3.2 Bentuk Instrumen Tes Benar-Salah Dilihat dari Bab yang
Tabel 4.5 Konversi Nilai  Kemampuan Memahami Ejaan dalam
Tabel 2.1
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai dan waktu parameter proses menyesuaikan terhadap perubahan sistem yang terjadi, sehingga pada sistem closed loop nilai paramater proses yang dihasilkan lebih kecil

Dalam pakteknya metode takhrij ini tergantung dari lafadz pertama pada matan Hadits dalam fokus penelitiannya. Metode ini juga mengodifikasikan lafal pertama dari setiap

berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah catalog kartu Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari

Laporan yang disusun oleh penulis merupakan tindak lanjut setelah melewati tahap ujian komprehensif yang dilaksanakan selama 2 hari sejak hari Senin sampai Selasa, 22 - 23 April

Warna dan bentuk sangat beragam tergantung dari keahlian dan keterampilan pembuat, dimana bentuk kaca dibuat pada saat kaca masih dalam kondisi yang sangat panas.. Gambar 9

UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF) JUMLAH SD/MI JUMLAH SD/MI DGN SIKAT GIGI.. KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN

Peneliti juga ingin melakukan penelitian ini karena penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia, sehingga kemungkinan terdapat perbedaan angka kematian pada pasien

Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengenkripsi data dengan menggunakan algoritma ElGamal yaitu GnuPG.