BAB III TOKEN RING 3.1 Token Ring
Token ring adalah sebuah arsitektur jaringan yang menggunakan topologi jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan. Arsitektur jenis ini sangat cocok untuk jaringan yang menangani trafik data yang padat dari banyak user misalnya di lingkungan perkantoran maupun laboratorium.
Tidak seperti metode akses media CSMA/CD, token ring lebih deterministik. Ini berarti setiap node dijamin akan mendapat giliran ntuk mengirimkan paket dalam siklus waktu tertentu. Saat sebuah user ingin mengirimkan data, dia harus menunggu hingga adapter-nya menerima token bebas (bit token=0). Ketika menangkap token bebas tersebut, user menciptakan sebuah frame dengan mengeset bit token menjadi 1, menyisipkan alamat asal dan tujuan, beberapa informasi kontrol, data yang ingin dikirimkan, dan kemudian memulai pengiriman frame. Selama pengiriman frame tidak ada token yang beredar dalam ring sehingga tidak ada user lain yang dapat melakukan pengiriman.
Hal ini mencegah terjadinya tubrukan (Collisions) dalam jaringan. frame yang dikirimkan akan dilewatkan dari satu user ke user lain dalam jaringan hingga tiba pada alamat user yang dituju. User tujuan mengkopi data, mengeset bit-bit pengontrol untuk mengindikasikan bahwa alamatnya dikenali dan sukses mengkopi data, kemudian mengirim ulang frame tersebut. saat frame kembali ke user pengirim karena transmisi telah berhasil, maka frame tersebut dibuang dari jaringan. User pengirim membuat token
3.2 Arsitektur Jaringan Token Ring
Jaringan Token ring biasanya digunakan untuk lingkungan teknik dan perkantoran. Arsitektur dari jaringan ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1Arsitektur Token Ring
Pada Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa DTE tidak terhubug langsung kejaringan, tetapi melalui sebuah konsentrator yang disebut Trunk Coupling Unit (TCU). TCU terdiri dari relay-relay dan komponen elektronik lainnya yang dibutuhkan untuk mengirim dan menerima sinyal dari maupun menuju kabel.
Gambar 3.2 Trunk Coupling Unit Ada tiga state pada tiap TCU, yaitu :
1. Listen state : selama penerimaan bit, repeater juga melakukan modifikasi pada bit yang diterima dan diteruskan kembali (dibutuhkan 1 bit delay).
TCU
2. Transmit state : jika stasiun hendak mengirim, maka repeater akan mengirimkannya melalui outgoing link.
3. Bypass state : bit dikuatkan dan langsung diteruskan ke repeater berikutnya. TCU diatur sedemikian rupa sehingga apabila DTE dalam keadaan tidak aktif, TCU akan berada dalam kondisi bypass. Pengaturan ini dilakukan untuk memelihara kelangsungan pengiriman data melalui ring.
3.3 Prinsip Kerja Token Ring
Cara kerja jaringan token ring, sebuah token bebas mengalir dalam jaringan. Jika suatu node ingin mengirimkan paket data, maka paket data yang akan dikirimkan ditempelkan pada token, kemudian token itu membawa paket data ke tujuan. Pada waktu token berisi data, node lain tidak dapat menggunakan token itu sampai token itu menyelesaikan tugasnya mengirimkan data. Bila paket data telah disampaikan ke tujuan, node pengguna tadi melepaskan token untuk dipakai oleh node yang lain. Cara kerja ini
dinamakan token passing scheme.
Metode aksesnya melalui lewatnya sebuah token dalam sebuah lingkaran seperti cincin. Dalam lingkaran token, komputer-komputer dihubungkan satu dengan yang lainnya seperti sebuah cincin. Sebuah sinyal token bergerak berputar dalam sebuah lingkaran (cincin) dalam sebuah jaringan dan bergerak dari sebuah komputer-menuju ke komputer berikutnya, jika pada persinggahan di salah satu komputer ternyata ada data yang ingin ditransmisikan, token akan mengangkutnya ke tempat dimana data itu ingin ditujukan, token bergerak terus untuk saling mengkoneksikan diantara masing-masing komputer Protokol Token Ring membutuhkan model jaringan bintang dengan menggunakan kabel twisted pair atau kabel fiber optik dan dapat melakukan kecepatan transmisi 1Mbps, 4 Mbps atau 16 Mbps. Untuk mengkoneksikan station membutuhkan
Multistation Access Unit (MAU). Menghubungkan token ring dapat dilakukan dengan type 1,2, 3.
3.4 Jenis-Jenis Token Ring
Terdapat beberapa kondisi ketika sebuah free token baru boleh dibangkitkan. Variasi oleh sistem pembangkitan free token menyebabkan adanya perbedaan teknik dalam pentransmisian data pada jaringan token ring, yaitu Multiple Token Operation, Single Token Operation dan Single Packet Operation. Ketiga jenis token ring diatas akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikutnya.
3.4.1 Multiple Token Operation
Pada jaringan token ring multiple token operation, stasiun pengirim membangkitkan free token yang baru dan segera menduduki ring mengikuti bit terakhir dari data terkirim. Sesuai namanya yang Multiple Token, dalam sistem ini dijinkan beberapa busy token dan satu free token pada ring dalam satu waktu. Untuk jumlah token lebih dari satu dalam ring, panjang paket dan latency stasiun harus sinkron sehingga busy token tidak berkembang cukup jauh sampai akhirnya kemudian dihapus oleh stasiun yang mengirimkannya sebelum free token baru kembali dibangkitkan.
3.4.2 Single Token Operation
Berbeda dengan Multiple Token Operation, pada Single Token Operation mengharuskan stasiun pengirim menunggu sampai stasiun itu sendiri menghapus busy tokennya sebelum kembali membangkitkan free token yang baru. Jika sebuah paket lebih panjang daripada ring latency, kiranya stasiun akan menerima dan menghapus busy tokennya sendiri sebelum menyelesaikan transmisi data. Dalam situasi ini, stasiun hanya boleh melanjutkan pengiriman data dan membangkitkan free token yang baru hanya setelah bit terakhir data telah terkirim. Oleh karena itu perbedaan Single Token Operation
dengan Multiple Token Operation hanya terletak pada ukuran paket yang lebih pendek dibanding ring latency nya.
3.4.3 Single Packet Operation
Pada Single Packet Operation, sebuah stasiun tidak akan membangkitkan sebuah free token baru sampai akhirnya token telah selesai mengitari penuh sebuah ring dan menghapus/mengosongkan semua paket yang ditransmisikannya. Sistem ini menjamin tidak adanya interferensi dalam dua transmisi data. Single Packet Operation lebih baik satu step dibanding Single Token Operation, dimana Single Packet Operation hanya mengijinkan paket penuh termasuk busy token yang harus dihapus/dikosongkan sebelum sebuah free token baru dibangkitkan.
3.5 Format Frame Token Ring
Ada dua format dasar yang digunakan dalam token ring, yang pertama adalah control token dan yang lainnya adalah frame standar untuk mengirimkan data. Control token berfungsi untuk mengedalikan hak kirim masing-masing DTE. Adapun format frame untuk control token maupun frame data menggunakan Manchester encoding. Konversi bit kedalam Manchester encoding data seperti pada Gambar 3.3.
Gam 3.4
Gambar 3.3Manchester Encoding 3.6 Pentransmisian Frame
Pada saat sebuah DTE ingin mengirimkan data,data tersebut terlebih dahulu disusun ke dalam format frame standar. DTE tersebut harus menunggu sebuah token bebas (token dengan prioritas yang sama atau lebih rendah), kmudian mengubah status token dari bebas menjadi sibuk dan mulai meyisipkan data. Pada saat frame memutari ring, tiap DTE membaca alamat tujuan yang ada pada frame tersebut. Apabila alamat tujuan tidak cocok, DTE tersebut akan mengabaikan frame yang datang melewatkannya ke DTE berikutnya hingga frame tersebut tiba pada DTE dengan alamat yang sesuai. Setelah data berhasil diterima, DTE tujuan mengirim kembali frame tersebut ke DTE yang mengirimkannya untuk diabsorbsi (dibuang dari ring).
3.7 Ring Management
Mekanisme operasi jaringan ring adalah mekanisme yang membutuhkan keadaan steady state. Jika sebuah DTE baru ingin bergabung dalam jaringan yang sedang beroperasi, DTE tersebut harus menjalani prosedur inisialisasi untuk memastikan operasi yang benar dari ring yang sedang aktif tidak terganggu. Saat sedang beroperasi setiap DTE yang aktif harus memantau kinerja ring, apabila ring tidak bekerja dengan benar dan memberikan hak yang adil pada setiap DTE. Fungsi untuk menjaga kinerja yang benar dari ring disebut Ring Management.
Terdapat dua tipe DTE yang berada dalam ring, Active Monitor (AM) station, and Standby Monitor (SBM) stations. Hanya ada satu Active Monitor station per ring. Active Monitor station ini berfungsi sebagai ring manager, dan stasiun-stasiun lainnya berfungsi sebagai Standby Monitor Stations. DTE manapun dalam ring dapat menjadi Active Monitor. Active Monitor Stations dipilih dalam proses yang disebut “Claim Token Process”setelah Active Monitor dipilih,stasiun-stasiun lainnya menjadi ”Standby Monitors”(SBM).
1. Menjaga “Master Clock” untuk memastikan delay ring yang tepat (24 bit delay dalam sebuah ring).
2. Membangkitkan “Neighbor Notification” setiap tujuh detik untuk memantau token dan pentransmisian frame.
3. Mendeteksi token dan frame yang hilang dengan mengatur bit monitor 4. Membersihkan ring.
Standby Monitor bertugas :
1. Mendeteksi kegagalan Active Monitor.
2. Memulai proses “Monitor Contention” untuk ikut dalam proses “Neighbor Notification”.
3.8 Definisi Throughput dan Delay
Throughput dalam LAN adalah rata-rata pengiriman paket sukses dalam satu satuan waktu. Dengan menganalisa besarnya throughput jaringan terhadap berbagai variasi kedatangan dapat membantu kita menentukan apakah jaringan tersebut dapat diandalkan.
Untuk menganalisa throughput, sering dinyatakan dalam persamaan
0 < S < 1 (4.1) Dimana λ = rata-rata kecepatan kedatangan paket (paket/detik)
X = panjang paket (bit) R = bit rate (bit/detik)
Parameter lain yang yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kinerja suatu jaringan adalah besarnya delay dalam jaringan tersebut. Delay adalah waktu yang dihabiskan oleh satu paket mulai dari pertama kali paket tersebut dibangkitkan hingga
diterima dengan sukses di tujuan. Delay yang dialami oleh masing-masing pengiriman paket terdiri atas beberapa komponen, yaitu :
1. waktu yang dibutuhkan paket tersebut untuk berjalan dari DTE ke interface jaringan.
2. waktu yang dihabiskan paket tersebut dalam buffer saat menunggu giliran pengiriman.
3. waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket tersebut dalam jaringan.
4. waktu yang dihabiskan paket tersebut dalam buffer penerima.
5. waktu yang dibutuhkan paket untuk berjalan dari interface jarngan ke DTE penerima.
Pengukuran delay dalam jaringan sangat penting untuk menentukan apakah jarigan tersebut layak dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini disebabkan karena sering kali informasi yang dikirim dalam paket hanya valid dalam selang waktu tertentu, sehingga besarnya delay sangat penting untuk dipertimbangkan.
3.8.1 Analisis Throughput Multiple Token Operation
Throughput dalam LAN adalah rata-rata pengiriman paket sukses dalam satu satuan waktu. Dengan menganalisis besarnya throughput jaringan terhadap berbagai variasi kedatangan dapat membantu kita menentukan apakah jaringan tersebut dapat diandalkan.
Untuk menganalisa throughput, sering dinyatakan dalam persamaan
S =
0 < S < 1
(4.2)
Dimana λ = Rata-rata kecepatan kedatangan paket (paket/detik) M = Jumlah DTE
X = Panjang paket (bit) R = Bit rate (bit/detik)
Jika jaringan tidak digunakan pada kecepatan maksimumnya, throughput ternormalisasi akan menurun hingga harga efektifnya. Throughput efektif (S’)
Dapat dihitung dengan persamaan.
S’ = (4.3)
Dimana R’ adalah bit rate terendah dari jaringan (bit/detik)
3.8.2 Analisis Delay Multiple Token Operation
Model Multiple Token Operation diasumsikan bahwa free token yang baru, dibangkitkan sesegera mungkin setelah bit terakhir dari paket meninggalkan stasiun pengirim. Lalu stasiun pengirim mengisyaratkan ke stasiun yang lain bahwa kanal sibuk (busy) kecuali untuk interval waktu sebesar . Sehingga rata-rata waktu layanan efektif sebesar ̅, dan delay rata-rata untuk Multiple Token Operation dapat dituliskan : ̅ ( ) ( ) ̅̅̅̅ ̅ ( ) (4.4) Dimana D = Delay ̅
= Rata-rata waktu pengiriman paket
= Ring Latency
= Delay ternormalisasi
= Throughput
3.9 Model Sistem
Gambar dari model sistem jaringan untuk simulasi yang akan dibahas dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 4.1Model jaringan untuk simulasi
M
1
2
3
3.10 Flowchart Penelitian Kinerja Multiple Token
Adapun flowchart penelitian kinerja Multiple token digambarkan pada Gambar 3.5 sehingga mempermudah melihat program perhitungan yang dijalankan.
Mulai Model Masukkan Data Analisis Hasil
Gambar 3.5 Flowchart Penelitian
BAB IV
ANALISIS KINERJA
MULTIPLE TOKEN OPERATION
4.1 Umum
Pada bab ini di analisis kinerja
Local Area Network
(LAN) metode akses
Multiple Token Ring
. Adapun kinerja yang akan diuji adalah
delay
dan
throughput
, dengan memvariasikan parameter jumlah terminal dan
bit latency
.
Dari perhitungan ada beberapa parameter yang diaplikasikan baik dari jumlah
stasiun dan
bit latency
yaitu M =10: 20: 400, λ= 10 packet/s, R = 4.
, Ẋ= 1000
bit
Pengujian yang dibuat dilakukan dengan cara menjalankan program
komputer tersebut dengan berbagai perubahan variabel
input
dan dianalisa hasil
keluarannya. Data input sebagai nilai variabel dari program simulasi ini adalah
data masukan yang berupa jumlah terminal dan
bit latency
.
Metode simulasi yang digunakan adalah simulasi kejadian diskrit, dimana
pemodelan sistem memfokuskan terhadap adanya perubahan variabel keadaan
sistem secara seketika dalam titik-titik waktu tertentu. Pencatatan terhadap
perubahan variabel keadaan sistem yang diperlukan dilakukan setiap adanya suatu
kejadian. Dalam proses simulasi ini, kejadian yang berlangsung adalah
kedatangan paket data di terminal. Sedangkan variabel keadaan sistem yang
dicatat adalah waktu berlangsungnya seluruh proses simulasi.
Tabel 4.1
Parameter perhitungan
throughput
protokol akses acak
Parameter
Deskripsi
a
(
Delay
propagasi)
Divariasikan (0,01) sampai (1,0)
G
(Attempt rate)
Divariasikan (
) sampai (
)
4.2 Flowchart Perhitungan
Kinerja Multiple Token
Adapun
flowchart
perhitungan kinerja
multiple token
digambarkan pada
Gambar 4.2 sehingga mempermudah melihat program yang dijalankan.
mulai Inisialisasi Monitor Inisialisasi data-data paket Inisialisasi Token Masukkan M
Gambar 4.1
Flowchart
perhitungan
4.3 Analisis kinerja
Throughput
terhadap jumlah stasiun
Dengan M sebagai jumlah stasiun, λ adalah jumlah
packet/second
dan
adalah jumlah bit/second, maka diperoleh nilai
throughput
: S=M.λ.
.
Gambar 4.2
memperlihatkan grafik hubungan kinerja
throughput
terhadap jumlah stasiun.
maka :
S=M.λ.
(4.1)
selesai Tampil hasil (tabel dan grafik)
Gambar 4.2 Hasil perhitungan
throughput
terhadap jumlah stasiun
Tabel 4.2 menampilkan trafik jumlah stasiun terhadap
throughput
dan
menghasilkan besaran
delay.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan
Throughput
terhadap jumlah stasiun
0 50 100 150 200 250 300 350 400 10-2 10-1 100 jumlah station T h ro u g h p u t
Throughput vs jumlah station
M
S
10
0.0250
30
0.0750
50
0.1250
Pada grafik dan tabel yang tertera dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak jumlah stasiun yang dihitung akan semakin besar pula jumlah
throughput
yang terjadi.
4.4 Analisis jumlah stasiun terhadap
delay
Dari Gambar 4.2 didapat dilihat perbedaan
delay
yang dihasilkan dengan
memvariasikan jumlah station dan
bit latency
yang menjadi acuan pembanding.
Dengan rumus perhitungan dapat kita lihat
τ’= 1+
+
( ) ( )+
(4.2)
110
0.2750
130
0.3250
150
0.3750
170
0.4250
190
0.4750
210
0.5250
230
0.5750
250
0.6250
270
0.6750
290
0.7250
310
0.7750
330
0.8250
350
0.8750
370
0.9250
390
0.9750
Dimana ɑʹ didapat dari rumus
ɑʹ = τ’
(4.3)
Gambar 4.3 Hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Jumlah Stasiun terhadap
Delay
Tabel 4.3 menampilkan trafik perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
dengan menvariasikan
bit latency
.
M
Bit latency
1
5
10
15
20
10
1.0560
1.0964
1.1470
1.1976
1.2482
30
1.1330
1.2577
1.4136
1.5695
1.7254
0 50 100 150 200 250 300 350 400 100 101 102 103 M D e la y delay vs jlh station bitLatency = 1 bitLatency = 5 bitLatency = 10 bitLatency = 15 bitLatency = 2070
1.3115
1.6208
2.0074
2.3940
2.7806
90
1.4161
1.8278
2.3424
3.8570
3.3716
110
1.5337
2.0564
2.7098
3.3632
4.0165
130
1.6673
2.3115
3.1168
3.9221
4.7274
150
1.8207
2.5995
3.5730
4.5465
5.5200
170
1.9989
3.9288
4.0910
5.2533
6.4156
190
2.2093
3.3113
4.6888
7.0663
7.4438
210
2.4618
3.7638
5.3913
7.0188
8.6463
230
2.7713
4.3110
6.2355
8.160
10.0846
250
3.1608
4.9908
7.2783
9.5658
11.8533
270
3.6670
5.8643
8.6111
11.3578
14.1045
290
4.3536
7.0374
10.3922
13.7470
17.1017
210
5.3409
8.7096
12.9204
17.1313
21.3421
330
6.8868
11.3088
16.8363
22.3638
27.8913
350
9.6613
15.9473
23.8048
31.6623
39.5198
370 16.1218 26.7038
39.9313
53.1588
66.3863
390 48.3845 80.2865 120.1640 160.0415 199.9190
4.3 analisis tabel perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
Dari tabel diatas terlihat pada M= 10 dengan
bit latency
20 dihasilkan
delay
sebesar 1.24 detik.apalabila parameter kita ubah lagi M = 390 dengan
bit
latency
20 maka
delay
yang dihasilkan 199.9 detik.
4.5 Analisis perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
ternormalisasi
Dari Gambar 4.3 dibawah menunjukkan perrbedaan
delay ternormalisasi
yang di hasilkan dengan memvariasikan jumlah stasiun dan
bit latency
yang
menjadi acuan pembanding untuk melihat seberapa besar
delay ternormalisasi
yang terjadi apabila parameter yang saya sarankan diubah-ubah.
Dengan rumus delay
ternormalisasi
dapat kita lihat
ɑʹ =τ’.
⁄
(4.4)
Gambar 4.4 Hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
ternormalisasi
Tabel 4.4 Analisis hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
ternormalisasi
Tabel 4.4 menampilkan trafik perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
ternormalisasi.
M
Delay ternormalisasi
1
5
10
15
20
0 50 100 150 200 250 300 350 400 10-2 10-1 100 101 jlh station D e la y N o rm a lis a s idelay normalisasi vs bitLatency
bitLatency = 1 bitLatency = 5 bitLatency = 10 bitLatency = 15 bitLatency = 20
30
0.0500
0.1700
0.3200
0.4700
0.6200
50
0.0700
0.2700
0.5200
0.7700
1.0200
70
0.0900
0.3700
0.7200
1.0700
1.4200
90
0.1100
0.4700
0.9200
1.3700
1.8200
110
0.1300
0.5700
1.1200
1.6700
2.2200
130
0.100
0.6700
1.3200
1.9700
2.6200
150
0.1700
0.7700
1.5200
2.2700
3.0200
170
0.1900
0.8700
1.7200
2.5700
3.4200
190
0.2100
0.9700
1.9200
2.8700
3.8200
210
0.2300
1.0700
2.1200
3.1700
4.2200
230
0.2500
1.1700
2.3200
3.4700
4.6200
250
0.2700
1.2700
2.5200
4.7700
5.0200
270
0.2900
1.3700
2.7200
4.0700
5.4200
290
0.3100
1.4700
2.9200
4.3700
5.8200
310
0.3300
1.5700
3.1200
4.6700
6.2200
330
0.3500
1.6700
3.3200
4.9700
6.6200
350
0.3700
1.8700
3.5200
5.2700
7.0200
370
0.3900
1.8700
3.7200
5.5700
7.4200
390
0.4100
1.9700
3.9200
5.8700
7.8200
4.4 Tabel hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap
delay
ternormalisasi
Dari tabel 4.4 terlihat pada M= 10 dengan
bit latency
20 dihasilkan
delay
sebesar 0.220 detik. apalabila parameter diubah lagi M= 390 dengan
bit latency
20 maka
delay
yang dihasilkan 7.82 detik
Gambar 4.5 Grafik analisis
throughput
terhadap
transfer delay
4.5 Tabel hasil perhitungan
throughput
terhadap
transfer delay
Tabel 4.5 menampilkan trafik perhitungan
throughput
terhadap
transfer
delay
sehingga menghasilkan
delay
.
S
Bit Latency
1
5
10
15
20
0.0250
1.0560
1.0964
1.1470
1.1976
1.2482
0.0750
1.1330
1.2577
1.4136
1.5695
1.7254
0.1250
1.2178
1.4318
1.6993
1.9668
2.2343
0.1750
1.3115
1.6208
2.0074
2.3940
2.7806
0.2250
1.4161
1.8278
2.3424
2.8570
3.3716
0.2750
1.5337
2.0564
2.7098
3.3632
4.0165
0.3250
1.6673
2.3115
3.1168
3.9221
4.7274
0.3750
1.8207
2.5995
3.5730
4.5465
5.5200
0.4250
1.9989
3.9288
4.0910
5.2533
6.4156
0.4750
2.2093
3.3113
4.6888
6.0663
7.4438
0.5250
2.4618
3.7638
5.3913
7.0188
8.6463
10-2 10-1 100 100 101 102 103 throughput m e a n t ra n s fe r d e la ymean transfer delay vs throughput
bitLatency = 1 bitLatency = 5 bitLatency = 10 bitLatency = 15 bitLatency = 20
S
1
5
10
15
20
0.5750
2.7713
4.3110
6.2355
8.1601
10.0846
0.6250
3.1608
4.9908
7.2783
9.5658
11.8533
0.6750
3.6670
5.8643
8.6111
11.3578
14.1045
0.7250
4.3536
7.0374
10.3922
13.7470
17.1017
0.7750
5.3409
8.7096
12.9204
17.1313
21.3421
0.8250
6.8868
11.3088
16.8363
22.3638
27.8913
0.8750
9.6613
15.9473
23.8048
31.6623
39.5198
0.9250
16.1218
26.7038
39.9313
53.1588
66.3863
0.9750
48.3845
80.2865
120.1640
160.0415
199.9190
4.5 Tabel analisis
throughput
terhadap
transfer delay
Dari tabel diatas terlihat pada S = 0.0250 dengan
bit latency
20 dihasilkan
transfer delay
sebesar 1.2482 detik. Apalabila parameter diubah lagi S= 0.9750
dengan
bit latency
20 maka
delay
yang dihasilkan 199.9190 detik.
4.7 Analisis Hasil Simulasi
Program simulasi token
ring
ini dirancang untuk mensimulasikan kinerja
jaringan token
ring
dengan menvariasikan
bit latency
dan jumlah terminal,
sehingga menghasilkan keluaran angka dan grafik yang akan dianalisis. Dari hasil
simulasi tersebut dilihat bahwa perubahan dan penambahana
bit latency
dan
jumlah terminal akan mempengaruhi
throughput
dan
delay
jaringan. Semakin
besar
bit latency
dan semakin banyak jumlah terminal yang tersambung maka
througput
dan
delay
juga meningkat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Setelah melakukan perhitungan dan analisis kinerja protokol multiple token operation, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk perbandingan throughput terhadap jumlah station pada M = 10 menghasilkan throughput sebesar 0.0250 detik dan pada M = 390 throughput yang dihaslkan sebesar 0.9750 detik.
2. Untuk perbandingan jumlah station terhadap delay dengan menvariasikan bit latency. Pada M = 10 dengan bit latency 20 maka delay delay yang di peroleh sebesar 1.2482 detik bila kita bandingkan pada M = 390 maka delay yang diperoleh dengan bit latency yang sama sebesar 199.9190 detik.
3. Untuk perbandingan jumlah station terhadap delay ternormalisasi dengan menvariasikan bit latency maka pada M = 10 dan bit latency 20 delay ternormalisaasi yang di hasilkan sebesar 0.2200 detik bila bandingkan dengan M = 390 maka delay ternormalisaasi yang dihasilkan sebesar 7.8200 detik.
4. Untuk perbandingan throughput terhadap delay transfer dengan menvariasikan bit latency maka dapat kita lihat bila throughput sebesar 0.0250 dengan bit latency sebesar 20 maka transfer delay yang diterima sebesar 1.2482 detik jika kita berikan throughput sebesar 0.9750 maka delay treansfer yang diperoleh sebesar 199.9190 detik.
5. Token ring menghasilkan kinerja terbaik untuk trafik yang padat dan jumlah user yang besar.
6. Hasil simulasi dilakukan untuk mewakili sistem yang sebenarnya, karena data yang dihasilkan sesuai dengan teori yang ada.
5. 2 Saran
Setelah pengerjaan Tugas Akhir ini, penulis menyampaikan beberapa saran dibawah ini. 1. Sebaiknya dikemudian hari dilakukan analisis kinerja protokol multiple token
operation dengan parameter analisis yang berbeda.