• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 MANADO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 MANADO

RELATIONSHIP BETWEEN FOSTER PATTERNS AND STRESS LEVEL WITH SMOKING BEHAVIOR IN SMA NEGERI 7 MANADO

Novianto Iskandar*, Rahayu Akili*, Jano Bernandus*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Selain merokok berbahaya bagi kesehatan merokok juga dapat membuat seseorang beresiko terkena penyakit bahkan mengakibatkan seseorang meninggal dunia akibat dari efek rokok itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah Untuk Menganalisis Hubungan antara Pola Asuh dan Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa SMA Negeri 7 Manado. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei- Juli tahun 2016 di SMA Negeri 7 Manado dengan sampel sebesar 133 siswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner, alat tulis menulis dan aplikasi komputer sebagai instrumen penelitian. Pengolahan data dengan uji Fisher Exact dengan α= 0,05. Hasil: Pola Asuh Baik 47,4%, Pola Asuh Tidak Baik 52,6% selanjutnya Tingkat stres 48,1 %, Tidak Stres 51,9 %. Perilaku Merokok 56,4% dan Perilaku tidak Merokok 43,6%. serta hasil uji menunjukkan bahwa Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok. (p= 0,003) pada Siswa Sma Negeri 7 Manado. Selanjutnya pada hasil uji menunjukkan bahwa Terdapat Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok (p= 0,000) ) pada Siswa Sma Negeri 7 Manado. Kesimpulan: Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sma Negeri 7 Manado. Selanjutnya Terdapat Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sma Negeri 7 Manado.

Kata Kunci : Pola Asuh, Tingkat Stres, Perilaku Merokok ABSTRACT

Smoking habits are considered to provide pleasure for smokers, but on the other hand can cause adverse effects for smokers themselves as well as the people around him. Various substances contained in the cigarette have a negative impact on the body of the sucker. Besides smoking is harmful to the health of smoking can also make a person at risk of disease and even resulted in a person died from the effects of the cigarette itself. The purpose of this study was To Analyze Relationship between Foster Patterns and Stress Levels with Smoking Behavior on SMA Negeri 7 Manado. Method: This research used analytic observational method with cross sectional approach which was conducted in May-July 2016 in SMA Negeri 7 Manado with sample of 133 students. This study uses questionnaires, stationery and computer applications as research instruments. Data processing with Fisher Exact test with α = 0,05. Result: Good Fostering Pattern 47,4%, Poor Pattern of Upper 52,6% Subsequent Stress 48,1%, No Stress 51,9%. Smoking Behavior 56.4% and Non-Smoking Behavior 43.6%. As well as test results show that there is a Relationship Between Patterns with Smoking Behavior. (P = 0,003) at SMA Negeri 7 Manado. Furthermore, on the test results indicate that there is a Relationship Between Stress Level with Smoking Behavior (p = 0,000)) to Student in SMA Negeri 7 Manado. Conclusion: There is a Relationship Between Foster Patterns with Smoking Behavior to Students in SMA Negeri 7 Manado. Furthermore, there is a Relationship Between Stress Level with Smoking Behavior to Students in SMA Negeri 7 Manado.

Keywords : Foster Patterns, Stress Level, Smoking Behavior PENDAHULUAN

Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit

(2)

2 atau kecacatan.Analogi kesehatan jiwa bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan dan perilaku dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.Pola asuh adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk perilaku dan karakter seorang anak, hal ini di dasari bahwa pendidikan yang utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun (Agus, 2012).

Pada saat mengalami stres, tanpa kita sadari tubuh selalu melakukan manajemen stres. Manajemen dalam menghadapi stres ini merupakan cara yang dilakukan agar kekebalan dirinya terhadapa stres dapat ditingkatkan. Manajemen yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang menetap sehingga menimbulkan kebiasaan baru atau perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan manajemen stres yang tidak efektif akan berakhir dengan adaptif yaitu perilaku yang menyimpang dan merugikan diri sendiri, orang lain ataupun lingkungan. Manajemen stres yang digunakan setiap individu bermacam-macam antara lain dengan makan, banyak tidur, minum-minuman keras/alcohol dan merokok. Merokok

merupakan salah satu contoh dari strategi manajemen yang tidak efektif namun banyak disukai. Meskipun semua orang mengetahui akibat negatif dari merokok, tetapi jumlah perokok semakin meningkat dan usia perokok semakin bertambah muda (Hawari, 2011).

Berdasarkan data dariWorld Health Organization(WHO, Indonesia merupakan Negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah cina dan india. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian mencapai 10 juta jiwa dan 70% diantaranya berasal dari Negara berkembang. Saat ini 50% kematian akibat rokok berada dinegara berkembang. Bila kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur hidup (lost life) sebesar 20 sampai 25 tahun (world bank). Menurut the tobacco atlas 3rd edition, 2009 terkait persentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada penduduk asia dan australia, 14% pada penduduk eropa timur dan pecahan uni soviet, 12% penduduk amerika, 9% penduduk eropa barat dan 8% pada

(3)

3 penduduk timur tengah serta afrika. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di Negara ASEAN tersebar di indonesia 46,16%, Filipina 16,62%, Vietnam 14,11%, Myanmar 8,73%, Thailand 7,74%, Malaysia 2,90%, Kamboja 2,07%, Laos 1,23%, Singapura 0,39% dan Brunei Darusalam 0,04%. (Kemenkes, 2015).

Gambaran perilaku merokok penduduk indonesia menunjukkan bahwa terjadi sedikit peningkatan proporsi masyarakat yang merokok tiap hari dari tahun 2007 ke tahun 2013 (23,7% -24,3%), sedangkan perokok kadang-kadang sedikit menurun dari 5,5% menjadi 5,0%. %. (Kemenkes, 2015).Perilaku merokok pada umur ≥15 tahun cenderung meningkat. Berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar 34,2%, riskesdas 2010 sebesar 34,7 % dan pada tahun 2013 sebesar 36,3%.(Kemenkes, 2013).

Bahaya merokok bagi tubuh manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit.Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Kebiasaan merokok bukan saja merugikan perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.Sebagian besar

masyarakat Indonesia masih menganggap merokok adalah perilaku yang wajar dalam kehidupan sosial (Tarwoto, 2010).

Hal ini perlu dilakukan karena mengingat SMA Negeri 7 Manado yang pernah menjadi sekolah lingkungan hidup nasional dan mendapat penghargaan. Alasan penulis mengambil lokasi di SMA Negeri 7 dikarenakan penulis adalah alumni dari SMA N 7 maka dengan itu akan mempermudah penulis untuk mendapatkan data penelitian serta jarak antara lokasi penelitian cukup dekat dengan tempat tinggal saya maka biaya yang dikeluarkan dapat diminimalkan. Lebel sekolah lingkungan hidup ini perlu dibuktikan dengan perilaku para siswa dan guru dalam mencintai kesehatan lingkungan.Penelitian ini berfokus pada siswa dengan sasaran utama pada perilaku merokok.Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan antara Pola Asuh dan Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 7 Manado.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Untuk MenganalisisPenelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Manado pada bulan Mei-

(4)

4 Juni tahun 2016.Populasi berjumlah 200 orang dan jumlah sampel adalah 133 orang.Adapun responden yang diambil untuk memenuhi kriteria inklusi yaitu Bersedia menjadi responden dan hadir pada saat penelitian.Selanjutnya kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden izin.Penelitian ini menggunakan kuesioner, alat tulis menulis, program Aplikasi Komputer sebagai instrumen penelitian.Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua macam analisis, yaitu analisis univariat variabel bebas adalah Pola Asuh dan Tingkat Stres.Variabel Terikat adalah Perilaku Merokok. dan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara pola asuh dengan perilaku merokok pada siswa sma negeri 7 manado, dan hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada siswa sma negeri 7 manado, dengan menggunakan Uji Chi-Square test dengan α = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur, responden dengan distribusi umur terbanyak yaitu pada umur 16 tahun 98 responden. Dan umur dengan distribusi sedikit yaitu pada umur 17 tahun tahun dengan 35 responden. Berdasarkan Jurusan responden penelitian, yaitu responden

dengan distribusi jurusan terbanyak yaitu pada jurusan IPS dengan 62 responden. Dan jurusan dengan distribusi sedikit pada jurusanBahasa dengan 15 responden. Berdasarkan distribusi pola asuh, dapat diketahui bahwa distribusi terbanyak70 responden dengan persentase 52,6% termasuk pada kategori pola asuh tidak baik dan 58 responden dengan persentase 43,6% termasuk pada kategori pola asuh baik. Distribusi responden menurut tingkat stress distribusi terbanyak69 responden dengan persentase 51,9 % termasuk pada kategori stres dan 64 responden dengan persentase 48,1 % termasuk pada kategori tidak stres. Distribusi responden menurut perilaku merokok terbanyak sebanyak 75 responden dengan persentase 56,4 % termasuk pada kategori merokok dan 58 responden dengan persentase 43,6 % termasuk pada kategori tidak merokok. Berdasarkan hasil uji Chi Square terlihat nilai ρsebesar0,003 (< 0,05). Hal ini berarti bahwa Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok Siswa Sma Negeri 7 Manado.lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.

(5)

5 Tabel 1.Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok Siswa Sma Negeri 7 Manado Pola Asuh Perilaku Merokok Total p*

Merokok Tidak Merokok

n % % N % Tidak Baik 45 68,6 22 31,4 70 100 0,003 Baik 27 42,9 36 57,1 63 100 Total 75 56,4 58 43,6 133 100 *uji Fisher Exact

Berdasarkan hasil uji Chi Square terlihat nilai ρsebesar0,000 (< 0,05). Hal ini berarti bahwa Hubungan Antara tingkat stres dengan Perilaku Merokok Siswa Sma Negeri 7 Manado. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok Siswa Sma Negeri 7 Manado Tingkat Stres Perilaku Merokok Total p* Merokok Tidak Merokok n % % n % Stres 49 71 20 29 69 100 0,000 Tidak Stres 26 40,6 38 59,4 64 100 Total 75 56,4 58 43,6 133 100 *uji Fisher Exact

Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok pada siswa di Sma Negeri 7 Manado

Pola Asuhorang tua yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak, kontrol yang minim apalagi dengan anak usia remaja 15-17 tahun yang

merupakan fase remaja pertengahan dengan penuh gejolak jiwa dapat menyebabkan penyimpangan perilaku pada anak, yang salah satunya perilaku merokok. Pola asuh permisif yang cenderung memberikan kebebasan pada anak untuk berbuat apa saja, dapat berpotensi membuat anak menjadi bingung dan salah arah dalam berperilaku (Agus, 2012). Agus (2012) mengemukakan bahwa mengasuh anak secara demokratis lebih baik dari pada otoriter dan permisif.Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memberikan bimbingan yang sesuai dengan perkembangan anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 7 Manadobahwa responden yang memiliki pola asuh tidak baik dan mengalami perilaku merokok sebanyak 48 responden (68,6%). Responden yang memiliki pola asuhtidak baik mengalami perilaku tidak merokok sebanyak 22 responden (31,4%) dan responden yang memiliki pola asuh baik dan perilaku merokok yaitu 27 Responden (42,9%). Responden yang memiliki pola asuh baik dengan perilaku tidak merokok yaitu 36 responden (57,1%).Berdasarkan hasil uji Chi Square terlihat nilai psebesar0,003 (< 0,05)Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sma Negeri 7 Manado.

(6)

6 Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak telah dilakukan dengan baik tetapi tetap saja tingkat perilaku merokok anak semakin tinggi, sebab pergaulan anak dengan mayoritas masyarakat yang memiliki kebiasaan merokok atau sosial budaya yang memperbolehkan untuk merokok, akan memberikan peluang yang besar terhadap anak untuk merokok dan Pola asuh orang tua yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok. karena dimana kurangnya kontrol dari orang tua untuk mengawasi anaknya bergaul dengan temannya sehingga remaja tersebut dipengaruhi oleh temannya untuk berprilaku bebas seperti merokok. kebiasaan merokok anak remaja tidak sepenuhnya dilatar belakangi oleh pola asuh orang tua tetapi anak remaja merokok dapat diakibatkan oleh pengaruh dari luar seperti faktor lingkungan tempat dimana anak tersebut bergaul, teman sebaya, dan sosial media (iklan tv).

Tetapi pada dasarnya kebiasaan merokok anak memang tidak terlepas dari namanya pendidikan dalam keluarga yaitu pola asuh orang tua, tetapi hal tersebut juga tidak sepenuhnya diakibatkan oleh pola asuh orang tua, melainkan pengaruh dari luar lingkungan masyarakat dimana anak tersebut bergaul. Kebiasaan merokok

anak juga sering dikaitkan dengan proses pikir dari anak tersebut yang masih dalam tahap pertumbuhan, sebab pertumbuhan seorang anak biasanya menyangkut tentang emosional, fisik dan mental anak, dimana ketika anak tersebut bertumbuh dilingkungan yang kurang baik, secara tidak langsung membentuk anak berprilaku yang kurang baik, meski orang tua telah mengusahkan yang terbaik untuk anaknya namun sering kali terhambat oleh pola pikir orang tua yang menganggap bahwa pola asuh yang diberikan dalam keluarga telah sesuai dengan perkembangan anak tanpa melihat sisi luar pergaulan dari anak tersebut.Hasil penelitian ini sejalan yang di lakukan oleh Erine (2012) di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dengan jumlah sampel 86 orang yang hasilnya terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki dengan nilai p-value 0,000. Demikian juga penelitian yang telah di lakukan Husniyatur (2013) di SMK Nasional Malang bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja yang salah satunya adalah perilaku merokok dengan nilai signifikasi 0.000

(7)

7 Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada siswa sma negeri 7 manado

Perilaku merokok disaat stres didukung oleh hasil yang dirasakan setelah menghisap rokok.Hal-hal yang paling dirasakan ketika atau setelah merokok adalah kenikmatan, kepuasan dan merasakan ketenangan.Seorang perokok dapat kembali merokok bahkan meningkatkan intensitas merokoknya ketika dalam keadaan stres.Semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi perilaku merokok pada remaja laki-laki dan sebaliknya (Hasnida dan kemala, 2005).

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 7 Manado bahwa responden yang memiliki tingkat stres dan mengalami perilaku merokok sebanyak 49 responden (71%). Responden yang memiliki tingkat stres mengalami perilaku tidak merokok sebanyak 20 responden (29%) dan responden memiliki kategori tidak stres dan perilaku merokok yaitu 26 Responden (40,6%). Responden yang memiliki kategori tidak stres dengan perilaku tidak merokok yaitu 38 responden (59,4%).Berdasarkan hasil uji Chi Squareterlihat nilai psebesar0,000 (< 0,05) Terdapat Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sma Negeri 7 Manado.

Faktor yang menyebabkan remaja atau siswa stres diantaranya adalah faktor internal (fisik, kognitif, dan kepribadian) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan

masyarakat).Menurut penelitian Sudiana (2007) yang dilakukan pada siswa SMA, faktor yang paling dominan menyebabkan siswa stres adalah faktor sekolah.Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.Jika remaja tidak mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut dengan baik dan ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi di bawah tekanan atau stres dan terjadi permasalahan lainnya sehingga berakibat pada perilaku-perilaku negatif.Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2010) yang mendapatkan hasil penelitian bahwa ada hubungan positif antara tingkat stres dengan perilaku merokok yang artinya tingkat stres yang tinggi juga akan mempunyai perilaku merokok yang tinggi juga. Dan sama juga yang dilakukan oleh Sutri Kurnela (2014)

(8)

8 dengan judul Hubungan Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok di SMA Santun Untan Pontianak mengatakan bahwa ditemukan adanya hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok dengan nilai r = 0,407 dan p= 0,004 yang artinya semakin tinggi tingkat stres semakin tinggi perilaku merokok.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat Hubungan Antara Pola Asuh dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sma Negeri 7 Manado. 2. Terdapat Hubungan Antara

Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa Sma Negeri 7 Manado.

SARAN

Adapun saran yang diberikan yaitu : 1. Untuk para remaja agar dapat

meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan tentang mekanisme stres yang efektif, misalnya mengikuti kegiatan eksrakulikuler sesuai dengan minat siswa agar tidak mengalihkan stres dengan perilaku yang justru merugikan, seperti merokok.

2. Pihak sekolah diharapkan dapat mengontrol dan mendidik siswa dengan baik, membuat peraturan dan

pelarangan keras tentang kebiasaan merokok di sekolah. Dan meningkatkan bimbingan dan konseling pada siswa.

3. Keluarga diharapkan memberikan dukungan kepada remaja terutama dukungan emosional dan motivasi untuk menjauhkan diri dari perilaku ketergatungan merokok.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Wibowo, 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta : PenerbitPustaka Pelajar.

Erine, Villa. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

Hawari, 2011. Manajemen Stres, Cemas Dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Pp. 17-33.

Husniyatur.2013. Hubungan Pola Asuh Otoritarian Dengan Perilaku Kenakalan remaja di SMK Nasional Malang.

Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. INFODATIN 2015. Jakarta: Pusat Data dan

(9)

9 Informasi Kementrian Kesehatan Indonesia.

Kurnela. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Di Sma Santun Untan Pontianak. Jurnal naskah publikasi. Pontianak: Universitas Tanjungpura Pontianak.

Sudiana.2007. Kondisi Stres Siswa Sekolah Menengah Kejuruan dan Faktor Faktor Penyebabnya. Tarwoto, Aryani R., Nuraeni A., Tauchi

SN., Aminah S., Sumiati, Dinarti, Nurheni H., Saprudin, AE., Chairini, R. 2010. Kesehatan Remaja: Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

(10)

Gambar

Tabel  2.Hubungan  Antara  Pola  Asuh  dengan  Perilaku  Merokok  Siswa  Sma  Negeri 7  Manado  Tingkat  Stres   Perilaku Merokok  Total  p* Merokok Tidak  Merokok  n  %  %  n  %  Stres  49  71  20  29  69  100  0,000 Tidak Stres 26 40,6 38 59,4  64 100  Total  75  56,4  58  43,6  133  100

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah dapat mempermudah dalam hal pencarian informasi lokasi tentang kerajinan kain tenun dan gerabah yang berada di kabupaten

Bila Jusoh mengaku bahawa ia sangat berminat untuk memperisterikan Melor, tentulah dirasakan begitu keterlaluan dan bercanggah dengan sifatnya sebagai orang agama. Jusoh

Melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan menggali informasi dari berbagai sumber belajar, penyelidikan sederhana dan mengolah informasi, diharapkan peserta

Dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Kuningan, produksi ubi jalar di Distrik Cilimus merupakan yang terbesar, di tahun 2007 mencapai 95.339 ton dari total produksi

Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Kuliah Fisika Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik

Dalam penelitian ini waktu tanggap kategori lambat banyak terjadi pada pasien dengan jenis kasus non trauma yang kebanyakan masuk dalam klasifikasi kegawatan

menggunakan media kantong angka, keterampilan menjumlah bilangan asli secara.. bersusun pada siswa kelas III SDN I Talumelito Kelas Jauh Kecamatan

Dalam hal ini peneliti membatasi prasarana pendidikan meliputi kelengkapan perpustakaan dan laboratorium yang dapat mendukung hasil belajar di Madrasah Tsanawiyah