• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN

SESUDAH TERAPI BEKAM BASAH (

AL-HIJAMAH)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Khoirun Mukhsinin Putra

NIM : 10910300053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya pergunakan dalanm penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang di berlakukan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari di temukan bahwa laporan penelitian ini bukan

merupakan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

(3)

iii

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI BEKAM BASAH (AL-HIJAMAH)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Khoirun Mukhsinin Putra

NIM : 109103000053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian ini berjudul Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah) yang diajukan oleh Khoirun Mukhsinin Putra (NIM : 109103000053), telah diajukan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Agustus 2012. Laporan ini telah di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang dari perintah-Nya.

Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam kepintaran, serta keluarga dan para sahabatnya.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang

berjudul “Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd. dan DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Ketua Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.

(6)

vi

3. drg. Laifa Annisa H. Ph.D, selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2009.

4. dr. Ali Toha Assegaf (Ahli herbal, Penemu metode smart healing, pengkaji kedokteran nabi, direktur keuangan RSCM) beserta seluruh terapis bekam Rumah Sehat Afiat yang telah membantu penulis dalam pengambilan data responden.

5. Ir.H.Alex Noerdin selaku Gubernur Provinsi Sumatera Selatan beserta staff dan jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu Penerima Beasiswa Santri Jadi Dokter tahun 2009 di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan motivasi serta kasih sayang yang berlebih dan do’a terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama penulis melakukan penelitian ini. Serta Ayuk-ayukku dan adik-adikku yang tersayang.

7. Teman-teman seperjuangan RISET BEKAM dan untuk teman seangkatan PSPD 2009, semoga kita semua sukses.

Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. ”Tiada gading yang tak

retak” demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan laporan penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 31 Juni 2012

(7)

vii ABSTRAK

Khoirun Mukhsinin Putra. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah).

Bekam merupakan metode pengobatan sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang bertujuan mengeluarkan darah yang mengandung sisa racun dalam tubuh melalui permukaan kulit. Sekarang masyarakatpun telah banyak menggunakan metode ini sebagai pengobatan berbagai macam penyakit termasuk penyakit metabolik seperti penyakit asam urat dll. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar Asam Urat serum sebelum dan sesudah bekam jika diamati dalam satu waktu pengamatan. Penelitian ini mengambil responden dari tanggal 1 Januari 2012 hingga 1 Maret 2012 dan menggunakan rancangan penelitian analitik numerik berpasangan dengan desain cross sectional (potong lintang), serta teknik pengambilan sampel non random secara Consecutive sampling. Subyek penelitian berjumlah 34 orang dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. Semua responden diberikan perlakuan bekam yang sama yaitu sebanyak dua kali pre dan post. Sampel darah responden diambil melalui darah kapiler kemudian di ukur menggunakan rapid test digital asam urat sebelum dan sesudah dibekam. Data yang didapatkan diolah dengan menggunakan uji Paired Samples T-test. Berdasarkan hasil data tersebut, didapatkan perbedaan kadar Asam Urat yang tidak berbeda bermakna (p > 0,05) sebelum dan sesudah bekam jika diamati dalam satu waktu pengamatan.

Kata Kunci: Bekam Basah, Asam Urat

ABSTRACT

Khoirun Mukhsinin Putra. Medical Education Department. The Differences of Uric Acid Levels Before and After Wet Cupping Therapy (Al-Hijamah).

Cupping is a method of treatment since the time of the Prophet Muhammad SAW that aimed at removing residual blood containing toxins in the body through the skin surface. Now, all people has been widely used this method as the treatment of various diseases including metabolic diseases such as gout, etc. This study aims to determine whether there are differences in serum uric acid levels before and after cupping when observed in a time of observation. This study took the respondents from the date of January 1, 2012 until March 1, 2012, and using numerical analytical study design paired with a cross-sectional design (cross-sectional), as well as non-random sampling techniques are Consecutive sampling. The study subjects totaled 34 people and are all male sex. All respondents are given the same treatment cupping twice the pre and post. Blood samples of respondents were obtained through the blood capillaries then measured using a rapid test digital uric acid before and after cupping. The data obtained were analyzed using test Paired Samples T-test. Based on the data, found differences in levels of uric acid are not significantly different (p > 0.05) before and after the cupping when observed in a time of observation.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 2

1.4.1 Tujuan Umum ... 2

1.4.2 Tujuan Khusus ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Bekam ... 3

2.1.1 Definisi Bekam ... 3

2.1.2 Tujuan Hadist Bekam ... 4

2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam ... 4

2.1.3 Macam-Macam Bekam dan Peralatannya ... 6

(9)

ix

2.1.3.2 Peralatan Bekam dan Prosedur Pembekaman ... 7

2.1.4 Titik Sunnah dan Mekanisme Bekam ... 7

2.2 Asam Urat ... 9

2.2.1 Perubahan Purin Menjadi Asam Urat ... 10

2.2.2 Asam Urat Sebagai Antioksidan ... 11

2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal ... 12

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Eksresi ... 12

2.2.5 Kelainan Asam Urat ... 13

2.2.6 Hiperurisemia ... 14

2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi ... 14

2.2.6.2 Manifestasi Klinik ... 18

2.2.7 Terapi Hiperurisemia ... 19

2.2.7.1 Golongan Urikosurik ... 19

2.2.7.2 Golongan Inhibitor Xantin Oksidase ... 19

2.3 Pengobatan Asam Urat dengan Metode Bekam ... 20

2.4 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah ... 20

2.5 Kerangka Teori ... 21

2.6 Kerangka Konsep ... 21

2.7 Definisi Operasional ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Desain Penelitian ... 22

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3.4 Kriteria Penelitian ... 23

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 23

3.4.2 Kriteria Eklusi ... 23

3.4.3 Variabel Penelitian ... 23

(10)

x

3.6 Alur Kerja dan Etika Penelitian ... 24

3.7 Alat, bahan dan Cara Kerja ... 25

3.7.1 Alat ... 25

3.7.2 Bahan ... 25

3.7.3 Cara Kerja ... 25

3.8 Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Data Distribusi Responden ... 26

4.2 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam ... 31

4.3 Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat ... 33

4.4 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Kunjungan dan Cup yang Digunakan ... 34

4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi Usia ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Definisi Operasional... 21

Tabel 4.1. Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Bekam... 31

Tabel 4.2. Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat ... 33

Tabel 4.3. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Kunjungan ... 34

Tabel 4.4. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Cup ... 34

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bekam Basah ...6

Gambar 2.2. Peralatan Bekam ...7

Gambar 2.3. Struktur asam urat...10

Gambar 2.4. Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat ...11

Gambar 2.5. Metabolisme Purin...17

Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Sebelum Bekam ...26

Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Sesudah Bekam ...27

Gambat 4.3. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...27

Gambar 4.4. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia Produktif (15-55 Tahun) ...28

Gambar 4.5. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia NonProduktif (>55 Tahun) ...28

Gambar 4.6. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Bekam ....29

Gambar 4.7. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat Bekam ≤ 2 kali ...29

Gambar 4.8. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat Bekam 3-4 kali ...29

Gambar 4.9. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Cup ...30

Gambar 4.10. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Jumlah Cup ч11 ...30

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.3.1 Kerangka Teori ... 21

Bagan 2.3.2 Kerangka Konsep ... 21

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik ... 43

Lampiran 2 Informed Consent dan Kuisioner... 51

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bekam atau Al-Hijamah atau di Eropa lebih dikenal sebagai cupping atau fire bottle merupakan salah satu metode pengobatan alternatif yang sudah dikenal sejak zaman dahulu hingga sekarang. Mereka menggunakannya sebagai terapi untuk berbagai macam penyakit.

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda “Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah atau Bekam” (Muttafaq 'alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214).1 Hadist ini menjelaskan bahwa Rasullah SAW-pun mengatakan bahwa bekam merupakan salah satu pengobatan yang paling ideal, termasuk untuk hiperurisemia.

Penyakit hiperurisemia sudah dikenal oleh Hipocrates pada zaman Yunani kuno. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan. Hiperurisemia dapat berkembang menjadi penyakit gout. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia dan pada semua ras manusia. Gout jarang ditemukan pada wanita, sekitar 95% penderita gout adalah kalangan pria terutama yang berusia 40 tahun keatas. Pada perempuan kasus penyakit ini meningkat tajam setelah masa menopause dimana kadar hormon esterogen yang berperan dalam mengeksresikan asam urat melalui urin menurun.2

Hiperurisemia terjadi diakibatkan karena penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat atau pengeluaran melalui ginjal yang menurun serta dapat disebabkan oleh peningkatan asupan makanan kaya purin.2

Purin yang merupakan prekursor asam urat diperoleh dari tiga sumber yaitu purin dari makanan, akibat perubahan asam nukleat jaringan menjadi nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin. Adanya gangguan enzim yang meregulasi metabolisme purin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

(16)

harinya akan dieksresikan bersama dengan urin. Sisanya akan dieliminasi melalui saluran cerna setelah mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri kolon4.

Banyak cara untuk mengurangi kadar asam urat mulai dari mengonsumsi obat-obatan kimia (medis) maupun menggunakan pengobatan berdasarkan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, salah satunya menggunakan cara pengobatan bekam. Namun pengobatan bekam belum dibuktikan secara ilmiah, sehingga masih belum banyak hasil yang menjelaskan cara kerja dan patofisiologi bekam secara medis.

Berdasarkan hadist dan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah)?

1.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah).

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah). 1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar asam urat.

1.5. Manfaat penelitian

 Untuk memberikan tambahan informasi mengenai manfaat bekam terhadap kadar asam urat pada masyarakat

(17)

3 pekerjaan, yaitu membekam. Al-Hajjam berarti ahli bekam. Al-Hijmu berarti menghisap atau menyedot. Sedangkan Al-Mihjam atau Al-Mihjamah merupakan alat untuk membekam, yang berupa gelas untuk menampung darah yang dikeluarkan dari kulit atau gelas untuk mengumpulkan darah hijamah. Bekam mempunyai beberapa sebutan, seperti : canduk, canthuk, kop atau mambakan1.

Di Eropa, bekam disebut cupping dan fire bottle. Dalam bahasa mandarin disebut Pa Hou kuan. Maka secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah, bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas. Bekam didefinisikan sebagai suatu metode pengobatan dengan menggunakan tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan lokal. Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif di dalam tabung, agar terjadi pengumpulan darah lokal. Kemudian darah tersebut dikeluarkan dari kulit dengan dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi chi (bahasa China) dan menimbulkan efek analgetik (menghilangkan nyeri)1.

Sedangkan kitab-kitab Arab, pengertian bekam adalah mengeluarkan darah dari kulit dengan cara menghisap, kemudian penyayatan ringan pada permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar dan menimbulkan kesembuhan dengan izin Allah SWT1.

Proses pengobatan bekam melalui tiga peristiwa yakni penghisapan, penyayatan dan pengeluaran darah. Prinsipnya bekam adalah pengobatan dengan cara menghisap permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada di bawah kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap tersebut,

(18)

2.1.2 Tujuan Hadist Bekam

Bekam, walaupun bukan urusan ibadah langsung kepada Allah Swt, namun banyak disinggung Rasulullah Saw. Tujuan Rasulullah Saw menyampaikan hadits tentang bekam adalah1 :

 Bahwa bekam merupakan perbuatan yang baik. Sebab, pada zaman

Rasulullah Saw, bekam sudah menjadi pengobatan sehari-hari masyarakat, sehingga para sahabat khawatir jika bekam itu bertentangan dengan islam. Lalu, Rasulullah membolehkan membekam dan memerintahkannya.

 Memberikan pendidikan kepada manusia, agar manusia mempelajari bekam

dan melakukan penelitian-penelitian tentang bekam.

 Menunjukkan bahwa bekam merupakan pilihan utama dari berbagai metode

pengobatan yang sudah ada pada saat itu.

 Menunjukkan kekuasaan Allah, bahwa walaupun Rasulullah Saw bukan ahli bekam dan menyerahkan pengobatan bekam kepada sahabat yang lain, namun ternyata Rasulullah Saw dengan bimbingan wahyu ilahi, mampu

menunjukkan titik titik bekam yang efektif.

2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam

Secara nash, banyak hadits yang menyebutkan tentang hijamah (berbekam) yang mengarah kepada hukum yang mewajibkan. Namun sebenarnya para ulama masih berbeda pendapat tentang hukumnya, bahkan juga berbeda pendapat tentang apakah hijamah itu bagian dari syariat atau bukan.5

Di antara nash tentang hijamah (berbekam) antara lain sebagai berikut :

Dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay” (HR Bukhari)1

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata kepada orang sakit yang dijenguknya, “Tidak akan sembuh kecuali dengan berbekam. Sungguh aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata bahwa pada berbekam itu ada kesembuhan.” (HR Bukhari dan Muslim).5

(19)

5

Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam di kepala kecuali beliau memerintahkan, “Berbekamlah.” (HR Abu Daud dengan isnad hasan)5

Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Berbekamlah (pada tanggal) 17, 19 dan 21. Karena itu obat dari segala penyakit. (HR Abu Daud dengan isnad hasan dengan syarat dari Muslim)5

Dr. Yusuf Al Qaradhawi dan banyak ulama di masa lalu, membahas tentang hukum hijamah dan berpendapat bahwa hijamah tidak lebih dari sebuah teknologi kesehatan yang sedang berkembang di masa lalu. walaupun ada riwayat bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi WaSallam melakukan hijamah (dibekam), bukan berarti hal itu menjadi bagian dari risalah beliau sebagai nabi.5

Menurut beliau, ketika Nabi memberi pengarahan tentang berbekam, beliau sedang tidak dalam kapasitas sebagai pembawa risalah, melainkan sebagai orang yang punya pengalaman teknis dengan hijamah. Jadi sekedar ijtihad, bukan syariat.5

Sama seperti ketika Nabi mengatur posisi pasukan dalam perang Badar. Oleh para shahabat yang jauh lebih berpengalaman, petunjuk Nabi ini dianggap kurang tepat. Setelah memastikan bahwa ketetapan itu bukan wahyu melainkan hanya ijithad Nabi belaka, maka posisi pasukan pun diubah supaya lebih

menguntungkan. Dan hal itu sangat dimungkinkan.5

Tentang adanya tindakan Nabi yang menjadi bagian dari syariah dan bukan syariah, hal ini dijelaskan oleh Syeikh Ad Dahlawi Dalam kitabnya Hujjatullah Al-Balighah, beliau mengatakan bahwa sunnah (perkataan dan perbuatan) Nabi itu terbagi menjadi dua klasifikasi5:

Pertama, bagian yang terkait dengan hukum syariah, di mana hukumnya bisa ditetapkan menjadi 5 yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

Kedua, bagian yang tidak terkait dengan hukum syariah, melainkan sekedar menjadi bagian dari fenomena sosial, teknologi dan hal-hal yang berbau teknis pada zaman dan wilayah tertentu.

(20)

tidak terkait dengan hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Hukumnya dikembalikan kepada semata-mata pertimbangan berdasarkan penelitian dan ilmu kedokteran. Dan jika ternyata manfaat hijamah terbukti sesuai dengan ilmu kesehatan yang berkembang sekarang, maka dapat dipertimbangkan untuk menjadi salah satu alternatif pengobatan namun jika sebaliknya maka dapat ditinggalkan saja karena tidak ada kaitannya dengan hukum wajib ataupun sunnah, semuanya dikembalikan berdasarkan manfaatnya.5

2.1.3 Macam-macam Bekam dan Peralatannya 2.1.3.1 Macam-Macam Bekam

Setelah dilakukan penghisapan, bisa dilakukan penyayatan untuk mengeluarkan darah, bisa juga tanpa penyayatan, sehingga darah tidak keluar. Bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah inilah yang disebut bekam Kering (Hijamah Jaffah). Bekam kering ini cocok untuk orang yang tidak tahan suntikan jarum, sayatan pisau dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari. Lebam ini dapat dihilangkan dengan minyak zaitun, minyak habbatus sauda’ atau qusthul hindi1.

Bekam Basah (Hijamah Rothbah atau Hijamah Damamiyah) (gambar 2.1), dilakukan dengan bekam kering dahulu, kemudian permukaan kulit disayat

dengan pisau bedah atau ditusuk menggunakan jarum lancet, lalu di dihisap kembali dengan alat cupping set untuk mengeluarkan darah dari permukaan kulit.1

(21)

7

2.1.3.2 Peralatan Bekam dan Prosedur Pembekaman

Peralatan yang digunakan untuk berbekam terdiri dari sarung tangan, gelas bekam, lancet, kapas steril, betadine dan pompa untuk menghisap udara dari dalam gelas (gambar 2.2).

Gambar 2.2 Peralatan Bekam (ABI “Asosiasi Bekam Indonesi)6 Gelas bekam dipasang pada titik-titik yang ditentukan untuk pembekaman. Udara diisap dari dalam gelas, sehingga gelas tersebut menarik sebagian kulit dan terlihat warna merah pada kulit di lokasi pembekaman. Kuatnya isapan relatif tergantung pada ketahanan pasien.7

Gelas dibiarkan selama kurang lebih 5 menit kemudian dilepaskan. Lokasi pembekaman dibersihkan terlebih dahulu dengan betadin kemudian dilakukan penusukan jarum lancet menggunakan pen lancet di lokasi tersebut atau dapat juga dilakukan sayatan tipis menggunakan bisturi. Setelah itu, gelas bekam dipasang kembali untuk menghisap darah bekam selama kurang lebih 5 menit atau hingga gelas terisi penuh seperti pada gambar 2.1. Setelah selesai dilakukan terapi bekam, setiap titik atau lokasi pembekaman dibersihkan dengan betadin dan jika

perlu dioleskan minyak zaitun atau minyak habbatus sauda’7 .

2.1.4 Titik Sunah dan Mekanisme Bekam

(22)

Ada beberapa hadist yang menjelaskan mengenai titik bekam sunnah ini, diantaranya 7:

 Dari Abu Hurairah; “bahwa Abu Hind membekam Nabi Muhammad SAW di titik yafukh. Maka, Nabi Muhammad SAW bersabda:”wahai Bani Bayadhah, nikahkan Abu Hind dan nikahkan anak perempuan kalian kepadanya.’Beliau juga bersabda:’ jika ada kebaikan dalam pengobatan kalian maka itu ada dalam bekam.’” (HR. Abu Dawud, Daruqutni dan Ibnu Hidan)

 Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “beliau berbekam tiga bekaman, yaitu di akhda’ain (dua akhda’) dan kahil.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tarmidzi)

 Dari Jabir, bahwa Nabi Muhammad SAW “berbekam di pinggulnya disebabkan oleh wats (luka memar)”19.

Patofisiologi dan cara kerja bekam memang sulit dipahami dengan pendekatan ilmiah medis. Sehingga banyak kalangan medis menganggap terapi bekam ini mengada-ada, tidak ilmiah dan mistik. Saat ini cara paling mudah untuk mempelajari metode pengobatan bekam adalah dengan memakai konsep patofisiologi akupuntur.1

Konsep dasar mekanisme terapi bekam, didasarkan pada ilmu cina kuno,

yang berpatokan pada teori Zang Xiang, yang merupakan pengembangan dari teori Lima Elemen dari teori Ying Yang. Zang berarti organ tubuh bagian dalam yang tidak terlihat langsung.Xiang berarti penampilan luar yang bisa diamati.

(23)

9

Alasan kenapa kulit yang dibekam karena dipermukaan tubuh maupun didalam tubuh manusia terdapat suatu sistem menyerupai saluran atau jala-jala yang disebut cing luo, meridian, jala, habel, khottuz zawaal atau tho’. Dengan adanya saluran ini, maka bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya akan terhubung. Misalnya, antara permukaan tubuh dengan organ tubuh, antara organ dengan organ, antara organ dengan jaringan penunjang dan antara jaringan penunjang satu dengan yang lainnya.1

Masuknya penyakit melalui saluran meridian tersebut akan menimbulkan keluhan-keluhan sepanjang meridian. Misalnya, bila penyakit masuk ke dalam lambung, maka sepanjang saluran meridian tadi akan menimbulkan keluhan-keluhan pada lambung. Demikian juga sebaliknya, penyakit yang ada di dalam organ tubuh akan dimanifestasikan ke permukaan tubuh melalui saluran meridian ini.1

Dengan adanya hubungan ini, maka bisa dilakukan pengobatan pada titik tersebut. Sebab, chi dari permukaan tubuh akan mengalir di sepanjang meridian menuju organ yang sakit. Dengan demikian, saluran tadi bisa berfungsi untuk menyelaraskan chi dan mengobati bagian tubuh yang tidak seimbang.1

Selain itu juga, pada saat terjadi penusukan menggunakan lancet ataupun penyayatan dengan bisturi, diproduksi juga nitrit oksida. Zat ini bertanggung

jawab terhadap sebagaian besar perbaikan kondisi tubuh yang terjadi setelah berbekam, karena zat ini merupakan vasodilator, sehingga memudahkan proses inflamasi dan pengeluaran opioid endogen seperti endorfin dan enkafalin7.

2.2 Asam urat

(24)

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kecepatan eksresinya oleh ginjal, usia dan juga jenis kelamin.3,4.9

Gambar 2.3 Struktur asam urat10

2.2.1 Perubahan Purin Menjadi Asam Urat

Purin adalah salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel atau nukleotida. Nukleotida yang terdapat dalam sel terus menerus mengalami pergantian. Nukleotida dipecah menjadi nukleosida melalui hidrolisis oleh nukleotidase. Pemutusan nukleosida secara fosforolitik menjadi basa bebas dan ribosa 1-fosfat (deoksiribosa 1-fosfat) dikatalisis oleh nukleosida fosforilase. Ribosa 1-fosfat mengalami isomerasi oleh fosforibomutase menjadi ribosa 5-fosfat, yaitu suatu substrat untuk sintesis PRPP (5-fosforibosil-1-pirifosfat dalam sintesis triptofan). Beberapa dari basa-basa itu digunakan kembali untuk

membentuk nukleotida melalui jalur penyelamatan (salvage).11

Pada jalur degradasi AMP (pemecahan AMP menjadi asam urat) terdapat

satu langkah tambahan. AMP dideaminasi menjadi IMP oleh adenilat deaminase.

(25)

11

Gambar 2.4 Metabolisme purin menjadi asam urat12

Pada manusia, asam urat diekresikan didalam urin, tetapi pada mamalia lain, asam urat dioksidasi lagi menjadi alantoin sebelum dieksresi. kadar asam urat darah normal pada manusia adalah sekitar 4mg/dl (0,24 mmol/L). Di ginjal asam urat difiltrasi, direabsorpsi dan disekresi. Normalnya, 98% asam urat yang

difiltrasi direabsorpsi dan 2% sisanya merupakan sekitar 20% jumlah yang dieksresi. 80% lainnya berasal dari sekresi tubulus. Eksresi asam urat pada diet bebas purin adalah sekitar 0,5 g/24 jam dan pada diet reguler sekitar 1g/24 jam.11

2.2.2 Asam Urat sebagai Antioksidan

(26)

Dapat kita lihat pada urat, ekspresi suatu prinsip bahwa berbagai produk akhir pada jalur katabolisme memainkan peran penting sebagai senyawa-senyawa pelindung.8

2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa hasil metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk tersebut meliputi urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin dan metabolit dari berbagai hormon. Sekitar 75% dari asam urat akan dieksresikan melalui ginjal dan sisanya dieksresikan melalui saluran cerna setelah mengalami degradasi oleh bakteri kolon.4,13

2.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Eksresi Asam Urat melalui Ginjal a. Volume Cairan Ekstraselular

Volume cairan ekstraselular atau sirkulasi arteri efektif memiliki pengaruh yang sangat besar pada pengendalian asam urat oleh ginjal, eksresi asam urat akan mengalami peningkatan oleh adanya peningkatan dari volume cairan ekstraselular dan eksresi ini akan mengalami penurunan jika terjadi kontraksi dari volume cairan ekstraselular. Pengaruh-pengaruh yang ada ini mencerminkan pengaruh

dari volume cairan ekstraselular terhadap perubahan absorpsi dari urat, dimana reabsorpsi akan meningkat jika terjadi kontraksi volume cairan ekstraselular dan akan menurun jika terjadi dengan adanya peningkatan volume cairan ekstraselular.9

b. Kecepatan Aliran Urin

(27)

13

c. pH Urin

pH urin akan mempengaruhi kelarutan asam urat. Jika pH urin mengalami penurunan maka asam urat akan berada dalam bentuk ion yang sangat tidak larut. Pada pH yang basa senyawa akan terdisosiasi menjadi bentuk yang lebih larut.9 d. Hormon

Beberapa hormon mempengaruhi pengedalian asam urat. Angiotensin dan norepinefrin akan menyebabkan penurunan klirens asam urat secara langsung berkaitan dengan aliran darah ginjal.9

e. Pengaruh Sistem Asam-Basa dan Metabolit Endogen

Perubahan pada asam urat plasma dan ekskresi asam urat memiliki kaitan dengan abnormalitas dari sistem asam basa. Penurunan eksresi asam urat dilaporkan terjadi pada kondisi severe respiratory acidosis, diabetes ketoasidosis dan alkalosis metabolit. Beberapa metabolit endogen akan meningkatan eksresi asam urat, seperti glukosa (hiperglikemia) dan glisin.9

f. Obat-obat

Beberapa obat-obatan dapat mempengaruhi eksresi asam urat, yang mana dapat menyebabkan hiperurisemia maupun hipourisemia. Obat-obatan seperti asam salisilat dosis rendah, etambutol, pirazinamid, asam nikotinat dan golongan diuretik dapat menyebabkan terjadiya hiperurisemia sedangkan obat-obatan

seperti sulfinpirazon, probenezid, fenilbutazone dan lain lain akan mengakibatkan hipourisemia.9

2.2.5 Kelainan Asam Urat

Pada manusia, asam urat merupakan produk sisa akhir dari degradasi senyawa purin. Karena ketidakberadaan urikase pada manusia, maka terdapat kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati batas tertentu akan menimbulkan gangguan patologis.14

(28)

penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai dengan rasa nyeri.14

Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat serum, seperti stres yang dapat meningkatkan kadar asam urat serum meningkat. Obat-obatan juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum antara lain alkohol, asam askorbit, aspirin dosis rendah, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik, epinefrin, ethambutol, levodopa, metildopa, asam nikotinat, fenotiazin dan theofilin. Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum: alopurinol, aspirin dosis tinggi, azathioprin, clofibrat, kortikosteroid, estrogen, infuse glucose, guafenisin, manitol, probenecid dan warfarin.14

Nilai abdnormal dimana kadar dalam serum meningkat (hiperurisemia) juga bisa disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: pirai (gout), intake purin yang berlebihan, gangguan metabolisme purin pada bayi (genetik), karsinoma metastase, multiple myeloma, leukemia, kemoterapi karsinoma, rhabdomiolisis (olahraga/latihan yang berat), luka baka, trauma, penurunan kesadaran pada epilepsy, infark miokard), penyakit ginjal kronik, asidosis (ketotik atau laktak), hipotiroid, kehamilan dengan keracunan (eklampsia), hiperlipoproteinemia, alkohol dan idiopatik.14

Nilai abdnormal kadar asam urat dalam serum menurun juga bisa

disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: penyakit wilson, sindroma fnconi, keracunan pb (timah), ikterus karena kelainan hati.14

2.2.6 Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat serum. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya.16

2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi

(29)

15

idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelaianan genetik, tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas.16

Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain, terdiri dari hiperurisemia primer dengan kelainan molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena adanya kelainan enzim.16

Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan underexcretion.16

Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas. Hiperurisemia dapat pula terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion) atau gabungan keduanya.13,16

a. Overproduksi

Beberapa sistem enzim meregulasi metabolisme dari purin. Adanya

abnormalitas pada sistem regulasi ini dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat. Overproduksi asam urat juga dapat terjadi karena peningkatan perombakan asam nukleat jaringan, seperti pada penyakit mieloproliferatif dan limfoproliferatif. Enzim yang berperan dalam regulasi metabolisme purin adalah

Phosporibosyl Pirophoshatase (PRPP) dan Hypoxanthine-guanine

(30)

berinteraksi dengan glutamin pada proses awal dari jalur purin. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat16 :

 Defisiensi HGPRT pada sindroma Lesh-Nyhan : pada sindroma Lesh-Nyhan terjadi gangguan X-linked. HGPRT mengkatalisa konversi hipoxantin menjadi asam inosinat, dimana PRPP bertindak sebagai donor fosfat. Defisiensi HGPRT menghasilkan akumulasi PRPP yang mempercepat biosintesis purin.

 Defisiensi parsial HGPRT pada sindroma Killey-seegmiller : pada sindroma ini juga terjadi gangguan X-linked yang akan berkembang ke kondisi arthritis gout, menimbulkan nefrolotiasis asam urat dan defisiensi neurologik ringan.

 Peningkatan aktivitas sintetase PRPP : kondisi ini terjadi oleh karena

adanya gangguan X-linked yang menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas enzim sintetase PRPP degan memutasikannya.

 Diet kaya purin : daging (jeroan), daging unggas, alkohol,

polong-polongan yang menyebabkan produksi asam urat berlebihan.

 Peningkatan perubahan asam nukleat : terjadi pada pasien anemia

hemolitik dan malignansi hematologis seperti limphoma, myeloma atau leukimia.

 Sindroma lisis tumor : menghasilkan komplikasi serius hiperurisemia.

(31)

17

Gambar 2.5 Metabolisme Purin13

b. Penurunan Eksresi Asam Urat

Adanya penurunan eksresi asam urat disebabkan beberapa kondisi, salah satunya adalah gangguan pada fungsi ginjal. Beberapa kondisi lain yang menyebabkan penurunan eksresi asam urat antara lain16 :

 Insufisiensi ginjal : gagal ginjal merupakan salah satu penyebab umum hiperurismeia. Penurunan klirens ginjal akan menyebabkan penurunan klirens asam urat yang dapat menahan asam organik bersaing untuk sekresi di tubulus proksimal.

Familial jouvenile gouty nephropathy : keadaan autosomonal dominan yang jarang ditandai dengan progresivitas insufisiensi ginjal. Pasien mempunyai eksresi fraksional urat yang rendah.

(32)

sodium-hydrogen exchanger di tubulus ginjal sehingga mempermudah reabsorpsi urat.

 Obat-obatan, meliputi diuretika, tiazid dan furosemida, salisilat dosis

rendah, siklosporim, pirasinamida, etambutol, levodopa dan asam nikotinat.

 Hipertensi : kondisi hipertensi akan meningkatkan reabsopsi tubulus proksimal urat sehingga mendepresi sekresinya di tubulus ginjal.

 Asidosis : asidosis yang menyebabkan hiperurisemia adalah asidosis

laktat, diabetik ketoasidosis, ketoasidosis alkoholik dan ketoasidosis kematian (starvation).

c. Kombinasi Penurunan Eksresi Dan Produksi Berlebihan Asam Urat

 Alkohol : meningkatkan produksi asam urat dengan mengubah edenin nukleotida yaitu mempercepat degradasi ATP menjadi ADP melalui perubahan asetat ke asetil CoA pada metabolisme alkohol. Selain itu menurunkan ekskresi asam urat oleh ginjal.

Excersie : meningkatkan peruraian jaringan dan penurunan eksresi ginjal karena deplesi volume ringan.

 Defisiensi aldolase B (fructose-1-phosphate aldolase) yang menyebabkan gangguan umum berupa gout.

 Defisiensi glucose-7-phospate pada glikogenosis tipe 1, penyakit von Gierke : penyakit ini terjadi karena gangguan resesif autosomal yang ditandai dengan berkembangnya hipoglikemia simptomatik dan hepatomegalu. Ditemukan juga kekerdilan (short stature), tertundanya adolescence, hiperlipidemia dan peningkatan kadar laktat serum.

2.2.6.2 Manifestasi Klinis

Secara garis besar, perjalanan penyakit gout adalah diawali dengan kondisi hiperurisemia asimtomatik kemudian dilanjutkan kedalam stadium gout akut, stadium interkritikal dan stadium gout kronik (kronik tofaseus gout).16

(33)

19

dapat mengendap dalam intertitium medular ginjal dan juga tubulus atau sistem pengumpul ginjal, yang mana jika terjadi penumpukan dan terbentuk kristal maka akan dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal yaitu nefropati asam urat akut, nefrolitiasis asam urat serta nefropati urat kronik. Selain itu kondisi hiperurisemia dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.17-20

2.2.7 Terapi Hiperurisemia

Dengan adanya manifestasi yang berbahaya dari kondisi hiperurisemia maka perlu dilakukan penanganan secepat mungkin. Tujuan terapi pada kondisi hiperurisemia adalah untuk menurunkan kadar asam urat serum pasien serta menjaga agar tetap berada pada rentang yang normal. Pengubahan atau modifikasi gaya hidup dengan cara menurunkan berat badan bila terjadi obesitas dan juga menurunkan intake alkohol serta makanan tinggi purin. Selain itu juga diperlukan terapi farmakologis bagi pasien hiperurisemia. Terapi farmakologis yang dapat diberikan pada pasien hiperurisemia adalah dengan menggunakan golongan urikosurik atau dengan inhibitor xantin oksidase. Golongan urikosurik berkerja dengan cara meningkatkan klirens ginjal untuk asam urat melalui mekanisme penghambat pada proses reabsorpsi tubular dari asam urat. Obat-obatan golongan inhibitor xantin oksidase bekerja dengan cara menghambat perubahan hipoxantin

menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat.3 2.2.7.1 Golongan Urikosurik

Probenesid dan juga sulfinpirazone meningkatkan klirens ginjal untuk asam urat dengan menghambat proses reabsopsi tubular dari asam urat. Terapi dengan golongan urikosurik harus dimulai pada dosis kecil untuk menghindari uriksuria dan kemungkinan pembentukan batu. Obat-obatan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal.3

2.2.7.2 Golongan Inhibitor Xantin Oksidase

Allopurinol merupakan suatu isomer hipoxantin struktural dan merupakan suatu penghambat xantin oksidase sehingga tidak terjadi perubahan xantin menjadi asam urat. Allopurinol juga akan menurunkan konsentrasi PRPP intraseluler sehingga akan menurunkan biosintesa purin de novo.3,21

(34)

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda : Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah (bekam)

(Muttafaq ‘alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214). Bekam membantu meningkatkan kemampuan kerja ginjal dalam mengeluarkan kristal asam urat. Untuk mengurangi kadar asam urat tidak bisa dilakukan melalui sekali pertemuan terapi bekam. Diperlukan pula disiplin mengonsumsi berbagai jenis makanan yang rendah kandungan asam urat.7

2.4 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Dalam Darah

Pengukuran kadar asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang banyak digunakan untuk mengetahui tingkat asam urat di dalam darah.

Alat yang digunakan adalah BeneChek Plus. Alat ini merupakan alat test darah 3 in 1 yaitu Gula darah, Asam urat dan Kolesterol. BeneChek plus menghasilkan pengukuran yang akurat, dengan akurasi alat ± 20 %; untuk kadar

(35)

21

2.5 . Kerangka Teori

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Kadar normal

Asam Urat Produk akhir hasil katabolisme purin.

Deteksi asam urat digital strip

(36)

22 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik numerik berpasangan dengan desain cross sectional (potong lintang). Variabel penelitian ini bersifat independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. Analisis ini memungkinkan untuk mengetahui perbandingan kadar asam urat sebelum dan setelah diterapi bekam.22,23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sehat AFIAT yang beralamat JL. Limo

Raya no. 3, kompleks Griya Ruko Cinere II, Depok dan JL. Kampung Utan (WR. Supratman) No. 1 Rt/Rw 04/04 Ciputat Tanggerang Selatan. Sampel diambil pada rentang waktu 1 Januari – 1 Maret 2012.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan terapi bekam di 2 cabang Rumah Sehat AFIAT. Pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive sampling dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai subyek yang diperlukan terpenuhi atau sampai batas waktu penelitian.

(37)

23

Keterangan :

Zα = 1,64 (kesalahan 5%) Zβ = 1,28 (kesalahan 10%)

Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1 – X2) = 0,3

Standart Deviasi berdasarkan studi/penelitian pendahuluan 10 sampel = 0,6

3.4 Kriteria Sampel dan Variabel Penelitian 3.4.1 Kriteria Inklusi

 Subjek berusia ≥ 20 tahun baik laki-laki maupun perempuan

3.4.2 Kriteria Eksklusi

 Subjek yang kontraindikasi bekam

 Subjek yang sebelum bekam menkonsusmsi obat-obatan yang

dapat meningkatkan kadar asam urat.

 Subjek yang memiliki penyakit lain yang dapat mempengaruhi

kadar asam urat (ex. gagal ginjal kronis).

3.4.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian meliputi :

1. Variabel independen : Bekam

2. Variabel dependen : Kadar Asam Urat

(38)

3.6 Alur Kerja dan Etika Penelitian

 Identifikasi Subjek

Identifikasi subjek yang selanjutnya dilakukan prosedur informed consent

 Informed Consent

Informed consent dilakukan pada responden dengan guna mengetahui

kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian, didokumentasikan dengan penandatanganan formulir persetujuan.

Etika penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

 Membuat surat keterangan penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

 Membuat usulan ethical clearance kepada Komisi Etik Kedokteran

 Meminta izin kepada pihak Rumah Sehat AFIAT

 Melakukan informed consent kepada responden, agar tidak melanggar hak-hak dan privasi responden

 Menjaga kerahasiaan responden

Usulan ethical clearance diserahkan kepada sekretariat Komisi Etik Penelitian Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari :

 Surat usulan dari FKIK UIN SyarifHidayatullah Jakarta

 Protokol penelitian

Informed Consent

 Pengambilan data sekunder melalui wawancara (lampiran)

 Pengambilan Sampel

 Sampel diukur kadar asamnya dengan menggunakan deteksi asam urat

(39)

25

3.7.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah kapiler sebelum dan sesudah bekam.

3.7.3 Cara Kerja

1. Sampel darah diambil dari ujung jari responden dibersihkan menggunakan alkohol tab kemudian darah kapiler diambil dengan menggunakan pen lancet

2. Darah yang sudah di ambil, diukur kadar asam uratnya menggunakan alat deteksi asam urat digital, ditunggu hingga diperoleh hasil

3. Setelah dibekam, kadar asam urat sampel diukur kembali dengan menggunakan alat yang sama dan prosedur yang sama.

3.8 Analisis Data

Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan uji T berpasangan (bila distribusi normal), uji wilcoxon (bila distribusi tidak normal) dan Two Ways Anova guna menunjukkan kemaknaan dari penelitian ini.

Data yang diperoleh dianalisis juga kemaknaan kadar asam urat

(40)

26 4.1 Data Distribusi Responden

Pada penelitian ini, responden yang menjalani terapi pengobatan bekam di Rumah Sehat Afiat, selama periode 1 januari sampai dengan maret 2012 yang masuk dalam populasi penelitian adalah sebanyak 34 orang. Seluruh responden penelitian tersebut adalah laki-laki. Karena salah satu syarat melakukan bekam adalah jika pasien laki laki maka terapis bekamnya juga harus laki laki. Hal ini merupakan kekurangan atau keterbatasan pada penelitian ini sehingga peneliti tidak mendapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan. Disamping itu kondisi hiperurisemia lebih sering terjadi pada laki-laki, hal ini diduga karena pada perempuan premenopouse hormon estrogen berfungsi sebagai urikosurik dengan mekanisme yang belum jelas24. Pada gambar 4.1 didapatkan bahwa dari 34 responden, sekitar 12 responden mengaku mempunyai kadar asam urat yang tinggi dan sisanya tidak mengetahui kadar asam uratnya.

35%

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Sebelum Bekam Basah

Setelah melakukan pembekaman, responden langsung dilakukan post test.

(41)

27

yang dikonsumsi responden sebelum bekam, usia responden, penyakit yang diderita maupun fungsi ginjal responden yang dapat mempengaruhi hasil.

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Sesudah Bekam

Sedangkan untuk informasi distribusi responden berdasarkan usia (gambar 4.3) diperoleh data 79% responden memiliki rentang usia 15-55 tahun dan 21%

responden memiliki rentang usia >55 tahun.

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia

(42)

Gambar 4.4 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia Produktif (15-55 Tahun)

Sedangkan untuk kelompok usia produktif (> 55 tahun) diperoleh 14% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan 86% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam (gambar 4.5).

Gambar 4.5 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia NonProduktif (>55 Tahun)

Informasi distribusi responden berdasarkan riwayat bekam (gambar 4.6) diperoleh data 28 responden melakukan bekam ≤ 2 kali dan 6 responden yang memiliki riwayat bekam sebanyak 3 – 4 kali.

(43)

29

Setelah melakukan pembekaman, Hasil post test dari semua responden ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok responden dengan

riwayat bekam ≤2 kali sekitar 4% responden memiliki kadar asam urat yang cenderung tetap, 39% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian besar responden sekitar 57% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam (Gambar 4.7)

Gambar 4.7 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat

Bekam ≤ 2 kali

Sedangkan untuk kelompok responden dengan riwayat bekam 3-4 kali diperoleh 17% memiliki kadar asam urat yang tetap, 33% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan 50% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam (gambar 4.8).

Gambar 4.8 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat Bekam 3-4 kali

(44)

Gambar 4.9 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Cup yang Digunakan

Setelah melakukan pembekaman, Hasil post test dari semua responden ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok responden yang

menggunakan kuranga dari 11 cup adalah sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang cenderung tetap, 47% responden terjadi penurunan dan peningkatan kadar asam urat (gambar 4.10)

Gambar 4.10 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup

ч11

Sedangkan untuk kelompok responden yang menggunakan lebih dari 12 cup diperoleh 5% memiliki kadar asam urat yang tetap, 32% responden terjadi

(45)

31

Gambar 4.11 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup

ш12

4.2 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam

Hasil rata rata kadar asam urat beradasarkan sebelum dan sesudah bekam dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Bekam

Kadar Asam Urat Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

Sebelum Sesudah

6,324 ± 1,1367 6,368 ± 1,3325

Hasil data yang diperoleh menunjukkan rata rata kadar asam urat sebelum bekam adalah 6,324 mg/dl dan sesudah bekam mengalami peningkatan mencapai 6,368 mg/dl, namun rata rata keduanya masih dalam taraf normal. Dari data tersebut terdapat 13 responden mengalami penurunan kadar asam urat setelah bekam, 19 responden mengalami kenaikan asam urat setelah bekam dan 3 responden memiliki kadar asam urat yang tetap setelah bekam.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan rata rata kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,044 mg/dl. Tetapi setelah dilakukan pengujian secara statistik (T-paired), didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa kenaikan tersebut tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Hal ini menunjukkan asam urat sebelum dan sesudah bekam bila diambil langsung dalam satu waktu, tidak berbeda bermakna.

(46)

Apabila oksidan ini dapat dikeluarkan dari dalam tubuh maka sistem imun pasien akan meningkat sehingga akan lebih resisten terhadap penyakit-penyakit.

Pada penelitian ini dilihat pengaruh bekam terhadap kadar asam urat yang merupakan salah satu dari radikal bebas didalam tubuh. Kelebihan kadar asam urat didalam tubuh disebut hiperurisemia. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat dalam darah yang melebihi batas kelarutan urat monosodium dalam plasma. Penyebab hiperurisemia bisa disebabkan oleh peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion) akibat gangguan ginjal atau gabungan keduanya. Sekitar 98% individu dengan hiperurisemia dan gout primer memiliki penyakit ginjal sehingga terdapat gangguan pada eksresi asam urat.

Serangan asam urat yang berakibat peradangan sendi atau arthritis memiliki sasaran utama ujung jari tangan dan kaki, ibu jari terutama pada kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki dan daun telinga. Adapun gejala penyakit ini umumnya ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sebuah sendi pada saat tengah malam biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsophalangeal pertama) atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat (oligoartritis) dan serangannya disatu sisi (unilateral). Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, sangat nyeri, dan umumnya asimetris atau satu sisi tubuh21.

Responden pada penelitian ini yang mengalami hiperurisemia juga pernah mengeluhkan beberapa gejala asam urat, seperti bengkak ataupun nyeri hebat diujung jari kaki pada malam hari.

(47)

33

untuk satu kali terapi bekam tidak dapat menurunkan kadar asam urat secara signifikan (p > 0,05).

4.3 Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat

Sebelum Bekam

Dari hasil pengukuran kadar asam urat diperoleh 12 responden memiliki riwayat kadar asam urat tinggi, dengan rata rata kadar asam urat sebelum bekam yakni 7,483 mg/dl dan terjadi penurunan hingga 7,458 mg/dl sesudah bekam. Sedangkan kelompok responden yang tidak mengetahui kadar asam urat diperoleh hasil rata rata kadar asam urat sebelum bekam yakni 5,691 mg/dl dan terjadi peningkatan hingga 5,773 mg/dl sesudah bekam. Pada hasil ini tidak diperoleh hasil kadar asam urat yang dibawah normal.

Tabel 4.2. Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat

Riwayat Kadar Asam Urat

Sebelum

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

Sesudah

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

Tinggi 7,483 ± 0,4764 7,458 ± 1,3514

Tidak Diketahui 5,691 ± 0,8507 5,773 ± 0,8849

(48)

4.4 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak

Kunjungan dan Cup yang Digunakan

Hasil kadar asam urat beradasarkan banyak kunjungan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Kunjungan Responden

Banyak Kunjungan

Kadar Asam Urat

Sebelum

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

Sesudah

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

≤ 2 kali berdasarkan jumlah kunjungan responden, responden dengan kunjungan ≤ 2 kali diperoleh rata rata kadar asam urat sebelum bekam kali sebesar 6,154 mg/dl dan sesudah dibekam terjadi peningkatan menjadi 6,171 mg/dl. sedangkan responden dengan jumlah kunjungan 3-4 kali, rata rata kadar asam urat sebelum bekam sebesar 7,033 mg/dl dan terjadi peningkatan kadar asam urat menjadi 7,367 mg/dl.

Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar

asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara riwayat bekam, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05) namun terdapat pengaruh langsung riwayat kunjungan bekam terhadap kadar asam urat (p < 0,05).

Untuk hasil rata rata kadar asam urat berdasarkan banyak cup yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Kadar Asam Urat Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Cup

Banyak cup Kadar Asam Urat

Sebelum

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

Sesudah

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

(49)

35

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata rata kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan jumlah cup yang digunakan. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam sebesar 0,047 mg/dl pada responden yang jumlah cup ≤ 11, sedangkan terjadi peningkatan kadar asam urat pada responden yang menggunakan ≥ 12cup sebesar 0,115 mg/dk.

Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga tidak terdapat pengaruh langsung antara jumlah cup yang digunakan terhadap kadar asam urat (p < 0,05) dan tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara jumlah cup yang digunakan, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05).

4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi

Usia

Hasil kadar asam urat berdasarkan distribusi usia dapat dilihat pada tabel 4.5. responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia 15 – 55 tahun (usia produktif) dan kelompok usia > 55 tahun (usia non produktif).

Tabel 4.5. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi Usia

Usia Kadar Asam Urat

Sebelum

Mean ± std. Deviasi (mg/dl)

Sesudah

Mean ± std. Deviasi (mg/dl) 15 – 55 th

(50)

dilakukan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga tidak terdapat pengaruh langsung usia terhadap kadar asam urat (p > 0,05) dan tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara usia, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan usia.

Pada penelitian ini setelah melakukan pre test asam urat kemudian responden dibekam, pada proses pembekaman pasien dibekam sesuai dengan titik sunnah serta titik tambahan. Menurut Montazer (2004) kandungan asam urat dalam darah yang terambil melalui bekam lebih tinggi daripada yang diambil melalui vena. Hal ini berhubungan dengan kadar iron dalam serum. Besi (Fe) dapat mengaktifkan xantin oksidase (XO), akhirnya Fe yang tinggi dapat menghasilkan XO lebih aktif dan menyebabkan lebih tinggi kadar asam urat. Bekam memiliki khasiat lebih dalam ekskresi elemen berlebihan, seperti Fe berlebih dapat dihilangkan melalui proses mengeluarkan darah dan mengurangi tingkat asam urat.25-29 Hasil penelitian lain pun mendapatkan bahwa kadar asam urat dalam darah bekam lebih tinggi dibandingkan darah vena, hal inipun dikaitkan dengan kadar besi (fe)

serum.30

(51)

37

(52)

38 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian selama tiga bulan (1 Januari – 1 Maret 2012) didapat kesimpulan sebagai berikut:

 Pada penelitian ini didapatkan respon kadar asam urat yang berbeda-beda

sesudah bekam dimana sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang cenderung tetap, 38% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian besar responden sekitar 56% mengalami kenaikan kadar asam urat

sesudah bekam.

 Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan

sesudah bekam jika hanya diamati dalam satu waktu.

 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan riwayat kadar asam urat tinggi dan tidak diketahui,

riwayat bekam, usia produktif maupun non-produktif dan jumlah cup yang digunakan jika hanya diamati dalam satu waktu. Namun, terdapat pengaruh

langsung riwayat kunjungan bekam dan riwayat kadar asam urat terhadap kadar asam urat secara keseluruhan

 Bekam merupakan perbuatan yang baik, Nabi Muhammad SAW membolehkan

berbekam dengan kata lain bekam bukan suatu kewajiban bagi umat muslim namun merupakan pilihan aternatif dalam metoda pengobatan jika terbukti secara ilmiah.

5.2 Saran

 Pada penelitian selanjutnya sebaiknya memberikan rentang waktu yang lebih

dalam mengamati kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam dan dilakukan beberapa kali bekam dalam rentang waktu tersebut untuk mengetahui efektivitas bekam dalam menurunkan kadar asam urat.

 Pada penelitian ini, hanya mendapatkan pasien laki laki, sehingga diharapkan

(53)

39

sehingga bisa mengetahui efek bekam terhadap kadar asam urat berdasarkan jenis kelamin.

 Penelitian ini mengambil responden yang tidak memiliki keluhan spesifik

penyakit asam urat, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya bisa mengambil responden yang mempunyai keluhan penyakit asam urat saja.

(54)

40

2. Widodo A W.Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 Ed 5.Jakarta :Pusat Penerbitan FKUI: 2009

3. Dowling, T. C., Comstock, T. J., 2005. Qualification of Renal Function. In: DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New York: McGraw Hill Medical Publishing Devision., p. 761-780

4. Deska Pagana, Kathleen, James Pagana, Timothy, 2002, Mosby’s Manual of

Diagnostic and Laboratory Test, 2nd edition, St. Louis: Mosby’s Inc

5.

Sarwat Ahmad. Hukum Bekam Sunnah atau mubah at

http://fimadani.com/bekam-sunnah-atau-mubah/

6. anonim. Bekam Mukjizat Nabi, Ujian Keimanan Islam. 2011. ABI (Asosiasi Bekam Indonesia).

7. Razak, S. Ahmad. Dr. Penyakit dan Terapi Bekamnya ; Dasar-dasar Ilmiah Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia. 2012

8. Stryer L. Biokimia ed 4 vol2. jakarta: Egc:2000

9. Sica, A.D., Scoolwerth, C.A., 1996. Renal Handling of Organic Anions and Cation and Renal Excretion of Uric Acid, In: Brenner, M.Barry, The Kidney, volume I, 5th edition, Philadelphia: W.B. Saunders, p: 607-621

10.Smith, collen. Marks, Allan D, Lieberman Michael. Marks’ Basic Medical Biochemistry ; a clinical approach 2nd. USA .Lippincott Williams & Wilkins:2007

11.Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 20. Jakarta:Egc: 2003. p.287 12.Robert K. Murray, David A Bender, Kathleen M. Botham, Peter J. Kennelly,

Victor W. Rodwell, P. Anthony Weil. Harper's Illustrated Biochemistry, 28th Edition. 2009.The McGraw-Hill Companies, Inc. USA

13.Howkin DW, Rahn DW. Gout and hyperurisemia. In DiPiro JT, et al, eds. Pharmacotheraphy: A pathohysiological approach 7 th ed. New York :McGraw Hill: 2008

(55)

41

Aceh:2007. Available at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19076/1/mkn-mar2007-40%20(10).pdf

15.Sluss PM. Appendix: Laboratory Values of Clinical Importance . In:

Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Ed. Editors: Isselbacher KJ,

Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. New York :McGraw Hill: 2008.

16.Putra, R.T., 2006. Hiperurisemia, In: Sudoyo, Aru, W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, edisi ke empat, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 1213-1217

17.Obemayr, P. Rudolf, Temml, Christian, Gutjhan, Georg, et al., 2008. Elevated Uric Acid Increases The Risk Factor for Kidney Disease, J Am Soc Nephrol 19: 2407-2413

18.Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi Ginjal, In: Price, A. Sylvia., Lorraine, M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Ed. 4 Volume 2. Jakarta : ECG, p. 769-885

19.Weiner, E. Daniel, Tighiourat, Hocine, Elsayed, F. Essam, Griffith, L. John, Salem, N. Deeb, Levey, S. Andrew, 2008.Acid and Incident Kidney Disease

in The Community, J Am Soc Nephrol 19: 1204-1211

20.Kang, Duk-Hee, Nakagawa, Takahiko, Feng, Lili, Watanabe, Susumu, et al., 2002. A Role of Uric Acid in The Progression of Renal Disease, J Am Soc Nephrol 13: 2888-2897

21.Mc Evoy, K. Gerald, 2002. AHFS Drug Information, Wincousin: American Society of Health-System Pharmacist Inc, p: 3578-3581

22.Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael,S ofyan. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis ed.3. Jakarta: Sagung seto.2010

(56)

24.Li-ying, Chen, Wen-hua, Zhu, Zhou-wen, Chen, 2007. Relationship Between Hyperuricemia and Metabolic Syndrome. Journal of Zhejiang University. p. 593-598

25.Sluss PM. Appendix: Laboratory Values of Clinical Importance . In:

Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Ed. Editors: Isselbacher KJ,

Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. New York :McGraw Hill: 2008.

26.Brand, F., McGee, D., Kannel, W., Stokes, J., & Castelli, W. (1985). Hyperuricemia as a risk factor of coronary heart disease: The Framingham Study. American journal of epidemiology, 121(1), 11.

27.Iblher, N., & Stark, B. (2007). Cupping treatment and associated burn risk: a plastic surgeon's perspective. Journal of burn care & research, 28(2), 355. 28.Khosla, U. M., Zharikov, S., Finch, J. L., Nakagawa, T., Roncal, C., Mu, W.,

et al. (2005). Hyperuricemia induces endothelial dysfunction. Kidney international, 67(5), 1739-1742.

29.Miller, D., Grover, T., Nayini, N., & Aust, S. (1993). Xanthine oxidase-and iron-dependent lipid peroxidation. Archives of biochemistry and biophysics, 301(1), 1-7.

30.Mahdavi et al. Evalution of the effects of traditional cupping on the

biochemical, hematological and immunological factors of human venous blood. Shahed University, Faculty of medicine, Islamic Republic of iran. 2008. Avalaible at http://cdn.intechweb.org/pdfs/26488.pdf

31.Nielson, G. Eric, George, L. Alfred, 2008. Cellular and Molecular Biology of The Kidney, In: Fauci, S. Anthony, Kasper, L. Dennis, Longo, L. Dan,

Braunwald, Eugene, HARRISON’S: Principles of Internal Medicine, 17th

(57)

43

LAMPIRAN 1

(Data Hasil Uji Statistik)

1. Distribusi Responden berdasarkan kadar asam urat sebelum bekam

2. Distribusi Responden berdasarkan Kadar asam urat sesudah bekam

hasil akhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 13 38,2 38,2 38,2 2 19 55,9 55,9 94,1 3 2 5,9 5,9 100,0 Total 34 100,0 100,0

3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

usia1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 27 79,4 79,4 79,4 2 7 20,6 20,6 100,0 Total 34 100,0 100,0

Awal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

(58)
(59)

45 *. This is a lower bound of the true significance.

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1 Bekam Basah (ABI “Asosiasi Bekam Indonesia”)6
Gambar 2.2 Peralatan Bekam (ABI “Asosiasi Bekam Indonesi)6
Gambar 2.3 Struktur asam urat10
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Studi Kasus Kota Makassar). Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Persepsi Masyarakat Kota Makassar Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PPU-XIV/2016

Dengan demikian dapat penulis ambil kesimpulan bahwa peran wali menurut pemahaman masyarakat adalah peran wali dalam menggantikan posisi orang tua, atau kebijakan wali dalam

Penelitian ini telah melaporkan dan menyajikan error trajectory tracking bucket excavator system pneumatic pada dua track lintasan dengan dua sistem kontrol yang

Sedangkan pengujian kepuasan pengguna dilakukan oleh 15 pengguna dengan hasil sistem mudah digunakan, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, memiliki tampilan yang

Di antara kaedah tetap yang banyak mengandungi hukum feqah padanya ialah perkara yang yakin tidak dihilangkan oleh syak. Jika seseorang yang melakukan sesuatu

Zoonosis merupakan kumpulan dari banyak jenis penyakit yang bersifat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya. Zoonosis yang mendapat prioritas diantaranya: Rabies,

Dalam membantu menyelesaikan masalah di bagian persiapan pada Departemen Weaving I PT Argo Pantes Tbk, perlu dibuatkan interface pemenuhan permintaan bahan baku produksi

dikatakan sama, yang membedakan hanyalah intensitas puncak yang menunjukkan bahwa metode pemurnian dengan menggunakan H2O2 terhadap bentonit dapat dikatakan tidak