• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATIGRAFI KARBONAT FORMASI SELOREDJO ANGGOTA DANDER DI SUNGAI BANYUREJO KECAMATAN BUBULAN KABUPATEN BOJONEGORO, JAWA TIMUR, INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATIGRAFI KARBONAT FORMASI SELOREDJO ANGGOTA DANDER DI SUNGAI BANYUREJO KECAMATAN BUBULAN KABUPATEN BOJONEGORO, JAWA TIMUR, INDONESIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

249

STRATIGRAFI KARBONAT FORMASI SELOREDJO ANGGOTA DANDER DI

SUNGAI BANYUREJO KECAMATAN BUBULAN KABUPATEN BOJONEGORO,

JAWA TIMUR, INDONESIA

Didit Hadi Barianto*, Aldrin Fauzan Faza, Moch Indra Novian, Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi UGM,Jl Grafika no 2 Bulaksumur Yogyakarta.

* corresponding author: didit_geologi@ugm.ac.id

ABSTRAK

Formasi Seloredjo yang umumnya banyak diteliti terletak di daerah Gunem sedangkan Anggota Dander yang sudah diteliti terletak pada lokasi tipenya yaitu di Kecamatan Dander. Stratigrafi Anggota Dander di Kecamatan Bubulan terutama di Sungai Banyurejo (sebagaimana tergambar dalam peta geologi Lembar Bojonegoro sekala 1:100.000) belum pernah dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan dengan membuat kolom stratigrafi terukur bersekala 1: 50 berdasarkan kenampakan lapangan, dengan tujuan mendapatkan gambaran fasies litologi, umur dan lingkungan pengendapan dari Anggota Dander. Dalam peta geologi Lembar Bojonegoro, Anggota Dander ditulis sebagai batugamping terumbu. Namun di Kecamatan Bubulan, litologinya terdiri dari perulangan grainstone dengan sisipan packestone pada bagian bawah, moluska rudstone – grainstone pada bagian tengah dan massive packestone pada bagian atas. Hal ini menggambarkan lingkungan lagun yang dinamis yang dipengaruhi oleh naik dan turunnya air laut. Kemudian, Anggota Dander di Kecamatan Bubulan ditumpangi secara tidak selaras oleh sedimen molasse berupa konglomerat polimik yang menggambarkan lingkungan yang berubah dari endapan lagun – estuarine menjadi channel mouthbar– fluvial, seiring dengan terangkatnya Pegunungan Kendeng dan Intrusi Bukit Pati Ayam di utara Nganjuk.

I.

PENDAHULUAN

Dander merupakan daerah yang jarang diteliti untuk kepentingan stratigrafi. Penelitian geologi umumnya lebih menekankan kepada kondisi hidrologi, hidrogeologi bahkan hubungan antara kemiskinan dengan kondisi geologi yang terangkum dalam peta penyebaran daerah rawan bencana alam (ESDM Bojonegoro, 2015). Dalam peta geologi Lembar Bojonegoro Jawa Timur (Pringgoprawiro dan Sukido, 1992) Dander adalah anggota dari Formasi Lidah dengan litologi umumnya berupa batugamping terumbu.

Sungai Banyuredjo yang terletak di Kecamatan Bubulan Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur dalam peta geologi sekala 1:100.000 termasuk kedalam Anggota Dander Formasi Lidah di bagian selatan (Pringgoprawiro dan Sukido, 1992). Namun kenyataannya, dijumpai fasies karbonat yang berbeda dengan Anggota Dander yang sudah pernah ditulis oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini bermaksud

mengetahui urutan stratigrafi berdasarkan kenampakan lapangan dengan tujuan mengetahui lingkungan pengendapan dan proses yang terjadi.

Akses menuju Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro hingga lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat, kondisi jalan yang bagus dan berada di areal hutan jati milik Perhutani Jatim.

Style digunakan untuk memudahkan dalam pengaturan, dengan ketentuan sebagai berikut:

II.

KONDISI GEOLOGI REGIONAL

Secara regional, Anggota Dander Formasi Lidah termasuk dalam Mandala Geologi Rembang. Secara umum, urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah (Pringgoprawiro 1983); Formasi Ngimbang yang terdiri dari napal abu-abu dengan sisipan batugamping berumur Oligosen, Formasi Prupuh yang terdiri dari gamping abu-abu yang berumur Miosen Awal, Formasi Tuban yang terdiri dari

(2)

250 napal abu-abu berforam dan berumur Miosen Awal, Formasi Tawun yang terdiri dari gamping orbitoid, serpih coklat yang karbonan dan berumur Miosen Tengah yang memiliki anggota Ngrayong yang terdiri dari batupasir kuarsa, Formasi Bulu yang diendapkan di atas Ngrayong dan terdiri dari batugamping Cyclocypeous, Formasi Wnocolo dan Formasi Ledok yang terdiri dari batupasir gaukonitan berumur Muisen Akhir, Formasi Mundu yang terdiri dari Napal yang berumur Pliosen dan Formasi Lidah yang berupa lempung biru dan batupasir coquina yang berumur Pleistosen. Dalam Perkembangannya Formasi Lidah memiliki tiga anggota yaitu Anggota Tambakromo, Anggota Turi dan Anggota Malo/ Dander (Pringgoprawiro, 1983) dimana Anggota Dander dicirikan oleh batugamping terumbu. Secara tidak selaras di atas Formasi Lidah diendapkan undak Bengawan Solo Purba. Perkembangan tektonik di Pegunungan Rembang bisa diikuti mulai dari Jaman Akhir Kapur (85 – 65 juta tahun yang lalu) sampai sekarang (Pulonggono dan Martodjodo, 1994). Cekungan Jawa Timur mengalami dua periode waktu yaitu pada jaman Paleogen (Eosen – Oligosen), yang berorientasi Timur Laut – Barat Daya (searah dengan pola Meratus) dimana batuan mengalami tektonik regangan yang diindikasikan oleh litologi batuan dasar berumur Pra – Tersier menunjukkan pola akresi berarah Timur Laut – Barat Daya dan pada jaman Neogen (Miosen – Pliosen) berubah menjadi relatif Timur – Barat (searah dengan memanjangnya Pulau Jawa), yang merupakan tektonik kompresi (Pulonggono, 1994), sehingga menghasilkan struktur geologi lipatan, sesar – sesar anjak dan menyebabkan cekungan Jawa Timur Utara terangkat (Orogonesa Plio – Pleistosen).

III.

SAMPEL

DAN

METODE

PENELITIAN

Metoda yang digunakan adalah melakukan pengamatan litologi dan struktur dan membuat kolom stratigrafi terukur (MS)

dengan sekala 1 : 50. Kegiatan penelitian ini selanjutnya akan dilanjutkan untuk pembuatan Tugas Akhir di Jurusan Teknik Geologi UGM dengan penambahan metode seperti petrografi dan paleontologi.

IV.

DATA DAN ANALISIS

Hasil

Pengamatan stratigrafi (lihat lampiran) dilakukan di lima lokasi yang tersebar sebagai berikut:

1. Koordinat UTM 49 M X 585243 dan Y 9190798 terdapat rudstone dengan struktur silang siur melensa.

2. Koordinat UTM 49 M X 585309 dan Y 9190762 terdapat rudstone dengan struktur silang siur dan melensa, matriks berupa grainstone tersemenkan dan terkarstifikasi kuat. 3. Koordinat UTM 49 M X 585291 dan Y

9190723 terdapat 3 fasies yaitu grainstone dengan sisipan packestone dimana terdapat ophiomorpha dan moluska di bagian bawah dan paleosoil di bagian atas yang berkembang packestone yang tebal dan ditindih secara tidak selaras oleh conglomeratic grainstone yang berstruktur melensa dan silang siur.

4. Koordinat UTM 49 M X 585369 dan Y 9190672 terdiri dari grainstone dengan sisipan packestone yang ditindihi secara tidak selaras oleh conglomerate batugamping-andesit dan batupasir melensa.

5. Koordinat UTM 49 M X 590782 dan Y 9193002 terdapat coralline framestone dan coralline rudstone yang lebih menggambarkan lingkungan terumbu. Umur batuan disebandingkan dengan Formasi Dander oleh Pringgoprawiro (1983) yaitu N 22 dan N 23 (Pleistosen). Berdasarkan kenampakan lapangan, lokasi 1,2,3,dan 4 menggambarkan urutan batuan dari tua ke

(3)

251 muda sedangkan lokasi 5 terletak sekitar 10 km ke utara dan diperkirakan selaras dengan batuan di selatan.

V.

DISKUSI

Dengan melihat perkembangan fasies dari rudstone dengan struktur silang siur yang berkembang menjadi perselingan grainstone – packestone, grainstone dengan sisipan packestone lalu dilanjutkan dengan packestone yang tebal dan secara tidak selaras ditindihi oleh conglomeratic grainstone, conglomerate andesit-batugamping dan batupasir melensa menunjukkan lingkungan lagun yang berubah menjadi daratan pada kala Pleistosen.

Lokasi 1 dan 2 menggambarkan awal pengendapan dimulai dari submarine channel yang berkembang menjadi lagun akibat tumbuhnya terumbu di sisi utara (lokasi 5) yang mengalami pasang surut dan terkadang muncul ke darat. Hal ini dicirkian oleh keberadaan fosil ophiomorpha dan keberadaan paleosoil (lokasi 3). Kemudian terjadi genangan yang menghasilkan packestone yang tebal. Seiring dengan pengangkatan Plio-Pleistosen, maka batuan di daerah ini ditumpangi oleh undak Bengawan Solo berupa konglomerat andesit-batugamping, konglomerat batugamping dan lensa batupasir.

Keberadaan andesit diperkirakan berasal dari batuan terobosan andesit Gunung Pandan yang terletak sekitar 6 km di selatan daerah penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa sisi selatan telah terangkat yang menyebabkan batuan terobosan tererosi dan terendapkan di lagun Dander. Seiring dengan terangkatnya daerah selatan, maka Formasi Kalibeng juga tererosi dan menghasilkan endapan sungai berupa konglomerat batugamping dan lensa batupasir.

VI.

SARAN

Pengamatan petrografi perlu dilakukan untuk mengetahui sumber batuan, terutama membandingkan andesit dari Gunung Pandan dengan andesit pada molasse.

Pengamatan fossil terutama foraminifera sangat penting dalam melihat umur, lingkungan dan proses pengangkatan yang terjadi secara lebih detil.

VII.

ACKNOWLEDGEMENT

Ucapan terimakasih kepada Jurusan Teknik geologi yang membantu mendanai penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas ESDM Kab. Bojonegoro, 2015, Pembuatan Peta Penyebaran Daerah Rawan Bencana Alam

Geologi di Kecamatan Sekar dan Kecamatan Dander, http:www.

//esdm.bojonegorokab.go.id/?page_id=1191.

Pringgoprawiro, H. (1983), Biostratigrafi dan Paleogeografi Cekungan Jawa Timur Utara, Suatu Pendekatan Baru; Disertasi Doktor. ITB, Bandung.

Pringgoprawiro, H., Sukido, 1992, Peta Geologi Lembar Bojonegoro, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Pulunggono, A., S. Martodjojo. (1994) Kerangka tektonik dan stratigrafi Pulau Jawa secara regional dalam kaitannya dengan potensi hidrokarbon, Proceedings Geology and Geoteknik, Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta p. 253-274.

(4)

252

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi penelitian dengan latar belakang Peta Geologi Lembar Bojonegoro (Pringgoprawiro dan Sukido, 1992). Kotak hitam adalah lokasi penelitian. Kotak kecil di utara menunjukkan lokasi 5.

(5)

253

Gambar 2. Stratigrafi terukur pada lokasi 1 dan 2. Bagian bawah dari Anggota Dander Formasi Lidah. Sisi kiri merupakan bagian atas dari sisi kanan.

(6)

254

Gambar 4. Lanjutan gambar 3. Sisi kiri merupakan bagian atas dari gambar 3 sisi kanan.

Gambar 5. Stratigrafi terukur pada lokasi 4, sebelah kanan adalah foto singkapan lokasi 5 dimana muncul batugamping terumbu seperti coralline rudstone dan framestone.

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian dengan latar belakang Peta Geologi Lembar Bojonegoro (Pringgoprawiro  dan Sukido, 1992)
Gambar 3. . Stratigrafi terukur pada lokasi 3. Sisi kiri terletak di bawah dari sisi kanan
Gambar  5.  Stratigrafi  terukur  pada  lokasi  4,  sebelah  kanan  adalah  foto  singkapan  lokasi  5  dimana  muncul batugamping terumbu seperti coralline rudstone dan framestone

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis besaran torka induksi terhadap perubahan beban angkat yang terjadi pada motor listrik hoist crane berdasarkan

membantu mempertahankan ketersediaan air tanah.Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis dan mengevaluasi Kebutuhan luasan RTH terhadap suhu udara mikro di

Merupakan suatu persyaratan pada asuransi ini bahwa harga pertanggungan adalah sama dengan biaya penggantian dari barang yang diasuransikan dengan barang baru dari jenis

Siswa dalam kelompoknya, menarik kesimpulan atau jawaban mengenai penggunaan handel-handel pada mesin bubut  berdasarkan tabel yang tersedia pada

Warga negara Republik Oriental Uruguay, pemegang paspor diplomatik atau paspor dinas yang sah wajib tidak dipersyaratkan untuk memperoleh via untuk masuk, singgah,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi berwirausaha, sedangkan komunitas tidak berpengaruh secara signifikan

/var/tmp disediakan untuk program yang membutuhkan berkas atau direktori temporer yang diletakkan dalam reboot sistem... Hirarki

1) Dalam hal ini lebih dititk beratkan kepada analisis kesiapan Bank Syariah Bukopin dan BNI Syariah sebelum adanya kebijakan spin off. 2) Kinerja Bank Syariah