• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REKONSTRUKSI SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV DAN V SD GUGUS XIII KECAMATAN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS REKONSTRUKSI SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV DAN V SD GUGUS XIII KECAMATAN BULELENG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS REKONSTRUKSI SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV DAN V

SD GUGUS XIII KECAMATAN BULELENG

Nyoman Agus Tri Adnyana1 , I Wyn Widiana2 , Dewa Nym Sudana3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail : agustriadnyana@gmail.com1, wayan_widiana@yahoo.com2, dewasudana65@gmail.com3

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui (1) gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Sebelum Direkonstruksi, (2) gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V Sesudah Direkonstruksi, (3) kendala-kendala yang ditemukan guru dalam merekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V. Sampel dalam penelitian rekonstruksi ini, yakni kelas IV dan V dengan jumlah 158 siswa. Metode yang digunakan adalah metode angket, dan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Sikap sosial siswa kelas IV dan V sebelum direkonstruksi pada kategori sangat tinggi sebesar 7%, pada kategori tinggi sebesar 65%, pada kategori sedang sebesar 27%, pada kategori rendah sebesar 1%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%, (2) Sikap sosial siswa kelas IV dan V sesudah direkonstruksi pada kategori sangat tinggi sebesar 72%, pada kategori tinggi sebesar 22% ,pada kategori sedang sebesar 6%, pada kategori rendah dan sangat rendah sebesar 0%, (3) Kendala yang ditemukan dalam merekonstruksi sikap sosial di tiga SD yaitu karakter siswa yang berbeda-beda, jumlah di kelas sebesar 39 siswa, waktu untuk melakukan penilaian cukup terbatas, dan lingkungan belajar siswa kurang kondusif sangat berperan dalam merekonstruksi sikap sosial siswa.

Kata kunci: analisis, rekonstruksi, dan sikap sosial.

ABSTRACT

This study aimed to find out (1) picture of the social attitudes of students in grade IV and V SD Before Reconstructed, (2) description of the social attitudes of students of class IV and V After Reconstructed, (3) the constraints found teachers in reconstructing the social attitude graders IV and V. Samples of this reconstruction, the class IV and V with the number of 158 students. The method used is the questionnaire method and interview method. The results showed that (1) Social attitudes students of class IV and V prior reconstructed in very high category by 7%, at the high category by 65%, the medium category by 27%, in the low category of 1%, and the category of very low at 0%, (2) social attitudes students of class IV and V after reconstructed in very high category by 72%, in the high category by 22%, in the category of 6%, in the category of low and very low at 0%, (3 ) Constraints are found in reconstructing the social attitudes in three primary school students are characters different, the number in the class of 39 students, the time to make an assessment is limited and students are less conducive learning environment was instrumental in reconstructing the social attitudes of students.

(2)

PENDAHULUAN

Undang-undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanahkan agar pendidikan tidak hanya memberi kesempatan untuk mem bentuk insan Indonesia yang cerdas semata, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh kembang dengan karakter yang terdapat nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.

Pendidikan Nasional juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemampuan dan watak seseorang dapat dibentuk pada saat mendapat pendidikan. Pendidikan yang terjadi di dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah me miliki rancangan pendidikan berupa kuri kulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Sukses atau tidaknya suatu pendidikan bergantung pada semua komponen yang terlibat dalam suatu pendidikan. Komponen pendidikan tersebut terdiri dari pemerintah, guru, perangkat pembelajaran, dan peserta didik. Untuk pendidikan pada jenjang sekolah dasar mendapatkan penekanan yang lebih mengutamakan pembentukan sikap.

Menurut Kurniasih (2014 :65), “ Sikap merupakan sebuah ekspresi dan nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang”. Cara seseorang memandang suatu permasalahan sangat bergantung pada sikap yang dimiliki, termasuk pula sikap yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Sependapat dengan Jahja, Yudrik (2011: 67) menyatakan bahwa “Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sikap juga merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif objek, yang memberi dasar kepada orang untuk membuat respons

dalam cara tertentu. Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi sikap selalu berhubungan dengan dua hal yaitu ‘Like’ atau ‘Dislike’ (senang atau tidak senang , suka atau tidak suka). Mengacu pada adanya faktor perbedaan individu (pe ngalaman, latar belakang, pendidikan, dan kecerdasan). Maka reaksi yang dimun culkan terhadap satu objek tertentu berbeda pada setiap orang”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu didalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Jika sikap dikaitkan dengan pendidikan, tujuan pendidikan sekolah dasar yaitu sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar agar siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri siswa secara optimal. Perkembangan diri siswa akan lebih optimal jika siswa dapat memiliki dan mengem bangkan sikap sosial pada diri mereka sendiri.

Sikap sosial mengajarkan siswa bagai mana bersikap dengan lingkungan sekitar yang didalamnya termasuk keluarga, guru, teman dan bahkan masyarakat. Sikap sosial yang baik membuat siswa menjadi siswa yang cerdas, bukan hanya siswa yang pintar secara pengetahuannya saja. Sikap sosial membuat siswa terbiasa menum buhkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Sikap Sosial akan terbentuk dari jenjang pendidikan dasar, termasuk dari jenjang pendidikan sekolah dasar. Pada KTSP tercantum pada ranah afektif, menurut Majid (2008:76) me nyatakan bahwa “ Afektif yakni pembinaan sikap mental secara mantap dan matang sebagai penjabaran dari sikap”. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa sikap sosial memang di terapkan di sekolah saat pembelajaran berlangsung baik di kelas maupun di luar kelas. Menurut

(3)

Kunandar (2013:100) menyatakan bahwa “ Ranah Afektif mencangkup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengen dalikan diri. Sikap sosial itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari dan dibentuk selama perkembangan hidup seseorang yang berlangsung melalui interaksi sosial baik dalam kelompok maupun di luar kelompok sehubungan dengan objek tertentu. Karena sikap sosial tidak dibawa sejak lahir dan dapat dipelajari, menurut Ahmadi (2007:157-158) menyatakan bahwa “Yang mempengaruhi sikap sosial adalah faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (faktor lingkungan). Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial dari dalam manusia itu sendiri misalnya minat dan bakat. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial yang berasal dari luar orang itu sendiri, misalnya pe ngaruh dari lingkungan keluarga, lingkung an masyarakat, maupun bimbingan dari guru”.

Dari penjelasan beberapa para ahli mengenai sikap, tentu terdapat permasalah an-permasalahan mengenai sikap sosial siswa. Dimana aspek sikap sosial siswa menurut Kurniasih (2014) menyatakan bahwa terdapat tujuh aspek sikap sosial yang kompleks meliputi sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Dijenjang sekolah dasar yang diberikan penekanan lebih pada sikap sosial siswa agar membentuk siswa yang jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri karena belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pada kenyataan dilapangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran hanya lebih terfokus pada penggunaan model dan bagaimana upaya menciptakan suasana belajar yang aktif, namun kurang me nekankan pada dimensi sikap khususnya sikap sosial yang dimiliki siswa serta sikap sosial siswa belum tampak sepenuhnya. Hal ini terlihat saat awal siswa tiba di sekolah masih terlihat siswa

terlambat hadir ke sekolah, kemudian saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung siswa masih terlihat bercanda dengan teman, meng ganggu teman, ataupun siswa masih kurang me miliki rasa kebersamaan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal tersebut tentu menunjukkan sikap sosial siswa pada aspek gotong royong dan disiplin belum sesuai dengan harapan.

Permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil observasi awal yang telah dilakukan pada tanggal 6 November 2015 tepat pukul 09.00 WITA bahwa sikap siswa di SD Gugus XIII kecamatan buleleng perlu direkonstruksi mengenai sikap sosial siswa seperti saat pembelajaran siswa cenderung berbicara dengan teman daripada mengerjakan tugas yang diberikan guru dan kurang memilki sikap disiplin. Hal ini juga didasarkan pada wawancara terhadap guru di Gugus XIII menyatakan bahwa sikap sosial yang dimiliki pada masing-masing siswa mengalami penu runan, bahkan beliau juga mengungkapkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran tujuan yang paling mendasar bagi guru adalah bagaimana cara agar siswa bisa memahami materi yang diberikan, bagai mana siswa agar bisa terlibat aktif dalam pembelajaran dan mengikuti pembelajaran secara fokus, baik itu dilakukan dengan memilih metode ataupun model yang sesuai. Guru tidak banyak mengetahui mengenai dimensi sikap sosial pada siswanya. Guru tidak selalu memantau sikap siswa termasuk sikap sosial siswa.

Sikap sosial yang terlihat me nyimpang seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak memper hatikan guru saat proses pembelajaran berlangsung, ataupun terlambat datang ke sekolah hal tersebut yang menjadikan guru harus memberikan teguran, nasihat, atau pun pembinaan terhadap siswa terkait. Meskipun telah melakukan beberapa cara untuk mengatasi sikap sosial siswa yang menyimpang, permasalahan mengenai sikap sosial masih saja terjadi.

Merekonstruksi dan pembinaan sikap sosial siswa memang penting untuk

(4)

terus direkonstruksi sejak dini terlebih pada anak usia sekolah dasar, agar nantinya dapat membentuk karakter siswa tersebut sampai dewasa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok tentang: (1) Bagai mana gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng sebelum direkonstruksi?, (2) Bagaimana gambaran sikap sosial pada siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng setelah dire konstruksi?, (3) Apa kendala-kendala yang ditumukan guru dalam merekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng?.

Adapun tujuan dari pelak sanaan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng sebelum direkonstruksi, (2) Untuk me ngetahui gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng setelah direkonstruksi, (3) Untuk me ngetahui kendala-kendala yang di temukan guru dalam merekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng.

Penelitian yang terkait dengan dimensi sikap sosial telah dikemukakan oleh Komang Iyut Sudarsini, dkk. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial siswa.

Selain itu penelitian yang terkait dengan dimensi sikap sosial telah dikemuka kan oleh Darmansyah. Berdasar kan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa Rendahnya kompetensi guru dalam mengevaluasi sikap sosial telah ber dampak negatif terhadap prsetasi belajar siswa pada kompetensi inti karena hal tersebut merupakan fokus utama dalam kurikulum berbasis karakter.

Penelitian yang terkait dengan dimensi sikap sosial telah dikemuka kan oleh I Made Agus Suteja, dkk. Hasil penelitian ini adalah (1) dari 9 aspek sikap siswa, sebagian besar siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap spiritual dan

sikap sosial (2) Hambatan dalam mengem bangkan sikap siswa berasal dari internal siswa sebanyak 5 aspek, dan 5 aspek dari eksternal siswa. (3) Solusi yang telah dilakukan guru sebanyak sembilan hal, yang secara umum tergolong ke dalam nasehat dan pengawasan serta teguran dari guru.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Zuriah (2009:47) menya takan bahwa “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang di arahkan untuk mem berikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. Sependapat dengan Sukma dinata (2009 :54) menyatakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk meng gambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. Penelitian deskriptif ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi meng gambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka.

Penelitian deskriptif yang digunakan memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran sikap sosial siswa kelas IV dan V di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah direkonstruksi. Serta mem peroleh informasi mengenai kendala -kendala yang ditemukan guru dalam merekonstruksi sikap sosial siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng. SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng terdiri dari lima SD yaitu SDN. 1 Banjar Tegal, SDN. 2 Banjar Tegal, SDN 3 Banjar Tegal, SDN 1 Baktiseraga, dan SD Mutiara. Tiga SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng namun yang digunakan sebagai data sampel yaitu SDN. 1 Banjar Tegal, SDN 3 Banjar Tegal dan SDN 1 Baktiseraga. Ketiga sekolah tersebut digunakan karena diyakini

(5)

mewakili karakter dan kualitas SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng dari kualitas yang tinggi hingga kualitas yang rendah ber dasarkan wacana-wacana dan pengamatan penilaian terhadap sekolah tersebut.

Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian. Menurut Sudjana (dalam Agung 2014:69), “Yang dimaksud populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Populasi siswa kelas IV dan V yang digu nakan sebagai populasi penelitian di SDN Gugus XIII Kecamatan Buleleng jumlah siswa kelas IV keseluruhan yaitu 159 siswa, sedangkan kelas IV 146 siswa. Dalam penelitian ini untuk menentukan subjek penelitian digunakan tempat penelitian atau SD yang akan dipilih menjadi sampel, dilakukan teknik pengambilan sampel yang terakhir yaitu pengam bilan sampel acak/random seder hana (simple random sampling).

Menurut Sugiyono (2014: 120) menyatakan bahwa “Teknik simple

random sampling merupakan

pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sehingga memung kinkan populasi berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, teknik ini dilakukan dengan cara undian”. Alasan pengambilan sampel dengan cara undian adalah cara yang cukup sederhana dan memungkinkan ketidakadilan dapat dihin dari. Jumlah keseluruhan siswa yang digunakan sebagai sampel yaitu kelas IV 74 siswa dan kelas V 84 siswa.

Prosedur kegiatan pada penelitian ini mengikuti tahapan penelitian deskriptif secara umum. Terdapat tiga tahapan penelitian deskriptif secara umum. Tahap Persiapan: (1) Memilih lokasi penelitian, (2) Mengurus perizinan, (3) Melaksanakan observasi awal, (4) Memilih dan Meman faatkan informan, (5) Menyusun instrumen penelitian, (6) Persoalan etika penelitian. Tahap Lapangan: (1) Memberikan kuesioner pada siswa, (2) Merekonstruksi sikap sosial dengan pen dekatan saintifik, (3) Melaksanakan wawancara. Tahap Pasca Lapangan: (1) Menganalisis data yang diperoleh.

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui sikap sosial siswa yaitu dengan menggunakan metode kuesioner (angket) sikap sosial siswa yang diisi oleh siswa kelas IV dan V untuk mengetahui data mengenai gambaran sikap sosial yang dilakukan sebelum dan sesudah pem belajaran disekolah berlangsung, serta metode wawancara untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemukan dalam merekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V. Metode pengumpulan data tersebut dilakukan secara alami tanpa memberikan perlakuan khusus terlebih dahulu. Berikut penjabaran dari metode kuesioner dan diperkuat dengan metode wawancara.

Pada penelitian ini siswa sebagai responden diberikan lembar kuesioner tertutup mengenai sikap sosial pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Pada kuesioner tertutup siswa hanya memilih pernyataan yang telah disediakan. Kuesioner yang di gunakan berbentuk skala likert namun dimodifikasi dengan kriteria penilaiannya didasarkan pada rubrik penilaian yang dirancang oleh peneliti dengan nilai maksimum setiap item pernyataan adalah 4 dan nilai minimum adalah 1.

Langkah-langkah penyusunan Skala Sikap Likert berdasarkan modifikasi peneliti : (1) Menentukan objek sikap misalnya sikap terhadap materi pelajaran. (2) Membuat kisi-kisi atau konstruk skala sikap berisi rincian aspek sikap berikut jumlah dan jenis pernyataan (positif dan negatif). (3) Tulis pernyataan secara tepat (tidak mengandung penafsiran ganda dan tidak mengandung kata-kata ekstrim yang memberi arah jawaban). (4) Kaji/analisis setiap pernyataan secara rasional (isi telah mewakili aspek/objek sikap dan struktur kalimat benar). (5) Uji coba skala sikap untuk menganalisis tingkat kebaikan ( rata-rata skor item, validitas, dan reliabilitas). (6) Analisis tingkat kebaikan skala sikap (reliabitas dan validitas). (7) Melakukan pengukuran sikap terhadap responden dengan menggunakan skala sikap yang telah teruji tingkat kebaikannya. (8) Memberi skor (scoring) terhadap lembar kerja/jawaban

(6)

responden. Pernyataan positif : SS=4, S=3, TS=2 dan STS=1, Sedangkan jawaban pernyataan negatif diberi skor sebaliknya yaitu : SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.

Menilai sikap individu atau

kelompok

(skor

rata-rata),

yakni

dengan cara membandingkan skor

yang

diperoleh

dengan

kriteria

tertentu.

Lembar kuesioner sebelum direkonstruksi yang terdiri dari 30 butir pernyataan setelah diisi oleh siswa selanjutnya di analisis. Setelah konversi nilai siswa diperoleh kategori siswa berada pada kategori sikap sosial sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah berdasarkan posisi konversi nilai akhir siswa beracuan pada panduan teknis penilaian di sekolah dasar. Hasil analisis dari lembar kuesioner sikap sosial siswa sebelum direkonstruksi ditemukan per masalahan pada aspek sikap gotong royong, sikap disiplin, sikap sospan, dan sikap percaya diri. Dari permasalahan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pengisian lembar kuesioner yang kedua oleh siswa yang terdiri dari 12 pernyataan yang akan direkonstruksi.

Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti bisa kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung dengan responden. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2014:317) menyatakan, “Wawan cara adalah pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga makna dalam suatu topik dapat dikontruksi dengan baik”. Penggunaan wawancara dapat membantu peneliti dalam menggali tidak saja apa yang ditemui dan dialami subjek penelitian. Wawan cara yang di lakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara terstruktur kepada narasumber yang dapat mem berikan informasi antara lain, Guru kelas IV dan V SD terkait.

Instrumen dalam sebuah penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pengumpulan data sebagai kajian dalam penelitian tersebut. suatu instrumen dapat dikatakan layak untuk dipakai dalam suatu penelitian apabila

dilakukan pengujian atau dalam hal ini biasa disebut dengan uji validitas instrumen. Validasi instrumen akan menggunakan for mula Gregory (dalam Candiasa, 2011:23). Uji validitas sebaiknya dilakukan pada tiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Validitas dalam penelitian ini di tinjau dari dua segi yaitu validitas isi dan validitas butir.

Dalam penelitian ini, perhitungan validitas butir digunakan korelasi Product Moment, yaitu korelasi antar skor butir dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan dalam validitas adalah dengan membandingkan harga rxy dengan tabel harga r-product moment pada taraf signi fikansi 5%. kuesioner dikatakan valid jika

tabel

xy r

r  pada taraf signifikansi 5%. Pengujian validitas butir di atas dibantu dengan aplikasi office excel 2007 dengan cara merekap data yang diperoleh kemudian koefisien korelasi product moment.

Kemudian salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis dan menen tukan konsistensi reliabilitas kuesioner adalah Alpha Cronbach.

Pada penelitian ini, metode analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menggambarkan bagaimana sikap sosial awal yang dimiliki siswa kelas IV dan V sebelum serta sesudah direkons truksi dan deskriptif kualitatif digunakan untuk mendes kripsikan bagaimana kendala-kendala dalam merekons truksi sikap sosial siswa kelas IV dan V. Penjabaran analisis data tersebut adalah sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah siswa kelas IV dan V di Gugus XIII Kecamatan Buleleng pada masing-masing kategori skor sikap sosial siswa kemudian dianalisis dengan deskriptif per sentase. Berikut ini disajikan hasil analisis jumlah siswa dalam bentuk persentase. Data persentase siswa menurut kategori sikap sosial siswa secara umum kelas IV dan V di Gugus XIII Kecamatan Beleleng sebelum direkonstruksi sikap sosial siswa pada

(7)

kategori sangat tinggi sebesar 7%, pada kategori tinggi sebesar 65%, pada kategori sedang sebesar 27 %, dan pada kategori rendah sebesar 1 %, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Jika data disajikan dalam bentuk gambar diagram lingkaran sikap sosial siswa secara umum sebelum direkonstruksi dengan penggabungan ketujuh aspek sikap sosial dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram lingkaran sikap sosial secara umum sebelum direkonstruksi.

Berdasarkan gambar 1, sikap jujur terdapat 21%, sikap tanggung jawab terdapat 23%, sikap toleransi terdapat 21%, sikap gotong royong terdapat 9%, sikap disiplin terdapat 8%, sikap sopan terdapat 9 % dan sikap percaya diri terdapat 9%. Jadi siswa yang memiliki sikap jujur, sikap tanggung jawab dan sikap toleransi > siswa yang memiliki sikap gotong royong, sikap disiplin, sikap sopan, dan sikap percaya diri. Berikut pemaparan hasil analisis sikap sosial sebelum direkonstruksi me ngenai indikator-indikator dimensi sikap sosial.

Pada aspek sikap jujur siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 28%, pada kategori tinggi sebesar 53%, pada kategori sedang sebesar 16%, pada kategori rendah sebesar 2% dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Gambar 2. Grafik batang sikap jujur

Aspek sikap tanggung jawab siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 66%, pada kategori tinggi sebesar 25%, pada kategori sedang sebesar 8%, siswa berada pada kategori rendah sebesar 2%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Gambar 3. Grafik batang sikap tanggung jawab

Aspek toleransi siswa yang berada pada kategori sangat tinggi sebesar 33%, pada kategori tinggi sebesar 46%, pada kategori sedang sebesar 15%, pada kategori rendah sebesar 6%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 0%.

Gambar 4. Grafik batang sikap toleransi Aspek sikap gotong royong siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 10%, pada kategori tinggi sebesar 26%, pada kategori sedang sebesar 30%, dan pada 21% 23% 21% 9% 8% 9% 9%

Sikap Jujur Sikap Tanggung Jawab Sikap Toleransi Sikap Gotong Royong Sikap Disiplin Sikap Sopan Sikap Percaya Diri

0% 20% 40% 60% 0% 20% 40% 60% 80% 0% 20% 40% 60%

(8)

kategori rendah sebesar 19%, pada kategori sangat rendah sebesar 15%.

Gambar 5. Grafik batang sikap gotong royong

Aspek sikap disiplin siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 17%, pada kategori tinggi sebesar 18%, pada kategori sedang sebesar 23%, siswa pada kategori rendah sebesar 24%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 17%.

Gambar 6. Grafik batang sikap disiplin Aspek sikap sopan siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 1%, pada kategori tinggi sebesar 20%, pada kategori sedang sebesar 53%, dan siswa pada kategori rendah sebesar 16%, dan pada kategori sangat rendah sebesar 9%.

Gambar 7. Grafik batang sikap sopan Aspek sikap percaya diri siswa yang berada pada kategori sangat tinggi

sebesar 20%, pada kategori tinggi sebesar 13%, pada kategori sedang sebesar 29%, pada kategori rendah sebesar 16%, pada kategori sangat rendah sebesar 22%.

Gambar 8. Grafik batang sikap percaya diri

Setelah dilakukan analisis awal mengenai sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng sebelum direkonstruksi, diperoleh hasil siswa kelas IV dan V memiliki rata-rata skor indikator sikap gotong royong, sikap disiplin, sikap sopan, dan indikator sikap percaya diri berada pada klasifikasi sedang. Oleh karena itu dilakukan rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII.

Rekonstruksi dilakukan melalui diberi kannya proses pembelajaran pada siswa kelas IV dan V meng gunakan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA kelas IV Standar Kompetensi 10. Memahami peru bahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan yang terdiri dari 1 Kompetensi Dasar. Sedangkan pada matapelajaran kelas V Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi didalam dan hubunganya dengan peng gunaan sumber daya alam yang terdiri dari 4 Kompetensi Dasar. Setelah proses pembe lajaran selesai dilaksanakan, kembali dilanjutkan dengan memberikan kuesioner sikap sosial terhadap siswa IV dan V untuk diisi. Data skor rekonstruksi sikap sosial diperoleh dengan peng gabungan skor indikator-indikator.

Hasil rekonstruksi sikap sosial secara umum yaitu siswa pada kategori sangat tinggi sebesar 72%, pada kategori tinggi sebesar 22%, pada kategori sedang 0% 10% 20% 30% 0% 20% 40% 0% 20% 40% 60% 0% 10% 20% 30%

(9)

sebesar 6%, Dan tidak terdapat siswa pada kategori rendah dan sangat rendah sebesar dengan persentase 0%.

Jika data disajikan dalam bentuk gambar diagram lingkaran sikap sosial siswa secara umum sebelum direkonstruksi dengan penggabungan ketujuh aspek sikap sosial dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Diagram lingkaran sikap sosial secara umum sesudah direkonstruksi.

Berdasarkan gambar 9, persentase skor rekonstruksi sikap gotong royong 24%, sikap disiplin 26%, sikap sopan 25% dan sikap percaya diri 25%. Jadi indikator sikap disiplin merupakan indikator dengan persentase skor terbesar dan indikator sikap gotong royong memiliki persentase skor terkecil. Jadi persentase skor indikator-indikator sikap sosial siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng yaitu sikap disiplin > sikap sopan dan percaya diri > sikap gotong royong. Berikut pemaparan hasil analisis rekonstruksi berdasarkan indikator-indikator dimensi sikap sosial siswa kelas IV dan V.

Sikap gotong royong siswa sebesar 59% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, sebesar 22% siswa berada pada kategori tinggi, sebesar 16% siswa berada pada kategori sedang, dan 1 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 2% siswa yang berada pada kategori sangat rendah.

Sikap disiplin siswa 78% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 11% siswa berada pada kategori tinggi, 9% siswa berada pada kategori sedang, dan 0 % siswa berada pada

kategori rendah. Terdapat 1 % siswa yang berada pada kategori sangat rendah.

Sikap sopan siswa 68% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 20% siswa berada pada kategori tinggi, 9% siswa berada pada kategori sedang, dan 3 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 1% siswa yang berada pada kategori sangat rendah.

Sikap percaya diri siswa 63% siswa SD Gugus XIII berada pada kategori sangat tinggi, 20% siswa berada pada kategori tinggi, 13% siswa berada pada kategori sedang, dan 3 % siswa berada pada kategori rendah. Terdapat 1% siswa yang berada pada kategori sangat rendah. Dengan melihat hasil analisis tesebut rekonstruksi sikap sosial siswa kelas IV dan V SD gugus XIII Kecamatan buleleng dengan pendekatan saintifik dapat di katakan efektif.

Adapun kendala-kendala yang dite mukan guru dalam merekonstruksi sikap sosial dari hasil wawancara yang sebagai instrumen penguat dalam pengambilan data hingga pengolahan data yang dila kukan oleh peneliti. Hasil wawancara didapatkan kendala-kendala yang ditemukan, yaitu saat belajar kelompok tidak semua siswa bekerja dengan baik, siswa susah diberi tahu saat pembelajaran, siswa sering mengganggu teman, dan saat menemukan pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan siswa malas untuk menjawab atau malas ikut serta dalam pemecahan. Berbagai kendala yang ditemukan dapat diatasi dengan solusi melakukan pengawasan ekstra secara langsung pada saat proses pembelajaran agar aktivitas siswa yang tidak sesuai saat proses pembelajaran bisa diperkecil, menggunakan buku penghubung sebagai perantara informasi guru terhadap orang tua siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada.

Tawaran solusi yang di berikan oleh guru dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan ke tika merekonstruksi sikap sosial siswa tersebut telah menunjukkan guru telah memiliki komitmen dan profesional untuk terus mengem bangkan sikap sosial siswa kelas IV dan V.

24%

26% 25%

25%

Sikap Gotong Royong Sikap Disiplin Sikap Sopan Sikap Percaya Diri

(10)

Sikap sosial siswa setelah direkonstruksi banyak siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi pada aspek gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri dikarenakan guru telah mampu merekonstruksi aspek sikap sosial tersebut pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik di kelas, tanpa adanya hambatan dalam merekonstruksi sikap sosial siswa pada keempat aspek tersebut.

SIMPULAN & SARAN

Adapun simpulan yang didapat adalah; (1) Siswa sudah mulai konsisten menunjukan sikap jujur, disiplin, toleransi, gotong royong, percaya diri, tanggung jawab, dan sopan dalam proses pem belajaran. Namun masih perlu peningkatan pada beberapa indi kator yang belum dicapai siswa; (2) Hambatan dalam mere konstruksi sikap sosial yang ada berasal dari internal siswa sebanyak tiga aspek dan dua aspek dari eksternal siswa. Hambatan tersebut diketahui dari hasil wawancara terhadap guru kelas IV dan V; (3) Adapun solusi yang telah dilakukan sebanyak tiga hal, yang secara umum tergolong ke dalam nasihat dan pengawasan serta teguran dari guru serta dibantu orang tua siswa.

Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan dalam penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut; (1) Sekolah diharapkan dapat meningkatkan sikap sosial siswa dalam proses pem belajaran dengan pendekatan saintifik; (2) Guru terus berusaha dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai sikap siswa dalam pembelajaran dengan pen dekatan saintifik. Guru sebaiknya melakukan tukar pendapat menge nai permasalahan sikap sosial siswa yang ditemukan dalam proses pembelajaran dan solusi alternatif mengatasi permasalahan sikap sosial yang ditemui pada proses pembelajaran melalui pengoptimalan kelompok kerja guru (KKG) di gugus inti. (3) Siswa sebaiknya mempertahankan sikap sosial yang sudah baik dan memperbaiki sikap sosial yang kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede .2014. Metode

Penelitian Pendidikan. Malang:

Aditya Media Publishing.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Candiasa, I. M. 2011. Pengujian

Instrumen Penelitian Disertasi

Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha.

Darmansyah. 2014. Penilaian Sikap

Spritual

Dan

Sosial

Dalam

Pendidikan Karakter Di Sekolah

Dasar

08

Surau

Gadang

Nanggal

.

Universitas

Negeri

Padang

(UNP)

jurnal

pascasarjana volume 21 Tahun

2014.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta: Gava Media.

Hartini. 2008. Pengertian Kuesioner.

Tersedia pada http://www.

ilkom.unsri.ac.id/dosen/hartini/materi /VIKuesioner. diakses pada l5 Januari 2016.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi

Perkembangan. Cetakan Ke-1.

Jakarta: Kencana Prenada Group.

Kumiati, Putu. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Resolusi Konflik

Terhadap

Hasil

Belajar

IPS

Dengan Kovariabel Sikap Sosial

Pada Siswa Kelas VI SD Di

Gugus

VII

Kintamani

Di

Kecamatan

Kintamani

.

Tesis

(tidak

diterbitkan).

Singaraja:

Undiksha.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik

Berdasarkan Kurikulum 2013.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(11)

Kurniasih, Imasdan Berlin Sani. 2014.

Implementasi Kurikulum 2013.

Cetakan Ke-1. Surabaya: Kata Pena.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan

Pembelajaran. Cetakan Ke-5.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muhibin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Cetakan Ke-4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Pemerintahan Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta.

Sudarsini,

dkk.

2015.

Pengaruh

Implementasi

Pendekatan

Saintifik Terhadap Sikap Sosial

Dan Hasil Belajar Pkn Pada

Siswa Sd Kelas Vi Di Sd Gugus I

Banyuning

Kecamatan

Bulelengtahun

Pelajaran

2014/201.

Tesis

(tidak

diterbitkan). Singaraja: Undiksha.

Sugiyono. 2014. Metodologi Pe nelitian Pendidikan Pen dekatan Kuantitaif dan Kualitatif. Bandung :Alfa beta.

Sukmadinata, Prof. Dr. Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Suteja, I Made Agus, dkk. 2015.

Analisis

sikap

siswa

dalam

proses

pembelajaran

dengan

pendekatan

saintifik

pada

kurikulum 2013 Tema sejarah

peradaban indonesia Kelas v di

sekolah dasar negeri 28 dangin

puri. Jurusan PGSD FIP. e-jurnal

volume 3. Singaraja: Undiksa.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian

Sosial dan Pendidikan. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

The nearest integer continued fractions of Hurwitz, Minnegerode (NICF-H) and in Perron’s book Die Lehre von den Kettenbr¨ uchen (NICF-P) are closely related. Williams using

Pekerjaan : Pembangunan Jembatan Gantung untuk Usaha Tani Desa Banua Kepayang RT. Labuan Amas

Kelompok Kerja Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Dinas PU Bina Marga Kabupaten Cianjur dengan ini mengumumkan bahwa untuk paket pekerjaan di bawah

Jika terdapat order dengan planned release date yang lebih akhir memiliki lead time yang dapat dipenuhi hingga batas beban work center, maka order tersebut dipilih untuk

Data bobot lahir, bobot sapih, dan bobot umur satu tahun, dan PBBH prasapih maupun pascasapih Kambing Saburai jantan di Kecamatan Gisting dan Sumberejo disajikan dalam bentuk

Telah berhasil dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada

2014 pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Banyuasin, kami Pejabat Pengadaan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Banyuasin, dengan

Prinsip Islam terlihat berbeda dengan mainstream ekonomi konvensional yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional dan mengabaikan kualitas moral. Moral selama