• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS PUPUK NPK DAN TAKARAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) KULTIVAR SUPER SAINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JENIS PUPUK NPK DAN TAKARAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) KULTIVAR SUPER SAINAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS PUPUK NPK DAN TAKARAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG PANJANG

(Vigna sinensis L.) KULTIVAR SUPER SAINAN Yaya Nurlaela 1)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi yayanurlaela@gmail.com

Yanto Yulianto 2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi yantotsk@yahoo.co.id

Fitri Kurniati 3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Fitri.kurniati61@gmail.com

Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Tlp: (0265) 330634 Fax: (0265) 325812

Website: www.unsil.ac.id E-mail: info@unsil.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect kind of NPK fertilizer and the dosages of manure on growth and yield long beans (Vigna sinensis L.) cultivars Super Sainan. This experiment was conducted in July through October 2013, in the Malaganti, Sukaharja, Sariwangi, Tasikmalaya, with altitude of 822 m above sea level, the soil type and rainfall Latosol type C (rather wet) according to Schmidt and Ferguson (1951 ) in Hanafi (1990). The experimental design used was a randomized block design (RAK) is patterned factorial with three replications. The first factor is the type of fertilizer NPK (N) consists of 3 levels: (n1) NPK 12-12-17, (n2) NPK 15-15-15, (n3) NPK 25-7-7. The second factor is the dose of manure (K) consists of 3 levels, namely: (k1) 5 t ha -1, (k2) 10 t ha -1, (k3) 15 t ha -1. The results showed not happened interaction between treatment with a kind of NPK fertilizer manure in improving growth and yield of long beans.NPK fertilizer gave effect on the growth and yield of long beans except plant height at 2 mst, and number of leaves at of 2 mst. While the dosages of manure gave significant effect on the plant height at 6 mst.The best kind of NPK fertilizer increasing the yield of long beans namely NPK 12-12-17 average weight of 7,01 kg pods / plot (equivalent to 14,57 t ha-1). The dosages of manure does not give effect on the yield per plot, the dosage of the 5 t ha-1 gave 5,13 kg / plot (equivalent to 10,66 t ha-1), the dosage of 10 t ha-1 gave 5,90 kg / plot (equivalent to 12,26 ha-1), and the dosage of 15 t ha-1 gave 6,61 kg / plot (equivalent to 13,73 t ha-1).

Keywords: Long beans, kind of NPK fertilizer, manure dosages. ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) kultivar Super Sainan. percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013, di Kampung Malaganti Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya, dengan ketinggian tempat 822 m di atas permukaan laut , pada jenis tanah Latosol dan curah hujan tipe C (agak basah) menurut Schmidt dan Ferguson (1951) dalam

Hanafi (1990). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang berpola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor yang pertama adalah jenis pupuk NPK (N) terdiri dari 3 taraf : (n1) NPK 12-12-17, (n2) NPK 15-15-15, (n3) NPK 25-7-7. Faktor kedua takaran pupuk kandang (K) terdiri

dari 3 taraf yaitu: (k1) 5 t ha -1, (k2) 10 t ha -1, (k3) 15 t ha -1. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi

interaksi antara perlakuan jenis pupuk NPK dengan takaran pupuk kandang dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang panjang. Jenis pupuk NPK yang terbaik untuk meningkatkan hasil kacang panjang yaitu NPK 12-12-17 menghasilkan rata-rata bobot polong 7,01 kg/petak (setara dengan 14,57 t ha-1). Perlakuan takaran pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil per petak yaitu takaran 5 t ha-1 menghasilkan 5,13 kg/petak (setara dengan 10,66 t ha-1), takaran 10 t ha-1 menghasilkan 5,90

(2)

kg/petak (setara dengan 12,26 ha-1), dan takaran 15 t ha-1 menghasilkan 6,61 kg/petak (setara dengan 13,73 t ha-1).

Kata kunci : kacang panjang, jenis pupuk NPK, takaran pupuk kandang.

PENDAHULUAN

Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman kacang kacangan yang telah lama dibudidayakan oleh petani, baik secara monokultur maupun tanaman sela. Tanaman ini mudah ditanam di lahan dataran rendah maupun dataran tinggi, baik di tanah sawah, tegalan maupun tanah pekarangan. Kacang panjang bersifat dwiguna, artinya sebagai sayuran polong yang penting dan sebagai penyubur tanah karena pada akarnya terdapat nodula yang berisi bakteri rhizobium. Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas dari udara (Hendro Sunarjono, 2003).

Menurut Hendro Sunarjono (2012), kesuburan tanah memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman kacang panjang. Untuk meningkatkan kesuburan tanah perlu dilakukan pemupukan N, P, dan K. Untuk lahan yang tandus ditambahkan pupuk kandang matang sebanyak 10 t ha-1 sampai 15 t ha-1. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa pemberian pupuk kandang yang berlebihan pada lahan yang subur dapat menghambat aktivitas bakteri Rhizobium dalam mengikat nitrogen dari udara bebas dalam simbiosis mutualisme.

Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan dua atau lebih unsur hara. Pupuk majemuk ini dibuat dengan cara mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Misalnya, pupuk-pupuk nitrogen dicampurkan dengan pupuk-pupuk fosfat menjadi pupuk-pupuk NP, dan dicampurkan lagi dengan pupuk kalium menjadi NPK (Pinus Lingga dan Marsono, 2000).

Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pupuk kandang padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah. pupuk kandang cair merupakan pupuk kandang berbentuk cair berasal dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu. Umumnya urine hewan cukup banyak dan yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kerbau, kuda, babi, dan kambing (Wiwik Hartatik dan Widowati, 2006).

METODE PENELITIAN

Percobaan dilaksanakan di Kampung Malaganti, Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat pada bulan Juli sampai dengan Oktober tahun 2013. Ketinggian tempat 822 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah yang digunakan adalah tanah Latosol.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain kacang panjang kultivar Super Sainan, pupuk kandang kambing, pupuk NPK (12-12-17), NPK (15-15-15), NPK (25-7-7), insektisida Biocron dan fungisida

(3)

Amistar. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, ajir, mulsa plastik hitam perak, tali rafia, meteran, hand sprayer, timbangan, alat tulis, papan label dan plastik.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang berpola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor yang pertama adalah jenis pupuk NPK (N) terdiri dari 3 taraf : (n1)

NPK 12-12-17, (n2) NPK 15-15-15, (n3) NPK 25-7-7. Faktor kedua takaran pupuk kandang (K) terdiri dari 3

taraf yaitu: (k1) 5 t ha -1 . (k2) 10 t ha -1 .(k3) 15 t ha -1

Kegiatan pengolahan tanah meliputi penggemburan tanah dan pembuatan bedengan. Tanah yang akan ditanami dicangkul dahulu sedalam 20 sampai 30 cm, kemudian dibentuk petakan-petakan yang terdiri dari 27 petakan dengan ukuran 1,1 m x 3,5 m x 0,4 m. Untuk memudahkan pengamatan dan pemeliharaan tanaman antar perlakuan dibuatkan jarak kurang lebih 70 cm dan jarak antar ulangan 70 cm.

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm, biji yang sudah disiapkan ditanam 2 benih per lubang tanam lalu ditutup dengan tanah. Pada umur 7 hari setelah tanam (hst) dijarangkan menjadi 1 benih dengan cara digunting. Jumlah tanaman per plot adalah 20 tanaman.

Pupuk kandang diberikan sekaligus secara merata pada saat pengolahan tanah sesuai dengan perlakuan masing-masing. Sedangkan pemberian pupuk NPK diberikan 1 kali pada umur 7 hst. Pemupukan dengan cara ditabur di sekitar lubang tanam dengan takaran pupuk NPK masing-masing 300 kg ha-1.

Pemanenan dilakukan 3 hari sekali sebanyak 15 kali panen. Pemanenan kacang panjang dilakukan dengan cara dipetik. Cara pemetikan yaitu dengan memutar bagian pangkal polong agar polong terlepas seluruhnya.

Pengamatan yang dilakukan meliputi 2 hal, yaitu pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang ini meliputi: Analisis tanah, curah hujan, analisis pupuk kandang kambing, gulma, dan serangan hama dan penyakit. Pengamatan utama yaitu meliputi tinggi tanaman (cm) yaitu rata-rata tinggi tanaman yang diukur dari pangkal tanaman sampai daun terakhir dari tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam (mst), 4 mst dan 6 mst. Jumlah daun per tanaman (helai) yaitu rata-rata jumlah daun tanaman sampel dari mulai pangkal sampai daun yang paling ujung pada setiap petak percobaan. Pengamatan dilakukan pada umur 2 mst, 4 mst dan 6 mst. Jumlah polong per tanaman (buah) yaitu rata-rata jumlah polong dari setiap tanaman sampel. Dihitung dengan cara menghitung semua polong tanaman sampel dibagi banyaknya tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada setiap panen dan hasilnya dijumlahkan sampai panen terakhir. Panjang polong (cm) Panjang polong diukur setiap panen, dengan cara mengukur dari mulai pangkal polong sampai ujung polong kemudian dirata-ratakan. Bobot polong per tanam (kg) yaitu rata-rata bobot polong yang dihasilkan per tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada setiap panen dan hasilnya dijumlahkan sampai panen terakhir. Bobot polong per petak (kg) dan per hektar (ton) yaitu bobot polong per petak dihitung dengan menimbang bobot keseluruhan polong yang dihasilkan dari seluruh tanaman dari setiap petak, dihitung pada saat panen dan dikonversikan dalam hektar. Data dianalisis

(4)

menggunakan sidik ragam dan apabila uji F berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis statistika dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang pada seluruh parameter yang diamati.

Tinggi tanaman

Perlakuan jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam (mst), tetapi perlakuan jenis NPK memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada umur 4 dan 6 mst. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, dan

6 mst (cm).

Keterangan: Angka rata-rata yang ditandai huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama pada setiap umur pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen.

Hasil uji beda jarak berganda Duncan (Tabel 5) menunjukkan bahwa pada umur 2 mst perlakuan jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini diduga karena penyerapan unsur hara masih terpenuhi dari dalam tanah karena kondisi tanah yang memiliki kandungan N total yang tinggi (Lampiran 6) sehingga pertumbuhan tinggi tanaman memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Pada umur 2 mst juga diduga kebutuhan unsur hara masih sedikit dan sesuai dengan stadia pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Siti Sutarmi (1987) dalam Luriana Marinda (2003), bahwa setiap tanaman membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.

Perlakuan takaran pupuk kandang pada umur 2 dan 4 mst memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan pada umur 6 mst memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

Umur tanaman Jenis pupuk NPK Takaran Pupuk Kandang (t ha

-1 ) k1 (5 t ha-1) k2 (10 t ha-1) k3 (15 t ha-1) Rata-rata 2 mst n1 (12-12-17) 12,42 12,59 12,72 12,58 a n2 (15-15-15) 12,16 12,30 10,53 11,66 a n3 (25-7-7) 11,14 11,53 12,42 11,70 a Rata-rata 11,91 A 12,14 A 11,89 A 4 mst n1 (12-12-17) 14,28 15,39 17,56 15,74 b n2 (15-15-15) 13,38 15,39 11,89 13,55 ab n3 (25-7-7) 10,44 11,89 12,55 11,63 a Rata-rata 12,70 A 14,22 A 14,00 A 6 mst n1 (12-12-17) 135,11 137,39 144,44 138,98 c n2 (15-15-15) 106,17 121,33 106,05 111,18 b n3 (25-7-7) 65,11 94,50 109,55 89,72 a Rata-rata 102,13 A 117,74 B 120,01 B

(5)

Umur 2 dan 4 mst pupuk kandang diduga belum berasosiasi dengan akar sehingga pertumbuhan tinggi tanaman tidak menimbulkan perbedaan. Umur 6 mst tanaman sudah memasuki fase generatif, diduga pada fase ini tanaman tidak hanya memerlukan unsur N tetapi unsur P dan K juga diperlukan dalam jumlah yang banyak. Ketersediaan unsur-unsur esensial tersebut terpenuhi dari banyaknya takaran pupuk kandang, karena semakin banyak bahan atau dekomposisi pupuk kandang maka unsur hara yang tersedia semakin banyak pula dan dapat meningkatkan serapan unsur hara yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sejalan dengan pendapat Sarwono Hardjowigeno (1997), bahwa dekomposisi bahan organik dapat meningkatkan unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini menyebabkan ketersediaan unsur hara tanaman juga meningkat sehingga laju fotosintesis tanaman semakin lancar dan meningkatkan tinggi tanaman.

Jumlah daun (helai)

Pengamatan terhadap jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada umur 2 mst, sedangkan perlakuan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun pada setiap umur tanaman yang diamati.

Tabel 6. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap jumlah daun pada umur 2, 4, dan 6 mst (helai).

Keterangan: Angka rata-rata yang ditandai huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama pada setiap umur pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen.

Umur tanaman Jenis Pupuk NPK Takaran Pupuk Kandang (t ha

-1 ) k1 (5 t ha-1 ) k2 (10 t ha-1) k3 (15 t ha-1 ) Rata-rata 2 mst n1 (12-12-17) 3,00 3,00 3,00 3,00 a n2 (15-15-15) 3,00 3,00 3,00 3,00 a n3 (25-7-7) 3,00 3,00 3,00 3,00 a Rata-rata 3,00 A 3,00 A 3,00 A 4 mst n1 (12-12-17) 3,78 3,83 4,11 3,91 b n2 (15-15-15) 3,72 3,78 3,44 3,65 ab n3 (25-7-7) 3,06 3,50 3,56 3,37 a Rata-rata 3,52 A 3,70 A 3,70 A 6 mst n1 (12-12-17) 23,33 26,83 26,36 25,51 c n2 (15-15-15) 19,06 20,89 20,22 20,05 b n3 (25-7-7) 11,43 16,22 20,47 16,04 a Rata-rata 17,94 A 21,31 A 22,35 A

(6)

Pada umur 2 mst perlakuan jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Hal ini diduga tanaman masih memanfatkan unsur hara di sekitar perakaran tanaman dan karena kandungan N total dari dalam tanah yang sangat tinggi

Perlakuan jenis pupuk NPK 12-12-17 umur 6 mst menghasilkan jumlah daun terbanyak dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan NPK 15-15-15 dan NPK 25-7-7, NPK 15-15-15 berbeda nyata dengan NPK NPK 25-7-7 terhadap jumlah daun. Hal ini diduga pada jenis NPK 12-12-17 memiliki kandungan unsur K yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pupuk yang lainnya sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan optimal. Sejalan dengan pendapat Benyamin Lakitan (1995) bahwa kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati.

Jumlah Polong per Tanaman (buah)

Perlakuan jenis pupuk NPK memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah polong per tanaman, sedangkan perlakuan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap jumlah polong per tanaman (buah)

Keterangan: Angka rata-rata yang ditandai huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen.

Pada Tabel 7 menunjukkan NPK 15-15-15 menghasilkan jumlah polong terbanyak meskipun tidak berbeda nyata dengan NPK 12-12-17. Hal ini diduga karena adanya keseimbangan unsur hara yang dikandung dalam pupuk tersebut sehingga pembentukan jumlah polong berjalan dengan optimal. Menurut Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono (2002) bahwa dalam kesuburan tanah imbangan K dengan unsur lain penting untuk diperhatikan, karena sifat fisiologis tanaman sering memerlukan K yang berimbang dengan unsur lain. Selain itu, untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain. Pembentukan senyawa N organik tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion-ion fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K+.

Panjang Polong (cm)

Perlakuan jenis pupuk NPK memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang polong, Jenis Pupuk NPK

Takaran Pupuk Kandang (t ha-1)

k1 (5 t ha-1) k2 (10 t ha-1) k3 (15 t ha-1) Rata-rata

n1 (12-12-17) 14,95 20,06 19,82 18,27 b

n2 (15-15-15) 20,59 17,67 18,22 18,83 b

n3 (25-7-7) 7,05 13,11 17,38 12,51 a

(7)

sedangkan perlakuan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap panjang polong.

Tabel 8. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap panjang polong (cm)

Keterangan: Angka rata-rata yang ditandai huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen.

Berdasarkan Tabel 8 jenis NPK 12-12-17 menunjukkan panjang polong terpanjang walaupun tidak berbeda dengan 15-15-15 dan berbeda nyata dengan NPK 25-7-7. Pada jenis pupuk NPK 12-12-17 mengandung unsur P yang cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap panjang polong. P berfungsi dalam pembentukan biji, sehingga semakin tinggi kandungan P yang tersedia maka semakin banyak biji yang dihasilkan yang akan berdampak terhadap pemanjangan polong.

Kualitas suatu tanaman selain disebabkan oleh faktor pemupukan bisa juga disebabkan oleh faktor genetik suatu tanaman. Sejalan dengan pendapat Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono (2002) bahwa kualitas tanaman sangat dominan dipengaruhi oleh faktor genetis, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kualitas hasil tanaman.

Bobot Polong per Tanaman (kg)

Perlakuan jenis pupuk NPK memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot polong per tanaman sedangkan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot polong per tanaman.

Tabel 9. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap bobot polong per tanaman (kg)

Keterangan: Angka rata-rata yang ditandai huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen.

Jenis Pupuk NPK

Takaran Pupuk Kandang (t ha-1)

k1 (5 t ha-1) k2 (10 t ha-1) k3 (15 t ha-1) Rata-rata n1 (12-12-17) 49,34 49,70 49,63 49,56 b n2 (15-15-15) 46,89 47,96 50,97 48,60 b n3 (25-7-7) 39,54 36,30 45,73 40,52 a Rata-rata 45,26 A 44,65 A 48,77 A Jenis Pupuk NPK

Takaran Pupuk Kandang (t ha-1)

k1 (5 t ha-1) k2 (10 t ha-1) k3 (15 t ha-1) Rata-rata

n1 (12-12-17) 0,89 1,14 1,09 0,35 b

n2 (15-15-15) 0,85 0,95 0,98 0,31 b

n3 (25-7-7) 0,38 0,62 0,92 0,21 a

(8)

Perlakuan jenis pupuk NPK 12-12-17 menghasilkan rata-rata bobot polong per tanaman tertinggi yaitu 0,35 kg meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk NPK 15-15-15 yang menghasilkan rata-rata bobot polong per tanaman 0,31 kg. Hal ini diduga karena kandungan unsur P dan K yang terkandung dalam pupuk tersebut cukup tinggi yang akan mengakibatkan banyaknya jumlah polong yang dihasilkan dan berpengaruh terhadap bobot polong per tanaman. Jenis pupuk 25-7-7 menghasilkan rata-rata bobot polong per tanaman terendah yaitu 0,21 kg. Hal ini diduga karena kandungan unsur P dan K yang terkadung dalam pupuk rendah. Rendahnya kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk berpengaruh terhadap rendah laju proses fotosintesis dan rendah pula dalam kandungan protein. Dalam hal ini akan berpengaruh terhadap bobot polong per tanaman.

Perlakuan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap bobot polong per petak. Karena dengan takaran 5 t ha-1 sudah memenuhi kebutuhan tanaman. Oleh karena itu, dengan peningkatan takaran tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rosdiawan (2006) bahwa pemberian pupuk kandang menyediakan lebih mudah untuk menyerap unsur hara. Selain itu juga, pupuk kandang 5 t ha-1 mampu menyediakan sejumlah unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Menurut Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono (2002) sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar. Pendapat lain menyatakan bahwa pupuk organik mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah (Mul Mulyani Sutedjo, 2010).

Bobot Polong per Petak (kg) dan per Hektar (ton)

Pada pengamatan bobot polong per petak perlakuan jenis pupuk NPK memberikan pengaruh yang berbeda nyata, sedangkan pada perlakuan takaran pupuk kandang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot polong per petak.

Hasil tertinggi terdapat pada jenis pupuk NPK 12-12-17 dengan rata-rata hasil bobot polong 7,01 kg per petak setara dengan 14,57 t ha-1. Pada pupuk tersebut memiliki kandungan unsur P dan K yang cukup tinggi ditambah dengan adanya pupuk kandang maka unsur hara makro dan mikro menjadi tersedia bagi tanaman meskipun dalam jumlah yang relatif kecil. Ketersediaan unsur-unsur tersebut akan berpengaruh terhadap banyak polong yang terbentuk dan berkorelasi positif dengan bobot polong pertanaman. Menurut Wiwik Hartatik dan Widowati (2006), bahwa kadar hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya, sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya.

(9)

Tabel 10. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap bobot polong per petak (kg) dan dikonversikan per hektar (ton)

Keterangan: Angka rata-rata yang ditandai huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen.

Perlakuan pupuk kandang pada takaran 15 t ha-1 menunjukkan hasil yang tertinggi meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran 5 t ha-1 dan 10 t ha-1. Rata-rata hasil yang diperoleh takaran 15 t ha-1 yaitu 6,61 kg/petak setara dengan 13,73 t ha-1. Keadaan ini diduga karena hanya dengan pemberian takaran 5 t ha-1 unsur hara dalam tanah sudah cukup memadai sehingga pertumbuhan kacang panjang sudah optimum dan tidak menimbulkan perbedaan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis pupuk NPK dengan takaran pupuk kandang dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang panjang.

2. Jenis pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kacang panjang kecuali pada parameter tinggi tanaman pada umur 2 mst dan jumlah daun pada umur 2 mst. Perlakuan takaran pupuk kandang berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman umur 6 mst.

3. Jenis pupuk NPK yang terbaik untuk meningkatkan hasil kacang panjang yaitu NPK 12-12-17 menghasilkan rata-rata bobot polong 7,01 kg/petak (setara dengan 14,57 t ha-1). Perlakuan takaran pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil per petak yaitu takaran 5 t ha-1 menghasilkan 5,13 kg/petak (setara dengan 10,66 t ha-1), takaran 10 t ha-1 menghasilkan 5,90 kg/petak (setara dengan 12,26 ha-1), dan takaran 15 t ha-1 menghasilkan 6,61 kg/petak (setara dengan 13,73 t ha-1).

Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil kacang panjang (Vigna sinensis L.) kultivar Super Sainan pada ketinggian tempat, lokasi, dan musim yang berbeda untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius: Yogyakarta. Benyamin Lakitan. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Jenis Pupuk NPK Takaran pupuk kandang (t ha

-1 ) Rata-rata (kg) Rata-rata (ton) k1 (5 t ha -1) k2 (10 t ha -1) k3 (15 t ha -1) n1 (12-12-17) 6,36 6,80 7,89 7,01 b 14,57 n2 (15-15-15) 5,99 6,46 6,34 6,26 b 13,01 n3 (25-7-7) 3,05 4,43 5,59 4,36 a 9,06 Rata-rata (kg) 5,13A 5,90 A 6,61 A Rata-rata (ton) 10,66 12,26 13,73

(10)

Hanafi. 1990. Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Padjadjaran: Bandung. Hendro Sunarjono. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta _______________. 2012. Kacang Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta.

Luriana Marinda. 2003. Pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk majemuk NPK (12-12-17) dan pupuk porasi terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun (Allium fistulosum L.) kultivar mambo. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi: Tasikmalaya.

Mul Mulyani Sutedjo. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta: Jakarta.

Pinus Lingga dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rosdiawan. 2006. Pertumbuhan dan hasil kacang panjang (Vigna sinensis L.) varietas usus hijau pada berbagai takaran porasi dan pupuk kandang ayam. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi: Tasikmalaya.

Sarwono Hardjowigeno. 1997. Dasar Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa: Jakarta.

Wiwik Hartatik, dan L.R Widowati. 2006. Pupuk Kandang. (diakses pada tanggal 3 Juni 2013). http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4.pdf .

Gambar

Tabel 6. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap jumlah daun pada umur 2, 4, dan 6  mst (helai)
Tabel 7. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap jumlah polong per tanaman (buah)
Tabel 9. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap bobot  polong per tanaman (kg)
Tabel 10. Pengaruh jenis pupuk NPK dan takaran pupuk kandang terhadap bobot polong per petak (kg) dan  dikonversikan per hektar (ton)

Referensi

Dokumen terkait

disingkat dengan KDD sering digunakan secara bergantian untuk menjelaskan proses penggalian informasi yang tersembunyi dalam suatu basis data yang besar. Kedua

Terdapat beberapa fase seseorang didiagnosis skizofrenia, Fase pradormal adalah fase awal dalam skizofrenia, pada fase ini pasien mengalami penurunan intraksi sosial, fungsi

Berikut adalah tabel kegiatan pelaksanan: melakukan pelatihan tata cara survey dan penggalian potensi bersama dengan instruktur yang dipandu oleh aparat desa Muaro

Faktor penghambat pemberdayaan industri pertahanan dalam mendukung kemandirian Alutsiswa yaitu belum adanya persamaan persepsi antar pihak dalam memandang

Vektor-vektor malaria tersebut pada umumnya menggigit manusia pada malam hari, penularan akan lebih intensif terjadi di daerah dimana nyamuk dapat hidup dalam waktu lama

Objek penelitian ini adalah Lembaga Pengumpul Zakat (LPZ) BAZDA Provinsi Jambi dan LAZ RSIM serta 150 Orang Masyarakat Muslim pemberi derma. Pengumpulan data

mencapai budaya perubahan, maka akan lebih baik mengaitkan evaluasi kinerja dengan imbalan kerja (rewards) dalam pelaksanaan pengembangan SDM (Adie E. Tujuan pengembangan