Pilihan Hukum
(Terkait dengan Transaksi Bisnis
Internasional)
TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL
PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
2012
Bridge
• Ingat tujuan ilmu Hukum Perdata Internasional (HPI): untuk mencapai harmoni di antara
keputusan-keputusan, di manapun dijatuhkan.
• Fungsi pokok HPI: mencari hukum perdata
tertentu yang harus diperlakukan apabila hubungan-hubungan perdata
memperlihatkan unsur-unsur asing.
• Ringkasan tentang Ketertiban Umum.
• Ringkasan tentang Penyelundupan Hukum. • Pilihan Hukum merupakan salah satu TPS
FHUI-Pasca_TBI_2012 3
Hukum Perdata Internasional
(HPI): Perumusan
GGS: “Keseluruhan peraturan dan keputusan-hukum yang menunjukkan stelsel keputusan-hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan
dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik-pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan soal-soal.”
Ringkasan: Ketertiban Umum
Ketertiban Umum dapat dirumuskan sebagai suatu “lembaga HPI yang memungkinkan sang hakim untuk secara pengecualian mengesampingkan pemakaian hukum asing, yang menurut ketentuan HPI sang hakim sendiri, seyogyanya harus diperlakukan.”
FHUI-Pasca_TBI_2012 5
Ringkasan: Penyelundupan
Hukum
• Seperti halnya Ketertiban Umum: Penyelundupan Hukum bertujuan agar hukum nasional dipakai dengan mengesampingkan hukum asing.
• Bila dalam Ketertiban Umum pada umumnya suatu hukum nasional dianggap tetap berlaku, dalam
Penyelundupan Hukum hukum nasional tetap berlaku dan dianggap tepat pada suatu peristiwa tertentu saja, yakni karena kini ada seorang yang untuk mendapatkan berlakunya hukum asing telah melakukan suatu tindakan yang bersifat menghindarkan pemakaian hukum
nasional.
HPI: Hukum yg menguasai
perjanjian
• Sebagaimana dinyatakan dalam
perumusan HPI di atas, dalam HPI kita mencari apa yang menjadi hukum yang
berlaku.
• Dalam bidang hukum perjanjian, secara spesifik yang dicari adalah hukum apa
FHUI-Pasca_TBI_2012 7
Pilihan Hukum adalah Titik
Pertalian (Sekunder)
• Sumampouw: asal-muasal persoalan Pilihan Hukum justru timbul dari persoalan mencari pertautan yang paling tepat untuk menentukan hukum yang menguasai
perjanjian internasional, atau dengan lain perkataan untuk mencari kaidah HPI bagi hubungan perjanjian internasional (h. 5)
Metode Menemukan Hukum yang Menguasai Perjanjian Internasional 1. Metode Titik-titik Pertalian Obyektif 2. Metode Soal demi Soal
3. Metode Sifat Perjanjian 4. Metode Pilihan Hukum
FHUI-Pasca_TBI_2012 9
Metode Titik-titik Pertalian
Obyektif (1)
Titik-titik pertalian dikatakan obyektif karena penentuannya tidak tergantung dari kehendak para pihak, terdiri dari: (a) tempat dibuatnya perjanjian, (b) tempat dilaksanakannya perjanjian, (c) kewarganegaraan yang bersamaan, atau (d) domisili dari debitur.
1.Lex Loci Contractus
2.Dumoulin: mempertimbangkan kehendak para pihak sebagai titik pertalian (sebagai pelunak prinsip lex loci
contractus).
3.Von Savigny: Lex Loci Solutionis, dengan penitikberatan pada tempat pelaksanaan (Sitz) dari perjanjian.
Metode Titik-Titik Pertalian
Obyektif (2)
• Keberatan:
1. Tempat dilaksanakannya perjanjian lebih dari satu.
2. Dalam perjanjian timbal-balik, titik pertalian (obyektif) mengakibatkan terjadinya pembelahan (Spaltung), yakni bilamana pelaksanaan perjanjian harus dilakukan di lebih dari satu negara.
Metode ini bersifat à prioristis dan berlaku umum
FHUI-Pasca_TBI_2012 11
Metode Soal demi Soal (1)
• Dari setiap perjanjian, akan dipertimbangkan semua
faktor yang mempertautkan sesuatu perjanjian
dengan suatu sistem hukum tertentu. • Faktor-faktor penaut ini mungkin:
1. Bersifat teritorial, e.g. domisili, tempat dilangsungkan atau dilaksanakannya perjanjian.
2. Bersifat personal sebagai kewarganegaraan. 3. Bersifat sachlich (obyektif), seperti kebiasaan
menggunakan suatu sistem hukum tertentu adalah suatu lapangan tertentu.
4. Dari sifat perjanjian, misalnya mempunyai hubungan ekonomis dengan suatu perjanjian lain, dsb.
Metode Soal demi Soal (2)
• Dengan mempertimbangkan semua faktor penaut, kemudian ditentukan hukum mana yang berlaku: >> the most real connection
>> the law of the country to which it has the closest
connection or most intimately belongs.
• Metode ini bersifat à posterioritis dan kasuistis. • Metode ini tidak memberikan kepastian hukum,
karena (i) para pihak baru mengetahui hukum yang berlaku setelah diputuskan oleh hakim, dan (ii)
FHUI-Pasca_TBI_2012 13
Metode Sifat Perjanjian
• Penemuan hukum yang berlaku atas suatu perjanjian dilakukan menurut sifat perjanjian. • Titik-titik pertautan ditemukan dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan khusus yang tersangkut dalam sekelompok perjanjian yang bersifat sama.
• Metode ini memiliki sifat à prioristis dan kasuistis.
Metode Pilihan Hukum
• Hukum yang menguasai perjanjian adalah hukum yang ditentukan oleh para pihak. • Melalui Metode ini, para pihak diberi kuasa
untuk memilih suatu hukum tertentu yang akan menguasai perjanjian antarmereka.
FHUI-Pasca_TBI_2012 15 Materiellrechtliche Parteiverweisung &
Kollisionsrechtliche Parteiverweisung • Materiellrechtliche Parteiverweisung
>> Kebebasan Berjanji/Berkontrak
>> Asas ini merupakan bagian dari kaidah hukum materil suatu sistem hukum, dengan perkataan lain, mempunyai dasar hukumnya dalam hukum materil sesuatu sistem hukum yang berlaku.
>> Para pihak bebas melangsungkan perjanjian dan membentuk perjanjian menurut kehendak mereka sendiri, asal tidak melampaui batas-batas yang teleh ditentukan oleh kaidah-kaidah memaksa dari sistem hukum bersangkutan.
>> Mis. (1) para pihak menunjuk secara umum suatu sistem hukum asing yang menguasai perjanjian mereka; (2) menyebut secara khusus dalam perjanjian mereka kaidah-kaidah hukum asing --> pasal 1-10 dari peraturan hukum dagang negara A.
Materiellerechtliche Parteiverweisung
>> Kebebasan Berjanji tidak menyangkut HPI, karena tidak berfungsi untuk menentukan lingkungan kuasa dari berbagai sistem
hukum.
>> fungsinya adalah mengatur secara materil.
>> karenanya, hukum asing yang ditunjuk itu berlaku sebagai isi
perjanjian.
>> bila di kemudian hari hukum yang ditunjuk itu berubah, maka perubahan tersebut tidak dengan sendirinya menurut hukum akan berlaku bagi para pihak, melainkan tergantung dari penafsiran isi perjanjian mereka.
>> kaidah-kaidah hukum asing yang ditunjuk adalah suatu persoalan tentang fakta, sehingga keberlakuannya harus dibuktikan oleh para pihak; dan penerapan yang salah dari hukum yang ditunjuk tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk kasasi.
FHUI-Pasca_TBI_2012 17
Kollisionsrechtliche Parteiverweisung
Pilihan Hukum
>> bagian dari suatu kaidah HPI, yaitu suatu kaidah hukum yang
menentukan batas-batas lingkungan kuasa sesuatu sistem hukum.
>> mempunyai dasar hukumnya dalam HPI yang berlaku.
>> HPI inilah yang menentukan untuk (1) bidang hukum manakah PH itu dimungkinkan, (2) hukum manakah yang dapat dipilih oleh para pihak, (3) luas berlakunya, dan (4) cara melaksanakan PH.
>> sistem hukum yang dipilih dalam PH pada dasarnya berlaku dalam keseluruhannya.
>> hukum asing yang ditunjuk berdasarkan PH harus benar-benar diterapkan sebagai hukum, dan penerapannya dapat diuji oleh hakim kasasi.
• Di Perancis ajaran Kebebasan Para Pihak didasarkan pada 1134 CC:
“(1) Les conventions légalement formées tiennent lieu de loi à ceux qui les ont faites.” (1) Agreements legally formed have the force of law over those who are the makers of them. (2) They cannot be revoked except with their mutual consent, orfor causes which the law authorizes.
FHUI-Pasca_TBI_2012 19
PILIHAN HUKUM
DEFINISI:
Kebebasan yang diberikan kepada para pihak dalam perjanjian untuk memilih sendiri hukum yang hendak dipergunakan (lazimnya terbatas pada bidang hukum kontrak yang mengandung unsur internasional)
Batasan-batasan Pilihan Hukum
1. Ketertiban Umum
2. Ketentuan Super-Memaksa/ Dwingendrecht
3. Bukan merupakan Penyelundupan Hukum
4. Terbatas pada Bidang Hukum Perjanjian (dengan pengecualian lebih lanjut)
FHUI-Pasca_TBI_2012 21
Sumampouw: Pokok-pokok
Asas Pilihan Hukum
1. Untuk perjanjian utang-piutang yang bersifat internasional, maka hukum yang berlaku adalah hukum yang ditentukan oleh kehendak para pihak, baik secara tegas ataupun secara diam-diam.
2. Pilihan Hukum berlaku untuk seluruh perjanjian, kecuali apabila ditentukan lain oleh para pihak.
3. Perjanjian Pilihan Hukum dapat dibuat bersama-sama pada waktu dilangsungkannya perjanjian pokok, ataupun pada saat sesudah perjanjian pokok dilangsungkan.
4. Hukum yang dipilih oleh para pihak menentukan perihal sah/tidaknya perjanjian Pilihan Hukum.
5. Hukum yang dipilih oleh para pihak menentukan kaidah-kaidah hukum memaksa yang bersifat hukum publik dengan isi hukum perdata; kaidah-kaidah hukum memaksa yang terakhir harus dipertautkan secara tersendiri.
6. Apabila timbul perubahan-perubahan materil dalam hukum yang dipilih, maka hukum itulah yang menentukan apakah perubahan-perubahan tersebut berlaku atas perjanjian bersangkutan.
• The ability of individuals to bind
themselves by contracts and of the members of organizations to adopt effective rules governing their internal relations did not give them lawmaking
power.
• These were considered to be private
arrangements, which had legal effect only to the extent that the state chose to