• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA OPTIMALISASI PANGAN BERBASIS TEPUNG NONBERAS SEBAGAI PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA OPTIMALISASI PANGAN BERBASIS TEPUNG NONBERAS SEBAGAI PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN CILACAP"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 UPAYA OPTIMALISASI PANGAN BERBASIS TEPUNG NONBERAS

SEBAGAI PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN CILACAP oleh: Kevin Yoga Permana

Sub: Pengembangan Produk UMKM di Kabupaten Cilacap

“Alangkah menyedihkan, menjadi bangsa yang hidup dan makan dari makanan yang tidak ditanamnya sendiri“-(Kahlil Gibran-Sastrawan)

Urgensi Pengembangan Pangan Berbasis Tepung Nonberas

Pada 1954, konsumsi beras mencapai 53,5 persen, sisanya dipenuhi ubi kayu 22,26 persen, jagung 18,9 persen, dan pangan nonberas lain (kentang, umbi-umbian) 4,99 persen. Selang 33 tahun kemudian, pergeseran terjadi secara luar biasa; tahun 1987 konsumsi beras mencapai 81,1 persen, ubi kayu 10,02 persen, dan jagung 7,82 persen seiring dengan swasembada beras tahun 1984. Pada tahun 1999, jagung tinggal 3,1 persen, ubi kayu 8,83 persen. Konsumsi terigu naik menjadi 500 persen, konsumsi menjadi 17 kilogram/kap/tahun (dalam kurun waktu 30 tahun). Terigu mampu menggeser konsumsi pangan nonberas, utamanya ubi-ubian dan pangan lokal lainnya (Achmad-Suryana, 2009). Padahal substitusi beras dengan gandum (tepung terigu) membawa masalah baru. Ketua Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Franky Welirang, menyatakan bahwa ketergantungan Indonesia pada gandum mengakibatkan pemborosan devisa (impor), sekaligus mematikan kehidupan petani penghasil pangan pokok lokal.

Jumlah masyarakat Kabupaten Cilacap berdasarkan survei BPS Jawa Tengah pada Jawa Tengah Dalam Angka per tahun 2013 menyatakan angka 1.738.603 jiwa. Jika dihitung secara matematis, apabila terdapat asumsi dalam satu hari makan tiga kali, 90 persen masyarakat mengonsumsi beras, dan berat nasi per saji 125 gram, maka

(2)

2 dalam sehari jumlah beras yang dikonsumsi adalah 3 x 125 gram x (90 persen x 1.738.603) = 586.778.513 gram atau 586.779 kilogram. Apabila harga beras per kilogram adalah sekitar Rp 6.000,- maka 586.779 kilogram x Rp 6.000,- = Rp 3.520.674.000,-.

Dalam sehari konsumsi beras menghabiskan sekitar 586.779 kilogram dengan harga Rp 3.520.674.000,-. Anggaran yang cukup besar bagi persediaan beras pasti sudah dipersiapkan pemerintah, namun akan lebih baik jika dilakukan penghematan atas komoditas tersebut demi keberlanjutannya. Pengeluaran terhadap beras dapat dialokasikan ke sektor yang lebih membutuhkan. Pada dasarnya, pertumbuhan produksi beras saat ini tidak dapat selaras dengan percepatan pertumbuhan konsumsi.

Selain secara kontinyu melakukan berbagai kegiatan dengan payung program Diversifikasi Pangan dan Gizi maupun dengan penamaan program yang lain, upaya formal juga tetap dilakukan yakni dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Namun berbagai upaya mendorong diversifikasi pangan tersebut tetap tidak mampu membendung arus ‘berasisasi’ pangan rakyat.

Kabupaten Cilacap memiliki beberapa produk khas andalan, diantaranya yaitu pisang dan sukun. Kedua produk tersebut telah dikenal sebagai olahan sale pisang dan kripik sukun. Namun apabila produk tersebut dikonversi menjadi tepung, maka bukan hanya menjadi sebuah oleh-oleh pangan bagi pelancong, tapi bisa menjadi konsumsi warga lokal. Efek dari konsumsi produk lokal bagi warga lokal tentu saja berdampak pada perekonomian lokal, selain itu Kabupaten Cilacap juga turut dalam program diversifikasi pangan untuk ketahanan pangan. Penulis menawarkan gagasan yang dapat diaplikasikan untuk optimalisasi produk khas Kabupaten Cilacap guna meningkatkan perekonomian dan menjaga ketahanan pangan, yaitu:

(3)

3 1. Usaha Mikro dan Kecil Menengah Penepungan

UMKM ini merupakan UMKM yang berada di berbagai daerah khususnya daerah pedesaan. Target UMKM Penepungan adalah pengolahan dari tingkat primer hingga sekunder dalam skala kecil, dan bagi skala besar diharapkan dapat menjangkau tersier bahkan tingkat internasional (ekspor). Kegiatan pertanian umumnya dilakukan di daerah pedesaan dan telah dijelaskan bahwa tepung merupakan bahan yang sebagian besar terdiri dari hasil pertanian. Oleh karena itu, program ini menjadi penting mengingat suatu usaha akan berjalan secara optimal apabila dibentuk suatu sistem yang baik, berkelanjutan, dan diawasi.

Target yang ingin dicapai dalam program UMKM Penepungan selain mengoptimalkan diversifikasian pangan adalah:

1. Menumbuhkan minat masyarakat untuk mengikuti program.

Bekerjasama dengan perangkat desa di Kabupaten Cilacap merupakan salah satu solusi target permasalahan tersebut. Memberikan penyuluhan awal kepada kepala keluarga yang kemudian dapat diaplikasikan baik di lahan pertanian apabila profesinya sebagai petani atau dapat menerapkan dalam lingkup keluarga dalam bentuk Rumah Pangan. Rumah Pangan merupakan program pemerintah semacam Apotek Hidup, menanam tanaman pangan sebagai persediaan dan variasi konsumsi.

2. Penerapan sistem kluster UMKM oleh swasta dan stakeholder.

Peran serta swasta selain sebagai stakeholder juga dapat bergerak lebih baik dengan menerapkan sistem kluster pada UMKM Penepungan. Sistem kluster pada dasarnya adalah melaksanakan pola kemitraan usaha atau kerjasama bisnis dalam satu lini atau ada keterkaitan usaha. Kegiatan oleh perseroan atau bisa dikerjasamakan dengan pihak lain antara lain dapat berupa pemberian penyuluhan, pelatihan, advokasi, dan akses jaringan usaha atau pemasaran, serta permodalan. Pada titik ini, sebagai pihak netral, peran Korps Pegawai

(4)

4 Republik Indonesia (KORPRI) Kabupaten Cilacap dapat menjadi jembatan penghubung antara pihak swasta dan pemerintah.

3. Meningkatkan perekonomian Indonesia dari sektor pangan.

Keuntungan yang diharapkan dari program ini adalah dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dari sektor pangan umumnya dan para petani khususnya, serta menurunkan ketergantungan terhadap beras dan meningkatkan konsumsi pada produk pertanian lain khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah. Diharapkan nantinya program ini berkembang dan tiap desa memiliki industri penepungan, sehingga program Desa Mandiri Pangan memiliki cabang pengolahan yaitu Desa Mandiri Tepung, begitu pula di Kabupaten Cilacap.

2. RTOne Day No Rice

Program ini digagas berdasarkan studi kasus program One Day No Rice yang telah dicanangkan pemerintah Kota Depok. One Day No Rice di Kota Depok merupakan langkah awal pemerintah Kota Depok berupaya untuk melakukan sosialisasi gerakan satu hari tanpa nasi di lingkup perkantoran pemerintah Kota Depok, meliputi Setda, OPD dan Kantin. Kegiatan tersebut dilakukan satu hari dalam seminggu yaitu pada hari Selasa. Seluruh PNS yang berkantor di lingkup Balaikota mengganti pola konsumsi makannya dari nasi ke bahan pangan nonberas, seperti nasi jagung, kentang, singkong, talas, ubi, maizena, tepung singkong, tepung sagu, dan turunan tepung yang lain.

Tujuan Gerakan One Day No Rice dan mengurangi konsumsi terigu adalah salah satu upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal untuk mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang, aman dan halal. Tujuan lain dari gerakan ini adalah diantaranya untuk menurunkan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat yang diiringi dengan peningkatan konsumsi sayuran dan buah, pangan hewani, kacang-kacangan serta umbi-umbian, meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang, aman dan halal, meningkatkan

(5)

5 penggunaan bahan makanan hasil potensi lokal, mengurangi ketergantungan bahan konsumsi impor, serta menjaga kestabilan harga bahan kebutuhan pokok, khususnya bahan pangan.

Sejauh ini penelitian masih dilakukan di lingkup pemerintah kota, penulis memberikan gagasan agar program ini diterapkan juga di lingkungan universitas. Dimulai dari universitas di Depok, misalnya Universitas Indonesia Depok. Dibagai dalam dua jangka waktu dengan capaian sebagai berikut: a). jangka pendek penerapan dilakukan di Program Vokasi Universitas Indonesia; b). jangka panjang adalah penerapan di universitas seluruh Indonesia. Alasan pemilihan Vokasi sebagai target jangka pendek adalah karena Vokasi merupakan program asal penulis pernah menuntut ilmu sehingga langkah konkret dapat dilakukan oleh penulis dalam kapasitasnya sebagai mahasiswa. Tahapan kerja terhadap target pencapaian jangka pendek adalah sebagai berikut: (1). Pembahasan ide dengan dosen pembimbing. (2). Kemudian diajukan ke birokrasi tertinggi program studi Vokasi yaitu Kepala Prodi. Apabila program disetujui maka akan menimbulkan snow-balling effect. (3). Diharapkan dengan himbauan dan kebijakan Kepala Prodi, program

Campus One Day No Rice selanjutnya diiplementasikan di kantin sebagai

langkah awal. (4). Pemberian reward bagi pematuh kebijakan dengan kriteria tertentu dan punishment bagi yang melanggar. Seluruh elemen program studi terkait dengan kebijakan tersebut. (5). Evaluasi program. Sedangkan bagi jangka panjang merupakan efek berantai selanjutnya dari renstra jangka pendek. Apabila satu daerah dapat berkembang dengan suatu kebijakan, maka daerah lain akan mengikuti kebijakan tersebut asal daerah tersebut mampu. Program jangka pendek merupakan program percontohan bagi rencana jangka panjang.

Hubungan dengan pengembangan pangan berbasis tepung adalah dengan menerapkan Campus One Day No Rice di lingkungan universitas maka makanan pengganti nasi adalah produk hasil olahan tepung nonberas, seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Depok.

(6)

6 Target program ini jelas dapat diaplikasikan di Kabupaten Cilacap. Tentu saja berbeda Campus One Day No Rice, untuk tingkat Kabupaten maka penulis bergagasan RT One Day No Rice. RT (Rukun Tetangga) merupakan unit birokrasi terkecil, sehingga masih ada pengontrolan. Dari tingkat RT diharapkan dapat meluas hingga tingkat Kabupaten, bahkan nasional. Dengan terbiasa mengonsumsi makanan olahan tepung, maka lambat laun akan timbul keberagaman budaya makan. Diharapkan perkembangan pola pikir tanpa nasipun masih ada bahan pangan lokal lain yang dapat dikonsumsi dapat ditanamkan secara optimal.

Produk Unggulan Baru Kabupaten Cilacap

Apabila metode-metode penulis dikaitkan dengan kearifan lokal yang terdapat di Kabupaten Cilacap, jadilah produk pangan berbasis tepung yang mampu menopang perekonomian dan ketahanan panga. Alternatif solusi yang ditawarkan penulis dapat dijalankan secara sinergis. Pengembangan produk pangan selera modern pada dasarnya produk pangan berbasis tepung yang bisa dioptimalkan dengan teknologi sederhana di pedesaan hingga teknologi canggih di wilayah perkotaan. Maka, selain Sale Pisang dan Kripik Sukun, maka Kabupaten Cilacap berpotensi memiliki produk khas Tepung Pisang dan Tepung Sukun atau produk komoditas khas lainnya yang dapat diproduksi melalui UMKM.

Referensi

Dokumen terkait

Desain user interface lihat data jenis kasus sistem informasi incident reporting berbasis web pada Polsek Candi dapat dilihat pada gambar 3.38. Gambar 3.38 Desain

Bapak Irsyad Lubis, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris

Demikian permohonan ini diisi / dibuat dengan sebenarnya, dan apabila dikemudian hari ternyata keterangan tersebut tidak benar, maka kami bersedia dicabut TDG nya, dan atau

Observasi klinis dan laboratoris memperlihatkan peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah lebih dari 5,5 mg/dl, dikaitkan dengan disfungsi endotel, jadi

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011, STUDI EMPIRIS DI BEI.. Penelitian ini

N Minimum Maximum Range

Proses perencanaan dengan menggunakan metode curah hujan rata-rata polygon Thiessen, distribusi frekuensi log pearson tipe III, hidrograf banjir GAMA I, dan perencanaan

John Jordan (1976) telah mengemukakan tiga bentuk perancangan kampus yang lazim iaitu ‘molecular’, ‘linear’ dan ‘radial’. a) Molecular di mana setiap jabatan diletakkan