• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA Dan WALIKOTA PALANGKA RAYA MEMUTUSKAN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA Dan WALIKOTA PALANGKA RAYA MEMUTUSKAN :"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN 2010

TENTANG

PENDAFTARAN USAHA BIDANG PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa pembangunan kePariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehiclupan lokal, nasional dan global; b. bahwa kePariwisataan tersebut diselenggarakan melalui pemeliharaan kelestarian nilai-nilai budaya dan

mendorong peningkatan mutu lingkungan hidup yang merupakan days tarik wisata;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perizinan Usaha di Bidang Pariwisata.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965, tentang Pembentukan Kotapradja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Yang Berkaitan dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3850);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Peru ndang-U ndang an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang KePariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4966, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor );

10.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan KePariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Stanclar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

14.Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Keda Dinas Daerah Kota Palangka Raya.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA Dan

WALIKOTA PALANGKA RAYA MEMUTUSKAN :

(2)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1.

Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai betas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Republik Indonesia;

2.

Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah;

3.

Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

4.

Dinas adalah aparat pelaksana daerah yang salah satu tugas pokok dan fungsinya di bidang Pariwisata;

5.

Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang salah satu tugas pokok dan fungsinya di bidang Pariwisata;

6.

Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat yang salah satu tugas pokok dan fungsinya di bidang Pariwisata.

7.

Baden adalah sekurnpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan kornanditer, perseroan lainnya, Baden Usaha Milik Negara atau Daerah dengan Hama dan dalam bentuk apapun, firma, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, organisasi masse, organisasi sosial politik atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap atau bentuk usaha tidak tetap;

8.

KePariwisataan adalah keseluruhan kegiatan Pemerintah clunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan;

9.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang kePariwisataan;

10.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan oleh seseorang atau sekelornpok orang secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata;

11.

Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;

12.

Usaha Sarana Prasarana Pariwisata adalah kegiatan usaha yang meliputi pembangunan, pengelolaan, penyediaan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan dalam menyelenggarakan Pariwisata :

a.

Usaha Penyediaan Akomodasi adalah merupakan usaha penyediaan karnar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan, termasuk di dalamnya Hotel dengan tanda Bintang, Hotel dengan tanda Bunga Melati, ponclok wisata, penginapan remaja, bumf perkemahan dan karavan;

b.

Usaha Penyediaan Makan dan Minum adalah merupakan usaha )engelolaan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman, termasuk di dalamnya restoran, rumah makan, jasa bogs dan kedai makan;

c.

Usaha Penyediaan Angkutan Wisata adalah khusus atau sebagian dari usaha dalam rangka penyediaan angkutan pada umumnya;

d.

Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta adalah usaha yang lingkup kegiatannya menyediakan jasa-jasa lain yang berkaitan denga wisata tirta;

e.

Usaha Kawasan Pariwisata adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan prasarana dan sarana untuk pengembangan Pariwisata.

13.

Usaha Jasa Pariwisata adalah kegiatan usaha yang meliputi penyediaan jasa perencanaan, jasa pelayanan dan jasa penyelenggaraan Pariwisata yang terdiri dari :

a. Usaha Perjalanan adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata, terdiri dari :

1) Jasa Biro Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha perjalanan wisata

dalam negeri atau keluar negeri;

2) Jasa Agen Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertinclak

sebagai perantara di dalarn menjual atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.

b. Jasa Pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata;

c. Jasa Konvensi Perjalanan Insentif dan Pameran adalah usaha dengan kegiatan pokok member jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cenclekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama;

d. Jasa Impresariat adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, balk yang berupa menclatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan;

e. Mandala Wisata adalah tempat yang disediakan untuk kegiatan penerangan wisata serta peragaan kesenian dan kebudayaan khas daerah di mans ketentuan lokasi tempat pembangunan Mandala Wisata ditetapkan oleh Walikota dengan memperhatikan pola pembangunan dan Pemerintah Daerah;

14. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik ' Wisata adalah kegiatan meliputi pembangunan, pengelolaan obyek dan daya tarik wisata beserta sarana/prasarana yang diperlukan untuk mengelola obyek dan daya tarik wisata yang bersangkutan dengan :

a. Usaha Obyek Wisata adalah setiap pengusahaan Obyek Wisata yang dikelola secara komersial;

b. Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya dimaksudkan untuk memberikan kesegaran rohani dan jasmani.

15.

Ponclok Wisata adalah suatu usaha perorangan yang mempergunakan sebagian rumah tinggal untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian;

(3)

16.

Usaha Jasa Pangan adalah setiap usaha jasa pelayanan makan dan minuman yang dikelola secara komersial;

17.

Rumah Makan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman

untuk umum di tempat usahanya;

18.

Pujasera/Food Center adalah suatu bentuk usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyewakan tempat/lahan usaha jasa pelayanan makanan dan minuman serta menyediakan fasilitas-fasilitas usaha yang cliperlukan;

19.

Perkemahan adalah suatu bentuk usaha wisata dengan menggunakan tends yang dipasang di alam terbuka atau kereta gandengan bawaan sendiri sebagai tempat menginap;

20.

Penginapan Remaja adalah suatu usaha komersial yang menyediakan tempat penginapan remaja dan fasilitas untuk remaja dengan perhitungan pembayaran harian serta dapat menyediakan restoran/tempat makan;

21.

Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan;

22.

Obyek Wisata adalah tempat atau keaclaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan;

23.

Sumber Daya Wisata adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya buatan dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai Obyek Wisata;

24.

Restoran adalah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyiapan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya, tidak termasuk restoran yang berada di hotel, jasa bogs dan rumah makan;

25.

Perjalanan Insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk pars karyawan dam mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaftan penyelenggaraan konvensi yang membahas kegiatan perusahaan yang bersangkutan;

26.

Pameran merupakan suatu kegiatan untuk penyebarluasan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi yang ada kaitannya dengan Pariwisata;

27.

Hiburan adalah segala bentuk penyajian / pertunjukan dalam bidang seni dan olah raga yang semata-mata bertujuan untuk memberikan rasa senang kepada pengunjung dengan menclapatkan imbalan jasa;

28.

Izin usaha adalah izin yang cliberikan oleh Walikota kepada Badan Usah, , atau Perorangan untuk menjalankan (mengoperasikan usaha di Bidang KePariwisataan);

29.

Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya dimaksudkan untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang terdiri dari :

a.

Taman Rekreasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagi jenis fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di suatu kawasan tertentu dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan minum serta akomodasi;

b.

Taman Satwa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memelihara berbagai jenis satwa dan clapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum;

c.

Pentas Pertunjukan Satwa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk mempertunjukkan permainan dan ketangkasan satwa;

d.

Dunia Fantasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan kawasan fasilitas untuk mempertunjukkan karya (seni) fantastic;

e.

Bioskop adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memutar film sebagai usaha pokok dan clapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

f.

Theater dan Panggung Terbuka adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pertunjukan seni budaya di tempat terbuka (tanpa atap) dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

g.

Theater dan Panggung Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pertunjukan

(pentas) seni budaya dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum dalam gedung tertutup;

h.

Balai Pertemuan Umum adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menyelenggarakan pertemuan, rapat, pests atau pertunjukan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

i.

Showbiz adalah suatu usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyelenggarakan pertunjukan hiburan;

j.

Pasar Seni adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pertunjukan seni budaya di tempat

terbuka (tanpa atap) dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum;

k.

Usaha Fasilitas Wisata Tirta dan Rekreasi Air adalah suatu usaha yang menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk berekreasi air yang dikelola secara komersial;

l.

Barber Shop adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan jasa pelayanan memotong dan atau menata serta merias rambut;

m. Salon Kecantikan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan tempat dan

fasilitas untuk memotong, menata rambut, merias muka serta merawat kulit dengan bahan kosmetik;

n.

Usaha Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bernyanyi dengan diiringi musik rekaman sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

o.

Kolam Memancing adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memancing ikan sebagai

usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

p.

Gelanggang Renang adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berenang, taman dan arena bermain anak-anak sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

(4)

usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

r.

Gelanggang Olah Raga Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk kegiatan berbagai (aneka) olah raga sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum di tempat tertutup;

s.

Gelanggang Olah Raga Terbuka adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk kegiatan berbagai (aneka) olah raga sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum di tempat terbuka;

t.

Gelanggang Permainan dan Ketangkasan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan ketangkasan dan atau mesin permainan Gelanggang Olah Raga Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk kegiatan berbagai (aneka) olah raga sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

u.

Usaha Sarana dan Fasilitas Olah Raga adalah suatu usaha yang menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk berolah raga atau ketangkasan balk di darat, air dan udara yang dikelola dengan komersial;

v.

Bola Sodok (Billiard) adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bermain bola sodok (billiard) dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

w.

Padang Golf adalah suatu lahan yang menyediakan tempat dan fasilitas olah raga golf di suatu kawasan tertentu sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi;

x.

Kolam Renang adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berenang sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum;

y.

Lapangan Tenis adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olah raga tenis sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

z.

Lapangan Bulu Tangkis adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olah raga bulu tangkis sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

aa. Gedung Tenis Meja adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk olah raga tenis meja sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

bb. Pusat Kesegaran Jasmani atau Fitness Center adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagai fasilitas untuk melakukan kegiatan latihan kesegaran jasmani atau terapi sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum;

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Perizinan Usaha di Bidang Pariwisata dimaksudkan untuk :

a. menjunjung tinggi norms agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;

b.

menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal;

c.

memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan proposionalitas;

d.

memelihara kelestarian slam dan lingkungan hidup;

e.

memberdayakan masyarakat setempat;

Pasal 3 Perizinan Usaha di Bidang Pariwisata ditujukan untuk :

a.

meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b.

meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c.

mengentaskan kemiskinan

d.

mengatasi pengangguran;

e.

melestadkan slam, lingkungan dan sumber daya

f.

memajukan kebudayaan.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang lingkup yang diatur dalam Pearturan Daerah ini adalah Usaha Pariwisata. BAB IV

USAHA PARIWISATA Pasal 5

(5)

Pasal 6 Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada Pasal meliputi

a.

Usaha Sarana Pariwisata;

b.

Usaha Jasa Pariwisata: dan

c.

Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam dan Budaya Pasal 7

(1) Usaha Sarana Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf a meliputi a. Sarana Akomodasi :

1.

Usaha Penginapan Remaja;

2.

Usaha Pondok Wisata;

3.

Usaha Hotel;

a. Sarana Makan dan Minum

1. Restoran/rumah makan /pujasera;

2. Jasa Boga dan tattering.

(2) Izin Jasa Pariwisata :

a.

lzin Biro Perjalanan Wisata

b.

lzin Jasa Agen Perjalanan Wisata;

c.

lzin Jasa Pramuwisma;

d.

Ijin jasa penyelenggaraan pertemuan,pedalanan insentif, konferensi, dan pameran;

e.

Izin Jasa Impresariat;

f.

Izin jasa Konsultasi Pariwisata;

g.

Izin jasa informasi Pariwisata.

Pasal 8

Usaha Jasa Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf b meliputi

a.

Usaha Biro Perjalan Wisata;

b.

Usaha Jasa Agen Perjalanan Wisata;

c.

Usaha Jasa Pramuwisma;

d.

Usaha Jasa penyelenggaraan pertemuan, pedalanan insentif, konfensi, dan pemeran;

e.

Usaha Jasa Impresariat;

f.

Usaha Jasa Konsultasi Pariwisata;

g.

Usaha Jasa Informasi Pariwisata.

Pasal 9

(1) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf c adalah

a.

Setiap pengusahaan Obyek Wisata yang dikelola secara komersial;

b.

Usaha penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya dimaksudkan untuk memberikan kesegaran rohani dan jasmani.

c.

Setiap pengusahaan Obyek Wisata yang menjadikan kekayaan alam dan budaya lokal sebagai days tarik untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan;

(2) Pengusahaan Obyek Wisata yang dikelola secara komersial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi :

a.

Usaha Wisata Tirta;

b.

Usaha Kawasan Pariwisata;

c.

Usaha Obyek Wisata;

d.

Usaha Perkemahan.

e.

Ijin Pengusahaan Taman Rekreasi.

(1) Usaha penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi : 1. Izin Pengusahaan Jasa Hiburan Umum dan Rekreasi:

a.

Taman Rekreasi;

b.

Taman Satwa;

c.

Dunia Fantasia

d.

Pentas Pertunjukan Satwa;

e.

Theater / Panggung Terbuka;

f.

Theater / Panggung Tertutup;

g.

Showbiz;

h.

Pasar Seni;

i.

Kolam Pancing;

j.

Balai Pertemuan umum;

k.

Bioskop;

(6)

m.

Barber Shop;

n.

Gelanggang Bowling;

o.

Usaha Fasilitas Wisata Tirta Gelanggang Renang;

p.

Usaha Sarana dan Fasilitas Olah Raga;

q.

Kolam Renang;

r.

Lapangan Tenis;

s.

Lapangan Bulu Tangkis;

t.

Gedung Tenis Meja;

u.

Gelanggang Olah Raga Tertutup;

v.

Gelanggang Olah Raga Terbuka;

w. Pusat Kesegaran Jasmani (Pusat Kebugaran Jasmani);

x.

Padang Golf;

aa. Spa;

bb. Lapangan Futsal.

2. Izin Pengusahaan Jasa Hiburan khusus dan Rekreasi:

a.

Gelanggang Permainan dan Ketangkasan;

b.

Bola Sodok (Billiard);

c.

Panti Pijat;

d.

Diskotik;

e.

Klab Malam;

f.

Usaha Karaoke;

g.

Izin Pengusahaan Musik Hidup;

h.

Izin Pengusahaan Mandi Uap.

(4) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf c meliputi

a.

Izin Pengusahaan Kesenian Tradisional;

b.

Izin Pengusahaan Museum;

c.

Izin Pengusahaan Wisata Budaya dan Religius.

(5) Usaha Pariwisata yang dikelola oleh Pemerintah Kota, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah jasa pelayanan masuk tempat rekreasi dan sarana wisata lainnya milik Pemerintah Kota.

(6) Rekomendasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, antara lain

a.

Rekomendasi Promosi Pariwisata;

b.

Rekomendasi Perubahan Bangunan Usaha Pariwisata.

BAB V

PERIZINAN USAHA SARANA PARIWISATA

Pasal 10

Setiap orang atau badan yang melakukan usaha Pariwisata di wilayah daerah harus memiliki Izin usaha yang diberikan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk,

Bagian Pertama Usaha Penginapan Remaja

Pasal 11

(1)

Usaha Penginapan Remaja pada pokoknya adalah setiap usaha yang menyediakan fasilitas penginapan bagi remaja, pelajar dan mahasiswa;

(2)

Perorangan atau Badan dapat mendirikan Usaha Penginapan Remaja;

(3)

Modal usaha Penginapan Remaja dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;

(4)

Pengusahaan Penginapan Remaja harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

Pasal 12

(1)

Untuk menjalankan atau mengoperasikan Penginapan Remaja pengusaha yang bersangkutan harus memiliki izin usaha Pariwisata;

(2)

Setiap kegiatan penambahan kamar suatu Penginapan Remaja harus mengajukan permohonan perubahan izin usaha;

(3)

Izin usaha dan perubahannya diberikan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(4)

Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

(7)

(1) Untuk mendapatkan izin usaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota dengan melampirkan

a.

Fotokopi identitas diri / KTP;

b.

Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan;

c.

Fotokopi SITU / Reklame;

d.

Ijin Gangguan Lingkunga(HO);

e.

Fotokopi Keterangan / Status Tanah;

f.

Denah / Gambar Tata Ruang.

(2) Untuk mendapatkan Surat Tanda Daftar Ulang (STDU) harus mengajukan permohonan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan

a.

Fotokopi KTP;

b.

Fotokopi Izin usaha;

c.

Fotokopi SIU.

(3) Dalam Surat Izin usaha dan Perubahannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan syarat-syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang izin;

(4) Tata cara dan persyaratan mendirikan usaha Penginapan Remaja ditetapkan dengan Peraturan Walikota sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Usaha Pondok Wisata

Pasal 13

(1)

Usaha Pondok Wisata adalah setiap usaha penyediaan pondok untuk pelayanan penginapan;

(2)

Perorangan atau Badan dapat mendirikan Usaha Pondok Wisata;

(3)

Modal usaha Pondok Wisata dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;

(4)

Pengusahaan Pondok Wisata harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(5)

Pengusahaan Pondok Wisata yang berada di kawasan konservasi harus mengindahkan perturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

(1)

Untuk mendirikan usaha Pondok Wisata pengusaha yang bersangkutan harus memiliki Izin usaha;

(2)

Setiap kegiatan penambahan kamar suatu Pondok Wisata harus mengajukan permohonan perubahan izin usaha;

(3)

Izin usaha dan perubahannya dibedkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(4)

Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 16

(1) Setiap permohonan untuk mendapatkan Izin usaha harus mengajukan kepada Walikota dengan melampirkan :

a.

Fotokopi KTP;

b.

Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan;

c.

Fotokopi SITU / HO;

d.

Keterangan Data Status Tanah;

e.

Denah / Gambar Tata Ruang.

(2) Untuk mendapatkan Surat Tanda Daftar Ulang harus mengajukan permohonan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan

a.

Fotokopi KTP;

b.

Fotokopi Izin usaha;

c.

Fotokopi SIUP.

Pasal 17

(1)

Tata cara untuk mendapatkan izin usaha serta bentuk surat izin ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

(2)

Dalam surat izin usaha ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemegang izin.

Bagian Ketiga

Usaha Hotel dengan Tanda Bintang Pasal 18

(1) Tingkat pelayanan hotel ditentukan dalam bentuk penggolongan hotel yang terdiri dari 5 (lima) kelas yang dinyatakan dalam Piagam Golongan kelas hotel bertanda bintang sebagai berikut:

a.

Piagam dengan tanda bintang 1 (satu) merupakan hotel dengan tingkat pelayanan paling rendah;

b.

Piagam dengan tanda bintang 5 (lima) merupakan hotel dengan tingkat pelayana paling tinggi.

(2) Persyaratan teknis dan penetapan penggolongan hotel dan tats cara memperoleh piagam golongan hotel dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

(8)

Pasal 19

Pengusahaan hotel tanda bintang meliputi penyediaan jasa dan pelayanan penginapan berikut makan dan minum sebagai usaha pokok serta jasa-jasa lainnya sebagai usaha penunjang yang tidak terpisah dari usaha pokoknya.

Pasal 20

(1)

Pengusahaan hotel didasarkan atas Surat lzin Tetap Usaha Hotel (SITUH) yang berlaku selama hotel yang bersangkutan masih berjalan dengan ketentuan harus didaftar ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(2)

Surat lzin Tetap Usaha Hotel (SITUH) mencakup izin penggunaan lift, izin penggunaan boiler, izin penyehatan makanan, izin penyimpangan jam kerja, izin siaran video dalam bangunan, izin penggunaan antenna parabola, izin penyelenggaraan restoran, izin penyelenggaraan mandi uap, izin penyelenggaraan laundry dan cleaning, izin penyelenggaraan sarana olah raga dan rekreasi, izin penggunaan racun api, izin promosi kegiatan usaha sendiri, izin keramaian, izin pertunjukan antis asing di dalam hotel, izin penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang dan izin penyelenggaraan parkin di halaman sendiri;

(3)

Pengusaha hotel wajib memenuhi ketentuan penggoiongan kelas hotel sebagai bagian dari Surat Izin Tetap Usaha Hotel (SITUH) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1);

(4)

Untuk mendapatkan Izin usaha Tetap harus mengajukan permohonan ~ertulis kepada Walikota dengan melampirkan a. Fotokopi KTP;

b. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); c. Fotokopi Izin Tempat Usaha (SITU) /Reklame; d. Izin Gangguan (HO);

e. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan; f. Fotokopi gambar denah / Lay Out; g. Sertifikat Analisis Dampak Lingkungan.

Pasal 21

(1)

Surat Izin Tetap Usaha Hotel (SITUH) diberikan oleh Walikota;

(2)

Terhadap permintaan dan pemberian izin usaha hotel sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan pungutan biaya.

Pasal 22

Untuk perluasan atau renovasi tidak diperlukan izin, kecuali izin teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2). Pasal 23

Tata cara dan persyaratan untuk memperoleh, pemberian maupun bentuk Surat Izin Tetap Usaha Hotel (SITUH)ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Bagian Keempat

Usaha Hotel Dengan Tanda Bunga Melati Pasal 24

(1)

Usaha hotel dengan tanda bunga melati yang dituangkan dalam bentuk piagam;

(2)

Persyaratan teknis dan penetapan penggolongan hotel serta tats cara untuk memperoleh piagam akan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 25

Pengusahaan hotel bertanda bunga melati harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan peraturan walikota sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Pasal 26

Untuk menjalankan atau mengoperasikan hotel dengan tanda bunga melati, pengusaha yang bersangkutan harus memiliki izin usaha;

Setiap kegiatan penambahan kamar hotel bertanda Bunga Melati harus mengajukan permohonan perubahan izin usaha; Izin usaha dan perubahannya diberikan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 27

Untuk mendapatkan izin usaha hotel dengan tanda bunga melati harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota dengan melampirkan :

a.

Fotokopi KTP;

b.

Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

c.

Fotokopi Izin Tempat Usaha (SITU) / Reklame;

(9)

d.

Izin Gangguan (HO);

e.

Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan;

f.

Fotokopi Surat Keterangan Penguasaan Lahan Tempat Usaha (sertfikat tanah, perjanjian sewa menyewa / kontrak);

g.

Fotokopi gambar denah / Lay Out.

Pasal 28

(1)

Tata cara untuk mendapatkan izin usaha dan perubahannya serta bentuk surat izin usaha ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

(2)

Dalam surat izin usaha ditetapkan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh pemegang izin usaha. Bagian Kelima

Usaha Rumah Makan Pasal 29

(1) Pengusahaan rumah makan meliputi penyediaan jasa pelayanan makan dan minum kepada pengunjung rumah makan dengan persyaratan yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Jasa pelayanan rumah makan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila menyediakan hiburan atau kesenian pertunjukan oleh aris asing harus mengindahkan peraturan perundangundangan yang berlaku;

(3) Tingkat pelayanan rumah makan ditentukan dalam bentuk penggolongan rumah makan yang terdiri dari 3 (tiga) golongan kelas yang dinyatakan dalam piagam;

(4) Penggolongan kelas rumah makan ditetapkan sebagai berikut :

a.

Golongan kelas tertinggi dinyatakan dengan tanda Talam Kencana;

b.

Golongan kelas menengah dinyatakan dengan tanda Talam Selaka;

c.

Golongan kelas temdah dinyatakan dengan tanda Talam Gangsa;

(5) Persyaratan teknis dan penetapan penggolongan serta bentuk piagam akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota;

(6) Walikota dan Pejabat yang ditunjuk dapat menaikkan dan menurunkan golongan kelas rumah makan atas dasar basil penelitian yang dilakukan secara berkala;

(7) Piagam golongan kelas rumah makan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali mass bedakunya;

(8) Tata cara perpanjangan kembali perolehan piagam yang telah habis mass berlakunya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 30

(1)

Perorangan atau badan yang seluruh modainya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dapat mendirikan usaha rumah makan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2)

Badan yang mendirikan usaha rumah makan dengan modal patungan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas (PT).

Pasal 31

(1)

Untuk menjalankan atau mengoperasikan usaha rumah makan Pengusaha yang bersangkutan harus memiliki izin usaha;

(2)

Setiap kegiatan perubahan, perluasan, penambahan harus mengajukan perubahan izin usaha;

(3)

Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 32

(1) Untuk mendapatkan izin usaha rumah makan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan

a.

Fotokopi KTP;

b.

Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

c.

Fotokopi Izin Tempat Usaha (SITU) / Izin Gangguan (HO);

d.

Fotokopi Surat Keterangan Penguasaan Lahan Tempat Usaha (sE,tfikat tanah, pedanjian sews menyewa / kontrak);

e.

Fotokopi gambar denah / Lay Out.

(2) Untuk usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang luasnya kurang dari 50 m2 (meter persegi) lampiran

persyaratan akan diatur melalui Peraturan Walikota. Pasal 33

(1)

Tata cara untuk mendapatkan izin usaha dan perubahannya serta bentuk surat izin usaha ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

(10)

Bagian Keenam Usaha Restoran

Pasal 34

(1) Tingkat pelayanan restoran ditentukan dengan penggolongan restoran yang terdiri dari 3 (tiga) golongan kelas yang dinyatakan dalam piagam;

(2) Penggolongan kelas restoran ditetapkan sebagai berikut :

a.

Golongan kelas tertinggi dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu berwarna emas;

b.

Golongan kelas menengah dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu berwarna perak;

c.

Golongan kelas terndah dinyatakan dengan piagam bertanda sendok garpu berwarna perunggu.

(3)

Persyaratan penggolongan kelas restoran dan tats cara memperoleh piagam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Pasal 35

Pengusahaan restoran meliputi penyediaan jasa pelayanan makan dan minum kepada pengunjung restoran sebagai usaha pokok serta jasa hiburan di dalam bangunan restoran sebagai usaha penunjang tidak terpisah dan usaha pokoknya.

Pasal 36

(1)

Pengusahaan restoran didasarkan atas Surat Izin Tetap Usaha Restoran (SITUR) yang berlaku selama usaha restoran bersangkutan masih berjalan dengan ketentuan setup 3 (tiga) tahun sekali harus didaftar ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(2)

lzin tetap usaha restoran mencakup izin penggunaan lift, izin penggunaan generator, izin penggunaan boiler, izin penyehatan makan, izin penyimpangan jam kerja, izin penyimpanan dan penjualan minuman keras, izin siaran video di dalam bangunan usaha sendiri, izin penggunaan antenna parabola, izin penggunaan racun api, izin promosi kegiatan usaha sendiri, izin keramaian, izin pertunjukan terbatas, izin penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang, izin penyelenggaraan parker halaman sendiri;

(3)

Restoran wajib memenuhi ketentuan penggolongan kelas yang merupakan bagian dari Surat lzin Tetap Usaha Restoran (SITUR) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 37

(1)

Izin tetap usaha restoran diberikan oleh Walikota;

(2)

Terhadap permintaan dan pemberian izin tetap usaha restoran dikenakan pungutan. Pasal 38

Untuk perluasan atau renovasi restoran tidak diperlukan izin terkecuali izin teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (2).

Pasal 39

Tata cara untuk memperoleh, pemberian maupun bentuk izin tetap usaha restoran ditetapkan oleh Walikota. Bagian ketujuh

Usaha Pujasera / Food Center Pasal 40

(1)

Pengusahaan Pujasera / Food Center meliputi penyediaan jasa pelayanan makan dan minum kepada pengunjung dengan persyaratan yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2)

Jasa pelayanan Pujasera / Food Center sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila menyediakan hiburan atau pertunjukan kesenian harus mengindahkan peraturan perundangundangan yang berlaku;

Pasal 41

(1)

Perorangan atau badan yang seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dapat mendirikan Usaha Pujasera / Food Center sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2)

Badan yang mendirikan Usaha Pujasera / Food Center dengan modal patungan antara Warga negara Indonesia dengan Warga Negara Asing bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas (PT) dan harus memilliki modal/saham minimal sebesar 50% lebih.

Pasal 42

(1)

Untuk menjalankan atau mengoperasikan Usaha Pujasera / Food Center Pengusaha yang bersangkutan harus memiliki Izin usaha;

(11)

(3)

Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 43

(1) Untuk mendapatkan Izin usaha Pujasera / Food Center harus mengajukan permohona tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan

a. Fotokopi KTP;

b. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); c. Fotokopi Izin Tempat Usaha (SITU) /Reklame; d. Izin Gangguan (HO);

e. Fotokopi Surat Keterangan Penguasaan Lahan Tempat Usaha (sertfikat tanah, perjanjian sews menyewa / kontrak);

f. Fotokopi gambar denah / Lay Out.

(2) Untuk usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang luasnya kurang dari 50 m2 (meter persegi) lampiran

persyaratan akan diatur melalui Peraturan Walikota. Pasal 44

(1)

Tata cara untuk menclapatkan Izin usaha dan perubahannya serta bentuk surat izin usaha ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

(2)

Dalam surat izin usaha ditetapkan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh pemegang izin usaha. BAB VI

USAHA JASA PARIWISATA Bagian Pertama Usaha Jasa Perjalanan Wisata

Pasal 45

Pengusahaan jasa perjalanan wisata meliputi pembuatan dan penyelenggaraan paket wisata, menyelenggarakan pelayanan angkutan, pemesanan akomodasi, restoran Dan sarana wisata lain, menyelenggarakan pengurusan dokumen perjalanan, menyelenggarakan pemanduan dan melayani penyelenggaraan konvensi.

Pasal 46

(1) Usaha jasa perjalanan wisata digolongkan ke dalam jenis usaha sebagai berikut : a. Biro perjalanan umum, dengan lingkup kegiatan usaha yang meliputi :

1.

Membuat, menjual dan menyelenggarakan paket wisata;

2.

Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan dan atau kelompok orang yang diurusnya;

3.

Melayani pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata lain;

4.

Mengurus dokumen perjalanan;

5.

Menyelenggarakan pemanduan perjalanan wisata;

6.

Melayani penyelenggaraan konvensi.

b. Agen perjalanan dengan lingkup kegiatan usaha meliputi

1.

Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket angkutan udara, laut dan darat;

2.

Mengurus dokumen perjalanan;

3.

Menjadi perantara di dalam pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata lain;

4.

Menjualkan paket-paket wisata yang dibuat oleh biro perjalanan umum.

(2)

Biro Perjalanan Luar Negeri yang menyelenggarakan kegiatan di Indonesia wajib menunjuk Biro Perjalanan Umum Dalam Negeri sebagai perwakilannya.

Pasal 47

(1)

Badan dapat mendirikan Usaha Jasa Perjalanan Wisata yang maksud dan tujuannya sematainata bergerak di dalam kegiatan mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata;

(2)

Badan yang mendirikan Usaha Biro Perjalanan Umum dan Agen Pedi lanan bentuk usahanya dapat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi, Firma atau Perseroan Kornanditer;

(3)

Biro Perjalanan Umum merupakan bidang usaha yang terbuka jugs bagi penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(4)

Biro Perjalanan Luar Negeri yang menyelenggarakan kegiatan di Indonesia wajib menunjuk Biro Perjalanan Umum dalam negeri sebagai perwakilannya.

Pasal 48

(1) Dalam memberikan pelayanan jasa usaha Pariwisata pimpinan usaha perjalanan wajib :

a.

Memberikan pedindungan kepada pars pemakai jasa usaha perjalanan;

b.

Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menyangkut tenaga kerja dan kegiatan usaha;

(12)

c.

Memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan daerah ini;

d.

Menjalankan usahanya sesuai dengan norms dan tats cara pengusahaan usaha perjalanan;

e.

Bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kepada pihak ketiga.

(2) Dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap pemakai jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, usaha jasa perjalanan wisata dalam penyelenggaraan paket perjalanan wisata wajib mempertanggungjawabkan dalam asuransi perjalanan.

Pasal 49

(1) Di dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya pimpinan usaha perjalanan wajib :

a.

Memenuhi ketentuan perjanjian kerja, keselamatan kerja dan jaminan sosial karyawannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b.

Melaksanakan upaya peningkatan mutu karyawan secara terns menerus.

(2) Di dalam memelihara hubungan kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, pimpinan usaha

perjalanan wisata wajib memenuhi peraturan di bidang ketenagakerjaan termasuk ketentuan penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang, penyimpanan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), akan ditetapkan oleh Walikota.

(3) Ketentuan bagi penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang dan penyimpanan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), akan ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 50

(1)

Biro perjalanan umum wajib melakukan kegiatan promosi dan pemasaran paket wisata dengan mengutamakan paket wisata ke dan di dalam negeri;

(2)

Dalam penyelenggaraan paket wisata, pemimpin perjalanan wisata dan pramuwisata yang ditugasi memimpin / membimbing wisatawan harus memenuhi ketentuan peraturan berlaku.

Pasal 51

(1)

Penyelenggaraan usaha perjalanan didasarkan atas izin tetap usaha jasa perjalanan wisata yang berlaku selama usaha perjalanan yang bersangkutan masih berjalan;

(2)

lzin tetap usaha jasa perjalanan wisata diberikan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(3)

Tata cara dan persyaratan bentuk izin tetap usaha jasa perjalanan wisata ditetapkan dengan Peraturan Walikota. Pasal 58

Kegiatan seni dan olah raga yang diselenggarakan dalam rangka hubungan antar pemerintah dikecualikan dari peraturan daerah ini.

Pasal 59

(1)

Komisi Penilai diketuai oleh Walikota dengan susunan anggotanya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

(2)

Tugas dan wewenang serta pengangkatan anggota Komisi Penelitian dan Penilaian ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Bagian Ketiga

Usaha Jasa Konsultasi Pariwisata Pasal 60

(1) Kegiatan usaha Jasa Konsultasi Pariwisata meliputi

a.

Studi kelayakan;

b.

Perencanaan;

c.

Pengawasan;

d.

Manajemen;

e.

Penelitian.

(3)

Rincian kegiatan usaha Jasa Konsultasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 61

Badan yang mendirikan usaha Jasa Konsultasi Pariwisata bentuk usahanya dapat berupa PerseroanmTerbatas atau Koperasi yang maksud dan tujuan usahanya tertuang dalam akte pendirian.

Pasal 62

(1) Usaha Jasa Konsultasi Pariwisata diselenggarakan berdasarkan izin usaha yang diberikan oleh Walikota;

(2) Izin usaha sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

(13)

(1) Izin usaha diberikan atas dasar permohonan tertulis kepada Walikota.

(2) Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat betas) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap, Walikota harus menetapkan izin usaha atau penolakan;

(3) Penolakan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada pemohon secara tertulis dengan alasan penolakan untuk diberikan izin. -

Pasal 64

Tata cara dan persyaratan izin usaha Jasa Konsultasi Pariwisata diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 65

Penyelenggaraan Jasa Konsultasi Pariwisata yang telah memperoleh izin usaha dapat mengalihkan usahanya kepada pihak lain dan wajib dilaporkan secara tertulis kepada Walikota.

Pasal 66

Setiap usaha Jasa Konsultasi Pariwisata yang akan dibangun di dalam usaha kawasan Pariwisata hares memiliki izin usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat Usaha Jasa Pramuwisata

Pasal 67 (1) Usaha Jasa Pramuwisata meliputi :

a.

Melayani wisatawan menngunjungi obyek dan days tarik wisata yang berada di dalam kota atau di luar kota, di dalam provinsi atau di luar provinsi.

b.

Melayani wisatawan dalam keperluan bisnis dan tugas Pemerintahan Berta menjemput dan mengantar wisatawan (Tour Guide Service) dari :

1. Tempat kedatangan ke tempat tujuan atau sebaliknya dalam satu provinsi antara lain

a.

Bandara ke pelabuhan ke tempat tujuan atau sebaliknya;

b.

Bandara ke terminal angkutan darat atau sebaliknya;

c.

Bandara ke tempat penginapan atau sebaliknya;

d.

Pelabuhan ke terminal angkutan darat atau sebaliknya;

e.

Terminal angkutan darat atau sebaliknya.

2. Sate kota ke kota lain dalam satu provinsi melayani wisatawan ke tempat-tempat peristiwa Pariwisata yang meliputi konvensi, pertemuan, pameran, olah raga dan pertunjukan Beni budaya (Reference Guide Service). (2) Pramuwisata dalam melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat bertindak sebagai pengemudi.

Pasal 68

Badan yang mendirikan usaha Jasa Pramuwisata bentuk usahanya dapat berupa Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi yang maksud dan tujaun usahanya di bidang usaha Jasa Pramuwisata.

Pasal 69

(1) Untuk menyelenggarakan usaha Jasa Pramuwisata diperlukan izin dari Walikota;

(2) Izin usaha diberikan selama perusahaan yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatannya di bidang usaha Jasa Pramuwisata dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 70

(1) Permohonan untuk memperoleh izin usaha diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan disertai

a. Salinan Akte Notaris pendirian perusahaan atau salinan pengesahan anggaran dasar koperasi;

b. Daftar Riwayat Hidup Direksi atau Pengurus Koperasi;

c.

Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) / Reklame;

d.

Izin Gangguan (HO);

e. Fotokopi bukti penguasaan lahan tempat usaha.

(2) Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat betas) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap, Walikota harus menetapkan izin usaha atau penolakan;

(3) Tembusan pemberian atau penolakan izin disampaikan kepada Gubernur. Pasal 71

Surat izin usaha Jasa Pramuwisata harus dipasang di kantor perusahaan dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat umum.

Pasal 72

(14)

Bagian Kelima

Usaha Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Intensif, Konperensi dan Pameran Pasal 73

Badan yang mendirikan usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran bentuk usahanya dapat berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi yang maksud dan tujuan usahanya tertuang dalam akte pendirian.

Pasal 74

Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran oleh penyelenggaraan luar negeri yang dilakukan di Indonesia wajib menunjuk Perusahaan Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran dalam negeri sebagai perwakilan atau mitre usaha.

Pasal 75

(1)Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran diselenggarakan berdasarkan Izin usaha yang diberikan oleh Walikota;

(2) Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus diclaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

(3) Kegiatan seni dan olah raga yang diselenggarakan dalam rangka hubungan antar pemerintah dikecualikan dari peraturan daerah.

Pasal 76

(1)

Izin usaha diberikan etas clasar permohonan tertulis kepada Walikota;

(2)

Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat betas) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap, Walikota harus menetapkan izin usaha atau penolakan;

(3)

Penolakan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada pemohon secara tertulis dengan alasan penolakan untuk diberikan izin.

Pasal 77

Tate cara dan persyaratan izin usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran diatur lebih lanjut dengan peraturan

Walikota.

Pasal 78

penyelenggaraan Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran yang telah memperoleh izin usaha dapat mengalihkan

usahanya kepada pihak lain dan wajib dilaporkan secara tertulis pada Walikota. BAB VII

PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA Bagian Pertama

Pengusahaan Obyek Wisata Yang Dikelola Secara Komersial Paragraf Pertama

Usaha Wisata Tirta Pasal 79

Pengusahaan Wisata Tirta meliputi pembangunan dan pengusahaan sarana dan prasarana serta penyediaan jasa-jasa lain untuk melakukan Kegiatan Wisata Tirta di dalam batas wilayah usahanya.

Pasal 80 Usaha Wisata Tirta meliputi salah satu atau rangkaiannya sebagai berikut

a.

Usaha Marina, meliputi kegiatan usaha menyelenggarakan rekreasi dan olah raga air termasuk penyediaan sarana dan prasarananya serta jasa-jasa lain yang dikelola secara komersial;

b.

Usaha Hotel Terapung meliputi usaha akomodasi dengan menggunakan bangunan yang didirikan di atas permukaan air yang menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lain bagi umum yang dikelola secara komersial;

c.

Usaha Restoran Terapung meliputi usaha pangan dengan menggunakan bangunan yang didirikan di atas permukaan air dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya yang dikelola secara komersial;

d.

Usaha lain yang berhubungan dengan rekreasi di perairan sungai, danau atau waduk. Pasal 81

Badan dapat mendirikan Usaha Wisata Tirta yang maksud dan tujuannya semata-mata berusaha di bidang kegiatan wisata tirta sesuai dengan ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

(15)

Pasal 82

Pembangunan sarana dan prasarana wisata tirta didasarkan atas izin tetap usaha wisata tirta yang bedaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun;

Izin Tetap Usaha Wisata Tirta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kelengkapan sarana wisata tirta; Izin Tetap Usaha Wisata Tirta dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh

a.

Izin Peruntukan Tanah;

b.

Izin Lokasi;

c.

Izin Pembebasan Hak Atas Tanah;

d.

Izin-izin lainnya yang bersangkutan dengannya;

e.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

f.

Izin Tempat Usaha (SITU) / Reklame

g.

Undang-Undang Gangguan (HO).

Pasal 83

(1)

Pengusahaan Wisata Tirta didasarkan atas Izin Tetap Usaha Wisata Tirta yang berlaku sepanjang usaha yang bersangkutan masih berjalan dengan ketentuan harus didaftar ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(2)

Izin Tetap Usaha Wisata Tirta mencakup izin penggunaan lift, izin penggunaan generator, penggunaan boiler, izin penyehatan makanan, izin penyimpangan jam kerja, izin siaran video video di dalam bangunan, izin penggunaan antenna parabola, izin penggunaan kolam renang, izin penyelenggaraan disKotique, izin penyelenggaraan mandi uap, izin penyelenggaraan sarana olah raga dan rekreasi, izin penggunaan racun api, izin promosi kegiatan usaha sendiri, izin keramaian, izin pertunjukan artis asing pendatang dan lokal di lokasi, dan izin penyelenggaraan parkir di halaman sendiri.

Pasal 84

(1)

Izin Tetap Usaha Wisata Tirta diberikan oleh Walikota;

(2)

Terhadap permintaan dan pemberian izin tetap usaha Wisata Tirta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan pungutan.

Pasal 85

Untuk perluasan atau renQvasi tidak diperlukan izin terkecuali izin teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 83 ayat (2). Pasal 86

Tata cara untuk memperoleh pemberian maupun bentuk izin sementara usaha Wisata Tirta dan izin tetap usaha Wisata Tirta ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Paragraf Kedua Usaha Kawasan Pariwisata

Pasal 87 Usaha Kawasan Pariwisata meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a.

mengusahakan lahan dengan lugs sekurang-kurangnya 100 Ha (seratus hektare) untuk keperluan pembangunan

usaha Pariwisata dan menata serta mambagi lebih lanjut dalam satuansatuan simpul (lingkungan tertentu) yang dituangkan dalam gambar rencana (site plan);

b.

membangun atau menyewakan satuan-satuan simpul (lingkungan tertentu) untuk membangun usaha Pariwisata meliputi hotel atau jenis penginapan lain, Rumah Makan, Tempat Rekreasi dan Hiburan Umum serta usaha Pariwisata lain sesuai gambar rencana (site plan); melaksanakan pembangunan jalan, penyediaan air bersih dan listrik sesuai gambar rencana (site plan);

c.

menentukan syarat-syarat di dalam kawasan Pariwisata berkenaan dengan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan hiclup, tats bangunan, kesehatan umum, pencegahan kebakaran dan lain-lain sepanjang persyaratan tersebut tidak bertentangan dengan perundangundangan yang berlaku;

d.

melaksanakan dan atau mengawasi pembangunan usaha Pariwisata agar sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang clitetapkan di dalam kawasan Pariwisata serta peraturan perundangan yang berlaku di bidang usaha masing-masing,

e.

Membangun bangunan yang dipandang pedu untuk keperluan administrasi usaha kawasan Pariwisata. Pasal 88

Dalam setiap usaha kawasan Pariwisata sekurang-kurangnya harus tersedia a. Hotel atau jenis penginapan lainnya;

b. Rumah Makan;

c. Tempat Rekreasi dan Hiburan.

(16)

(1)

Badan atau Koperasi dapat mendirikan usaha kawasan Pariwisata sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(2)

Usaha kawasan Pariwisata dapat bekerja sama, balk dengan perusahaan nasional maupun asing.

Pasal 90

(1) Untuk mengusahakan usaha kawasan Pariwisata, pengusaha yang bersangkutan harus memiliki izin dari Walikota; (2) Untuk memperoleh izin usaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota dengan dilampiri :

a.

Akte Pendirian Badan Usaha / Koperasi;

b.

Gambar Rencana (Site Plan);

c.

Uraian tentang prQspeic pemasaran;

d.

Izin Lokasi

e.

Izin Undang-Undang Gangguan (HO);

f.

Sertifikat Analisis Dampak Lingkungan.

(3)

Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

P a r a g r a f K e t i g a U s a h a O b y e k W i s a t a

Pasal 91

(1)

Pengusahaan Obyek Wisata meliputi pembangunan, pengelolaan, penyediaan sarana dan prasarana serta penyediaan jasa-jasa lain dengan mengembangkan dan menafaatkan sumber daya wisata dalam batas wilayah Obyek Wisata yang diusahakan;

(2)

Syarat-syarat untuk mengembangkan sumber daya wisata ditetapkan dengan Peraturan Walikota. Pasal 92

(1) Obyek Wisata digolongkan :

a.

Obyek Wisata Nasional;

b.

Obyek Wisata Daerah.

(2) Ketentuan persyaratan penggolongan Obyek Wisata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Pasal 93

(1)

Badan dapat mendirikan Usaha Obyek Wisata;

(2)

Modal usaha Obyek Wisata bersumber dari dalam negeri atau patungan. Pasal 94

(1)

Pembangunan sarana prasarana Obyek Wisata didasarkan atas lzin Tetap Usaha Obyek Wisata yang berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun;

(2)

Izin Tetap Usaha Obyek Wisata telah mencakup izin pemasangan lift, pemasangan boiler, pemasangan boiler, pemasangan generator dan pemasangan peralatan mekanik dan elektronik lain yang merupakan kelengkapan sarana Obyek Wisata;

(3)

Izin Tetap Obyek Wisata dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh

a. Pembebasan hak Was tanah dan izin-izin lainnya yang bersangkutan dengannya; b. lzin Mendirikan Bangunan (IMB);

c. Izin Gangguan Lingkungan (HO); d. Sertifikat Analisis Dampak Lingkungan.

Pasal 95

(1) Pengusahaan Obyek Wisata didasarkan atas Izin Tetap Usaha Obyek Wisata yang berlaku selama usaha tersebut masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus diclaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(2) Izin Tetap Obyek Wisata mencakup izin penggunaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 89 ayat (2) , izin penyimpangan jam kerja, izin siaran video di batas wilayah usaha Obyek Wisata, izin penggunaan antenna parabola, izin penggunaan kolam renang, izin penggunaan racun api, izin promosi kegiatan usaha sendiri, izin keramaian, izin penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang, izin penggunaan parkir di halaman sendiri.

Pasal 96

(1)

Izin Tetap Usaha Obyek Wisata diberikan oleh Walikota;

(2)

Terhadap permintaan dan pemberian izin tetap usaha Obyek Wisata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) clikenakan pungutan biaya.

(17)

Pasal 97

Untuk perluasan atau renovasi Obyek Wisata tidak diperlukan izin terkecuali izin teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2).

Pasal 98

Dalam hat usaha Obyek Wisata tidak memerlukan pendirian fisik bangunan, maka izin usaha dapat dibedkan secara langsung serupa izin tetap usaha Obyek Wisata.

Pasal 99

Tata cara untuk memperoleh, pemberian maupun bentuk izin tetap usaha Obyek Wisata ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Paragraf Keempat Usaha Perkemahan

Pasal 100

(1) Pengusahaan Perkemahan pada pokoknya menyediakan fasilitas perkemahan dengan lugs areal sekurang-kurangnya 2,5 hektare.

(2) Usaha Perkemahan digolongkan dalam 4 (empat) kelas yang ditetapkan sebagai berikut : a. Kelas Ideal;

b. Kelas Lengkap; c. Kelas Sedang; d. Kelas Sederhana.

(3) Persyaratan teknis penetapan kriteria penggolongan perkemahan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota; (4) Berdasarkan hasil peninjauan oleh Pejabat yang ditunjuk Walikota dapat menaikkan atau menurunkan golongan kelas

perkemahan sesuai dengan persyaratan yang berlaku;

(5) Perubahan golongan kelas seperti yang dimaksud dalam ayat (4), dapat didasarkan atas permohonan pemilik yang diajukan kepada Walikota atau atas dasar hasil penelitian yang dilakukan secara berkala oleh Pejabat yang ditunjuk; (6) Usaha Perkemahan yang berada di kawasan konservasi harus mengindahkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 101

Walikota menyatakan dengan Piagam atas ketentuan golongan dimaksud dalam Pasal 95 ayat (2), setelah diadakan penilaian terhadap perkemahan yang bersangkutan.

Pasal 102

(1) Piagam golongan kelas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak tanggal dikeluarkan dan dapat ditinjau kembali setelah habis mass berlakunya;

(2) Piagam yang habis mass berlakunya segera dilakukan pembaharuan menurut tats cara yang ditetapkan oleh Walikota; (3) Tata cara, untuk mendapatkan golongan kelas perkemahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 103

Piagam golongan kelas perkemahan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dibaca khususnya oleh pars pengunjung. Pasal 104

(1)

Badan dapat mendirikan Usaha Perkemahan yang bentuk usahanya Perseroan;

(2)

Pengusahaan Perkemahan pada pokoknya menyediakan fasilitas perkemahan dengan lugs areal sekurang-kurangnya 2,5 Ha (dua setengah hektare).

Pasal 105

(1)

Untuk mengusahakan perkemahan, pengusaha yang bersangkutan wajib memiliki izin usaha;

(2)

Izin usaha diberikan oleh Walikota;

(3)

Izin usaha Perkemahan berlaku selama, usaha tersebut masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftarkan ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 106

Setiap permohonan untuk mendapatkan izin usaha harus diajukan kepada Walikota dengan melampirkan :

a.

Fotokopi Identitas Did / KTP;

b.

Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

c.

Fotokopi SITU / Reklame;

d.

Izin Gangguan Lingkungan (HO);

(18)

Pasal 107

(1)

Tata cara untuk mendapatkan izin usaha dan perubahannya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;

(2)

Dalam surat izin usaha ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemegang izin.

Bagian Kedua

Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum Pasal 108

(1)

Badan atau perorangan yang seluruh modainya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dapat mendirikan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2)

Badan yang mendirikan Usaha Rekreasi dan Hiburam Umum dengan modal patungan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas (PT).

Pasal 109

(1)

Untuk menyelenggarakan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum, balk bersifat tetap maupun ticlak tetap atau Insidentil, pengusaha yang bersangkutan harus memiliki lain usaha;

(2)

Izin Tetap Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum berlaku selama usahanya masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun sekali harus didaftar ulang kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk;

(3)

Izin tidak tetap atau Insidentil Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 110

(1) Untuk memperoleh izin tetap usaha harus mengajukan surat permohonan kepada Walikota dengan dilampiri : a. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

b. Fotokopi SITU / Reklame; c. Izin Gangguan Lingkungan (HO);

d. Fotokopi Surat Keterangan Status Tanah / Lahan; e. Denah / Gambar Tata ruang;

f. Akte Pendirian Badan Usaha (apabila yang mengajukan permohonan badan usaha).

(2) Untuk jenis-jenis usaha tertentu yang luasnya kurang darti 100 m2 (seratus meter persegi) lampiran persyaratannya

akan diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 111

(1)

Tata cara untuk mendapatkan izin usaha akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2)

Di dalam surat izin usaha ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemegang izin. BAB VIII

LARANGAN DAN KEWAJIBAN Pasal 112

(1) Izin usaha yang telah diberikan tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain kecuali atas persetujuan Walikota dan harus mengajukan permohonan perubahan izin usaha;

(2) Izin Tetap Usaha Pariwisata dapat dicabut jika

a.

Tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dan ketentuan pelaksanannya;

b.

Tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam surat izin;

c.

Tidak memberikan apapun Kegiatan Usahanya (LKU).

(3) Disamping sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), terhadap Pemegang Izin usaha dapat dikenakan sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(4) Tata cara pencabutan izin usaha akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 113

(1) Dalam menjalankan usahanya setiap pemegang izin usaha Pariwisata wajib untuk :

a.

memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud di dalam Peraturan Daerah ini;

b.

mengadakan pembukuan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c.

mentaati ketentuan perizinan usaha kePariwisataan dan peratut )n perundang-undangan perpajakan;

d.

mentaati perjanjian keda sama serta menjamin keselamatan kesehatan dan kesejahteraan karyawan;

e.

meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha;

f.

memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha;

g.

menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung serta mencegah timbuinya bahaya kebakaran;

h.

mencegah penggunaan tempat usaha utntuk peredaran obat-obtan serta barang terlarang;

i.

mencegah setiap orang untuk melakukan perjudian dan perbuatan yang melanggar kesusilaan;

j.

memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melaksanakan ibadah;

(19)

k.

melaksanakan kegiatan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup.

(2) Setiap pemegang izin usaha Pariwisata dalam melakukan penyelenggaraan usaha Pariwisata dilarang memakai tenaga kerja di bawah umur dan tenaga kerja asing tanpa izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 114

Penggunaan tenaga kerja Warga Negara Asing harus mendapatkan izin kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 115

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha Pariwisata dilakukan oleh Walikota secara teratur dan berkesinambungan sesuai dengan kewenangannya;

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a. pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan usaha;

b. pembinaan teknis penyelenggaraan usaha; c. pembinaan peningkatan kemampuan tenaga kerja; d. pembinaan teknis pemasaran / promosi;

e. pemberian penghargaan bagi usaha dan tenaga kerja Pariwisata yang berprestasi.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap dipenuhinya ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan kegiatan kePariwisataan.

BAB X

BADAN PENGEMBANGAN DAN PROMOSI PARIWISATA KOTA PALANGKA RAYA

Pasal 116

(1) Dalam rangka mengembangkan potensi pariwiata dan budaya, Walikota membentuk Badan Pengembangan dan Promosi Pariwisata Kota Palangka Raya.

(2) Badan Pengembangan dan Promosi Pariwisata Kota Palangka Raya bertugas :

a.

Membina dan mengembangkan kerjasama dengan lembaga/instansi/satuan kerja/lembaga swadayamasyarakat di biadang pengembangan wisata dan budaya kota Palangka Raya

b.

Merencanakan dan melakukan promosi Pariwisata dan budaya.

c.

Bersama-sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta dengan instansi terkait lainnya, mengembangkan visi dan misi, rencana serta kebijakan kePariwisataa dan kebudayaan Kota Palangka Raya.

(3) Struktur Orgsnisasi, tugas pokok dan fungsi serta tats kerja Badan Pengembangan dan Promosi Pariwisata Kota Palangka Raya ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB XI SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 117

(1) Sanksi administrasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap pelanggaran kewajiban usaha Pariwisata atau kegiatan usaha Pariwisata yang ticlak memiliki izin, dapat berupa

a.

Teguran lisan atau panggilan

b.

Teguran tertulis;

c.

Penghentian atau penutupan penyelenggaraan usaha;

d.

Pencabutan izin usaha Pariwisata.

(2) Pencabutan Izin usaha Pariwisata terhadap pelanggaran kewajiban usaha Pariwisata yang merugikan orang lain atau lingkungan.

(3) Tata cara pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1)dan ayat (2) Pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB X11 PENYIDIKAN

Pasal 118

Referensi

Dokumen terkait

; Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Maret 2010 Kota Pekanbaru mengalami deflasi (inflasi negatif) sebesar 0,34 persen, hal yang sama juga terjadi di Kota Dumai

PADA PIALA DUNIA BRAZIL TAHUN 1998/SPORT PEOPLE/HEWAN AYAM JANTAN DIPILIH MENJADI MASKOT PIALA DUNIA//MASKOT INI DINAMAKAN FOOTIX//NAMA FOOTIX SENDIRI

Penelitian ini mengkaji tentang akses informasi bagi disabilitas penglihatan total dengan menggunakan perspektif Foucauldian. Disabilitas masih sering dikonstruksi

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil belajar kognitif matematika dari

Oleh karena itu dengan penambahan data latih pada sistem, menghasilkan hasil akurasi yang optimal yaitu 82.5% pada 300 data latih untuk masing-masing citra (+) dan citra (-)..

Melalui citra satelit dapat dipantau liputan awan secara global dengan cakupan yang luas, sedangkan pengamatan melalui radar cuaca liputan awan menunjukkan hasil pemantauan

Dari permasalahan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Independensi dan pengalaman kerja Terhadap Kualitas Audit

Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi motivasi yang dimiliki auditor akan meningkatkan kulitas audit yang dihasilkan, secara perhitungan statistik dapat