• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRILAKU MEROKOK DI SMP (Di SMP Sunan Ampel Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRILAKU MEROKOK DI SMP (Di SMP Sunan Ampel Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRILAKU MEROKOK DI SMP

(Di SMP Sunan Ampel Jombang)

SKRIPSI

M.IMRON AMINUDDIN 143210154

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRILAKU MEROKOK DI SMP

(Di SMP Sunan Ampel Jombang) SKRIPSI

Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pendidik Pada Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

M.IMRON AMINUDDIN 143210154

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M.Imron Aminuddin

NIM : 143210154

Program Studi : S1 Keperawatan

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 13 Oktober 1993

Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes “ICMe” Jombang.

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul analisis fakto-faktor prilaku merokok berbasis teori prilaku lawrence green (Di SMP Sunan Ampel Jombang). Adapun skripsi ini bukan milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Jombang, September 2018

(4)

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah: Nama : M.Imron Aminuddin

NIM : 143210154

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil saya sendiri dan bukan hasil plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari saya terbukti melakukan plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai ketentuan yang berlaku di STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Jombang, September 2018

(5)

PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Analisis faktor-faktor prilaku merokok di SMP Nama Mahasiswa : M.Imron Aminuddin

NIM : 143210154

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL...

Pembimbing I

Hindyah Ike S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK.04.06.059

Pembimbing II

Dwi Puji Wijayanti., S.Kep.,Ns.,M.Kes NIK. 03.05.048

Ketua STIKes ICMe

H.Imam Fatoni,SKM.,MM. NIK.03.04.022

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : M.Imron aminuddin

NIM : 143210154

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRILAKU MEROKOK

DI SMP

Telah berhasil dipertahankan dan di uji dihadapkan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada

Program S1 Ilmu Keperawatan

Komisi Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji : Sri Sayekti, S.Si,.M.Ked ( )

Penguji I : Hindyah Ike S.,S.Kep.Ns.M.Kep ( )

Penguji II : Dwi Puji.,S.Kep.Ns.M.Kes ( )

Ditetapkan di : Jombang

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jombang pada tanggal 13 Oktober 1993, anak dari Bapak Nardi dan Ibu Siti Mariyam. Penulis anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari MI Al Idtihad Jombang. Tahun 2010 penulis lulus dari MTs Darul Ulum Sumberpenganten, Tahun 2013 penulis lulus dari MA Darul Hikmah. Tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika Jombang. Penulis memilih program studi S1 Keperawatan dari lima program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika Jombang. Demikian riwayat hidup ini penulis tulis dengan sebenar-benarnya.

Jombang, September 2018

(8)

MOTTO

BERUSAHA, BERSYUKUR DAN TAWAKAL Be Always Optimis

(9)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Persembahan yang utama dan paling utama, penulis ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik, hidayah dan kemudahan serta mengabulkan do’a penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis persembahkan karya yang sederhana ini kepada orang-orang yang penulis sayangi dan cintai, yaitu:

1. Bapak Nardi dan Ibu Siti Mariyam yang telah mendoakan, menyanyangi, menasehati, mendukung serta menuruti apa saja kemauan penulis demi masa depan penulis agar lebih baik, dan penulis ucapkan terimakasih

2. Untuk paman Samsul Hadi terimakasih atas kasih sayang dan perhatiannya kepada penulis, dan terimakasih selalu mengalah pada penulis demi masa depan penulis.

3. Penulis ucapkan terimakasih kepada semua sahabat dan teman-temanku yang sudah membantu, mendoakan dan memotivasi penulis.

4. Kelompok bimbingan terimakasih pengalaman, hiburan serta kekompakkannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

Jombang, September 2018

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpah rahmat, taufik serta hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRILAKU MEROKOK DI SMP (Di SMP Sunan Ampel Jombang)”, ini dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan trimakasih kepada yang terhormat Bapak H. Imam Fatoni,S.KM.,MM selaku ketua STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi S1 Keperawatan, Ibu Hindyah Ike S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 1, Ibu Dwi Puji Wijayanti., S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk kepada penulis serta telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya hingga terselesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan bagi pembaca pada umunya. Amiin Yaa Rabbal alamin.

Jombang, September 2018

(11)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR PERILAKU MEROKOK REMAJA

SMP SUNAN AMPEL JOMBANG

Oleh :

M. Imron Aminuddin

Remaja rentan terhadap pengaruh lingkungan rendahnya harga diri menjadi prediksi timbulnya perilaku merokok dan disebabkan juga faktor lingkungan adalah faktor teman sebaya, riset kesehatan dasar 2010, 58,6 juta orang Indonesia berumur 15 tahun ke atas menjadi perokok aktif. Penelitian ini bertujuaan menganalisis faktor yang mempengaruhi perilaku merokok meliputi faktor harga diri dan konformitas teman sebaya di SMP Sunan Ampel Jombang.

Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 145 siswa laki-laki kelas satu dan dua. Sampel sejumlah 106 dengan Stratified Random Sampling.Variabel independen meliputi sub variabel harga diri dan konformitas teman sebaya, variabel dependen perilaku merokok, pengambilan data dengan kuisioner, uji statistic menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian sub variabel harga diri berpengaruh secara positif karena nilai T-hitung (3.236) lebih besar dari T-tabel (1.663) berarti semakin rendahnya harga diri akan semakin tinggi terjadinya perilaku merokok dan sub variabel konformitas teman sebaya berpengaruh secara positif karena nilai T-hitung (5.660) lebih besar dari T-tabel (1.663) berarti semakin kuat pengaruh konformitas teman sebaya maka samakin kuat pula terjadiya perilaku merokok sedangkan sub variabel pengetahuan berpengaruh secara positif karena nilai T-hitung (5.691) lebih besar dari T-tabel (1.663) berarti semakin kurang pengetahuan maka samakin kuat pula terjadiya perilaku merokok sedangkan. Nilai beta konformitas teman sebaya 0,405. Dapat disimpulkan faktor harga diri, faktor konformitas teman sebaya dan pengetahuan berhubungan dengan perilaku merokok karena T-hitung lebih besar T-tabel, dan yang dominan mempengaruhi perilaku merokok adalah konformitas teman sebaya karena nilai koefisien regresi terbesar.

(12)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF SMOKING BEHAVIOR FACTORS FOR THE TEENAGERS AT SMP

( at SMP Sunan Ampel Jombang )

The teenagers are susceptible to the environment of low self-concept becomes the predictions of smoking behavior happens besides it is caused by the factors of environment such as the factor of peer, basic health research 2010,58,6% million of Indonesians as old as 15 years and over became active smokers. This research aimed to analyze factors that effected smoking behavior consisted of self-concept and the conformity of peer at SMP Sunan Ampel Jombang. This research used correlation analytic method with cross sectional approach. The population was 145 male students in class two and three, the total of samples was 106 with stratified random sampling, Independent variable consisted of self-concept sub variable, the conformity of peer and knowledge, dependent variable was smoking behavior, taking data with questionnaire, statistical test used Multiple linier regression. The results of the study a subject from his allegiance variables reaches as high as self esteem in also had an impact in a positive way because the value of t-hitung ( 3.236 ) is greater and mightier than t-tabel ( 1.663 ) means a sense of ownership homes exacerbating an already dire lowness in price himself will be the higher as well as other factors to take up smoking and behavior the large amounts of capital variables reaches as high as konformitas gave me an explanation in also had an impact in a positive way because the value of t-hitung ( 5.660 ) is greater and mightier than t-tabel ( 1.663 ) means a sense of ownership is getting stronger the influence of peer conformity gave me an explanation so samakin strong mentally which he needs terjadiya behavior is more risk sensitive separating urgency to take up smoking while variables reaches as high as the level of knowledge of the large amounts of capital has had a limited impact in a positive way because the value of t-hitung ( 5.691 ) is greater and mightier than t-tabel ( 1.663 ) means a sense of ownership becomes less samakin strong mentally which he needs to know and understand much similarly shaped tool used by terjadiya behavior smoking while .The value of beta conformity gave me an explanation 0,405 .It can be concluded factors other than a fuel self esteem , factors other than a fuel konformitas gave me an explanation and knowledge deals with the manners smoke because t-hitung larger t-tabel , and the dominant strongly influence the behavior of people smoking lies primarily with konformitas gave me an explanation because the value of the regression coefficient biggest displays of mass religious .

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 6

(14)

2.2 Konsep Merokok ... 8

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 15

2.3.4 Penyebab Harga Diri Rendah ... 16

2.4.2 Bentuk-Bentuk Kelompok Teman Sebaya ... 20

2.4.3 Konformitas Teman Sebaya ... 21

2.4.4 Fungsi Teman Sebaya ... 25

2.5 Konsep Remaja ... 26

2.5.1 Pengertian Remaja ... 26

2.5.2 Batasan Usia Remaja ... 27

2.5.3 Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ... 27

(15)

4.2 Keragka Kerja ... 42

4.5.1 Pengertian Definisi Operasional ... 45

4.6 Tempat Dan Waku Penelitian ... 48

4.6.1 Tempat Penelitian ... 48

4.6.2 Waktu Penelitian ... 48

4.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian ... 48

4.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 48

4.9.3 Analisis regresi berganda ... 56

4.10Etika Penelitian ... 56

4.10.1 Informed Concent. ... 57

4.10.2 Anomity ( tanpa nama ) ... 57

4.10.3 Confidentiality ... 57

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

(16)

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 59

5.1.2 Data Umum ... 60

5.1.3 Data Khusus ... 61

5.2 Pembahasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skoring Skala Harga diri ... 19 Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor perilaku merokok remaja

SMP Sunan Ampel Jombang... 46 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di SMP Sunan

Ampel Jombang ... 60 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden pernah atau tidak mendapat

informasi tentang merokok di SMP Sunan Ampel Jombang ... 60 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi

yang didapat di SMP Sunan Ampel Jombang. ... 61 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Harga Diri

Mempengaruhi Perilaku Merokok di SMP Sunan Ampel Jombang. ... 61 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konformitas

Teman Sebaya yang Mempengaruhi Perilaku Mrokok di SMP Sunan Ampel Jombang... 62 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan yang Mempengaruhi Perilaku Merokok di SMP Sunan Ampel Jombang... 62 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok

di SMP Sunan Ampel Jombang. ... 62 Tabel 5.8 Tabulasi Silang Harga Diri dengan Perilaku Merokok di SMP

Sunan Ampel Jombang... 63 Tabel 5.9 Tabulasi Silang Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku

Merokok di SMP Sunan Ampel Jombang. ... 63 Tabel 5.10 Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di SMP

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Analisis faktor perilaku merokok remaja SMP Sunan Ampel

Jombang ... 39 Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian analisis faktor perilaku merokok

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal kegiatan

2. Surat permohonan calon responden 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 4. Kisi-kisi kuesioner

(20)

DAFTAR LAMBANG

1. % :prosentase

2. < :lebih kecil

3. ≥ :lebih dari sama dengan 4. ≤ :kurang dari sama dengan

5. = :sama dengan

6. σ : standart deviasi populasi

7. µ : mean teoritik

8. X : hasil prosentase

9. F : frekuensi hasil pencapaian 10. N : total seluruh observasi

11. : mempengaruhi

12. : tidak mempengaruhi

13. : tidak dteliti

14. : diteliti

15. rx1y :korelasi product MomentX1 dengan Y

16. p :signifikan

17. r : koefisien korelasi item-total

18. rx2y :korelasi product Moment X2 dengan Y

(21)

DAFTAR SINGKATAN

1. HD : Harga diri

2. KAPRODI : Kepala Program Studi 3. KEMENKES : Kementrian Kesehatan 4. PEMKAB : Pemerintah Kabupaten 5. PRODI : Program Studi

6. PTN : Perguruan tinggi negeri 7. PTS : Perguruan tinggi swasta 8. RI : Republik Indonesia

9. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 10. SMP : Sekeloh Menengah Pertama 11. SS : Sangat setuju

12. STS : Sangat tidak setuju 13. SD : Sekolah dasar

14. SLTP : Sekolah lanjutan tingkat pertama 15. SMU : Sekolah menengah umum

16. SMA : Sekolah menengah atas

17. TS : Tidak setuju

18. H1 : Hipotesis alternatif

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungannya. Lingkungan budaya yang tidak positive merupakan faktor resiko terjebak untuk prilaku yang tidak sehat, misalnya : merokok minum-minuman keras penggunaan narkoba, seks pranikah, tawuran dan kebut kebutan dijalan, semua di anggap menyimpang ini sangat beresiko terhadap kesehatan dan keslamatan mereka (Tarwoto, 2010). Remaja menganggap diri nya sebagai orang yang keras dan matang serta remaja merokok di anggap sebagai sebagai dapat meningkatkan citra diri nya (Young, 2010). Konformitas juga dijelaskan oleh Syamsu (2010) sebagai motif untuk menjadi sama, sesuai seragam dengan nilai-nilai kebiasaan kegemaran (hobi) atau budaya teman sebayanya. Remaja yang berada di dalam kelompok teman sebaya cenderung untuk menyamakan kebiasaan dan budaya temannya.

(23)

anak sedang jumlah perokok usia 100-14 tahun sekitar 2,39 % atau 728,108 anak angka yang sangat fantastis terjadi pada anak-anak usia 15-19 tahun yang mencapai 46% atau 1.423.252 dari total penduduk jatim di usia itu yang pada 2016 sebanyak 3,094,28 jiwa.(Kemenkes, 2017). Berdasarkan studi pendahuluan 10 remaja di SMP Sunan Ampel Jombang rata-rata merokok, tiga diantaranya disebabkan meraka mengatakan jika tidak merokok dianggap sebagai orang yang banci atau tidak jantan dan tujuh sisanya mengatakan merokok disebabkan tekanan dari lingkungan teman bermain.

Prilaku merokok memang sulit untuk dihindari pada remaja hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karna masa perkembangan anak yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal yang baru yang ada di lingkungannya (Peterson, dalamTarwoto, 2010). Merokok di usia muda adalah merupakan titik awal untuk seseorang menjadi perokok di masa yang akan datang. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa perokok memiliki kecenderungan untuk menggunakan zat-zat berbahaya lain nya. Perokok akan menkonsumsi rokok, alcohol, obat-obatan psikotropika, mariyuana dan aspirin lebih banyak jika di bandingkan dengan orang yang tidak merokok (Tarwoto, 2010).

(24)

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor perilaku merokok pada remaja SMP. Dalam hal ini peneliti mendeskripskan faktor pemicu terjadinya perilaku merokok pada remaja SMP dengan melihat harga diri dengan prilaku merokok serta konformitas teman sebaya dengan pemicu perilaku merokok Sarwono (2011).

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan masalah di atas, dapat di rumuskan masalah penelitian adalah apakah faktor yang paling mempengaruhi prilaku merokok remaja SMP sunan Ampel Jombang

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja SMP Sunan Ampel Jombang di kelas 1 dan 2.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja SMP Sunan Ampel Jombang.

1.4.2 Tujuan Khusus

(25)

2. Mengidentifikasi faktor konformitas teman sebaya dengan pemicu perilaku merokok remaja SMP

3. Mengidentifikasi faktor pengetahuan bahaya rokok dengan pemicu perilaku merokok remaja SMP

4. Menganalisis faktor yang dominan dapat menjadi pemicu perilaku merokok pada remaja SMP.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu keperawatan anak yang terkait dengan faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja SMP dan dapat digunakan sebagai bahan refrensi pembelajaran tentang analisis faktor perilaku merokok pada remaja SMP.

1.5.2 Manfaat Praktis (1) Bagi Remaja

Memberikan informasi dan memberikan kesadaran kepada remaja tentang pentingnya kesehatan untuk menghindari diri dari bahaya perilaku merokok di usia dini.

(2) Bagi Peneliti

(26)

(3) Bagi Peneliti Selanjutnya

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik (Wawan & Dewi, 2010).

2.1.2. Bentuk Perilaku

Menurut Purwanto (2010), perilaku dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:

a. Perilaku positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

b. Perilaku negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Secara ringkas, perilaku positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan perilaku negatif ialah tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau bahkan bertentangan.

2.1.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

(28)

a. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor - faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal - hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. b. Faktor – faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor - faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan, keterjangkauan kader kesehatan, dan keterpaparan informasi. Informasi yang diterima individu dapat menyebabkan perubahan sikap maupun perilaku pada diri individu tersebut.

c. Faktor - faktor penguat (reinforcing factors)

(29)

2.1.4. Macam - Macam Perilaku a. Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulasi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat oleh orang lain (Wawan, 2010).

2.2. Konsep Merokok

2.2.1. Pengertian Rokok dan Merokok

(30)

2.2.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Merokok

Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang merokok adalah sebagai berikut:

a. Harga diri

Fakta yang diungkapkan Carvajal, Wiatrek, Evans, Knee & Nash (2000), rendahnya harga diri menjadi prediksi timbulnya perilaku merokok. Harga diri disini merupakan tolak ukur untuk menjadikan faktor predosposisi seseorang remaja merokok, dimana penyebab utama remaja yang mempunyai harga diri rendah cenderung melakukan hal-hal yang belum tentu baik untuk diri dan kesehatanya seperti perilaku merokok .

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian pula sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi. Yang pertama, remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau remaja tersebut mempengaruhi temannya, hingga akhirnya remaja dan teman-temannya menjadi perokok. Di antara remaja yang merokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih, teman dekat/sahabat yang perokok. Begitu juga sebaliknya (Al Bachri, 1991 dalam Tarwoto et al, 2009).

c. Pengetahuan

(31)

rendah tentang dampak dari merokok merupakan salah satu dari remaja merokok.

2.2.3. Perilaku Merokok

Merokok sebagai bentuk perilaku merupakan manifestasi dari kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dapat terpuaskan apabila seseorang merokok. Perilaku merokok merupakan reaksi seseorang dengan cara mengisap rokok yang dapat diamati atau diukur dengan melihat volume atau frekuensi merokok seseorang (Shiffman, 1993).

Merokok adalah perilaku yang sangat merugikan kesehatan tetapi perilaku ini terus dipertahankan oleh kebanyakan perokok. Sarafino (1994) menjelaskan bahwa seseorang individu biasanya mulai mencoba untuk merokok pada saat remaja. Mereka akan menjadi perokok tetap bila mereka sudah mengisap rokok keempatnya (Leventhal & Cleary, 2000). Selanjutnya juga dijelaskan bahwa sebagian individu hanya mengisap rokok pertamanya dan tidak melanjutkan untuk terus merokok. Untuk menjadi perokok tetap seringkali membutuhkan waktu yang lama, kadang membutuhkan waktu sampai setahun atau lebih (Ary & Biglan, dalam Sarafino, 1994).

Menurut Tomkins (dalam Wismanto & Sarwo, 2007) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory, yaitu:

(32)

1) Pleasure relavation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

2) Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk mengisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Sedangkan perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum perokok nyalakan dengan api. b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negative affect

smokers). Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi

perasaan negatif, misalnya bila sedang marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smokers atau psychological addiction). Oleh Green (dalam Wismanto dan Sarwo, 2007) disebut sebagai

psychological addiction. Mereka yang sudah adiksi akan menambah dosis

(33)

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (pure habits smokers). Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Mereka menghidupkan api rokoknya bila rokok yang sebelumnya telah benar-benar habis.

2.2.4. Dampak Merokok

Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra dalam Tarwoto (2009) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Adapun dampak rokok terhadap kesehatan adalah.

a. Dampak bagi paru-paru;

Menurut Tarwoto et al (2009) merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar (hipertropi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

(34)

Asap rokok merupakan penyebab utama timbulnya kanker paru. Berhenti merokok dan tidak memulai merokok merupakan cara utama untuk mencegah penyakit itu (Yusuf dalam Tarwoto et al, 2009). Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Zat tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Di bandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

b. Dampak terhadap jantung

Menurut Tarwoto et al (2009) merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer. Asap yang dihembuskan perokok dibagi atas asap utama (mainstream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

2.3. Konsep Harga Diri 2.3.1. Pengertian Harga Diri

(35)

Menurut Suliswati dkk, harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan idealnya.

Menurut Sunaryo, harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri.

Berdasarkan pendapat dari berbagai tokoh diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri merupakan pandangan individu terhadap dirinya sendiri yang dianggap baik yang bisa tinggi dan rendah dipengaruhi oleh sikap dan pandangan orang lain terhadap diri individu yang bersangkutan. Setiap individu membutuhkan penghargaan yang positif terhadap dirinya karena dengan demikian akan merasa bahwa dirinya berhasil dan berarti bagi orang lain.

2.3.2 Aspek-Aspek Harga Diri

Menurut Coopersmith (dalam Rahaju) harga diri mempunyai empat aspek yang saling berhubungan, yaitu:

1. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri sikap positif terhadap kemampuannya sehingga dalam bersikap dan bertindak tidak mudah terpengaruh oleh orang lain atau lingkungannya.

2. Penghargaan diri

Penghargaan diri adalah merasa yakin akan kemampuannya dan dapat menghormati serta menghargai orang lain.

3. Penyesuaiaan diri

(36)

4. Ketertarikan

Ketertarikan adalah kemampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan cara individu menyesuaikan dengan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan uraian diatas, aspek-aspek dari Coopersmith (dalam Rahaju), digunakan sebagai dasar teori penyusunan alat ukur penelitian ini, aspek-aspek tersebut adalah: Kepercayaan diri, penghargaan diri, penyesuaian diri dan ketertarikan.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang mempunyai harga diri menurut Widodo (dalam Rahaju) terdiri dari:

a. Kondisi psikologis individu

Kondisi ini menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan konsep kesuksesan dan kegagalan dan aspirasi, dan mekanisme pertahanan diri berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui individu terhadap kekuatan, kompetensi dan nilai-nilai kebaikan.

b. Lingkungan keluarga

(37)

c. Lingkungan sosial

Harga diri terbentuk dari interaksi dengan lingkungan, khususnya lingkungan sosial, klass dan Hodge (dalam Rahaju) menjelaskan bahwa harga diri terbentuk dari interaksi yang diperoleh dari lingkungan dan melalui penerimaan, penghargaan, serta perilaku orang lain terhadap individu yang bersangkutan.

d. Kondisi anak.

Kondisi seseorang yang missal orang cacat, cenderung menentukan penerimaan sosial yang negatif, akibat kurangnya penghargaan sosial terhadap dirinya. Adler (dalam Rahaju) mengemukakan bahwa kurang sempurnanya jasmani atau cacat jasmani akan menimbulkan harga diri kurang pada individu yang bersangkutan.

e. Jenis kelamin

Perempuan ternyata mempunyai harga diri yang lebih tinggi bila dibandingan dengan harga diri yang dimiliki pria (MacCoby dan Jacklin dalam Rahaju).

Sedangkan menurut Yulifah, perkembangan harga diri dipengaruhi oleh: 1. Diri sendiri, misal menghargai diri sendiri tidak mengecilkan diri, dan ada

kepuasan terhadap diri.

2. Orang lain, seperti dicintai, diperhatikan dan dihargai orang lain. 2.3.4. Penyebab Harga Diri Rendah

Menurut Yulifah, rendahnya harga diri seseorang dikarnakan adanya stressor berupa:

(38)

2. Ideal diri tidak realistis.

3. Gangguan fisik atau mental baik individu atau keluarga. 4. System keluarga yang tidak berfungsi.

5. Pengalaman traumatis yang berulang.

Menurut Yulifah, individu dengan harga diri rendah menunjukkan gejala-gejala seperti :

a. Perasaan malu

b. Perasaan bersalah terhadap diri sendiri c. Merendahkan martabat

d. Menarik diri e. Percaya diri kurang f. Mencederai diri

2.3.5. Beberapa Cara Meningkatkan Harga Diri

Menurut Sunaryo, beberapa cara meningkatkan harga diri adalah sebagai berikut:

a. Beri kesempatan untuk berhasil. b. Beri pengakuan dan pujian.

c. Tanamkan gagasan yang dapat memotivasi untuk berkembang. d. Dorong aspirasinya.

e. Beri dukungan untuk aspirasi yang positif memandang dirinya diterima dan bermakna.

f. Bantu pembentukan koping.

(39)

Menurut Yulifah, meningkatkan harga diri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memberi kesempatan sukses pada diri disertai penghargaan.

b. Menanamkan ideal diri serta harapan yang realistis dan tidak terlalu tinggi sesuai dengan latar belakang sosial budaya yang berlaku.

c. Mendukung diri sendiri untuk beraspirasi dan bercita-cita.

d. Membantu membentuk pertahanan untuk hal-hal yang mengganggu. 2.3.6. Prosedur Pengukuran Harga Diri

Skala pengukuran ini menggunakan skala likert, dimana responden diminta pendapatnya mengenai setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal (Nursalam, 2011). Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam katagori skala likert (Hidayat, 2010) adalah sebagai berikut:

SS apabila subjek merasa dirinya Sangat Sesuai dengan butir pernyataan S apabila subjek merasa dirinya Sesuai dengan butir pernyataan TS apabila subjek merasa dirinya Tidak Sesuai dengan butir pernyataan STS apabila subjek merasa dirinya Sangat Tidak Sesuai dengan butir pernyataan.

2.3.7. Petunjuk Skoring Harga Diri

(40)

Tabel 2.1 Skoring Skala Harga diri

Kontimun respon Kode respon Skor Skor Favourabel Unfavourabel

Sangat Sesuai SS 4 1

Sesuai S 3 2

Tidak Sesuai TS 2 3

Sangat Tidak Sesuai STS 1 4

Kriteria skor atau prosentase harga diri: a. Harga diri tinggi : >63 b. Harga diri sedang : 45-<63 c. Harga diri rendah : <45 2.4. Konformitas Teman Sebaya

2.4.1. Pengertian Teman Sebaya

Teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang sama dengan kita, dan memiliki kelompok sosial yang sama pula, misalnya teman sekolah (Mu’tadin 2002). Teman sebaya juga dapat diartikan kelompok orang yang mempunyai latar belakang, usia, pendidikan, dan status social yang sama, dan mereka biasanya dapat mempengaruhi perilaku dan kenyakinan masing-masing anggotanya.

(41)

Memasuki masa remaja, individu akan mulai belajar tentang hubungan timbal balik yang akan didapatkan ketika mereka melakukan interaksi dengan orang lain maupun dengan temannya sendiri. Selain itu mereka juga belajar mengobservasi dengan teliti mengenai minat dan pandangan temannya, ini dilakukan agar remaja mudah ketika ingin menyatu atau beradaptasi dengan temannya (Piaget dan Sullivan dalam Asmani, 2012).

2.4.2. Bentuk-Bentuk Kelompok Teman Sebaya

Hurlock (2012) menyebutkan kelompok-kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah:

1. Teman dekat

Biasanya remaja memiliki dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat. Dan pada umumnya teman mereka terdiri dari jenis kelamin dan usia yang sama, mempunyai tujuan, keinginan, dan kemampuan yang sama. Teman dekat ini dapat mempengaruhi satu sama lain dalam berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan remaja.

2. Kelompok kecil

Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok teman-teman dekat. Pada awalnya kelompok ini terdiri dari satu jenis kelamin yang sama, namun kemudian meliputi juga dari kedua jenis kelamin yang berbeda.

3. Kelompok besar

(42)

membuat penyesuaian minat berkurang diantara anggota-anggotanya. Sehingga timbul jarak social yang besar diantara mereka.

4. Kelompok yang terorganisir

Kelompok ini merupakan kelompok binaan orang dewasa. Biasanya kelompok ini dibentuk oleh orang dewasa misalnya oleh sekolah atau organisasi masyarakat. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sosial remaja yang tidak mempunyai kelompok besar.

5. Kelompok geng

Kelompok ini terbentuk karena remaja tidak termasuk dalam kelompok atau kelompok besar dan merasa kurang puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis yang minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

2.4.3. Konformitas Teman Sebaya

Konformitas adalah pengaruh sosial dalam bentuk penyamaan pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain yang mempengaruhinya (Prayitno, 2009). Suryawati dan Maryati (2006) mendefinisikan konformitas sebagai bentuk interaksi yang didalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat di mana ia tinggal, yang berarti konformitas adalah suatu proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mentaati norma dan nilai-nilai masyarakat. Konformitas biasanya menyebabkan timbulnya kepatuhan dan ketaatan.

(43)

a. Acceptance

Acceptance merupakan bentuk konformitas yang dilakukan individu dengan cara menyamankan sikap, kenyakinan pribadi, maupun perilakunya didepan masyarakat dengan norma atau tekanan dari kelompok. Acceptance lebih sering terjadi ketika individu percaya bahwa pendapat atau perilaku kelompok adalah benar, konformitas ini dapat terjadi karena kelompok menyediakan informasi yang dibutuhkan individu atau disebut dengan informational social influence.

Informational social influence. Terjadi jika seseorang mempunyai pertanyaan atau masalah dan ia tidak tahu jawabanya atau tidak tahu bagaimana seharusnya bertingkah laku dan ia akan melihat dan menanyakan pada orang lain. Mungkin jawaban yang diterima berasal dari satu orang, namun bila jawaban tersebut didukung oleh banyak orang akan lebih menyakinkan. Myers juga menekankan bahwa orang lain dapat menjadi sumber informasi yang berarti jika seseorang dalam situasi yang membingungkan sehingga Acceptance adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang terhadap bukti realitas yang diberikan orang lain. Jadi jika individu tidak tahu atau bingung harus berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai pedoman perilaku dan menyakini hal tersebut benar.

Konformitas Acceptance ini dapat dipengaruhi oleh : (Sears, 2010) 1. Kepercayaan terhadap kelompok

(44)

terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan atau mengikuti kelompok. Dengan kata lain, jika individu yang selalu berpendapat bahwa kelompoknya selalu benar maka dia akan mengikuti apapun yang dilakukan kelompoknya tanpa memperdulikan pendapatnya sendiri.

Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh anggota kelompok lainnya. Semakin tinggi tingkat keahlian dan kompetensi kelompok, maka kepercayaan penghargaan individu terhadap kelompok semakin besar. 2. Kepercayaan terhadap diri sendiri

Konformitas akan menurun jika individu mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap penilaian perilakunya sendiri. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri adalah tingkat penilaian individu terhadap kemampuan yang dimilikinya. Faktor lain adalah kesulitan, semakin sulit hal yang harus dihadapi, maka semakin rendah rasa percaya diri yang dimiliki individu.

b. compliance

compliance merupakan bentuk konformitas yang dilakukan individu

(45)

dilakukan atas dasar rasa cemas atau takut mendapat celaan dari lingkungan sosialnya.

Konformitas compliance dapat dipengaruhi oleh: (Sears, 2010) 1. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dianggap sebagai orang yang menyimpang, merupakan alasan utama terjadinya terjadinya konformitas compliance. Rasa takut ini diperkuat dengan tanggapan kelompok terhadap perilaku meyimpang. Penyimpangan yang terjadi dalam kelompok, dapat mengakibatkan seseorang menerima resiko yang tidak menyenangkan seperti dikucilkan atau ditolak dari keompok.

2. Kekompakan kelompok

Semakin kuat ketertarikan individu terhadap kelompok, maka semakin kuat juga konformitas yang terjadi. Ketika anggota-anggota kelompok bekerja untuk satu tujuan yang sama mereka cenderung untuk konfrom dibandingkan mereka tidak berada dalam satu kesatuan. Dan ketika rasa suka anggota kelompok yang satu dengan kelompok yang lain semakin besar, maka semakin besar pula harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotan kelompok dan kelompok tersebut semakin kompak. Kekompakan yang semakin tinggi akan mempertinggi tingakat konformitas.

3. Kesepakatan kelompok

(46)

kesepakatan yang terjadi dalam kelompok berarti ada kemungkinan terdapat perbedaan pendapat atau penilaian antar anggota. Kedua, anggota yang tidak setuju dengan pendapat kelompok akan menimbulkan penolakan. Ketiga, berkurangnya kesepakatan terhadap kelompok mengurangi kenyakinan anggota kelompok terhadap kelompok itu sendiri.

2.4.4. Fungsi Teman Sebaya

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada sejumlah remaja menunjukkan bahwa hubungan yang positif dengan teman sebaya menghasilkan penyesuaian sosial yang positif juga (Santrock dalam Desmita, 2012). Pernyataan ini diperkuat oleh Hartup yang menemukan bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang sangat penting bagi remaja, Hightower juga menyatakan bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis selama masa remaja akan menghasilkan kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya.(Desmita, 2012).

Kelly dan Hansen (dalam Desmita, 2012), menyebutkan enam fungsi dari teman sebaya, yaitu:

a. Mengontrol implus-implus negatif. Interaksi dengan teman sebaya membuat remaja belajar bagaimana memecahkan masalah dengan cara-cara lain dengan tidak meluapkan kemarahan langsung.

(47)

c. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih dewasa.

d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin. Dari teman sebaya remaja belajar tentang tingkah laku dan sikap yang mereka dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.

e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Dalam kelompok, remaja mencoba untuk mengambil keputusan menurut diri mereka sendiri. Mereka menilai sendiri nilai-nilaiyang dimilikinya dan yang dimiliki temannya, selanjutnya mereka akan memutuskan mana yang benar menurut mereka. Hal ini dapat membantu remaja dalam mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.

f. Meningkatkan harga diri. Seseorang remaja akan merasakan nyaman dan senang ketika dirinya menjadi orang yang disukai dalam kelompoknya.

2.5 Konsep Remaja 2.5.1 Pengertian Remaja

(48)

2.5.2 Batasan Usia Remaja

Mengenai batasan usia remaja itu sendiri, para ahli memasukkannya dalam beberapa periode. Menurut Hurlock (1998), masa remaja dibagi kedalam dua periode, yaitu : (1) remaja awal (early adolescence), antara usia 13-17 tahun untuk wanita dan 14-17 untuk laki-laki; (2) remaja akhir (late adolescence), antara 17-21 tahun.

2.5.3. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja

Soetjiningsih, dkk (2002) menyebutkan bahwa masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal, menengah dan akhir. Masa remaja memiliki ciri-ciri yang berbeda, ciri-ciri tersebut adalah :

1. Remaja awal (early adolensence)

Merupakan periode dimana masa anak telah lewat dan pubertas dimulai. Anak perempuan biasanya terjadi pada umur 10-13 tahun sedangkan pada anak laki-laki 10,5-15 tahun.

a. Perkembangan fisik remaja

Ciri-ciri seks primer pada masa remaja awal adalah :

1) Anak laki-laki yaitu terjadinya spermarche yang merupakan pematangan sperma yang dapat muncul di dalam cairan ejakulasi sebelum puncak dari kurve percepatan tumbuh.

2) Anak perempuan yaitu terjadinya ovulasi dan menarche. Ovulasi merupakan berkembangnya dan pelepasan sel telur dari folikel ovarium. Menarche merupakan perdarahan pertama dari uterus.

(49)

1) Anak laki-laki yaitu munculnya rambut pubis, aksila, muka dan rambut dada.

2) Anak perempuan yaitu perkembangan payudara, tumbuhnya rambut pada bagian aksila, penebalan dan perlunakan dari mukosa vagina, pigmentasi bertambah, vaskularisasi dan erotisisasi dari labia mayora, serta sedikit pembesaran dari klitoris, muncul jerawat dan body odor (bau badan).

b. Perkembangan Kognitif pada Masa Remaja Awal

Menurut klasifikasi Piaget, masa remaja berada pada masa operasional konkrit yaitu remaja mampu memanipulasi mental dari objek yang dilihat, sebagian remaja pada masa ini telah memasuki stadium operasional formal yaitu remaja mampu memanipulasi mental dari ide-ide yang dimunculkan tanpa adanya obyek. Stadium operasional konkrit pada remaja terdapat tiga tahapan yaitu:

1) Realisme dan simbolisme:

Stadium ini terdapat pada anak antara usia 2-4 tahun, pada stadium ini anak melihat dunia seolah-olah tidak akan berubah dan menghubungkannya secara langsung dengan pikirannya sendiri. Anak belajar tentang model, gambar dan kadang-kadang tentang kata-kata sebagai symbol dari kehidupan sebenarnya yang dapat dimanipulasi. 2) Berpikir intuitif:

(50)

berpikir anak mulai berubah menjadi lebih kompleks dan lebih canggih.

3) Operasional konkrit:

Stadium ini terdapat pada anak antara usia 7-12 tahun. Stadium ini anak mulai mengerti tentang urutan-urutan, perbandingan dan proses mengintrasikan pikiran-pikiran ke dalam seluruh rencana yang dibuat agar dapat mengatasi situasi yang bertambah kompleks.

c. Perkembangan Psikososial pada Masa Remaja Awal

Masa remaja awal harus memiliki fungsi dalam tiga arena: keluarga, kelompok sebaya (peer group) dan sekolah. Setiap arena memiliki suatu interaksi yang kompleks dari faktor-faktor penentu yang dapat berfungsi dengan baik.

Lingkungan keluarga, perkembangan yang utama pada masa remaja awal adalah dimulai dengan adanya ketidaktergantungan terhadap keluarga sehingga hubungan antar keluarga yang awalnya sangat erat akan menjadi terpecah. Seorang remaja dapat mempengaruhi keseimbangan dalam kehidupan keluarga, misalnya dengan menuntut privaci sehingga secara tidak langsung jarak antara seorang anak dengan orang tuanya.

(51)

Persahabatan yang timbul pada masa ini lebih terpusat pada kegiatan bersama daripada hubungan perorangan.

2. Masa remaja menengah

Umur kronologis pada masa remaja menengah yaitu antara umur 11-14 tahun pada anak perempuan dan 12-15,5 tahun pada anak laki-laki. Masa ini adalah masa perubahan dan pertumbuhan yang dramatis.

a. Perkembangan fisik remaja

Ciri-ciri seks primer pada masa remaja menengah adalah

1) Laki-laki, volume testis berkisar antara 10-14 ml, terjadi percepatan pertumbuhan di dalam vesikula seminalis, epididimis dan prostat. 2) Perempuan, ovarium membesar pada tahun sebelum menarche,

beratnya mencapai 6 gram. Endometrium berkembang, serviks dan korpus uteri membesar dan kelenjar serviks mulai mensekresikan cairan menyerupai susu, tidak berbau, seperti mukus dalam jumlah yang banyak.

Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja menengah adalah

1) Laki-laki, suara menjadi dalam, jerawat yang bertambah banyak dan kelenjar keringat apokrin mulai berfungsi pada saat bersamaan dengan tumbuhnya rambut aksila.

2) Perempuan, areola payudara akan melebar.

b. Perkembangan Kognitif pada Masa Remaja Menengah

(52)

hubungan interpersonal yang mutualistik dan kebenaran ditinjau dari sudut perasaan dan kesepakatan dari diri sendiri.

c. Perkembangan Psikososial pada Masa Remaja Menengah

Keluarga, kelompok teman sebaya dan sekolah maupun masyarakat merupakan konteks utama dalam pergaulan mereka, seperti yang terjadi pada masa remaja awal, remaja pada masa ini juga melakukan pemberontakan ketika ada ketidaksesuaian. Masalah jati diri (self-image) muncul pada remaja yang menganggap perkembangan pubertasnya bermasalah, misalnya pada anak laki-laki yang terlambat mengalami maturitas seksnya dibandingkan teman sebayanya atau anak perempuan yang menganggap bahwa penambahan lemak tubuh pada masa pubertas sebagai suatu hal yang memalukan. Perbedaan yang muncul dengan teman sebayanya akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan muncul karena ada rasa tidak aman dalam berteman dan merasa takut akan ditolak dalam pergaulan.

(53)

3. Masa remaja akhir

Masa remaja akhir adalah tahap terakhir dari perkembangan pubertas sebelum masa dewasa. Anak perempuan berkisar antara 13-17 tahun dan pada anak laki-laki antara 14-16 tahun.

a. Perkembangan fisik remaja

Ciri-ciri seks primer pada masa remaja akhir adalah :

1) Laki-laki, pada masa ini testis mencapai bentuk dewasanya yaitu volumenya kira-kira 25 ml masing-masing dan beratnya 20 gram. 2) Perempuan, semua anak perempuan normal sudah akan mengalami

menarche.

Ciri-ciri seks skunder pada masa remaja akhir adalah

1) Laki-laki, genetalia berkembang sempurna baik dalam bentuk maupun konfigurasinya. Rambut pubis telah mencapai bentuk dewasanya, dan adanya rambut yang tumbuh di dagu.

2) Perempuan, perkembangan payudara menjadi bentuk dewasa yang khas dan rambut pubis mencapai tekstur dan distribusi dewasa.

b. Perkembangan Kognitif pada Masa Akhir

(54)

memberikan respon terhadap stimulus yang meragukan atau kontradiktif (ambiguous). Berkembangnya pemikiran kognitifnya, seorang remaja lebih mampu mengenal hal-hal yang meragukan atau kontradiktif tersebut dan hubungan inter-relasi yang lebih kompleks.

Perkembangan kognitif sangat erat hubungannya dengan perkembangan moral. Perkembangan moral pada masa ini telah mencapai stadium dimana seorang individu dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada pengertian tentang norma-norma dalam masyarakatnya dan pengertian tentang hak-hak seseorang dengan cara mengerjakan apa yang dianggap sebagai tugasnya dan mematuhi peraturan-peraturan atau hukum.

c. Perkembangan Psikososial pada Masa Remaja Akhir

Ciri khas pada masa remaja ini adalah memiliki orientasi ke masa depan. Perencanaan karier biasanya terjadi setelah ada pemantapan dari identitas perannya dalam keluarga maupun masyarakat. Hubungan dengan orang tua mulai stabil ke arah tingkat interaksi baru yang lebih demokratis (bebas).

(55)

2.6 Pengetahuan

2.6.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003).

2.6.2 Pengetahuan Mempunyai Enam Tingkatan Menurut Notoadmodjo (2012) :

1. Tahu (know)

Pengetahuan berkenaan dengan bahan yang di pelajari sebelumnya di sebut juga “recall” (mengingat kembali). Namun apa yang telah diketahui

hanya sekedar informasi yang diingan saja, oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

2. Memahami (Comprehention)

Kemampuan untuk memakai arti sebuah bahan pelajaran seperti menafsirkan, menjelaskan dan meringkas tentang sesuatu.Pemahaman lebih tinggi dari pengetahuan.

(56)

Kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang konkrit, sperti menerpkan suatu dalil, metode konsep atau prinsip.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian yang sudah di mengerti, kemampuan ini meliputi mengenal hubungan, serta prinsip yang di gunakan dalam organisasi atau suatu materi pelajaran.

5. Sintesis (syntesis)

Kemampuan untuk menghimpun bagian di dalam keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi fakta.

6. Evaluasi (Evaluation)

Berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membantu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau criteria tertentu.

2.6.3 Kategori tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :

(57)

2.7. Model Konsep Teori Lawrance Green

Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Dan menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni: a. Faktor Pendorong (predisposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat contoh tiga siswa mengatakan jika tidak merokok dianggap sebagai orang yang banci atau tidak jantan

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan bergizi, uang dan sebagainya. Contohnya : Para siswa mengatakan membeli rokok di kantin dan toko di dekat sekolahan dan tidak mengetahui bahaya merokok

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

(58)

mengatakan jika tidak merokok dianggap sebagai orang yang banci atau tidak jantan dan tujuh sisanya mengatakan merokok disebabkan tekanan dari lingkungan teman bermain.

2.8.1 Elok Nuradita (2013)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Elok Nuradita (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang bahaya rokok sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan mayoritas dalam kategori sedang yaitu sebesar 69,6%. Pengetahuan siswa tentang bahaya rokok sesudah dilakukannya pendidikan kesehatan mayoritas dalam kategori tinggi yaitu sebesar 58,9%. Terdapat pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang bahaya rokok di SMP Negeri 3 Kendal dengan didapatkannya hasil nilai signifikansi melalui Marginal Homogeneity Test (p value=0,000 < 0,05).

2.8.2 Siska Pakaya (2013)

(59)

2.8.3 Aniswiti Astuti (2013)

(60)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2011). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Analisis faktor perilaku merokok remaja SMP Sunan Ampel Jombang

(61)

3.2.Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini adalah H1 : Adanya pengaruh harga diri dengan prilaku merokok

(62)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.11 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akulturasi hasil. Desain penelitian digunakan dalam dua hal, yaitu: desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan rancangan penelitian digunakan untuk mengidentifikasikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2015).

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik yang mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan variabel,memperkirakan dan mengkaji berdasarkan teori yang suadah ada. Peneliti korelasional bertujuan untuk mengungkap hubungan korelatif antara variabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain, dengan demikian pada rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel (Nursalam, 2015).

Rancangan penelitian yang digunakan survey analitik model cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau

(63)

4.12 Keragka Kerja

Kerangka kerja menetapkan langkah – langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian meliputi siapa yang akan diteliti (subyek penelitian), variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Nursalam, 2014).

Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian analisis faktor perilaku merokok pada remaja SMP Sunan Ampel Jombang.

Desain penelitian

Analitik dengan jenis Cross Sectional

Populasi

Semua remaja laki-laki kelas 1 dan 2 SMP Sunan Ampel Jombang yang merokok/pernah merokok sejumlah 145 siswa

Sampel

Sebagian remaja laki-laki kelas 1dan 2 SMP Sunan Ampel Jombang yang merokok/pernah merokok sebanyak 106 siswa

Sampling

Stratified Random Sampling

Pengumpulan data

Kuisioner

Pengolahan Data

Editing, Coding, Scoring, Tabularing.

Analisa data

Regresi Linier

(64)

4.13 Populasi, Sampel Dan Sampling 4.13.1 Populasi

Populasi adalah seluruh subyek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini populasi nya adalah semua remaja laki-laki kelas 1 dan kelas 2 di SMP Sunan Ampel Jombang yang sebanyak 145 orang. Peneliti mengambil responden para remaja laki-laki kelas 1 dan kelas 2 di karena kan banyak remaja yang berperilaku merokok.

4.13.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan obyek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2015).Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Untuk jenis penelitian dengan populasi infinit (populasi tidak diketahui) dapat menggunakan rumus dibawah ini (Nursalam, 2016). dengan deviasi 5% yaitu :

Keterangan :

n : Besar sampel N : Besar populasi

d : Tingkat signifikansi (α)

Jadi sampel yang ditentukan yaitu 106 orang.

(65)

4.13.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2014). Teknik sampling yang digunakan dalam penlitian ini adalah probability sampling dengan metode stratified random sampling yaitu strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat.(Nursalam,2016). Dengan cara populasi berjumlah 145 diperoleh besar sampel 106 untuk populasinya sendiri dibagi dalam dua bagian yaitu kelas 1 dan kelas 2 meliputi kelas 1 berjumlah 70 dankelas 2 berjumlah 75 kemudian jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing bagian tersebut ditentukan kembali dengan menggunakan rumus:

1. n = Populasi kelas 1 Jumlah sampel Jumlah populasi

2. n = Populasi kelas 2 Jumlah sampel Jumlah populasi

1. n= 70106 = 51,17 145

2. n = 75106 = 54,82 (55) 145

4.14 Identifikasi Variabel 4.14.1 Pengertian Variabel

(66)

4.14.2 Variabel Independent

Variabel Independent yaitu variabel yang nilainya menentukan variabel yang lain, biasanya variabel bebas dimanipulasi, diamatai, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel Independent dalam penelitian ini adalah analisis faktor yang mempegaruhi perilakumerokok.

4.14.3 Variabel Dependent

Variabel dependent yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat merupakan faktor yang diamati dan diukur menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2014). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perilakumerokokremaja di SMP SunanAmpelJombang.

4.15 Definisi Operasional

4.15.1 Pengertian Definisi Operasional

(67)
(68)
(69)

4.16Tempat Dan Waku Penelitian 4.16.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP SunanAmpel Jombang. 4.16.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni2018

4.17Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian 4.17.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2015).

1. Peneliti mengurus perizinan surat pengantar penelitian di STIKES icme jombang.

2. Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Sunan Ampel Jombang. 3. Mengumpulkan responden remaja laki-laki yang merokok/pernah

merokok.

4. Menjelaskan tujuan dari penelitian.

5. Meminta kesediaan responden sebagai subyek penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan.

6. Setelah mendapat persetujuan, kemudian dilakukan pengisian kuisioner.

4.17.2 Instrumen Penelitian

(70)

tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban sesuai pemahaman. Kuisioner dalam penelitian terdapat 20 soal hargadiri, 16 soal konformitas teman dan perilaku merokok menggunakan 32 pertanyaan.

Sebelum kuisioner digunakan dalam penelitian, telah terlebih dahulu dilakukan uji coba. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2010).

1. Validitas instrumen adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2011).

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antar variabel/ item dengan skor total variabelyaitu dengan mencari korelasi antar masing – masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment.

2. Reabilitas instrumen

Reabilitas instrumen adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2011).

4.18Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data 4.18.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

(71)

4.18.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemeberi kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2014). a. Responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3

Responden 44 = R44 b. Umur

Umur 13 tahun = U1 Umur 14 tahun = U2

Umur 15 tahun = U3

Umur 16 tahun = U4

c. Pernah atau tidak mendapatkan informasi

Pernah = P1

Tidak pernah = P2 d. Sumber informasi

Petugas kesehatan = Si1

Majalah = Si2

Radio/TV = Si3 Internet = Si4 Data Khusus

(72)

Tidak Merokok = 2 f. Konformitas teman sebaya

Acceptance = 1

Compliance = 2

g. Hargadiri

Harga diri rendah = 1 Harga diri sedang = 2 Harga diri tinggi = 3 h. Pengetahuan

Rendah = 1 Sedang = 2 Tinggi = 3 4.18.3 Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah dirancang. (Nursalam, 2015).

Hal ini diinterpretasikan dengan skala : 1. 0 % : Tidak ada

2. 1 – 25 % : Sebagian kecil 3. 26 – 49 % : Hampir setengahnya 4. 50% : Setengahnya

(73)

7. 100% : Seluruhnya(Arikunto, 2010) 4.18.4 Skoring

Skoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden

untuk mengukur harga diri, konformitas teman sebaya, dan perilaku merokok dengan kuisioner 20 soal harga diri, 16 soal konformitas teman dan perilaku merokok menggunakan 32 pertanyaan.

4.19 Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, untuk teknik analisis data penilitian menggunakan:

4.19.1 Analisis univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendiskripsikan distribusi dari masing-masing variabel yang diteliti. (Hastono, 2010).

Analisis univariat pada penelitian ini adalah data kategori dari harga diri dan konformitas teman sebaya.

Untuk mengukur harga diri data yang terkumpul diprosentasikan frekuensinya dengan cara jumlah frekuensi dibagi jumlah responden dan dikalikan 100%. Hasilnya berupa prosentase rumus (Arikunto, 2010).

N = SP SM

Keterangan :

N = Nilai yang didapat SP = Skor yang didapat SM = Skor maksimal

(74)

Setelahprosentasediketahuikemudianhasilnyadikelompokkanberdasark anmasing-masing variable padakreteria :

1. Harga diri tinggi : > 63 2. Harga diri sedang : 45- < 63 3. Harga diri rendah : < 45

Untuk konformitas teman sebaya digunakan skala likert. Pada skala likert disediakan empat jawaban dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala likert item ada yang bersifat positif (favorable) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap masalah yang diteliti. Variabel konformitas teman sebaya menggunakan rumus skor – T, yaitu :

Skoring untuk soal konformitas teman sebaya Pernyataan positif

Selalu (S) di beri skor = 4

Sering (SR) di beri skor = 3

Kadang-kadang (K) di beri skor = 2 Tidak pernah (T) di beri skor = 1

Untuk pertanyaan negatif yaitu :

Selalu (S) di beri skor = 1

Sering (SR) di beri skor = 2

Gambar

Tabel 2.1 Skoring Skala Harga diri
Gambar 3.1 Analisis faktor perilaku merokok remaja  SMP Sunan Ampel Jombang
Gambar 4.1  Kerangka kerja penelitian analisis faktor perilaku merokok pada remaja SMP Sunan Ampel Jombang
Tabel 4.1  Definisi operasional analisis faktor perilaku merokok remaja SMP  Sunan Ampel Jombang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dan asertivitas dengan perilaku merokok pada siswa di SMP N 5 Purbalingga.. Penelitian

Stigma kerap kali muncul dari pemikiran individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa penyakit HIV/AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak

secara tepat waktu skripsi dengan judul “ Hubungan Sikap Keluarga dengan Perilaku Merokok pada Remaja (Studi Di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang Kelas X.. jurusan Listrik) ” ,

Peneliti berpendapat bahwa kepuasan hidup berhubungan dengan tingkat depresi seseorang karena jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengankeadaan hidup yang

Sejumlah faktor menurut Ali &amp; Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:.. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan

di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang. Tabel 5.14 Tabulasi Silang Berdasarkan Seringnya Hemodialisa Selama Seminggu dengan Kadar Hemoglobin Sesudah Hemodialisa.. 5) Hasil

Selain itu perilaku konsumsi Fe dalam penelitian ini merupakan implementasi pemberian Fe atau tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri sehingga penelitian

Metode : dalam paper ini metode diskriptif dengan kajian pustaka berdasarkan data informasi primer dan sekunder serta analisa obyek pada perpustakaan Hasil : adanya publikaasi