BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara menyelenggarakan pendidikan demi cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik ilmu pengetahuan, teknologi dan dalam bidang-bidang kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan.
Hal tersebut tidak secara otomatis dapat terwujud karena banyaknya permasalahan yang menghinggapi dunia pendidikan itu sendiri, diantaranya adalah fasilitas sekolah dan prilaku siswa. Permasalahan mengenai fasilitas sekolah, misalnya: banyaknya bangunan sekolah yang rusak bahkan roboh dan minimnya alat peraga pendidikan maupun sarana penunjang yang lain. Selain itu, terjadi permasalahan pada prilaku siswa, misalnya: prilaku mencotek saat ujian, perkelahian (tawuran) antar pelajar yang berakibat pada kematian. Salah satu masalah yang berkembang di sekolah adalah perilaku bullying pada siswa.
Bullying sebagai salah satu bentuk tindakan agresif merupakan permasalahan
saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi prilaku bullying. Dari data National Mental Health and Education Center tahun 2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial dimana 15% dan 30% siswa adalah pelaku bullying dan korban
bullying. Prevalensi prilaku bullying yang meningkat dari tahun ke tahun elah
menimbulkan kerusakan atau kerugian yang besar. Selain itu, prilaku bullying ini tidak mendapatkan Intervensi dalam penanganannya, selain mediasi secara efektif mengurangi konflik di antara anak-anak yang menjadi korban bullying Astuti, R.P (2008).
Astusi, R.P, (2008) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa prilaku
bullying merupakan faktor resiko dalam berkembangnya depresi pada pelaku dan
korban bullying. Dalam Semai Jiwa Amini (SEJIWA) 2008 dijelaskan bahwa hal yang paling ekstrim mengenai dampak psikologis dari bullying yaitu munculnya gangguan psikologis misalnya rasa cemas yang berlebihan, merasa ketakutan, depresi, dan memiliki keinginan untuk bunuh diri serta munculnya gejala gangguan stres pasca trauma.
Hasil survey yang ditemukan oleh Plan Indonesia dan sejiwa yang dilakukan pada 1500 siswa SMP dan SMA di tiga kota besar yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Tahun 2008 menjelaskan bahwa tindakan bullying pernah terjadi di sekolah. Kategori tertinggi pembullian secara psikologis berupa pengucilan. Sebuah studi menunjukkan 67% pelajar di kota – kota besar di Indonesia menyatakan bahwa di sekolahnya pernah terjadi bullying (Eunike & Kusnadi, 2009). Data ini masih memiliki kelemahan karena penelitian tidak hanya dilakukan pada anak sekolah dasar tetapi dilakukan juga pada sekolah menengah pertama dan menengah atas. Data yang ada di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa 31,8% siswa sekolah menengah pertama pernah mengalami bullying (Farida, 2006).
dengan paksa, prilaku mencotek, adanya siswa yang merasa kuat mengancam pada siswa yang lemah seperti contohnya minta dibuatkan pekerjaan rumah, dan semuanya dilakukan secara berulang.
Beberapa bullying lain yang muncul di SMPN 2 Blangpidie berdasarkan hasil survei pendahuluan diantaranya adalah pemalakan atau meminta sesuatu secara paksa seperti makanan, minuman, pensil, pulpen atau penghapus, meminta yaitu berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang diejek menangis, selain itu juga kebiasaan untuk memanggil temannya dengan nama yang bukan nama siswa yang sebenarnya dan melecehkan secra berulang-ulang.
Hal ini diperkuat melakui wawancara dengan salah satu guru SMPN 2 Blangpidi, terungkap beberapa kasus yang terjadi pada siswa SMP. Kasus yang sering terjadi adalah seorang siswa SMP bertindak sebagai bos bagi teman-temannya yang lemah. Layaknya seorang bos, anak ini akan selalu minta sesuatu misalnya uang, makanan ringan yang dibawa temannya hingga meminta bahan contekan (PR atau ulangan), bahkan disertai dengan ancaman bila temannya tersebut tidak memberikannya.
Berdasarkan latar belangkang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ”faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying (kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2014.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying (kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku bullying (kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
b. Untuk mengetahui faktor keluarga terhadap terjadinya bullying (kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
c. Untuk mengetahui faktor teman terhadap terjadinya bullying (kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
d. Untuk mengetahui faktor media terhadap terjadinya bullying (kekerasan) dengan teman di SMPN 2 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.
D. Mamfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pendidikan dalam pembinaan faktor siswa yang mengalami perilakubullying atau kekerasan lebih dini dan awal.
2. Bagi Penelitian
Sebagai wahana untuk menerapkan ilmu yang didapat dan memperluas wawasan pengetahuan dibidang penelitian dan solusi (dalam mencapai mutu pengetahuan tentang faktor perilaku bullying atau kekerasan pada siswa)
3. Bagi Penulis Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutmya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku bullying terhadap teman.
4. Bagi siswa