• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus PT. BTN Syariah Kantor Cabang Semarang) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus PT. BTN Syariah Kantor Cabang Semarang) - Test Repository"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN

KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA

KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI

VARIABEL

INTERVENING

(Studi Kasus PT. BTN Syariah Kantor Cabang Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

CITRA RARASATI SASANDARU

NIM 213-14-005

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTO

Lakukan Koreksi Perbaiki

Sungguh beruntung hati yang jadikan iman di atas rasa dan logika,

Karena siapa yang bertuhan maka dialah yang akan bertahan.

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya

Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya.

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini selesai atas ridho dari sang maha pencipta Allah SWT, dan saya persembahkan kepada:

Ibu Umi Winarni dan Bapak Sarbini yang telah membimbing, mendidik, mencurahkan segala usaha dan doanya dengan ikhlas serta kasih sayang tanpa mengenal lelah dan bosan demi masa depan penulis.

Keluarga besar yang telah membantu, memberikan doa, dukungan, semangat yang luar biasa.

Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis islam IAIN Salatiga yang selalu membimbing dan mengajarkan saya banyak ilmu sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

Sahabatku tersayang Habib Muhammad Najib, Putri Ulviana R, Anindya Melati Nur Pradani

Sahabatku seperjuangan Naya Urbach, Ainy Afifatun, Nurma Susilowati, Aidha Kartikasari, Sely Pratama serta teman-teman PS-S1 angkatan 2014 semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang sangat melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan menjadi zaman terang benerang untuk menuju jalan kebenaran.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S1) dalam program studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Ucapan

terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan dalam berbagai bentuk. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Dr. Anton Bawono, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Fetria Eka Yudianan, S.E M.Si., selaku ketua Program Studi Perbankan Syariah

4. Qi Mangku Bahjatulloh Lc, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh karyawan BTN Syariah Cabang Syariah Semarang yang telah membantu memperlancar proses penelitian.

(9)

8. Sahabatku tersayang Habib Muhammad Najib, Putri Ulviana Roslinawati, Anindya Melati Nur Pradani

9. Sahabatku seperjuangan Naya Urbach Widyawati, Aini Afifatun Ni’mah, Nurma Susilowati, Aidha Kartikasari, Sely Pratama, Himmatul Hasanah, Khafidzatus Sholikhah, M. Luthfan

Al’arof, Miftahul Falah, Jamal Abdul Malik, Nur Ni’matul Khasanah, Sulis Murgiyanti

10. Teman-teman Perbankan Syariah S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan 2014. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas dukungan dan

bantuannya selama ini sehingga karya sederhana ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk kepentingan bersama.

(10)

ABSTRAK

Sasandaru, C. R. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam S-1 Perbankan Syariah. Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh Lc, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening studi pada PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Syariah Semarang. Variabel yang digunakan adalah gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan. Metode pengumpulan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. Syariah Semarang. Sampel yang diambil sebanyak 52 responden dengan teknik sampel jenuh. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah path analysis. Berdasarkan hasil uji t pertama menunjukkan hasil bahwa variabel gaya kepemimpinan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawan, variabel lingkungan kerja dan kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sedangkan disiplin kerja berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel kepuasan kerja mampu memediasi disiplin kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Syariah Semarang. Namun variabel kepuasan kerja tidak mampu memediasi antara gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

(11)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

C. Kerangka Penelitian ... 32

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Skala Pengukuran ... 42

F. Definisi dan Konsep Operasional ... 43

(12)

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV ANALISIS DATA ... 57

A. Deskripsi Objek Penelitian... 57

B. Analisis Data ... 64

BAB V PENUTUP ... 94

A. KESIMPULAN ... 94

B. SARAN ... 95

C. KETERBATASAN PENELITIAN ... 96

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...10

Tabel 2.2 Tabel Hipotesis ...39

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ...47

Tabel 4.1 Jenis Kelamin ...61

Tabel 4.2 Usia ...61

Tabel 4.3 Pendidikan terakhir ...62

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif ...62

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ...64

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ...65

Tabel 4.7 Hasil Uji R2 ...67

Tabel 4.8 Hasil Uji F... ...68

Tabel 4.9 Hasil Uji Ttest...69

Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Hipotesis...72

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas ...72

Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas...74

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas...75

Tabel 4.14 Hasil Uji Linieritas Gaya Kepemimpinan...77

Tabel 4.15 Hasil Uji Linieritas Lingkungan Kerja...78

Tabel 4.16 Hasil Uji Linieritas Disiplin Kerja...78

Tabel 4.17 Hasil Uji Linieritas Kepuasan Kerja...78

Tabel 4.18 Model Summary 1...79

Tabel 4.19 Hasil Uji Coefficientsa ...80

Tabel 4.20 Model Summary 2...81

Tabel 4.21 Hasil Uji Coefficientsa...81

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian ...33

Gambar 4.1 Histogram Normal Plot ...76

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot...76

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank Syariah di Indonesia berawal dari prakarsa Majelis Ulama Indonesia pada

acara lokal karya bunga bank dan perbankan yang dilakukan pada tanggal 18 s/d 20

Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang

berfungsi untuk memperlancar mekanisme perekonomian terutama disektor riil. Pada

umumnya pengertian bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip syariah (Yudiana, 2014: 2).

Pada era globalisasi seperti ini, setiap perbankan bersaing sangat ketat untuk

mencapai segala tujuannya. Persaingan dunia perbankan semakin meningkat dan

tingginya tingkat persaingan menuntut perbankan untuk lebih mempertahankan dan

meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus memiliki

keunggulan kompetitif agar dapat memenangkan persaingan-persaingan yang akan

dihadapi. (Kurniawati, 2017)

Keungulan-keunggulan kompetitif dapat diperoleh oleh perusahaan yang

memiliki sumber daya manusia yang baik sebagai penggerak utama aset-aset

perusahaan yang lainnya. Seperti modal, teknologi, dan strategi. Dengan keunggulan

kompetitif tersebut, perusahaan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan perusahaan

lainnya dan dapat meningkatkan profesionalisme kerja, kualitas pelayanan atau produk

yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen.

(16)

Salah satu pengelolaan penting dalam dunia perbankan selain pemasaran bank

adalah pengelolaan terhadap sumber daya manusia. Hal ini disebabkan karena sumber

daya manusia merupakan tulang puggung dalam menjalankan roda kegiatan

operasional suatu bank. Untuk itu, penyediaan sumber daya manusia sebagai motor

penggerak operasional bank haruslah disiapkan sedini mungkin. (Kurniawati, 2017)

Maka dari itu, untuk meningkatkan kualitasnya perusahaan harus meningkatkan

kinerja setiap karyawannya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, antara

lain motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja, disiplin kerja, budaya kerja,

komunikasi, komitmen, jabatan, kualitas kehidupan kerja, pelatihan, kompensasi,

kepuasan kerja, dan masih banyak yang lain. Semua faktor tersebut berpengaruh,

tergantung pada fakta yang terjadi sebenarnya, ada yang dominan dan ada pula yang

tidak (Wahyudin dalam Pangarso 2016: 147). Dalam penelitian ini, faktor gaya

kepemimpinan, lingkungan dan kedisiplinan menjadi fokus faktor utama yang dapat

mempengaruhi kinerja.

Kinerja merupakan landasan bagi pencapaian tujuan suatu organisasi.

Keberhasilan organisasi dalam meningkatkan kinerjanya sangat bergantung pada

kualitas sumber daya manusia yang bersangkutan dalam bekerja selama berada pada

organisasi tersebut. Lebih lanjut, peranan sumber daya manusia terhadap kinerja

organisasi sangatlah penting, keputusan-keputusan sumber daya manusia harus dapat

meningkatkan efisiensi bahkan mampu memberikan peningkatan hasil organisasi serta

berdampak pula pada peningkatan kepuasan masyarakat (Logahan dalam Pangarso,

2016: 146).

Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan dan memberdayakan karyawan

akan mempengaruhi kinerja karyawan. Lodge dan Derek (1993) dalam Kusumawati

(17)

sikap, perilaku dan kinerja karyawan. Efektivitas pemimpin dipengaruhi karakteristik

bawahannya dan terkait dengan proses komunikasi yang terjadi antara pemimpin dan

bawahan. Pimpinan dikatakan tidak berhasil apabila tidak dapat memotivasi,

menggerakkan dan memuaskan karyawan pada suatu pekerjaan dan lingkungan

tertentu. Tugas pimpinan adalah mendorong bawahan supaya memiliki kompetensi dan

kesempatan berkembang dalam mengantisipasi setiap tantangan dan peluang dalam

bekerja.

SDM akan nampak keberhasilannya jika karyawan dapat menghargai waktu dan

mematuhi aturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Kedisiplinan juga dapat

meningkatkan kinerja karyawan karena itu dari pihak perusahaan banyak mengeluarkan

peraturan/pedoman yang harus dilakukan oleh setiap karyawan dalam rangka menjaga

agar karyawan tetap berada dalam koridor aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan

dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan secara umum serta sasaran-sasaran khusus

yang telah ditetapkan untuk dapat dilaksanakan oleh tiap unit kerja yang ada dalam

perusahaan. Disiplin adalah setiap perseorangan atau kelompok yang yang menjamin

adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan

yang diperlukan seandainya tidak ada perintah. (Heidjrachman dan Husnan dalam

Patricia & Silvya, 2014: 16).

Kedisiplinan seorang karyawan akan meningkat jika suasana dan lingkungan

kerja nyaman dan fasilitas perusahaan memadai. Lingkungan kerja merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan efektivitas kerja pegawai.

Yang bentuknya dapat berupa lingkungan materiil seperti tempat dan sarana produksi,

serta lingkungan psikologis seperti suasana hubungan sosial antar personal perusahaan.

(18)

segala sesuatu yang ada di sekitar tenaga kerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Kualitas sumber daya manusia akan terpenuhi apabila kepuasan kerja sebagai

unsur yang berpengaruh terhadap kinerja dapat tercipta dengan sempurna. Membahas

kepuasan kerja tidak akan terlepas dengan adanya faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Agar kepuasan karyawan selalu konsisten

maka setidak-tidaknya perusahaan selalu memperhatikan lingkungan di mana karyawan

melaksanakan tugasnya misalnya rekan kerja, pimpinan, suasana kerja dan hal-hal lain

yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya. Situasi

kerja yang menyenangkan dapat terbentuk apabila sifat dan jenis pekerjaan yang harus

dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang dimiliki oleh karyawan. Dengan

demikian, karyawan yang puas lebih menyukai situasi daripada karyawan yang tidak puas,

yang tidak menyukai situasi kerjanya. (Kurniawati, 2017)

Pada pembahasan ini mengangkat permasalahan yang terjadi pada BTN Syariah

Kantor Cabang Semarang. Penelitian yang sama tentang kinerja karyawan di BTN

Syariah Kantor Cabang Semarang sudah pernah ada. Penelitian sebelumnya hanya

meneliti pengaruh lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan dengan semangat kerja sebagai variabel intervening. Akan dilakukan penelitian kembali pengaruh gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan disiplin kerja

yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan di BTN Syariah Kantor Cabang

Semarang serta meneliti tingkat kepuasan kerja karyawan di BTN Syariah Kantor

Cabang Semarang.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(19)

Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel

Intervening (Studi Kasus BTN Syariah KC Semarang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti mengambil

rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan BTN Syariah

KC Semarang?

2. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC

Semarang?

3. Bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC

Semarang?

4. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC

Semarang?

5. Bagaimana kepuasan kerja karyawan memediasi pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang?

6. Bagaimana kepuasan kerja karyawan memediasi pengaruh lingkungan kerja

terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang?

7. Bagaimana kepuasan kerja karyawan memediasi pengaruh disiplin kerja terhadap

kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut :

1. Menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

(20)

2. Menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap

kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang

3. Menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja

karyawan BTN Syariah KC Semarang

4. Menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang

5. Menganalisis dan mengetahui bagaimana kepuasan kerja memediasi pengaruh

gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang

6. Menganalisis dan mengetahui bagaimana kepuasan kerja memediasi pengaruh

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang

7. Menganalisis dan mengetahui bagaimana kepuasan kerja memediasi pengaruh

disiplin kerja terhadap kinerja karyawan BTN Syariah KC Semarang

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti : Dari penelitian ini akan mampu menambah wawasan serta lebih

memahami teori-teori yang didapat selama proses perkuliahan.

2. Bagi Akademisi : Dapat digunakan sebagai bahan refrensi yang dapat memberikan

manfaat bagi peneliti dimasa datang yang juga tertarik untuk melakukan penelitian

dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

3. Bagi BTN Syariah KC Semarang :

a) Penelitian ini dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk melihat

bagaimana penilaian pegawai terhadap gaya kepemimpinan, lingkungan kerja,

dan disiplin kerja yang dimiliki oleh BTN Syariah KC Semarang

b)Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar kepuasan

(21)

c) Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai tambahan refrensi pihak

manajemen BTN Syariah KC Semarang dalam meningkatkan kualitas

karyawan

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan memperjelas arah pembahasan maka

penulis skripsi ini di sistematisasikan menjadi lima bab dengan uraian sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, sistematika penulisan

Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan untuk

penelitian, penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini, proposisi, hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang waktu, wilayah penelitian, jenis penelitian,

populasi, sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

definisi operasional, variabel dan teknik analisis data.

Bab IV Analisis Data

Dalam bab ini berisi gambaran umum penelitian, pengujian, dan analisis data,

pembahasan hasil analisis.

Bab V Penutup

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian sebelumnya sangat penting dilakukan sebagai dasar pijakan dalam

penyusunan penelitian. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui hasil yang

telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan sebagai perbandingan serta gambaran yang

dapat mendukung untuk kegiatan berikutnya.

Berikut akan disajikan ringkasan penelitian terdahulu yang mendukung

penelitian ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Objek Penelitian Variabel Hasil Penelitian

(23)

1 Tampi

UKM Sungkai Indah Gaya

Kepemimpinan, Variabel X2 Lingkungan Kerja

6 Natalia

(24)

8 Potu

Politeknik Kesehatan Disiplin Kerja, Lingkungan

Yaspenlub Demak Kedisiplinan, Lingkungan Variabel X3 Disiplin Kerja

(25)

13 Prihantor

PT. Tempuran Mas Disiplin Kerja, Lingkungan

(26)

Kinerja,

Perbedan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah terletak

pada variabel-variabel penelitian, obyek penelitian, dan periode atau tahun penelitian.

Variabel-variabel penelitian yang berbeda seperti penelitian Tampi menggunakan

variabel gaya kepemimpinan, motivasi, dan kinerja karyawan. Indriyati menggunakan

variabel gaya kepemimpinan, motivasi, disiplin kerja dan kinerja karyawan. Atto’Illah

menggunakan variabel gaya kepemimpinan, motivasi, kinerja. Toifah menggunakan

variabel gaya kepemimpinan dan kinerja. Sukwadi menggunakan variabel gaya

kepemimpinan, komunikasi interpersonal, kinerja karyawan. Natalia menggunakan

variabel lingkungan kerja dan kinerja karyawan. Sofyan menggunakan variabel

lingkungan kerja, kinerja karyawan. Potu menggunakan variabel kepemimpinan,

motivasi, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan. Kurniasari menggunakan variabel

disiplin kerja, lingkungan kerja, kompensasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

Arianto menggunakan variabel kedisiplinan, lingkungan kerja, budaya kerja, dan

kinerja karyawan. Sahangggamu menggunakan variabel pelatihan kerja, motivasi,

disiplin kerja, dan kinerja karyawan. Tindow menggunakan variabel disiplin kerja,

motivasi, kompensasi, dan kinerja karyawan. Prihantoro menggunakan variabel kinerja,

motivasi, disiplin, lingkungan kerja, komitmen. Pangarso menggunakan variabel

disiplin kerja, kinerja karyawan. Kurniawan menggunakan variabel kepemimpinan,

(27)

kepuasan kerja, kinerja karyawan, komitmen organisasional. Nugrahaningsih

menggunakan variabel disiplin kerja, lingkungan kerja, kinerja karyawan, kepuasan

kerja. Tjio menggunakan variabel lingkungan kerja, kinerja karyawan, kepuasan kerja.

Firdausi menggunakan variabel gaya kepemimpinan, initiating structure, kinerja, kepuasan kerja. Lukiyana & Halima menggunakan variabel kompensasi, lingkungan

kerja, kinerja, kepuasan karyawan.

Obyek penelitian juga berbeda dari penelitian terdahulu. Tampi melakukan

penelitian pada PT.BNI Regional Sales Manado. Indriyati melakukan penelitian pada

KJKS BMT Beringharjo Yogyakarta. Atto’Illah melakukan penelitian pada Pegawai

Kelurahan Kecamatan Lumajang. Toifah melakukan penelitian pada PT.Finansia Multi

Finance Kredit Plus. Sukwadi melakukan penelitian pada UKM Sungkai Indah. Natalia

melakukan penelitian pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Cinere. Sofyan

melakukan penelitian di Bappeda. Potu melakukan penelitian pada Kanwil Ditjen

Kekayaan Negara Suluttenggo. Kurniasari melakukan penelitian pada Politeknik

Kesehatan Bhakti Mulia Sukoharjo. Arianto melakukan penelitian pada Yaspenlub

Demak. Sahangggamu melakukan penelitian pada PT. BPR Dana Raya. Tindow

melakukan penelitian pada PT. Bank Sulut Cabang Calaca. Prihantoro melakukan

penelitian pada Yayasan Salafiyah, Kajen, Margoyoso, Pati. Pangarso melakukan

penelitian pada Biro Pelayanan Sosial Dasar Sekertariat Daerah Jawa Barat. Kurniawan

melakukan penelitian pada PT. Prima Zirang Utama Semarang. Rosita melakukan

penelitian pada PT Pharos Indonesia Surabaya. Nugrahaningsih melakukan penelitian

PT. Tempuran Mas. Tjio melakukan penelitian pada Hotel 'X' di Surabaya. Firdausi

melakukan penelitian di Perpustakaan ITS November Surabaya. Lukiyana & Halima

(28)

Perbedaan selanjutnya terletak pada periode atau tahun penelitian yang

dilakukan pada penelitian sebelumnya. Sedangkan dalam penelitian ini pada tahun

2018.

B. Kerangka Teori

1. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja berasal dari kata Inggris “performan-ce”, merupakan tolok ukur

karyawan dalam melaksanakan seluruh tugas yang ditargetkan pada karyawan,

sehingga upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu

organisasi merupakan hal penting. Menurut Ivancevich, Konopaske, dan

Matteson, performance the desired results of behavior (kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku). Maksudnya adalah bahwa kinerja

pegawai/karyawan merupakan hasil unjuk kerja dalam melaksanakan suatu

pekerjaan (Fattah, 2014: 11)

Menurut Ainsworth, Smith dan Millership bahwa kinerja berarti suatu

hasil akhir. Kinerja adalah titik akhir orang, sumber daya, dan lingkungan

tertentu yang dikumpulkan bersama-sama dengan maksud untuk

menghasilkan hal-hal tertentu, apakah produk yang kasatmata atau jasa yang

kurang terlihat langsung. Sejauh interaksi ini memberikan hasil dalam tingkat

dan mutu yang dikehendaki, pada level biaya yang disepakati, kinerja akan

dinilai memuaskan, baik, atau mungkin luar biasa. Sebaliknya, apabila hasil

itu mengecewakan, apapun alasannya, kinerja akan dinilai buruk atau merosot.

Pendapat tersebut menitikberatkan bahwa kinerja seorang pegawai/karyawan

(29)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu

perilaku yang dilakukan oleh karyawan yang hasilnya akan dinilai untuk

mengukur baik atau buruknya karyawan tersebut selama melakukan pekerjaan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menurut Sutrisno

(2010) adalah:

1) Efektivitas dan Efisiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik

buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Masalahnya adalah

bagaimana proses terjadinya efektivitas dan efisiensi organisasi. Dapat

dikatakan efektif apabila mencapai tujuan dan dapat dikatakan efisien

apabila hal tersebut memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan.

2) Otoritas dan Tanggung Jawab

Dalam organisasi yang baik, wewenang dan tanggung jawab telah

didelegasikan dengan baik tanpa adanya tumpang tindih tugas.

Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang

menjadi haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan

organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam

suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan.

3) Disiplin

Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap

hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan

perusahaan. Masalah disiplin karyawan yang ada didalam organisasi

(30)

kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai apabila kinerja

individu maupun kelompok ditingkatkan.

4) Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam

bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan

organisasi. Dengan kata lain, inisiatif karyawan yang ada didalam

organisasi merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan

mempengaruhi kinerja.

c. Indikator Kinerja Karyawan

Adapun indikator dari kinerja karyawan menurut Bernadine dalam

(Tampi, 2014) adalah sebagai berikut :

1) Kualitas,

Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati

sempurna, dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari

penampilan aktifitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari

suatu aktifitas.

2) Kuantitas,

Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus

aktifitas yang diselesaikan.

3) Ketepatan Waktu,

Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang

diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.

(31)

Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi

dimaksimalkan dengan maksud menaikan keuntungan atau

mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumberdaya.

5) Kemandirian,

Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi

kerjanya tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta

turut campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.

2. Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara bagaimana para manajer berperilaku

dan melaksanakan wewenangnya. Gaya ini mungkin otokratis atau demokratis,

keras atau lunak, formal atau tidak formal. Gaya yang digunakan oleh manajer

akan dipengaruhi oleh kultur dan nilai-nilai perusahaan. Gaya ini tidak

tergantung kepada tingkat perilaku individu tetapi juga akan dipengaruhi oleh

situasi kepemimpinan dimana orang-orang ditempatkan (Armstrong dalam

Atto’Illah, 2014: 3)

Menurut Tjiptono (2006) dalam (Tampi, 2014) gaya kepemimpinan

adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan

bawahannya.

b. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Robbins membedakan macam-macam gaya kepemimpinan dengan

mengutip pendapat House dalam (Atto’Illah, 2014) antara lain :

1) Kepemimpinan Direktif, kepemimpinan ini membuat bawahan agar tahu

(32)

dilakukan dan memberi bimbingan khusus mengenai bagaimana

menyelesaikan tugas.

2) Kepemimpinan yang mendukung, kepemimpinan ini bersifat ramah dan

menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan.

3) Kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan ini berkonsultasi dengan

bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil suatu

keputusan.

4) Kepemimpinan berorientasi prestasi kepemimpinan ini menetapkan tujuan

yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada

tingkat tertinggi mereka. (Robbins dalam Atto’Illah, 2014: 3)

c. Indikator Gaya Kepemimpinan

Menurut Kartono (2008) dalam (Paramita, 2017) menyatakan sebagai

berikut :

1. Kemampuan mengambil keputusan

2. Kemampuan memotivasi

3. Kemampuan komunikasi

4. Kemampuan mengendalikan bawahan

5. Tanggung jawab

6. Kemampuan mengendalikan emosional

d. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan

Dengan karakter yang dimiliki, maka setiap pemimpin cenderung

memiliki gaya atau cara yang tersendiri dalam memimpin perusahaannya.

Menurut Tohardi dikutip oleh (Sutrisno, 2010: 242) menyatakan bahwa

Gaya-gaya kepemimpinan yaitu :

(33)

Yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang

mengubah perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau

bujukan.

2. Gaya Refresif

Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan

tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa keatakutan.

3. Gaya Partisipatif

Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan

kepada bawahan untuk itu secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun

material dalam kiprahnya dalam perusahaan.

4. Gaya inovatif

Yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk

mewujudkan usaha-usaha pembaruan didalam segala bidang, baik bidang

politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan

kebutuhan manusia.

3. Lingkungan Kerja

a. Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2011) dalam (Aruan, 2015: 144) seorang karyawan

mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang

optimal, apabila ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan kerja yang sesuai.Suatu

kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat

melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.

Sedangkan Menurut Sutrisno (2010) dalam (Aruan, 2015: 144) Lingkungan

kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar pegawai

(34)

pekerjaan. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu

pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja

antara orang-orang yang ada ditempat tersebut.

Berbeda dengan Notosemito dalam (Prihantoro, 2012: 3) yang menjelaskan

pengertian lingkungan kerja adalah : segala sesuatu yang ada di sekitar tenaga kerja

dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya. Lingkungan kerja terbentuk oleh adanya komitmen eksternal hal ini

muncul karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian dan tanggung jawab dan

komitmen internal sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin dan lingkungan

organisasi dalam membutuhkan sikap dan perilaku profesional dalam

menyelesaikan tanggung jawab perusahaan. (Rokhman dalam Prihantoro, 2012: 4)

b. Jenis-jenis Lingkungan Kerja

Terdapat dua jenis lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik dan

lingkungan kerja non fisik menurut Sedarmayanti (2011) dalam (Aruan, 2015: 144)

:

1. Lingkugan Kerja Fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di

sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan

dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan

sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

c. Indikator Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menggambarkan persepsi karyawan tentang

(35)

sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan

itu sendiri. Variabel lingkungan kerja dapat diukur menggunakan beberapa

indikator, indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2001) dalam

(Natalia, 2013: 75) adalah :

1. Pencahayaan

2. Suara Bising

3. Ventilasi Udara

4. Kebersihan

d. Faktor-faktor Lingkungan Kerja

Secara garis besar, lingkungan kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Fasilitas Kerja, Lingkungan kerja yang kurang mendukung pelaksanaan

pekerjaan ikut menyebabkan kinerja yang buruk seperti kurangnya alat kerja,

ruang kerja pengap, fentilasi yang kurang serta prosedur yang tidak jelas.

2. Gaji dan tunjangan, gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerja akan

membuat pekerja setiap saat melirik pada lingkungan kerja yang lebih

menjamin pencapaian harapan kerja.

3. Hubungan kerja, kelompok kerja dengan kekompakan dan loyalitas yang

tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja, karena antara satu pekerja

dengan pekerja lainnya akan saling mendukung pencapaian tujuan atau hasil

(Theodore dalam Sofyan, 2013: 20)

4. Disiplin Kerja

(36)

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah

laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan

terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Menurut

Hasibuan (2010) kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen

Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang

terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja

karyawan yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit

organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.

Keith Davis dalam (Kurniasari, 2014: 22) mengemukakan bahwa

“Dicipliine is management action to enforce organization standards”.

Berdasarkan pendapat Keith Davis, disiplin kerja dapat diartikan sebagai

pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.

b. Macam-Macam Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2011) dalam (Pratama, 2017: 118) terdapat 3

bentuk disiplin kerja, yaitu :

a. Disiplin Preventif, adalah suatu upaya untuk menggerakkan karyawan agar mau

mengikuti dan mematuhi pedoman kerja dan aturan-aturan yang telah digariskan

oleh perusahaan.

b. Disiplin Korektif, yang merupakan suatu upaya menggerakkan pegawai dalam

menyatukam suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan

sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.

c. Disiplin Progresif, yaitu merupakan kegiatan yang memberikan

hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang.

(37)

Menurut Singodimejo dalam (Pratama, 2017) faktor-faktor yang

mempengaruhi kedisiplinan karyawan adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Pada karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia

merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya

yang telah dikontribusikannya bagi perusahaan.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan

dalam menegakkan kedisiplinan dirinya, dan bagaimana ia dapat

mengendalikan dirinya sendiri seperti ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat

merugikan aturan kedisiplinan yang sudah ditetapkan.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Pembinaan disiplin tidak dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak

ada aturan tertulis yang pasti untuk dijadikan pegangan bersama.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Bila ada seseorang karyawan yang melanggar kedisiplinan, maka perlu

ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

pelanggarannya.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada

pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan

pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan telah yang ditetapkan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya kedisiplinan

(38)

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2010: 194), indikator disiplin kerja adalah

sebagai berikut :

1. Mematuhi semua peraturan perusahaan, dalam melaksanakan

pekerjaannya pegawai diharuskan mentaati semuaperaturan perusahaan yang

telah ditetapkan sesuai dengan aturan dan pedoman kerja agar kenyamanan dan

kelancaran dalam bekerja dapat terbentuk.

2. Penggunaan waktu secara efektif, waktu bekerja yang diberikan perusahaan

diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh individu untuk

mengejar target yang diberikan perusahaan kepada individu dengan tidak

terlalu banyak membuang waktu yang ada di dalam standar pekerjaan

perusahaan

3. Tanggung jawab dalam pekerjaan dan tugas, tanggung jawab yang diberikan

kepada individu apabila tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditetapkan oleh perusahaan maka pegawai telah memiliki tingkat disiplin kerja

yang tinggi.

4. Tingkat absensi, salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat kedisiplinan

pegawai, semakin tinggi frekuensi kehadiran atau rendahnya tingkat

kemangkiran pegawai tersebut telah memiliki tingkat disiplin kerja yang tinggi.

5. Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja bagi setiap orang adalah relatif, masing-masing

mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Secara umum kepuasan kerja

adalah suatu tingkat kesenangan atau sikap dan emosional yang positif yang

(39)

Menurut Handoko dalam (Rosita, 2016: 4) menyatakan kepuasan kerja

(job satisfaction) sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka.

Sedangkan menurut pendapat (Robbins dalam Pratama, 2017: 118) istilah

kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang individu terhadap

pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi

menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu, sedangkan seseorang yang

tidak puas dengan pekerjaannya menunjukan sikap yang negatif terhadap

pekerjaan itu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2006) mengemukakan pandapatnya tentang faktor

faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah sebagai berikut:

1. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan

umpan balik. Mengenai betapa baik mereka bekerja, karakteristik ini

membuat kerja secara mental menantang.

2. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan system upah dan kebijakan promosi

yang mereka persepsikan sebagia adil, tidak meragukan, dan segaris

dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang

(40)

standar pengupahan komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan

kepuasan.

3. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan

pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik.

Karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya

dan merepotkan.

4. Rekan sekerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang/prestasi

yang berwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan kerja

yang mengisi kebutuhan akan interaksi sosial, oleh karena itu tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung

menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat.

c. Dimensi Kepuasan Kerja

Menurut Luthans (2006) dalam (Pangarso, dkk 2017: 159) terdapat tiga

dimensi penting dari kepuasan kerja, yaitu :

1. Kepuasan kerja merupakan respon emosional dari situasi kerja yang tidak

terlihat namun disimpulkan.

2. Kepuasan kerja sering ditetapkan sebagai seberapa baik hasil yang

diperoleh sama atau melebihi yang diharapkan.

3. Kepuasan kerja menyajikan beberapa sikap yang saling berhubungan.

d. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2008: 2) kepuasan kerja karyawan

(41)

sikap positif apabila sesuai apa yang diharapkan dan negatif apabila tidak sesuai

dengan harapan. Indikator-indikator kepuasan kerja adalah sebagai berikut :

1. Menyenangi pekerjaannya

2. Mencintai pekerjaannya

3. Moral kerja

4. Kedisiplinan

5. Prestasi kerja

C. Kerangka Penelitian

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Dalam penelitian ini

penulis memilih faktor gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan lingkungan kerja.

Kemudian faktor gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan lingkungan kerja yang

mempengaruhi kinerja akan dimediasi dengan variabel kepuasan kerja yang juga

mempengaruhi faktor-faktor diatas.

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa

untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki

bawahannya sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan.

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di sekitar karyawan yang

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya dalam suatu wilayah. Lingkungan kerja berupa lingkungan kerja

fisik dan lingkungan kerja non fisik. Sedangkan disiplin kerja adalah kegiatan dari

manajemen perusahaan yang berfungsi sebagai bentuk pengendalian karyawan dalam

menjalankan standar organisasional perusahaan yang teratur demi tercapainya sasaran

tujuan perusahaan.

Berdasarkan penjabaran teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun

(42)

Gambar 2.1 Model Penelitian

D. Hipotesis

1. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

Kepemimpinan pemimpin yang diperlihatkan dan diterapkan kedalam suatu

gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan kinerja

karyawan, karena pada dasarnya sebagai tulang punggung pengembangan

organisasi dalam mendorong, dan mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada

bawahan. Untuk itu pemimpin perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya

kepemimpinan yang tepat dalam penerapannya. (Tampi, 2014)

Tampi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Negara

Indonesia, Tbk (Regional Sales Manado) menyimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Hasil penelitian secara simultan dengan menggunakan uji F,

menunjukkan bahwa semua variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja karyawan.

Dari pernyataan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1 Gaya Kepemimpinan X1

H5

H4

Kinerja Karyawan Y H6

H7

Kepuasan Kerja Z

Lingkungan Kerja X2

H3 Disiplin Kerja X3

(43)

H1 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

karyawan

2. Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

Lingkungan kerja yang mendukung akan membuat karyawan merasa nyaman

dalam melakukan setiap pekerjaan. Jika karyawan merasa nyaman pada ruang

pekerjaannya, maka hasil kinerjanya akan sesuai atau baik hasilnya.

Penelitian Natalia (2013) dengan judul Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Cinere menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lingkungan kerja pada kinerja

karyawan dan dari hasil uji hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan antara

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Dari pernyataan di atas maka hipotesis kedua yang diajukan adalah :

H2 : Lingkungan kerja berpengaruh positif dam signifikan terhadap kinerja

karyawan.

3. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan

yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan

akan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana

mestinya. Dengan demikian disiplin kerja seseorang dalam bekerja merupakan

sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban, tanggung jawab dan loyalitas pegawai

terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam organisasi. (Prihantoro, 2012)

Penelitian Pangarso (2016) menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh

signifikan positif terhadap kinerja Biro Pelayanan Sosial Dasar Sekertariat Daerah

Provinsi Jawa Barat, hal ini ditunjukkan dengan beberapa uji yang dilakukan

(44)

Dari pernyataan di atas maka hipotesis ketiga yang diajukan adalah:

H3 : Disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan

4. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan

Kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan, atau sikap pegawai terhadap

pekerjaannya yang berhubungan dengan lingkungan kerja, jenis pekerjaan,

kompensasi, hubungan antar teman sekerja, hubungan sosial di tempat kerja dan

sebagainya (Koesmono, 2005). Sehingga dapat dinyatakan bahwa kepuasan kerja

adalah hasil dipenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhan melalui kegiatan

bekerja.

Rosita (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja

terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasional sebagai Variabel

Intervening menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara langsung

terhadap kinerja karyawan secara positif dan signifikan.

Dari pernyataan di atas maka hipotesis ketujuh yang diajukan adalah:

H4 : Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

5. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan

kerja sebagai variabel intervening pada karyawan

Menurut Alam (2015) Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam

organisasi sangat penting dalam kemajuan organisasi untuk maju mundurnya suatu

perusahaan tergantung dari gaya kepemimpinan seorang pemimpin baik dalam

(45)

tujuan perusahaan tercapai. Gaya kepemimpinan yang baik akan meningkatkan

kinerja karyawan apabila sarana dan prasarana pada lingkungan kerja mendukung.

Jika sarana dan prasarana sudah terpenuhi maka karyawan akan merasa nyaman dan

disiplin dalam setiap menjalankan tugasnya.

Disiplin kerja akan meningkatkan kinerja karyawan karena cenderung akan

menghasilkan pekerjaan yang baik dan karyawan akan merasa puas dengan hasil

pekerjaan yang baik itu.

Menurut Alam (2015) di dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan

Kerja sebagai Variabel Intervening hasil penelitian dengan model struktural

pertama dan kedua menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja berpengaruh positif dan

signifikan.

Dari pernyataan di atas maka hipotesis kedelapan yang diajukan adalah:

H5 : Kepuasan kerja dapat memediasi pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan pada BTN Syariah Kantor Cabang Semarang

6. Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan

kerja sebagai variabel intervening pada karyawan

Lingkungan kerja yang mendukung akan membuat karyawan merasa

nyaman dalam melakukan setiap pekerjaan. Jika karyawan merasa nyaman pada

ruang pekerjaannya, maka hasil kinerjanya akan sesuai atau baik hasilnya. Dengan

hasil kinerja yang baik maka akan meningkatkan kepuasan karyawan dalam

(46)

Menurut Lukiyana & Halima (2016) di dalam penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan

Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening pada PT. Pacific Metro International

Jakarta hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat memediasi secara

mutlak antara pengaruh kompensasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja

karyawan.

Dari pernyataan di atas maka hipotesis kedelapan yang diajukan adalah:

H6 : Kepuasan kerja dapat memediasi pengaruh lingkungan kerja terhadap

kinerja karyawan pada BTN Syariah Kantor Cabang Semarang

7. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja

sebagai variabel intervening pada karyawan

Fathoni (2013) dalam Nugrahaningsih (2017: 66) mengartikan disiplin

sebagai: Kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan organisasi

dan norma-norma sosial yang berlaku. Selanjutnya Fathoni menjelaskan bahwa:

Kedisiplinan diartikan bilamana karyawan selalu datang dan pulan tepat pada

waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Menurut penelitian yang dilakukan Nughrahansih (2017) yang berjudul

Pengaruh Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan

Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening hasilnya menunjukkan bahwa Disiplin

Kerja dan Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

(47)

H7 : Kepuasan kerja dapat memediasi pengaruh disiplin kerja terhadap

kinerja karyawan pada BTN Syariah Kantor Cabang Semarang

Tabel 2.2 Tabel Hipotesis

Hipotesis Uraian

H1 Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

H2 Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan H3 Disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan

H4 Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

H5 Kepuasan kerja dapat memediasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada BTN Syariah Kantor Cabang Semarang

H6 Kepuasan kerja dapat memediasi pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada BTN Syariah Kantor Cabang Semarang

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif juga ini

sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode positifistik,

karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan

sistematis, serta dikatakan kuantitatif karena penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik (Sugiyono, 2011: 13).

Dalam penelitian ini didasarkan hasil pada data kuesioner yang diedarkan

kemudian dianalisis menggunakan bantuan program SPSS versi 20 untuk membuktikan

adanya hubungan-hubungan antar variabel yang diteliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan pencarian data dalam skripsi ini dilakukan di Bank Tabungan

Negara (BTN) Syariah cabang Semarang yang berlokasi Jl. Achmad Yani No. 181

Semarang Jawa Tengah pada bulan Agustus 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan wilayah obyek dan subjek penelitian yang

ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Totalitas dari

obyek dan subjek peneliti, tentunya yang memiliki hubungan atau memenuhi

syarat-syarat tertentu dengan masalah yang akan dipecahkan (Bawono, 2006: 28).

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah karyawan Bank BTN

Syariah Kantor Cabang Semarang.

(49)

Sampel adalah objek atau subjek penelitian yang dipiih guna mewakili

keseluruhan dari populasi (Bawono, 2006).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel jenuh karena sampel yang

digunakan adalah 52 karyawan di Bank BTN Syariah Cabang Semarang yang

merupakan populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk

mendapatkan data yang akan dianalisis atau diolah untuk menghasilkan suatu

kesimpulan (Bawono, 2006: 29).

Teknik atau cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner atau Angket

Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada

objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan permintaan

pengguna (Bawono, 2006: 29). Sistem angket adalah serangkaian atau daftar

pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh

responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan kepada petugas

atau peneliti, baru kemudian angket tersebut dianalisis.

2. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan didalam penelitiaan ini

melalui penelitiaan-penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Dan informasi

data didapat melalui buku, jurnal, skripsi dan lain-lain.

E. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan suatu proses hal mana suatu angka atau simbol

diletakkan pada karakteristik atau properti suatu stimulti sesuai dengan aturan atau

(50)

yaitu skala interval, responden diberikan 10 angka untuk merespon pernyataan yang

diajukan. Penulis menggunakan skala interval 1-10 guna memberikan kesempatan

kepada responden untuk memilih secara lebih luas angka mana yang akan dipilih sesuai

dengan apa yang dialami oleh responden. Semakin rendah jawaban yang diberikan

responden maka akan semakin mendekati angka 1. Berarti responden tidak setuju

dengan pertanyaan yang diajukan. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi nilai dan

mendekati angka 10 maka responden semakin setuju dengan pertanyaan yang diberikan

(Ghozali, 2013: 4).

Berikut ini adalah rentang penilaian dalam skala interval yang menunjukkan skor

1-10 :.

Sangat Tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Setuju

Keterangan :

1. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot skor 1-2

2. Jawaban tidak setuju diberi bobot skor 3-4

3. Jawaban netral diberi bobot skor 5-6

4. Jawaban setuju diberi bobot skor 7-8

5. Jawaban sangat setuju diberi bobot 9-10

F. Definisi dan Konsep Operasional

1. Variabel Independen (Bebas)

Menurut Sugiyono (2012) variabel independen (bebas) adalah variabel

yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas (independen) dalam

penelitian ini adalah gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, disiplin kerja.

(51)

Menurut Kartono (2008) dalam (Paramita, 2017) menyatakan sebagai

berikut : Gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan

kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan

orang lain.

Indikator-indikator gaya kepemimpinan menurut Kartono (2008)

dalam (Paramita, 2017) :

1. kemampuan mengambil keputusan

2. kemampuan memotivasi

3. kemampuan komunikasi

4. kemampuan mengendalikan bawahan

5. tanggung jawab

6. kemampuan mengendalikan emosional.

b. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menurut (Notosemito dalam Prihantoro 2012: 3)

adalah : segala sesuatu yang ada di sekitar tenaga kerja dan dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya.

Indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2001) :

1. Pencahayaan

2. suara bising

3. ventilasi udara

4. kebersihan

(52)

Menurut Hasibuan (2011: 21) kedisiplinan adalah fungsi operatif

keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan

fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin

karyawan, semakin tinggi prestasi kerja karyawan yang dapat dicapainya.

Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit organisasi perusahaan mencapai hasil

yang optimal.

Indikator-indikator disiplin kerja menurut (Hasibuan, dalam Permatasari

2015: 3):

1. mematuhi semua peraturan perusahaan

2. penggunaan waktu secara efektif

3. tanggung jawab dalam pekerjaan & tugas

4. tingkat absensi

2. Variabel Intervening

Menurut Sugiyono (2010) variabel intervening adalah variabel yang secara

teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen menjadii hubungan yang tidak langsung. Variabel ini merupakan

variabel penyela atau antara variabel independen dengan variabel dependen,

sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi.

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2008: 2) kepuasan kerja karyawan adalah

keadaan emosional tehadap apa yang diharapkan dan dapat menimbulkan sikap

positif apabila sesuai apa yang diharapkan dan negatif apabila tidak sesuai dengan

harapan.

Indikator-indikator kepuasan kerja menurut S.P Hasibuan (2008: 2) adalah

(53)

1. menyenangi pekerjaannya

2. mencintai pekerjaannya

3. moral kerja

4. kedisiplinan

5. prestasi kerja.

3. Variabel Dependen (terikat)

Menurut Sugiyono (2012) variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kinerja

karyawan.

Miner (1992) dalam Umam (2010: 187) mengatakan bahwa kinerja sebagai

perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya

dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut merupakan

evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang membutuhkan

standardisasi yang jelas.

Indikator-indikator kinerja karyawan menurut Bernadine (dalam Tampi:

2014) adalah :

1. Kualitas

2. Kuantitas

3. ketepatan waktu

4. efektifitas

(54)

G. Instrumen Penelitian

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Pengukuran watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain (Kartono, 2008:34)

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tenaga kerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja karyawan yang dapat dicapainya. (Hasibuan,

Kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut

merupakan evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang

(55)

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner, yaitu

daftar pernyataan yang diberikan kepada objek penelitian yang mau memberikan

respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket dibuat dengan memperhatikan

konsep atau teori yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi studi kasus.

Kemudian setelah jadi, kuesioner disebarkan kepada responden yaitu seluruh

karyawan BTN Syariah KC Semarang. Kuesioner dibuat berdasarkan indikator

yang telah ditentukan dari masing-masing dalam variabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47). Reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan Uji Alpha Cronbach dengan kriteria hasil pengujian sebagai berikut:

1) Jika nilai Alpha Cronbach hasil perhitungan > 0,6 maka dapat dikatakan

bahwa variabel penelitian adalah reliabel

2) Jika nilai Alpha Cronbach hasil perhitungan < 0,6 maka dapat dikatakan

bahwa variabel penelitian tidak reliabel

2. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2013: 52) uji validitas digunakan untuk mengukur sah

atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut. Adapun kriteria penilaian uji validitas menurut

(56)

kuesioner sebagai alat pengukur dikatakan valid atau ada korelasi yang nyata antara

kedua variabel tersebut. Perhitungan uji validitas ini akan menjadi sederhana jika

menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.

3. Uji Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Bawono (2006: 92-93) uji ini dilakukan untuk menunjukkan

sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi variabel

dependen. Analisis koefisien deetrminasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentase (%) pengaruh keseluruhan variabel independen

terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat R2 pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila angka

koefisien determinasi (R2) semakin mendekati 1 berarti model regresi yang digunakan sudah semakin tepat sebagai model penduga terhadap variabel

dependen.

b. Uji F

Menurut Bawono (2006: 91) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa jauh variabel independen atau bebas secara

bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen atau terikat. Dasar

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima artinya ada pengaruh yang

signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap

(57)

2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen.

c. Uji t

Menurut Bawono (2006: 89) Uji t Test digunakan untuk melihat

tingkat signifikansi variabel independen mempengaruhi variabel

dependen secara individu atau sendiri-sendiri. Pengujian ini dilakukan

secara parsial atau individu, dengan menggunkan uji t statistic untuk masing-masing variabel bebas, dengan tingkat kepercayaan tertentu.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Ho : β1 = 0 artinya variabel independen (gaya kepemimpinan,

lingkungan kerja, disiplin kerja) tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependen (kinerja karyawan)

2) Ha : β1 = 0 artinya variabel independen (gaya kepemimpinan,

lingkungan kerja, disiplin kerja) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel dependen (kinerja karyawan)

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a) Jika t hitung <t tabel, maka Ho diterima, artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel independen dengan variabel

(58)

b) Jika t hitung >t tabel, maka Ho ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang positif dan signiffikan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Disamping membandingkan t hitung dengan t tabel agar bisa

menetukan Ho diterima atau tidak, dapat pula dengan melihat nilai

signifikansinya apakah lebih atau kurang dari 5% (Bawono, 2006; 91)

4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan tahapan penting dilakukan dalam proses

analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala asumsi klasik diharapkan dapat

dihasilkan modal regresi yang handal sesuai dengan kaidah BLUE ( Best

Linier Unbiased Estimator), yang menghasilkan model regresi yang tidak bisa

dan handal sebagai penaksir (Bawono, 2006: 115).

a. Multikolonieritas

Tujuan uji multikolinearitas untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi

maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas (Multikol). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol. Pedoman suatu model

Regresi yang bebas multikol adalah mempunyai nilai VIF (Variance Inflation

Factor) < 10 dan mempunyai angka TOLERANCE > 0,10 (Ghozali, 2013:

105-106)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Model Penelitian
Tabel 2.2 Tabel Hipotesis
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

34 of 2016 on New Tari s for Income Tax on Transfers of and Conditional Sale and Purchase Agreements for Land and/or Buildings, the Regional Government of DKI Jakarta Province has

Pertama , tiga elemen nol dalam baris atau kolom berbeda, cara perhitungan determinan sama dengan cara satu elemen nol. Kedua, dua elemen nol dalam baris yang sama, gunakan cara

Untuk mengetahui golongan senyawa aktif yang terkandung dalam fraksi paling besar aktivitas antibakteri dan antibiofilm dari ekstrak etanol biji kelengkeng (Euphoria

Jadi, menggunakan asumsi-asumsi di atas, didapatkan bahwa untuk memproduksi satu liter metanol nuklir dari air laut, dibutuhkan biaya sebesar Rp 2.359, atau kita bulatkan saja jadi

Dimensi yang kedua adalah reliability probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu

Berkenaan dengan hal tersebut dalam memenuhi dokumen perencanaan kerja Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Palembang, maka disusunlah Dokumen Rencana Kerja Tahun

Dalam Penulisan ilmiah ini dapat di ketahui bahwa laba yang diterima perusahaan terus berubah, karena biaya yang di keluarkan perusahaan terjadi karena biaya produksi meningkat,