• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIFAT TERMIS BIJI KEDELAI SEBAGAI ACUAN RANCANG BANGUN ALAT PENGERING THERMAL PROPERTIES ANALYSIS OF SOYBEAN AS A REFERENCE OF DRYER DESIGN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SIFAT TERMIS BIJI KEDELAI SEBAGAI ACUAN RANCANG BANGUN ALAT PENGERING THERMAL PROPERTIES ANALYSIS OF SOYBEAN AS A REFERENCE OF DRYER DESIGN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

THERMAL PROPERTIES ANALYSIS OF SOYBEAN AS A REFERENCE OF DRYER DESIGN Oleh:

Siswantoro

Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED (Diterima: 3 Januari 2005, disetujui: 8 Maret 2005) ABSTRACT

The objectives of this research were to give information about the characteristic of thermal conductivity (k), thermal diffusivity (a), and specific heat

(Cp) of soybean grain due to the influence of moisture content and bulk density. This research was conducted in laboratory and was carried out at various moisture contents of 11 to 20 percent wet basis and bulk density from 850 to 900 kg/m³. The instrument used was PVC cylinder with 10 cm diameter and 25 cm length. At the central point along the cylinder was stretched a neckline heating wire as a line heat source supplied by a direct current (DC) electric. In order to get time-temperature data for calculating value of k, a, and Cp of soybean grain, instrument

for measuring temperature were placed at two locations: first at the distance < 2.8 mm and second between 11.9 to 17.3 mm from center cylinder. Result of the experiment consisted of k in W/m. C, a in m²/sec., and Cp in J/kg. C described as

following empirical equation:

-1 -3 -4 k = 3,037 x 10 + 3,924 x 10 ka + 4,604 x 10 r -7 -8 -10 a = 4,051 x 10 + 0,909 x 10 ka + 4,709 x 10 r 3 1 Cp = 4,478 x 10 4,722 x 10 ka 2,807 r

Value thermal conductivity and diffusivity of soybean grain in bulk increase linearly due to the increasing moisture content and bulk density, but value of specific heat decreases linearly due to the increasing moisture content and bulk density. Implication of the experiment result is that standard moisture content and bulk density are needed for giving information of thermal properties value, especially for soybean grain.

kualitas setelah panen, serta memiliki PENDAHULUAN

nilai jual yang relatif menguntungkan di Model pengembangan sektor

p i h a k p e t a n i ( S i s w a n t o r o d a n pertanian yang hanya berdasar

Margiwiyatno, 2000). pendekatan konvensional dengan

Penanganan pascapanen hasil penekanan pada peningkatan produksi

pertanian yang antara lain meliputi: saja dianggap kurang menguntungkan.

p e n g e r i n g a n , p e n y i m p a n a n , d a n Pende-katan tersebut merupakan

penanganan lebih lanjut, selalu paradigma lama yang akan membawa

berkaitan dengan masalah pindah akibat kurang dipertim-bangkannya

panas. Guna melakukan analisis pindah perlakuan dan pengendalian mutu

panas, selalu dibutuhkan pengetahuan produk setelah panen, yang pada

tentang sifat termis dan fisis bahan, akhirnya akan berpengaruh pada harga

seperti: panas jenis, kekonduktifan, dan jual. Paradigma baru menghendaki

kedifusian panas, serta massa jenis sistem pertanian yang berke-lanjutan

bahan (Siswantoro et al., 2000). dan berorientasi pasar, sehingga

Nilai kedifusian panas bahan diharapkan tidak terjadi penurunan

merupa-kan salah satu sifat termis Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. V No. 1, April 2005: 19-25 ISSN. 1411-9250

(2)

sehingga dapat ditentukan waktu Pada penelitian ini, sifat termis optimum yang dibutuhkan dalam yang dianalisis adalah sifat termis biji pengeringan, penyim-panan, dan k e d e l a i . P e m i l i h a n b i j i k e d e l a i p e n g o l a h a n ( M o h s e n i n , 1 9 8 0 ) . didasarkan pada bebe-rapa alasan: 1) Pengetahuan tentang waktu optimum Salah satu produk pertanian yang tersebut, selain dapat menghindari berpotensi sebagai sumber protein. terjadinya kerusakan bahan juga dapat Dibanding dengan hasil pertanian lain, menghemat pemanfaatan energi yang kedelai mempunyai kandungan protein semakin langka. Siswantoro (2003) sebanyak 40,4%, kacang tanah 28,4%, m e n y a t a k a n , u n t u k m e n g h i t u n g jagung kuning 10,3%, dan beras pecah keefisienan pengeringan diperlukan kulit 7,5%. Di samping itu, bila nilai panas jenis (Cp) bahan yang dibanding dengan produk na-bati lain, dikeringkan. Semakin besar nilai Cp kedelai mempunyai kandungan asam bahan, energi panas yang dibutuhkan amino yang lengkap (Hardinsyah dan untuk pengeringan semakin banyak, Briawan, 1994). 2) Kebutuhan kedelai demikian sebaliknya. di Indonesia setiap tahun terus m e n i n g k a t s e s u a i d e n g a n Kedifusian panas (a) suatu

bertambahnya permintaan untuk bahan ada-lah parameter fisis yang

pangan, pakan, dan industri. 3) Kadar didefinisikan sebagai perbandingan

air kedelai saat dipanen masih cukup kekonduktifan panas (k) bahan

tinggi, yaitu 20-30% basis basah. terhadap panas jenis (Cp) dan massa

Tingkat kadar air biji kedelai yang jenisnya (r) (Bhowmik dan Hayakawa,

aman untuk disimpan adalah 9-10%. 1 9 7 9 ) . N i l a i k e d i f u s i a n p a n a s

dirumuskan dengan persama-an

berikut. METODE PENELITIAN

a = k/ (r.Cp) ………...……...……… P e n e l i t i a n d i l a k u k a n d i

(1) Laboratorium Teknik Pertanian,

Nilai kedifusian panas dapat Universitas Jenderal Soedirman, bulan diperhi-tungkan sebagai laju panas April sampai Juni 2003. Bahan yang yang didifusikan keluar dari bahan, akan dianalisis sifat panasnya adalah serta merupakan sifat yang digunakan biji kedelai (varietas Wilis) dengan untuk menduga waktu yang dibutuhkan berbagai keragaman kadar air dan dalam suatu perlakuan panas. Nilai massa jenis. Peralatan yang digunakan kedifusian panas dihubungkan dengan terdiri atas tabung silinder dengan proses pindah panas konduksi secara diameter 10 cm dan panjang 25 cm, transien (Siswantoro, 1995). Nilai sifat kawat nikelin diameter 0,3 mm, termis dipengaruhi oleh beberapa termometer, tester kadar air, adaptor, faktor seperti: susunan kimia bahan avometer, dan neraca digital.

pangan, kadar air, dan massa jenisnya. Urutan pekerjaan yang akan Sifat termis bahan pangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: berwujud butiran lebih sukar diduga, 1. Membuat tabung silinder tempat karena mempunyai struktur heterogen kedelai yang akan dianalisis sifat (padat, cair, dan gas) (Wallapapan et termisnya.

al., 1986). Penelitian analisis sifat 2. Mengukur kadar air bahan. termis hasil pertanian (bebijian) perlu 3. Menghitung massa jenis bahan.

dilakukan guna mengatasi masalah 4. Memasang kawat nikelin sebagai

(3)

Pengukuran dilakukan sebanyak waktu tertentu atau dikenal dengan 16 kali, dengan keragaman kadar air istilah pengukuran suhu-waktu. Salah dari 11-16% basis basah, dan satu hasil pengukuran suhu-waktu keragaman massa jenis dari 850-900 dengan sumber panas 7,98 J/dt-m kg/m³. Termometer sebagai sensor pada kadar air 13% dan massa jenis suhu yang digunakan sebanyak 2 buah, 842 kg/m³ disajikan pada Tabel 1 dan sensor suhu I ditempatkan pada jarak Gambar 1.

< 2,8 mm dan sensor suhu II M e n g g u n a k a n d a t a h a s i l ditempatkan pada jarak antara 11,9- pengukuran suhu-waktu, nilai k 1 7 , 3 m m d a r i s u m b e r p a n a s dihitung menggunakan persamaan (2), (Siswantoro, 1995). n i l a i a d i h i t u n g m e n g g u n a k a n Sensor suhu I, untuk mengukur nilai k, persamaan (3), dan nilai Cp dihitung dengan persamaan: m e n g - g u n a k a n p e r s a m a a n ( 1 ) . Q ln (t2/t1)___________ Siswantoro (1995) menyatakan, data

k = ……..………

suhu-waktu dari pengukuran suhu I (2)

4p (T2 - T1) digunakan untuk menghitung nilai k Q = energi panas/waktu-panjang dengan syarat data suhu-waktu telah (J/dt-m) me-nunjukkan garis lurus. Seperti t = waktu pengukuran (dt) terlihat pada Gambar 1, bahwa T = suhu pengukuran (C)

kecenderungan garis lurus dimulai pada Sensor suhu II, untuk mengukur nilai, titik sekitar waktu 6 menit. Oleh karena dengan persamaan: itu nilai k dihitung pada periode 6-20 menit, kemudian hasilnya dirata-rata untuk mendapatkan nilai bahan yang ... (3)

diuji. Hasil perhitungan menggunakan data suhu-waktu tersebut di atas d T = p e r u b a h a n s u h u s e l a m a diperoleh nilai k sebesar 0,14 J/dt.m.C. pengukuran

D a t a s u h u - w a k t u d a r i Ce = konstanta Euler’s (0,5772)

pengukuran suhu II digunakan untuk ß = r / (2 Ö at) (bilangan tak

berdimensi) menghitung nilai a. Nilai a dihitung r = jarak sensor suhu dari sumber

selama periode waktu pengukuran, panas (m)

sedang hasilnya dirata-rata untuk Nilai k dan dari persamaan (2)

mendapatkan nilai a bahan yang diuji.

dan (3) dapat dihitung dengan program

Hasil perhitungan menggunakan data komputer menggunakan bahasa BASIC.

suhu-waktu tersebut di atas diperoleh Nilai Cp dihitung dengan menggunakan

-7 2 nilai a sebesar 1,234 x 10 m /dt.

persamaan (1), dengan terlebih dahulu mengukur r bahan yang sedang diuji.

Hasil pengukuran nilai sifat termis bahan yang terdiri dari k, a, dan Cp

dibuat regresi berganda dengan kadar air dan massa jenisnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan dengan cara mela-kukan pengukuran suhu tiap

Suhu (°C) Waktu (menit) Termometer I 29,2 38,5 42,1 44,1 45,4 46,5 47,4 48,1 48,6 49,2 49,6 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Termometer II 29,2 30,2 31,6 32,8 33,8 34,5 35,3 35,7 36,3 36,7 37,1

Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu-waktu dari Kedelai Wilis

(4)

pada Gambar 2, 3, dan 4. Pada gambar Dari hasil perhitungan nilai k, a,

tersebut, suatu titik yang terletak pada dan Cp secara keseluruhan dari 16 kali

garis mempunyai arti nilai peng-pengukuran dengan satuan kadar air

amatan sama dengan nilai pendugaan. persen basis basah dan massa jenis

Kekonduktifan panas kedelai kg/m³ tersebut, dibuat regresi

ber-berdasar hasil penelitian ini akan ganda dengan persamaan:

-1 -3 meningkat dengan ber-tambahnya k = -3,037 x 10 + 3,924 x 10 ka

-4 kadar air dan massa jenis. Kondisi ini + 4,604 x 10 r (W/m.C) ® R²

= 0,79 disebabkan oleh nilai kekonduktifan -7 -8 panas air sekitar 0,628 W/m.C pada

a = -4,051 x 10 + 0,909 x 10 ka

-10 2 suhu 38°C (Sreenarayanan and + 4,709 x 10 r (m /dt) ® R²

= 0,75 Chattopadhyay, 1986). Nilai tersebut

3 1

Cp = 4,478 x 10 - 4,722 x 10 ka - c u k u p b e s a r d i b a n d i n g d e n g a n 2,807 r (J/kg.C) ® R² = 0,78 kekonduktifan panas udara maupun Hasil pengamatan dan pendugaan partikel padatan kedelai. Juga dengan makin besarnya massa jenis kedelai nilai k, a, dan Cp terhadap perubahan

tumpukan (bulk) menye-babkan kadar air dan massa jenis dapat dilihat

Gambar 1. Hubungan suhu-waktu hasil pengukuran kedelai Wilis

(5)

pada suhu 50°C (Sreenarayanan and jenis akan memperluas permukaan Chattopadhyay, 1986). persinggungan antara biji kedelai yang

Fenomena ini dapat dimengerti satu dengan lainnya.

karena makin besar massa jenis Kedifusian panas kedelai akan kedelai tumpukan, keporian udaranya s e m a k i n m e n i n g k a t d e n g a n makin kecil, dengan demikian udara bertambahnya kadar air dan massa y a n g m e n y e b a b k a n k e c i l n y a jenisnya. Keadaan ini diduga karena k e k o n d u k t i f a n p a n a s s e c a r a peningkatan kadar air dan massa jenis keseluruhan dapat dikurangi. Pada akan meningkatkan kekonduktifan, a k h i r n y a , a k a n m e n y e b a b k a n s e h i n g g a n i l a i d i f i s i v i t a s j u g a k e k o n d u k t i f a n p a n a s s e c a r a meningkat, mengingat besarnya a k e s e l u r u h a n m e n i n g k a t d e n g a n berbanding langsung dengan nilai k. bertambahnya massa jenis. Dugaan lain Dugaan lain karena nilai kedifusian

-7

yang menyebabkan nilai k bertambah panas air (1,75 x 10 m²/dt) lebih dengan meningkatnya massa jenis besar dari kedifusian panas kedelai

-7

adalah karena meningkatnya massa butiran tunggal (0,45 x 10 m²/dt) Gambar 3. Hubungan nilai kedifusian pendugaan dan pengamatan kedelai Wilis

(6)

serta luas persinggungan antar-butiran dan mudah apabila digunakan program semakin besar, sehingga nilai k akan komputer dengan bahasa BASIC. Hasil m e n i n g k a t d a n m e n g a k i b a t k a n p e n g u k u r a n ( p e n g a m a t a n ) d a n

perhitungan (pendugaan) serta tingkat bertambahnya nilai a.

penyimpangan dari salah satu contoh Kecenderungan perubahan nilai

pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2. sifat panas biji kedelai terhadap

Dari tabel tersebut terlihat perubahan massa jenis dan kadar air

bahwa penyimpangan suhu pengukuran dari hasil penelitian ini, sejalan dengan

( p e n g a m a t a n ) d a n p e r h i t u n g a n hasil penelitian untuk tepung kedelai.

(pendugaan) cukup kecil, < 0,45 Kekonduktifan panas tepung kedelai

persen. sebesar 0,209 W/m-C sampai dengan

0,310 W/m-C, sedangkan kedifusian

panasnya sebesar 4,586E-08 m²/dt KESIMPULAN sampai dengan 5,212E-08 m²/dt

1. Kisaran nilai sifat termis kedelai (Siswantoro et al., 1998).

varietas Wilis berdasar hasil Guna mengetahui kesahihan

penelitian pada kadar air 11% basis metode pengukuran sifat termis pada

basah dan massa jenis 850 kg/m³ penelitian ini dilakukan pengujian

sampai dengan kadar air 20% basis tingkat penyimpangan suhu antara hasil

basah dan massa jenis 900 kg/m³ perhitungan dan pengukuran. Cara yang -7

adalah: a = 0,626 x 10 - 2,006 x

digunakan adalah memasukkan kembali

-7

10 (m²/dt), k = 0,104 - 0,189 nilai k dan a rata-rata dari hasil

(W/m.C), dan Cp = 1008 - 1761 perhitungan ke dalam persamaan (3)

(J/kg.C). untuk memperoleh suhu perhitungan

2. Kekonduktifan dan kedifusian panas (pendugaan), kemudian suhu hasil

me-ningkat dengan meningkatnya perhitungan dibandingkan dengan suhu

k a d a r a i r d a n m a s s a j e n i s , hasil pengukuran (pengamatan). Cara

sedangkan panas jenis me-nurun perhitungan tersebut akan lebih cepat

dengan bertambahnya kadar air dan

Suhu (°C) Pengukuran 30,2 31,6 32,8 33,8 34,5 35,3 35,7 36,3 36,7 37,1 0,42 0,21 0,26 0,38 0,10 0,43 0,11 0,10 0,10 0,17 30,07 31,53 32,72 33,67 34,47 35,15 35,74 36,26 36,73 37,16 1,04 0,74 0,60 0,52 0,46 0,42 0,39 0,37 0,35 0,33 120 240 360 480 600 720 840 960 1080 1200 Perhitungan Penyimpangan (%) Waktu (detik) ß

Tabel 2. Tingkat Penyimpangan Suhu Hasil Pengukuran dan Perhitungan

(7)

dilakukan dengan mudah, murah, dan Universitas Jenderal Soedirman XXIV(3): 13-24.

waktu pengukuran relatif cepat,

serta dengan kebutuhan sampel yang Siswantoro, dan A. Margiwiyatno. 2000. Rancang Bangun Alat sedikit.

Pengering Dengan Energi Panas Sekam dan Serbuk Gergaji Untuk

DAFTAR PUSTAKA Menunjang Industri Pedesaan.

Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Bhowmik, S.R. and K. Hayakawa. 1979. Pertanian, Unsoed, Purwokerto.

A New Method for Determining the

S i s w a n t o r o , A . M a r g i w i y a t n o , Apparent Thermal Diffusivity of

Prihananto, dan Masrukhi. 2000. Thermally Conductive Food. J.

R e k a y a s a P e m b u a t a n A l a t Food Sci. 44:469-474.

Pengering dengan Pemanfaatan Hardinsyah dan D. Briawan. 1994. Serbuk Gergaji dan Sekam sebagai P e n i l a i a n d a n P e r e n c a n a a n Bahan Isolator dan Sumber Energi Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Panas. Laporan Hasil Penelitian, Masyarakat dan Sumberdaya Fakultas Pertanian, Unsoed, Keluarga, Fakultas Pertanian, Purwokerto.

IPB-Bogor.

S i s w a n t o r o . 2 0 0 3 . P e n i n g k a t a n Mohsenin, N.N. 1980. Thermal Efisiensi Pro-ses Pengeringan p r o p e r t i e s o f F o o d s a n d m e l a l u i P e n g e m b a n g a n A l a t Agricultural Materials. Gordon and Pengering Model Kabinet. Jurnal Breach Science Publishers, New Agrin 7(1): 49-59.

York.

S r e e n a r a y a n a n , V . H . a n d P . K . Siswantoro. 1995. “Pengukuran Chattopadhyay. 1986. Thermal Kekonduktifan dan Kedifusian Conductivity and Diffusuvity of Panas Bebijian Dalam Bentuk Rice Brand. J. Agric. Engng. Res. Curah Menggunakan Sumber Panas 34: 115-121.

Lini”. Thesis S2, Program Studi

Wallapapan, K., V.E. Sweat, K.G. Diehl, Mekanisasi Pertanian, Program

and C.R. Engler. 1986. Thermal Pasca-sarjana UGM, Yogyakarta.

Properties of Porous Foods. In: Siswantoro, Masrukhi, dan Triyanto. M.R. Okos (Ed.), Physical and 1 9 9 8 . K e k o n d u k t i f a n d a n Chemical Properties of Foods, Kedifusian Panas tepung Kedelai ASAE. St. Joseph, Michigan.

Sebagai Fungsi Kadar Air dan

Watts, K.C. and W.K. Bilanski. 1973. Massa Jenis. Majalah Ilmiah

Gambar

Gambar 2. Hubungan nilai kekonduktifan pendugaan dan pengamatan kedelai Wilis
Gambar 4. Hubungan nilai panas jenis pendugaan dan pengamatan kedelai Wilis
Tabel 2. Tingkat Penyimpangan Suhu Hasil Pengukuran dan Perhitungan

Referensi

Dokumen terkait

Langkah lain untuk meningkatkan kekuatan fisik yakni dengan memakan makanan yang sehat dan rutin berolahraga, olah raga akan sangat baik untuk kesehatan dan juga

Sebagian besar responden juga menyatakan bahwa kontribusi subsistem ternak terhadap kebutuhan total pupuk kandang untuk pengelolaan tanaman sayuran hanya berkisar antara

Bahtiar dan Hidayat (2005) yang meneliti pengaruh penggunaan limbah kulit kerang sebagai penggantian semen terhadap kuat tekan beton menyatakan bahwa kadar

Fenomena fashion involvement dan impulsive buying tersebut dapat mengancam kehidupan mereka jika tidak diiringi dengan penyeimbang yang berasal dari selain fisik

Informasi Lainnya Berita Acara Evaluasi Administrasi dan Teknis Tanggal Kirim Tidak ada berkas dipilih. Berita Acara Evaluasi Harga Tanggal Kirim Tidak ada

Agama dan Penuaan Masyarakat di Indonesia: Sebuah Agenda Penelitian. Makalah dipresentasikan pada diskusi rutin dwi bulanan Pusat Studi Anak Usia Dini dan Insan Lajut Usia,

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor: 006/9530170/KS.02/UINAM/2017 dan Penetapan Pemenang Nomor 007/9530170/KS.02/UINAM/2017 tanggal 31 Januari 2017 tentang

Universitas Negeri