• Tidak ada hasil yang ditemukan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Nomor 119/Pdt.G/2015/PA.Sit

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara cerai talak antara :

PEMOHON, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan tukang bangunan, tempat tinggal di Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo, sebagai Pemohon ;

melawan

TERMOHON, umur 21 tahun, agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan tidak bekerja, tempat tinggal di Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo,, sebagai Termohon;

Pengadilan Agama tersebut ;

Setelah membaca dan mempelajari surat-surat perkara;

Setelah mendengar keterangan Pemohon, Termohon dan para saksi di persidangan ;

DUDUK PERKARA

Bahwa Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 15 Januari 2015 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Situbondo Nomor 0119/Pdt.G/2015/PA.Sit telah mengajukan permohonan untuk melakukan cerai talak terhadap Termohon dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Bahwa Pemohon telah menikah dengan Termohon pada tanggal 22 Juni 2012, di hadapan Pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Panji,

Kabupaten Situbondo dengan Akta Nikah Nomor

KK.15.7.2/PW.01/01/I/2015 tanggal 13 Januari 2015 dengan status Pemohon duda cerai dan Termohon perawan;

2. Bahwa setelah menikah tersebut, Pemohon dan Termohon hidup bersama dalam rumah tangga sebagai suami istri selama sekitar 2 tahun 4 bulan dan

(2)

terakhir bertempat tinggal di rumah Termohon, telah melakukan hubungan layaknya suami istri (ba'dad dukhul) namun belum mempunyai anak ; 3. Bahwa sejak 3 bulan setengah yang lalu rumah tangga PemohonTermohon

telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan :

a. Ketika Pemohon datang dari bekerja, Termohon sering marah-marah kepada Pemohon meskipun Pemohon tidak bersalah kepada Pemohon ; b. Termohon kalau terjadi pertengkaran dengan Pemohon sering mengusir

Pemohon dengan cara membungkus semua pakaian Pemohon diserahkan kepada pemohon agar pulang ke rumah orang tua ;

4. Bahwa akibat peristiwa tersebut kemudian Pemohon pulang ke rumah orang tua yang hingga sekarang telah berpisah selama 3 bulan dan selama itu kedua belah pihak telah putus hubungan lahir batin dan telah saling meninggalkan hak dan kewajiban masing masing;

5. Bahwa percekcokan rumah tangga Pemohon dan Termohon telah pernah diusahakan damai akan tetapi tidak berhasil dan kini Pemohon sudah tidak mempunyai harapan untuk dapat hidup rukun lagi membina rumah tangga bersama Termohon;

6. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut Pemohon telah menderita lahir dan bathin, Pemohon tidak sanggup lagi meneruskan berumah tangga dengan Termohon, dan oleh karenanya Pemohon memilih jalan terbaik yaitu dengan perceraian ini;

7. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini; Berdasarkan alasan dan dalil dalil diatas, Pemohon mohon agar Bapak Ketua Pengadilan Agama Situbondo segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi: PRIMER :

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Memberikan ijin kepada Pemohon PEMOHON untuk menjatuhkan talak satu raj’i kepada Termohon TERMOHON di depan sidang Pengadilan Agama Situbondo;

(3)

SUBSIDER:

Mohon Pengadilan menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya;

Bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditetapkan pihak Pemohon dan Termohon telah hadir sendiri di dalam persidangan, kemudian Majelis Hakim mendamaikan kedua belah pihak rukun kembali layaknya suami istri, akan tetapi tidak berhasil, maka Majelis Hakim memerintahkan kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalahnya melalui lembaga mediasi dengan menunjuk Drs. Amar Hujantoro, SH sebagai mediator, akan tetapi tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak sebagaimana laporan mediator tertanggal 20 Februari 2015;

Bahwa kemudian pemeriksaan dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan Pemohon tersebut yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

Bahwa atas permohonan Pemohon tersebut Termohon menjawab secara lisan yang pada pokoknya sebagai berikut:

o Bahwa Termohon mengakui dalil permohonan Pemohon point 1 dan 2;

o Bahwa Termohon mengakui telah terjadi pertengkaran antara Pemohon

dengan Termohon masalah Termohon memarahi Pemohon sebab ada telepon dari orang tua Pemohon;

o Bahwa Termohon mengakui, Termohon pernah mengusir Pemohon sebab

Pemohon selalu terpengaruh dengan kata-kata orang tuanya;

o Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah tempat tinggal sejak 30

Nopember 2014 sampai sekarang, Pemohon pulang ke rumah orang tuanya;

o Bahwa pihak keluarga telah berusaha mendamaikan, tetapi tidak berhasil;

o Bahwa Termohon tidak keberatan cerai dengan Pemohon tetapi Termohon

menuntut hak-hak Termohon sebagai berikut:

1. Nafkah madliyah selama tiga bulan, setiap bulan Rp. 600.000,- 2. Nafkah iddah setiap bulannya sebesar Rp. 600.000,-

3. Dan Pemohon untuk membayar hutang bersama yang belum dibayar sebesar Rp. 7.500.000,-;

(4)

Bahwa atas jawaban dari Termohon tersebut, Pemohon menyampaikan

repliknya secara lisan yang pada pokoknya tetap atas dalil-dalil

permohonannya dan sekaligus menjawab gugatan rekonvensi dari Penggugat Rekonvensi sebagai berikut:

1. Mengenai tuntutan nafkah madliyah selama 3 bulan, Tergugat Rekonvensi tidak sanggup membayar;

2. Mengenai tuntutan nafkah iddah sebesar Rp. 600.000,- Tergugat Rekonvensi hanya sanggup sebesar Rp. 200.000,- karena Tergugat Rekonvensi hanya bekerja sebagai tukang bangunan yang berpenghasilan rata-rata sebesar Rp. 30.000,- setiap hari;

3. Mengenai hutang bersama sebesar Rp. 7.500.000,-, Tergugat Rekonvensi sanggup membayar kepada saudara WANITA;

Bahwa Termohon telah menyampaikan duplik secara lisan yang pada pokoknya tetap atas jawaban semulan dan menyampaikan replik dalam rekonvensi yang pada pokoknya tetap atas gugatan rekonvensinya;

Bahwa untuk meneguhkan dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan bukti-bukti berupa :

A. Surat:

a. Fotokopi Kutipan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo Nomor

KK.15.7.2/PW.01/01/I/2015 Tanggal 13 Januari 2015 bukti tersebut telah bermeterai cukup dan telah dicocokkan sesuai dengan aslinya (P.1);

B. Saksi-Saksi:

1. SAKSI, umur 54 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, tempat kediaman di Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo;

Saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpahnya yang pada pokoknya adalah sebagai berikut;

− Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi

(5)

− Bahwa saksi tahu dihadirkan ke persidangan ini untuk dimintai keterangan sehubungan dengan percereian Pemohon dengan Termohon;

− Bahwa Saksi tahu setelah menikah tersebut Pemohon dan Termohon

kumpul bersama sebagai suami istri selama sekitar 2 tahun 6 bulan dan terakhir bertempat tinggal di rumah Termohon, namun belum mempunyai anak ;

− Bahwa sejak 3 bulan yang lalu rumah tangga Pemohon dan Termohon

selalu cekcok dan tidak harmonis disebabkan menurut keterangan Pemohon, Pemohon diusir oleh Termohon;

− Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah rumah sejak 3

bulan yang lalu, Pemohon pulang ke rumah orang tuanya. Dan selama pisah tidak pernah rukun lagi;

− Bahwa dari pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak, akan tetapi tidak berhasil;

2. SAKSI, umur 32 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat kediaman di Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo;

Saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpahnya yang pada pokoknya sebagai berikut :

− Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi

kakak kandung Pemohon ;

− Bahwa saksi tahu dihadirkan ke persidangan ini untuk dimintai

keterangan sehubungan dengan percereian Pemohon dengan Termohon;

− Bahwa saksi tahu setelah menikah tersebut Pemohon dan Termohon

kumpul bersama sebagai suami istri selama sekitar 2 tahun 6 bulan dan terakhir bertempat tinggal di rumah Termohon, namun belum mempunyai anak ;

− Bahwa sejak 3 bulan yang lalu rumah tangga kedua belah pihak tidak

harmonis dan terjadi percekcokan disebabkan pada saat Termohon pergi ke rumah orang tua saksi, dan setelah saksi tanya kepada

(6)

Termohon, ada apa kesini, Termohon menjawab untuk mencari Pemohon, karena Pemohon saya usir dari rumah;

− Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah sejak 3 bulan yang

lau, Pemohon pulang ke rumah orang tuanya;

− Bahwa dari pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak, akan tetapi tidak berhasil;

Bahwa bukti-bukti tersebut telah dibenarkan oleh Pemohon dan Termohon;

Bahwa Termohon telah mengajukan saksi-saksi di persidangan sebagai berikut:

1. SAKSI, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat kediaman di Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo;

Saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpahnya yang pada pokoknya adalah sebagai berikut;

− Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi

adalah saudara ipar Termohon;

− Bahwa saksi tahu dihadirkan ke persidangan ini untuk dimintai

keterangan sehubungan dengan percereian Pemohon dengan Termohon;

− Bahwa saksi tahu setelah menikah tersebut Pemohon dan Termohon

kumpul bersama sebagai suami istri selama sekitar 2 tahun 6 bulan dan terakhir bertempat tinggal di rumah Termohon, namun belum mempunyai anak ;

− Bahwa sejak 3 bulan yang lalu rumah tangga Pemohon dan Termohon

selalu cekcok dan tidak harmonis disebabkan Pemohon kurang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga;

− Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah rumah sejak 4

bulan yang lalu, Pemohon pulang ke rumah orang tuanya. Dan selama pisah tidak pernah rukun lagi;

− Bahwa dari pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan kedua belah

(7)

2. SAKSI, umur 26 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat kediaman di Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo;

Saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpahnya yang pada pokoknya sebagai berikut :

− Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi

kakak kandung Termohon ;

− Bahwa saksi tahu dihadirkan ke persidangan ini untuk dimintai

keterangan sehubungan dengan percereian Pemohon dengan Termohon;

− Bahwa saksi tahu setelah menikah tersebut Pemohon dan Termohon

kumpul bersama sebagai suami istri selama sekitar 2 tahun 6 bulan dan terakhir bertempat tinggal di rumah Termohon, namun belum mempunyai anak ;

− Bahwa sejak 3 bulan yang lalu rumah tangga kedua belah pihak tidak

harmonis dan terjadi percekcokan disebabkan pada saat Pemohon pamit mau ke makam anaknya yang baru meninggal dunia, dan Termohon mencegah Pemohon untuk pergi ke makam anaknya, akhirnya terjadilah percekcokan dan pengusiran terhadap Pemohon;

− Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah sejak 4 bulan yang

lau, Pemohon pulang ke rumah orang tuanya;

− Bahwa dari pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak, akan tetapi tidak berhasil;

Bahwa atas keterangan dari saksi-saksi tersebut, telah dibenarkan oleh Termohon dan Pemohon;

Bahwa selanjutnya Pemohon dan Termohon menyatakan tidak akan mengajukan bukti apapun lagi dan memberikan kesimpulan tetap pada permohonan dan jawaban masing-masing serta mohon agar Majelis Hakim menjatuhkan putusan;

Bahwa selanjutnya untuk mempersingkat uraian putusan ini ditunjuk kepada hal ihwal sebagaimana tercantum dalam berita acara persidangan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari putusan ini ;

(8)

PERTIMBANGAN HUKUM Dalam Konvensi:

Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah seperti diuraikan tersebut di atas;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon telah memenuhi persyaratan formil mengajukan permohonan perkara dan sesuai kompetensi relatif maka perkara ini dapat diterima untuk diperiksa dan diputuskan ;

Menimbang, bahwa Pemohon dalam permohonannya mendalilkan bahwa Pemohon telah melangsungkan perkawinan di hadapan Pengawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Panji, Kabupaten

Situbondo, dengan duplikat kutipan akta nikah nomor:

KK.15.7.2/PW.01/01/I/2015, tanggal 13 Januari 2015, rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah tidak harmonis, oleh karena itu Pemohon memiliki legal standing untuk mengajukan Permohon cerai sebagaimana diatur Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang sudah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah lagi yang kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon beragama Islam dan perkawinan mereka dilangsungkan berdasarkan hukum islam oleh karena itu berdasarkan Pasal 40 dan Pasal 63 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jis. Pasal 14 dan Pasal 1 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 49 huruf (a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undnag-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Pengadilan Agama berwenang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara a quo;

Menimbang, bahwa sebelum memasuki proses pemeriksaan pokok perkara sesuai Pasal 130 HIR. dan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008, maka Majelis Hakim telah menempuh proses mediasi melalui surat Penetapan Ketua Majelis tanggal 05 Februari 2015

(9)

Nomor: 119/Pdt.G/2015/PA.Sit. telah menunjuk seorang Mediator dari Pengadilan Agama Situbondo bernama Drs.Amar Hujantoro, M.H.;

Menimbang, bahwa dari proses mediasi tersebut telah diperoleh kesimpulan bahwa setelah mediator melaksanakan tugasnya sesuai dengan waktu yang diberikan, ternyata mediasi terhadap perkara ini tidak berhasil ;

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 82 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah yang kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka sebelum maupun selama pemeriksaan perkara ini Majelis telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon agar rukun dan berbaikan kembali dalam membina rumah tangganya, akan tetapi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara ini dilanjutkan dengan pembacaan surat permohonan Pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

Menimbang, bahwa Penggugat berdasarkan dalil gugatannya yang menyatakan: bahwa sejak 3 bulan setengah yang lalu rumah tangga PemohonTermohon telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan :Ketika Pemohon datang dari bekerja, Termohon sering marah-marah kepada Pemohon meskipun Pemohon tidak bersalah kepada Pemohon, Termohon kalau terjadi pertengkaran dengan Pemohon sering mengusir Pemohon dengan cara membungkus semua pakaian Pemohon diserahkan kepada Pemohon agar pulang ke rumah orang tua, Pemohon dan Termohon telah pisah rumah selama 3 (tiga) bulan;

Menimbang, bahwa Termohon Konvensi memberikan jawaban membenarkan dalil permohonan Pemohon, dari padanya Majelis Hakim menilai bahwa Termohon pada dasarnya mengakui rumah tangganya dalam keadaan tidak rukun lagi, dan akhirnya antara Termohon dengan Pemohon pisah rumah selama 3 (tiga) bulan dan bila Pemohon tetap ingin menceraikannya,

dirinya menuntut hak – haknya sebagaimana terurai dalam duduk perkara dan

akan dipertimbangkan dalam bagian rekonvensi di bawah ;

Menimbang, bahwa pengakuan Termohon tentang keadaan rumah tangganya tersebut, adalah bukti yang lengkap terhadap Termohon secara

(10)

pribadi (vide Pasal 174 HIR ), maka dengan pengakuan itu, majelis menilai bahwa dalil permohonan Pemohon tentang keadaan rumah tangganya dengan Termohon yang sudah tidak harmonis, dapat dianggap terbukti dan menjadi fakta hukum yang tetap dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa terhadap bukti yang diajukan Pemohon, Majelis Hakim menilainya sebagai berikut di bawah ini ;

Menimnbang, bahwa alat bukti (P-1) berupa kutipan akta nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Panji, telah dicocokan dengan aslinya dan telah dinezegelen pos bermeterai cukup dan isinya tidak dibantah oleh Termohon Konvensi, sehingga bukti tersebut memenuhi syarat formal dan materiil, serta mempunyai kekuatan yang sempurna dan mengikat;

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil permohonan Pemohon, pengakuan Termohon serta alat bukti tertulis berupa Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor: KK.15.7.2/PW.01/01/I/2015 tanggal 13 Januari 2015, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo (P-1) harus dinyatakan terbukti bahwa antara Pemohon dan Termohon telah dan masih terikat perkawinan yang sah sejak tanggal 22 Juni 2012 sebagaimana maksud Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Jon Pasal 4 Kompilasi Hukum Islam, serta antara keduanya belum pernah bercerai;

Menimbang, bahwa saksi 1 dan 2 Pemohon Konvensi sudah dewasa dan sudah disumpah, sehingga memenuhi syarat formal sebagaimana diatur

dalam Pasal 145 ayat 1 angka 3 e HIR;

Menimbang, bahwa keterangan saksi 1 dan 2 Pemohon Konvensi mengenai penyebab perselisihan dan pertengkaran, adalah fakta yang dilihat sendiiri/didengan sendiri/dialami sendiri dn relevam dengan dalil yang harus dibuktikan oleh Pemohon Konvensi, oleh karena itu keterangan saksi tersebut telah memenuhi syarat materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 171 HIR. Sehingga keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan dan dapat diterima sebagai alat bukti;

(11)

Menimbang, bahwa keterangan yang diberikan masing – masing saksi di persidangan adalah mengenai peristiwa yang dilihat dan didengar sendiri oleh saksi tentang keadaan rumah tangga Pemohon dan Termohon, yang hal itu diperoleh karena para saksi tersebut merupakan /kerabat dekat dari Pemohon ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim juga menilai keterangan para saksi

tersebut, bersesuaian serta berkaitan, yakni kedua saksi Pemohon tahu sekitar 3 (tiga) bulan terakhir ini, rumah tangga Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi sudah tidak harmonis lagi dan antara Pemohon dan Termohon telah pisah rumah selama kurang lebih 3 (tiga) bulan;

Menimbang, bahwa oleh karena bukti saksi yang diajukan Pemohon Konvensi telah memenuhi syarat formil dan matriil, maka bukti saksi tersebut dapatlah dipertimbangkan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum, dengan nilai pembuktiannya adalah bebas. Kebenaran dari keterangan para saksi tersebut, Majelis Hakim pertimbangkan dalam kaitannya dengan bukti yang lain dan tertuang dalam fakta – fakta hukum dalam persidangan;

Menimbang, bahwa saksi 1 dan 2 Termohon Konvensi sudah dewasa dan sudah disumpah, sehingga memenuhi syarat formal sebagaimana diatur

dalam Pasal 145 ayat 1 angka 3e HIR;

Menimbang, bahwa keterangan saksi 1 dan 2 Termohon Konvensi mengenai penyebab perselisihan dan pertengkaran, adalah fakta yang dilihat sendiiri/didengan sendiri/dialami sendiri dn relevam dengan dalil yang harus dibuktikan oleh Termohon Konvensi, oleh karena itu keterangan saksi tersebut telah memenuhi syarat materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 171 HIR. Sehingga keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan dan dapat diterima sebagai alat bukti;

Menimbang, bahwa Termohon Konvensi menghadirkan saksi-saksi yang ternyata keterangan yang diberikan saksi di depan persidangan justru bersesuaian dengan keterangan saksi Pemohon Konvensi tentang adanya ketidakharmonisan dalam rumah tangga Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi, bahkan keterangan saksi tersebut justru bersesuaian dengan keterangan Pemohon Konvensi dan Termohon Kopnvensi bahwa tentang

(12)

keadaan rumah tangga kedua belah sudah tidak harmonis lagi, yang akhirnya antara Pemohon dan Termohon telah pisah tempat tinggal sampai sekarang sudah 3 (tiga) bulan lamanya;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim menemukan fakta hukum di persidangan sebagai berikut :

1. Bahwa, Pemohon dan Termohon adalah pasangan suami isteri yang secara sah telah menikah pada tanggal 22 Juni 2012;

2. Bahwa sejak bulan Oktober 2014 yang lalu rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah tidak harmonis, sering terjadi pertengkaran, disebabkan Termohon sering marah-marah dengan Pemohon dan bahkan pernah mengusir Pemohon;

3. Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah pisah rumah selama 3 (tiga) bulan, Pemohon pulang ke rumah orang tuanya dengan cara membungkus pakaian Pemohon dan diserahkan kepada Pemohon;

4. Bahwa, selama pisah tempat tinggal tersebut Pemohon dan Termohon tidak pernah rukun kembali sebagai suami isteri ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta – fakta dalam persidangan

sebagaimana tersebut di atas, maka Majelis akan mempertimbangkan satu persatu dari petitum gugatan Pemohon ;

Menimbang, bahwa terhadap petitum yang pertama , pihak Pemohon

meminta agar Majelis Hakim menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon ;

Menimbang, bahwa Petitum tersebut berkait erat dengan petitum yang lain, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan setelah terlebih dahulu mempertimbangkan petitum yang lain ;

Menimbang, bahwa petitum yang kedua, pihak Pemohon memohon agar

diizinkan untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon ;

Menimbang, bahwa berpijak dari hakekat dan tujuan perkawinan dalam Islam, Allah SWT, berfirman dalam Al Qur’an, surat Ar Rum ayat 21, yang berbunyi :

(13)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.;

Menimbang, bahwa ketentuan dalam Pasal 1 Undang – Undang Nomor 1

Tahun 1974 menyatakan : “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa“;

Menimbang, bahwa hakekat dan tujuan perkawinan Kompilasi Hukum Islam menyatakan sebagai berikut :

Pasal 2 ;

Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah ;

Pasal 3 ;

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah ;

Menimbang, bahwa pertimbangan di atas merupakan cita ideal dari sebuah perkawinan, yang untuk mewujudkannya, diperlukan niat yang besar dari suami - istri untuk saling menjaga hubungan dengan memupuk kasih sayang dan saling mempercayai ;

Menimbang, bahwa dalam perkara a quo, Pemohon telah begitu besar niatnya untuk menceraikan Termohon, karena pertengkaran yang disebabkan Termohon sering marah-marah kepada meskipun Pemohon tidak bersalah, kalau bertengkar Termohon mengusir Pemohon dan akhirnya terjadilah pertengkaran dan puncaknya Pemohon pulang ke rumah orang tuanya, sampai sekarang sekitar 3 (tiga) bulan lamanya dan tidak pernah rukun kembali sebagai suami istri ;

(14)

Menimbang, bahwa keadaan tersebut di atas menunjukkan rumah tangga Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi telah nyata mengalami

pecah/retak antara kedua pihak berperkara, dan pada titik sekarang Pemohon

Konvensi begitu kuat niatnya untuk menceraikan Termohon Konvensi;

Menimbang, bahwa bila salah satu pihak sudah kehilangan rasa cinta dan kasih sayangnya, maka cita ideal bagi suatu kehidupan rumah tangga tersebut tidak pernah menjadi kenyataan, bahkan kehidupan rumah tangga itu akan menjadi belenggu bagi kedua belah pihak. Keadaan itu pula menunjukkan ikatan batin mereka telah terkoyak, dan tidak ada harapan untuk rukun kembali sebagai suami istri ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat, mempertahankan keadaan rumah tangga yang seperti itu adalah kesia–siaan, dan justru akan mendatangkan kemudharatan bagi Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi. Tujuan perkawinan sebagaimana yang digariskan dalam Al-qur’an

surat Ar-Ruum ayat 21 dan pasal 1 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974,

junto Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia, kekal, sakinah mawaddah dan rahmah, tidaklah dapat diwujudkan dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon ;

Menimbang, bahwa keadaan rumah tangga Pemohon Kpnvensi dan Termohon Konvensi terbukti telah dilanda perpecahan yang berkepanjangan, dan terlepas dari siapa yang menjadi penyebabnya, alasan Pemohon Konvensi untuk mengajukan perceraian ini, telah sesuai dengan alasan–alasan

perceraian sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 39 ayat ( 2 ) Undang –

Undang Nomor 1 Tahun 1974, Jis. Pasal 19 huruf ( f ) Peraturan Pemerintah Nomor 9Tahun 1975, dan Pasal 116 huruf ( f ) Kompilasi Hukum Islam, petitum permohonan Pemohon Konvensi angka 2 (dua) dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, permohonan Pemohon tersebut dapat dikabulkan dengan memberi izin kepada Pemohon Konvensi untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon Konvensi di depan sidang Pengadilan Agama Situbondo ;

(15)

Menimbang, bahwa oleh karena petitum kedua telah dikabulkan

sebagaimana pertimbangan tersebut di atas, maka terhadap Petitum Pertama

haruslah dinyatakan, mengabulkan permohonan Pemohon ;

Menimbang, bahwa selain itu untuk menjamin terciptanya tertib

administrasi perceraian sebagaiman dimaksud Pasal 84 Undang – Undang

Nomor 7 Tahun 1989 yang ketentuan tersebut tidak diubah dalam Undang –

Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang – Undang Nomor 50 Tahun 2009,

Jis. Pasal 35 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 28/ TUADA-AG/ X/ 2002 tanggal 22 Oktober 2002, bahwa Majelis Hakim karena jabatannya ( ex officio ) dapat memerintahkan kepada panitera untuk mengirimkan salinan penetapan ikrar talak perkara ini kepada pegawai pencatat nikah dimana pernikahan itu dicatatkan agar mencatat perceraian tersebut dan untuk itu perlu dimasukkan dalam amar putusan perkara ini ;

Dalam Rekonvensi

Menimbang, pada bagian ini Pemohon disebut juga sebagai Tergugat Rekonvensi, dan Termohon disebut juga sebagai Penggugat Rekonvensi;

Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi mengajukan gugatan, jika terjadi perceraian, Tergugat Rekonvensi supaya dihukum untuk membayar

kepadanya berupa :

1. Nafkah madliyah selama 3 (tiga) bulan, setiap bulan sebesar Rp. 600.000.-X 3 bulan = Rp. 1.800.000,-

2. Nafkah iddah setiap bulan sebesar Rp. 600.000.- X 3 bulan = Rp. 1.800.000,-;

Menimbang, bahwa terlebih dahulu dipertimbangkan tentang gugatan Rekonvensi yang diajukan dalam permohonan cerai talak, adalah sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 132 HIR, dimana prinsip gugatan rekonvensi adalah gugatan untuk mengimbangi gugatan konvensi, serta dapat diperiksa bersama-sama dengan gugatan konvensi. Hal itu akan menghemat biaya dan waktu, mempermudah acara pembuktian, serta menghindarkan putusan yang saling bertentangan ;

(16)

Menimbang, bahwa dalam perkara ini, materi gugatan rekonvensi adalah berkaitan erat dengan materi gugatan konvensi, yakni pemenuhan hak seorang istri yang akan diceraikan oleh suaminya, sehingga penyelesaian permasalahan tersebut dapat dilakukan secara efektif dalam satu proses perkara dan satu putusan ;

Menimbang, bahwa oleh karena gugat rekonvensi tersebut diajukan bersama dengan jawaban dalam konvensi, maka kepada Tergugat Rekonvensi diberikan kesempatan menjawab gugatan rekonvensi bersama dengan Replik dalam konvensi ;

Menimbang, bahwa Tergugat Rekonvensi telah menyampaikan jawaban atas gugatan rekonvensi tersebut di dalam repliknya, yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Nafkah madilyah Tergugat Rekonvensi tidak sanggup membayar;

2. Nafkah iddah setiap bulan Tergugat Rekonvensi sanggup sebesar Rp. 200.000,- karena Tergugat Rekonvensi hanya bekerja sebagai tukang bangunan dengan penghasilan Rp. 30.000,- per hari;

Menimbang, bahwa atas jawaban dari Tergugat Rekonvensi tersebut, Penggugat Rekonvensi dalam replik Rekonvensi, menyatakan tetap atas tuntutannya tersebut;

Menimbang, bahwa atas gugatan dari Penggugat Rekonvensi tersebut, Tergugat Rekonvensi memberikan jawaban yang pada pokoknya Tergugat tidak menyanggupi tuntutan Penggugat Rekonvensi tentang nafkah madliyah sedangkan nafkah iddah Tergugat Rekonvensi menyanggupi walaupun nominalnya tidak sebesar apa yang dituntut oleh Penggugat Rekonvensi;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim mempertimbangkan satu per satu gugatan Rekonvensi sebagai berikut:

Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat Rekonvensi tersebut adalah hak Penggugat Rekonvensi yang tidak bertentangan dengan hukum, oleh karena itu, Majelis Hakim akan mempertimbangkan satu per satu tuntutan

tersebut dalam pertimbangan berikut;

(17)

Menimbang, bahwa nafkah madhiyah merupakan kewajiban nafkah suami terhadap isteri yang tidak dilaksanakan, oleh karena itu nafkah madliyah merupakan hutang suami terhadap istri yang tamkin, hal ini sejalan dengan pendapat hukum dalam kitab Al Muhadzzab Juz 2 halaman 175, untuk selanjutnya diambil alih sebagai pendapat majelis yang

berbunyi:

Artinya : Apabila istri sudah tamkin, maka suami wajib memberi nafkah, dan

jika suami tidak memberikan nafkah hingga lewat waktu, maka nafkah tersebut menjadi hutang bagi suami dan hutang tersebut tidak akan gugur dengan lewatnya waktu;

Oleh karena itu berdasarkan pendapat hukum tersebut tuntutan nafkah madliyah Penggugat Rekonvensi patut dikabulkan yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Tergugat rekonvensi;

Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat Rekonpensi yang menuntut nafkah madliyah selama 3 (tiga) bulan, setiap bulan sebesar Rp. 600.000,- X 3 bulan = Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah), adalah terlalu besar bila dikaitkan dengan penghasilan Tergugat Rekonvensi sebagai tukang bangunan yang tidak mempunyai penghasilan tetap, dan penghasilan Tergugat Rekonvensi setiap hari sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) oleh karenanya dalam hal ini Majelis Hakim menetapkan dengan meyesuaikan dengan penghasilan Tergugat sebagai tukang bangunan, yakni nafkah madliyah yang harus dibayarkan oleh Tergugat Rekonvensi sebesar Rp. 15.000,- perhari, sehingga menjadi Rp.15.000,- X 30 hari = Rp. 450.000,- X 3 bulan = Rp. 1.350.000,- ( satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah);

2. Nafkah Iddah:

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Penggugat Rekonvensi berupa nafkah iddah sebesar Rp. 600.000,- setiap bulan X 3 bulan = Rp. 1.800.000.- (satu juta delapan ratus ribu rupiah);

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan dalam persidangan Penggugat Rekonvensi tidak terbukti nusyuz, maka sebagai akibat dari perceraian suami diwajibkan untuk memberi nafkah selama masa iddah

(18)

untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum berdasarkan kepatutan dan rasa keadilan sebagaimana maksud Pasal 41 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 149 dan Pasal 152 Kompilasi Hukum Islam serta Putusan MARI Nomor 608K/AG/2003 tanggal 23 Maret 2005;

Menimbang, bahwa berdasarkan argumen hukum di atas, tuntutan tersebut cukup beralasan, tetapi tuntutan Penggugat Rekonvensi adalah terlalu besar bila dikaitkan dengan penghasilan Tergugat Rekonvensi sebagai kuli bangunan yang tidak mempunyai penghasilan tetap, dan penghasilan Tergugat Rekonvensi setiap hari sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) namun kesanggupan Tergugat Rekonvensi juga terlalu kecil bila dibandingkan dengan penghasilan Tergugat Rekonvensi, oleh karenanya dalam hal ini Majelis Hakim menetapkan dengan meyesuaikan dengan penghasilan Tergugat sebagai tukang bangunan, yakni nafkah iddah yang harus dibayarkan oleh Tergugat Rekonvensi sebesar Rp. 15.000,- perhari, sehingga menjadi Rp.15.000,- X 30 hari = Rp. 450.000,- X 3 bulan = Rp. 1.350.000,- ( satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah);

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas. Maka petitum gugatan Penggugat Rekonvensi angka 1, 2, dapat dikabulkan;

Dalam Konvensi Dan Rekonvensi

Menimbang, bahwa oleh karena perkara a quo termasuk sengketa perkawinan, maka berdasar ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang Undang

Nomor 7 Tahun 1989, yang ketentuan tersebut tidak diubah dalam Undang –

Undang Nomor 3 Tahun 2006, dan Undang – Undang Nomor 50 Tahun 2009, biaya perkara dibebankan kepada Pemohon ;

Mengingat, bahwa dengan mengingat segala ketentuan

perundang-undangan yang berlaku dan hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI Dalam Konvensi

(19)

2. Memberi izin kepada Pemohon ( Ahmad Supandi bin Hasyim ) untuk

menjatuhkan talak satu raj’i kepada Termohon ( Windawati binti Ponijan )

di depan sidang Pengadilan Agama Situbondo;

3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Situbondo untuk

mengirimkan salinan penetapan ikrar talak perkara ini kepada Pegawai Pencatat Nikah yang wilayahnya meliputi tempat tinggal Pemohon dan Termohon dan kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan Pemohon dan Termohon dilangsungkan untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu ;

Dalam Rekonvensi

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi seluruhnya;

2. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar kepada Penggugat

Rekonvensi berupa nafkah madliyah selama 3 (tiga) bulan sebesar Rp. 1.350.000,- (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah);

3. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar kepada Penggugat Rekonvensi berupa nafkah iddah sebesar Rp. 1.350.000,- (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah);

Dalam Konvensi Dan Rekonvensi

Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp 391.000,- ( tiga ratus sembilan puluh satu ribu rupiah ) ;

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Situbondo pada hari Kamis tanggal 02 April 2015 Masehi, bertepatan dengan tanggal 12 Jumadil Akhir 1436 Hijriah, oleh kami

Drs. Sayuti, M.H, Hakim Ketua Majelis, Hirmawan Susilo, S.H dan Drs. Amar Hujantoro, M.H masing – masing Hakim Anggota, putusan diucapkan dalam sidang terbuka umum oleh Ketua, yang didampingi oleh hakim-hakin anggota

dan dibantu oleh Djunaidi Ichwantoro, S.H Panitera Pengganti, dengan

(20)

Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,

ttd

ttd

Hirmawan Susilo, S.H Drs. Sayuti, M.H

Hakim Anggota ttd Drs. Amar Hujantoro, M.H Panitera Pengganti, ttd Djunaidi Ichwantoro, S.H

Perincian biaya perkara :

- Biaya Pendaftaran Rp. 30.000,-

- Biaya ATK Perkara Rp. 50.000,-

- Biaya Panggilan Rp 300.000,-

- Redaksi Rp. 5.000,-

- Materai Rp. 6.000,-

Jumlah Rp. 391.000,-

(tiga ratus sembilan puluh satu ribu rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk hegemoni ekonomi pedagang Cina dalam teks novel Biyar-Biyur Ring Pesisi Sanur adalah melalui penguasaan pasar, dilukiskan tokoh Kwee Tek Tjiang menjual

Selain karakter potensi hasil yang tinggi, kualitas yang baik, dan ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), seleksi pada tanaman teh dalam proses

Berdasarkan analisis tipe kimia air dengan Diagram Piper Trilinier dapat diketahui bahwa seluruh mata air di Pulau Yamdena dan Pulau Selaru yang diteliti

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara mengunyah makanan yang berserat seperti buah–buahan dan mengkomsumsi permen karet.Tujuan: Penelitian ini adalah untuk

Namun, bila JCI tidak berhasil bertahan diatas Resistance 6.414 akan kembali menguji Support 6.348 dan 6.312. Indikator MACD mengindikasikan pola Downtrend dan Stoc osc

Dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan model pembelajaran project based learning dapat meningkatkan hasil

pasien) Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Citra rumah sakit, Brand trust, Kepuasan pelanggan, Customer Relationship Management

Pertama, menentukan dan mengkoor- dinasi tata cara turun ke sawah; kedua, meng- atur pembagian air ke sawah petani; ketiga, membantu pemerintah dalam bidang pertanian;