• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Registrasi Nomor 124/PUU-VII/2009

Tentang

UU MPR, DPR, DPD & DPRD

“Hilangnya hak menjadi caleg DPRD akibat berlakunya UU baru”

I. PARA PEMOHON

1. H. Moh. Robert Usman, S.E.; 2. Bei Komarahadi Subrata Iskandar; 3. Eko Margono;

4. Yoeri Messakh Fachrullah; 5. Kusmayadi;

6. M. Ali Nurdin;

7. Drs. H. Abdul Kodir, MAG; 8. Nurhayati Yusuf;

9. H. Mohammad Soleh, S.E.; 10. Hj. Kholidah Tamami, S.IP;

11. dkk, selanjutnya disebut Para Pemohon.

Kuasa Hukum:

H.M. Ali Darma Utama, S.H., M.H., Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H., dan Gatot Efrianto, S.H., M.H., beralamat di Jl. Ciliwung No. 109-D, Cililitan,Jakarta Timur-13640

.

II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI :

Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah :

⌧ Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.

(2)

Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi ”menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

”.

III.

KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING)

Bahwa menurut ketentuan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai Pemohon dalam permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, maka orang atau pihak dimaksud haruslah;

a. menjelaskan kualifikasinya dalam permohonannya, yaitu apakah yang sebagai perorangan warga negara Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat, badan hukum, atau lembaga negara;

b. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, dalam kualifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf (a), sebagai akibat diberlakukannya undang-undang yang dimohonkan pengujian

Atas dasar ketentuan tersebut maka dengan ini Pemohon perlu terlebih dahulu menjelaskan kualifikasinya, hak konstitusi yang ada pada Pemohon, beserta kerugian spesifik yang akan dideritanya secara sebagai berikut :

Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

IV. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI. A. NORMA MATERIIL

- Sebanyak 4 (empat) norma. 1. Pasal 348 ayat (1) huruf a

Dalam hal dilakukan pembentukan kabupaten/kota setelah pemilihan umum, pengisian anggota DPRD kabupaten/kota di kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum dilakukan dengan cara:

a. Menetapkan jumlah kursi DPRD kabupaten/kota induk dan kabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilihan umum berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD;

(3)

b. ---; c. dst;

2. Pasal 403

“Bagi kabupaten/kota yang dibentuk sebelum pemilihan umum tahun 2009 dan belum terbentuk DPRD kabupaten/kota pengisian keanggotaannya berlaku ketentuan Pasal 348 Undang-Undang ini.”

3. Pasal 404

“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310) tetap berlaku bagi MPR, DPR, DPD, DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota hasil Pemilihan Umum Tahun 2004 sampai dengan pengucapan sumpah/janji anggota MPR, DPR, DPD, DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota hasil pemilihan umum berikutnya.”

4. Pasal 407

“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”

B. NORMA UUD 1945 SEBAGAI ALAT UJI - Sebanyak 5 (lima) norma, yaitu :

1. Pasal 27 ayat (1)

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

2. Pasal 28C ayat (2)

“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.”

(4)

3. Pasal 28D ayat (1)

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”

4. Pasal 28D ayat (3)

“Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.

5. Pasal 28I ayat (2)

“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”.

V. Alasan-Alasan Pemohon Dengan Diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD 1945, karena :

1. bahwa Para Pemohon adalah Warga Negara Indonesia yang telah mewakili masing-masing partai politik peserta pemilu legislatif tahun 2009 untuk daerah pemilihan Kabupaten/Kota Tangerang Selatan.

2. bahwa Para Pemohon tercatat berpeluang sebagai calon legislatif anggota DPRD setelah diadakan perhitungan kelebihan suara lintas partai dari hasil pemilu legislatif tahun 2009 yang diselenggarakan berdasarkan UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

3. bahwa Pasal 12 UU No. 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten yang diundangkan pada tanggal 26 November 2008, menyatakan:

(1) pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang Selatan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(2) pengaturan tentang jumlah, mekanisme dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang Selatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(3) penetapan keanggotaan Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota Tangerang Selatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh KPU Kabupaten Tangerang.

(5)

4. bahwa Kota Tangerang Selatan terbentuk setelah Pemilu 2004 maka untuk pengisian anggota DPRD-nya berlaku UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD dan DPRD. Dengan demikian UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD tidak dapat digunakan dalam menetapkan anggota DPR hasil Pemilu Tahun 2009 terutama untuk daerah pemekaran seperti Kota Tangerang Selatan.

5. bahwa, Pasal 348 ayat (1) huruf a., Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD jika implementasinya diberlakukan pada Para Pemohon jelas bertentangan dengan hak konstitusional Para Pemohon, yaitu menyebabkan Para Pemohon terhalang untuk duduk sebagai wakil rakyat di DPRD Kota Tangerang Selatan sebagaimana hak Para Pemohon dijamin oleh Pasal 27 ayat (1), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan (3), dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945.

6. bahwa, setelah dikaji dengan seksama, Pasal 348 ayat (1) huruf a., Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; khususnya bagi Para Pemohon, menempatkan pada suatu keadaan dimana tidak ada kepastian hukum karena undang-undang pemilu legislatif yang diikutinya dicabut diujung proses, diganti dengan undang-undang yang baru yang di dalamnya tidak mengakomodir proses yang sedang berjalan sehingga timbul kekosongan hukum, selain itu Para Pemohon akan menerima perlakuan yang tidak adil dan diskriminatif dengan sesama peserta pemilu yang diikutinya.

7. bahwa, Para. Pemohon berpendapat, Pasal 348 ayat (1) huruf a., Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD tidak bisa diberlakukan bagi Para Pemohon karena Kota Tangerang Selatan dibentuk setelah Pemilihan Umum Tahun 2004, sehingga Pasal 403 juga tidak berlaku bagi Para Pemohon, dan oleh karenanya seharusnya Pasal 407 tidak mencabut UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD tanpa memberikan dispensasi bagi para. Pemohon sampai waktu tertentu sejalan dengan kebijakan yang ada pada Pasal 404 UU No. 27 Tahun 2009.

8. bahwa, hukum tidak berlaku surut (azas retroakt!, saat rakyat memberikan suara bagi Para Pemohon di TPS untuk Pemilihan Umum Tahun 2009 berlaku UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, jadi adalah tidak menghargai kepercayaan rakyat dan mencederai demokrasi itu sendiri, jika undang-undang yang berlaku bagi Para Pemohon kemudian dinyatakan tidak berlaku dan beralih ke undang-undang baru yang di dalamnya tidak mengakomodir kepentingan Para

(6)

Pemohon, jelas ini bertentangan dengan dogma hukum azas retroaktif, sehingga dengan tegas para pemohon menolak pemberlakuan UU No. 27 Tahun 2009 MPR, DPR, DPD, dan DPRD khususnya dalam perkara a quo.

9. bahwa, bila diperhatikan dengan seksama makna diskriminasi di atas jelas, apa yang terkandung dalam muatan Pasal 348 ayat (1) huruf a, Pasal 403, Pasal 404 dan Pasal 407 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD apabila diterapkan bagi Para Pemohon saat ini adalah bentuk kebijakan yang diskriminatif, karena menghalangi para Pemohon sebagai warga negara yang baik untuk ikut serta mengembangkan kehidupan demokrasi dalam penyelenggraan pemerintahan daerah.

10. bahwa, apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan Para Pemohon dengan menyatakan Pasal 348 ayat (1) huruf a., Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD bertentangan dengan UUD 1945 khususnya Pasal 27 ayat (1), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan (3), dan Pasal 281 ayat (2), maka potensial kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang didalilkan oleh para Pemohon tidak lagi terjadi.

11. atau Mahkamah Konstitusi menyatakan Pasal 348 ayat (1) huruf a., Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD tidak berlaku bagi Para Pemohon. Mahkamah Konstitusi tidak boleh membiarkan aturan-aturan keadilan prosedural (procedural justice) memasung dan mengesampingkan keadilan substantive (substantive justice).

VI. PETITUM

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya.

2. Menyatakan : "Pasal 348 ayat (1) huruf a, Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertentangan dengan UUD 1945 khususnya Pasal 27 ayat (1), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan (3), dan Pasal 28I ayat (2)".

3. Menyatakan : "Pasal 348 ayat (1) huruf a, Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

(7)

4. Atau Pasal 348 ayat (1) huruf a, Pasal 403, Pasal 404, dan Pasal 407 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak berlaku bagi para Pemohon. Dan para Pemohon berhak untuk menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Tangerang Selatan.

5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya (ex aequo et bono).

Referensi

Dokumen terkait

Pedoman Penyusunan Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.. Belajar dan Faktor-Faktor

Yudha Triguna, ed., Estetika Hindu dan Pembangunan Bali, Denpasar: Ilmu Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia Bekerja Sama dengan Penerbit Widya

bahwa dalam rangka menyesuaikan proporsi tambahan bobot jabatan dan perubahan pengertian pegawai, maka perlu mengubah ketentuan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan seorang guru Fikih pada tanggal 13 Januari 2017, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam video/film

Begitu halnya dengan organisasi dalam perpustakaan, setiap karyawan atau pustakawan memiliki tugas pokok sendiri yang harus dilakukan antara lain: melayani

Kepala Seksi Pabean yang Menangani Ekspof; Pelaksana Pemeriksa Ekspor. 28, KPPBC Tipe Madya Pabean

Variabel dalam penelitian ini meliputi empat variabel bebas, yaitu Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1), Komunikasi interpersonal antara kepala sekolah dan guru,

Seperti halnya pada saat kondisi yang ada di lokasi tersebut telah terjadi pengelolaan lahan di kawasan hutan oleh masyarakat (perambahan), pelaksana kebijakan ber usaha