• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Kecamatan Tingkir Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Kecamatan Tingkir Kabupaten Semarang adalah 22 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

4.1.1 Visi dan Misi SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga

TABEL 10

VISI DAN MISI SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga

Visi Misi

Cerdas berakhlak mulia 1. Meningkatkan kualitas pembelajaran untuk membentuk siswa yang cerdas dan unggul, melalui pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovtif.

2. Melakukan pembinaan bakat dan minat untuk mengembangkan potensi siswa. 3. Memberikan dasar keterampilan ilmu

pengetahuan dan teknologi .

4. Menanamkan budaya membaca, menulis dan meneliti.

5. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang maha Esa melalui kegiatan kerohanian sesuai agama dan keyakinan masing-masing. 6. Mengembangkan sikap toleransi inter

dan antar umat beragama.

7. Membentuk kepribadian yang luhur dan jujur melalui pendidikan budaya dan karakter bangsa.

8. Memupuk dan mempertebal semangat kesadaran berbangsa dan bernegara. 9. Membina kerukukunan, kepekaan

sosial, dan kepedulian lingkungan. 10.Membina dan mengembangkan seni

(2)

4.1.2 Keadaan Guru

Guru adalah penentu suksesnya suatu pendidikan, tanpa guru suatu proses pembelajaran akan sulit diterapkan. Dengan demikian peran seorang guru sangat di utamakan demi tercapainya tujuan pendidikan. Maju dan mundurnya suatu pendidikan tergantung kepada kualitas guru selaku pendidiknya, maka guru harus bekerjasama dengan orangtua demi terwujudnya masa depan anak didik.

Tenaga pendidik di SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga untuk tahun ajaran 20015/2016 berjumlah 11 orang guru dan satu orang kepala sekolah serta ditambah satu orang tenaga administrasi, dan satu orang penjaga sekolah. Dengan jumlah 2 orang guru laki-laki dan 9 orang guru perempuan, dan satu orang laki-laki penjaga sekolah, serta yang terakhir satu orang perempuan tenaga admninistrasi. Sebagaian besar guru yang mengajar di SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga adalah lulusan perguruan tinggi dan hanya satu orang penjaga sekolah yang tamatan SMA, berikut tabel jenjang pendidikan.

TABEL 11

KEADAAAN GURU SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016 BERDASARKAN JENJANG

PENDIDIKAN

No Ijazah Terakhir Jumlah

1. DII 2

2. DIII 0

3. S1 11

Pada tabel 2 di atas jelas terlihat tingkat pendidikan yang semuanya merupakan tenaga pendidik yang profesional dibidangnya masing-masing.

(3)

4.1.3 Keadaan Siswa

Keadaan murid SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, dan Sekolah Dasar ini sudah banyak menamatkan murid-murid yang dapat di terima di sekolah-sekolah tingkat pertama yang berkualitas khususnya di daerah Salatiga.

4.1.4 Saran dan Prasarana Sekolah TABEL 12

SARANA DAN PRASARANA POKOK SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 20015/2016

NO Nama Barang/ bangunan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Ruang belajar

Ruang Kepala Sekolah Ruang kantor Guru Ruang komputer WC Mushola Aula Pertemuan kantin Bangku/meja murid Komputer Papan tulis LCD/layar 7 lokal 1 ruang 1 ruang 1 ruang 4 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 100 pasang 1 buah 13 buah 1buah 4.1.5 Kurikulum

Proses pembelajaran di SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yang telah dtetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Kegiatan pembelajaran dari kelas I sampai kelas VI dilakukan pada pagi hari yaitu mulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 12.30 WIB.

Pada kelas I sampai kelas VI mata pelajaran diterapkan melalui guru kelas, sedangkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,

(4)

pendidikan Agama Kristen, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, Kesenian, Olahraga di terapkan oleh guru bidang studi.

Sistem pelaporan di SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga menggunakan sistem raport semester yang di sesuaikan dengan peraturan Diknas. Pada sekolah ini mengambil standar kelulusan 6,00. Bagi murid yang nilainya tidak mencukupi standar, maka wajib mengikuti remedial.

TABEL 13

MATA PELAJARAN SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA No Mata Pelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 12.

Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan Agama Kristen Bahasa Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan Matematika

Sains

Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Kerajinan Tangan dan Kesenian Bahasa Inggris

Bahasa Jawa

4.2 Kondisi Awal

4.2.1 PraSiklus

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan. Pada kondisi awal, diketahui bahwa dari total jumlah siswa yaitu 22 siswa. 15 siswa (68%) belum lulus KKM = 65 dan hanya 7 siswa ( 32%) yang dinyatakan lulus KKM. Berikut ini akan disajikan tabel IV.5 perolehan nilai siswa berdasarkan interval kriteria ketuntasan, yaitu:

(5)

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Prasiklus

Rentang Nilai Frekuensi Prosentase Keterangan

80-85 2 9% Tuntas 75-79 2 9% Tuntas 70-74 1 4.5% Tuntas 65-69 2 9% Tuntas 60-64 6 27.3% Tidak Tuntas 55-59 6 27.3% Tidak Tuntas 50-54 3 13.9% Tidak Tuntas Jumlah 22 100% Tuntas 7 Tidak Tuntas 15 Nilai Minimum 50 Nilai Maksimum 85 Rata-rata 63.40

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi Frekuensi hasil belajar Prasiklus Siswa menunjukan bahwa jumlah siswa kelas IV SD Negeri Kutowinagun 11 Salatiga sebanyak 22 siswa. Nilai hasil rata-rata kelas yang diperoleh 63.40 pada kondisi awal perolehan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50. Siswa yang paling banyak mendapatkan nilai pada rentang 55-59 sebanyak 6 siswa, dan 60-64 sebanyak 6 siswa dengan persentase 27.3%. siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50-54 sebanyak 3 siswa dengan persentase 13.9% siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65-69 sebanyak 2 siswa dengan persentase 9%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 70-74 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4.5%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75-79 terdapat 2 siswa dengan persentase 9%, serta siswa yang mendapat niali pada rentang 80-85 terdapat 2 siswa dengan persentase 9%. Untuk lebih jelas destribusi frekuensi hasil belajar prasiklus kondisi awal dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

(6)

Gambar 4.1

Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Prasiklus

Berdasarkan gambar 4.1 diagram distribusi hasil belajar prasiklus kondisi awal dapat dilihat ada 3 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50-54 dengan persentase 13.9%. Sebanyak 6 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 55-59 dengan persentase 27.3% , 6 siswa mendapatkan nilai pada rentang 60-64 dengan persentase 27.3%, 2 siswa mendapatkan nilai pada rentang 65-69 dengan persentase 9%, 1 siswa mendapatkan nilai pada rentang 70-74 dengan persentase 4.5%, dan 2 siswa mendapatkan nilai pada rentang 75-79 dengan persentase 9%, dan terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 80-85 atau dengan persentase 9%. Dari data distribusi frekuensi hasil belajar prasiklus pada kondisi awal dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel 4.2 berikut ini.

0 2 4 6 80-85 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 F re k u en si Rentang Nilai

(7)

Tabel 15

Ketuntasan Belajar Siswa PraSiklus

No Ketuntasan Belajar Frekuensi Persentase (%)

1 Tuntas 7 32%

2 Tidak Tuntas ≤ 65 15 68%

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel 4.6 ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal menunjukan bahwa dari 22 siswa mendapatkan nilai dan masuk dalam kategori tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase ketuntasan 32%. siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas dengan mendapat nilai ≤ 65 sebanyak 15 siswa atau setara dengan 68%. dari destribusi ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal, bila digambarkan dalam bentuk diagram maka akan tampak ketuntasan belajar siswa pada gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2

Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

Gambar 4.2 diagram ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal menunjukan bahwa 32% siswa atau sebanyak 7 mendapatkan nilai ≥65 dan masuk dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas dengan nilai ≤65 sebesar 68% atau sebanyak 15 siswa.

68% 32%

tidak tuntas tuntas

(8)

Kondisi tersebut menjadikan indikator pada penelitian ini bahwa kemampuan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun ajaran 2015/2016 rendah. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan siswa tersebut karena siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran IPA dan masih siswa merasa malu untuk aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung siswa masih pasif, kurang interaksi, cenderung bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat secara aktif.

Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kelancaran interaksi antara guru maupun siswa, situasi kelas yang kondusif, serta siswa dapat terlibat secara aktif dalam belajar. Pembelajaran yang penulis maksud adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan begitu penulis memilih menggunakan model Cooperative learning Tipe Tebak Kata yang dilaksanakan pada dua siklus.

4.3 Deskripsi Siklus I

4.3.1 Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan tindakan siklus I perlu adanya perencanaan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan supaya pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. perencanaan dalam siklus I adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun memuat standar kompetensi, kompetensi das, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, materi pelajaran, media pembelajaran. 2. Membuat lembar observasi yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu lembar observasi keaktifan siswa untuk mengukur aktivitas siswa. 3. Membuat lembar kerja siswa.

(9)

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus I ini terdiri dari dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Dimana pada tahap pertemuan I dan pertemuan II ini masing-masing memiliki Durasi selama 70 menit (dua jam pelajaran).

a. Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2016 pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi. Pada pertemuan I terdapat empat indikator pembelajaran yaitu menyebutkan apa saja perubahan kenampakan bumi, menganalisis penyebab terjadinya perubahan kenampakan bumi, mendiskripsikan pengaruh dari perubahan kenampakan bumi, serta menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi perubahan kenampakan bumi.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: Kegiatan Awal

Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar, Johson dan Bany, (1970) menguraikan bahwa manajemen kelas adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif, upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajar secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik. Untuk mengawali pembelajaran siswa dan guru saling mengucap salam dan berdoa. Guru mengabsen kehadiran siswa dan memeriksa kerapian berpakaian siswa. Guru melakukan apersepsi dengan siswa ditanyai “Anak-anak siapa yang pernah ke pantai? Airnya surut apa tidak?” dan pertanyaan kedua “Siapa yang pernah melihat nelayan yang sedang

(10)

mencari ikan? Kapan nelayan mencari ikan?” setelah menyampaikan apersepsi guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata.

Kegiatan Inti

Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa dalam belajar., Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Kemudian Guru memutar video mengenai pasang surut air laut dan terjadinya siang dan malam, badai, erosi dan kebakaran. Guru dan siswa melakukan analisa tentang perubahan kenampakan bumi dari video yang diputar. Guru bertanya jawab dengan siswa Pernahkah kalian berpikir mengapa ada siang dan malam?” dan pertanyaan keduamengapa air laut bisa mengalami pasang dan surut? Apa pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?” Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan simulasi tentang materi yang telah dijelaskan. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lain diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Sementara siswa membawa kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis dikartu) maka pasangan itu boleh duduk. bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarah pada kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Setelah satu babak, permainan dilanjutkan kepada siswa berikutnya, serta memberi pengarahan tentang kegiatan diskusi yang akan dilaksanakan siswa.

(11)

Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan tugas dan memberi penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan, Guru dan siswa membahas bersama-sama hasil diskusi dan membimbing siswa tentang materi perubahan kenampakan bumi yang belum dipahami siswa. Siswa secara mandiri mengerjakan tes tertulis sebagai evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru mengklarifikasi jawaban siswa dan kemudian menjelaskan kembali tentang perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit, yaitu pasang surut air laut, terjadinya siang dan malam, badai, erosi dan kebakaran. Guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman mengenai materi yang telah dipelajari. Meminta siswa menjelaskan apa saja yang sudah dipelajari dengan kalimat sendiri, dan yang aktif mengacung jari serta langsung menjawab siswa diberi hadiah sebagai reward.

Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup ini, guru bersama siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang baru dipelajari dan guru bersama siswa menyimpulkan bahwa terjadi beberapa faktor yang mempengaruhi bumi, seperti pengaruh bulan dapat terjadinya pasang surut air laut, pengaruh matahari dapat terjadinya siang dan malam. Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh perilaku penduduknya dan dapat dicegah dengan memelihara lingkungan dengan sebaik-baiknya. Guru bersama siswa berdoa dan mengucap salam menutup pelajaran.

b. Pertemuan II

Pertemuan II pada siklus I merupakan lanjutan dari pertemuan I dengan melanjutkan materi berikutnya, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2016 pada mata pelajaran IPA dengan menyampaikan empat indikator yaitu menyebutkan apa saja perubahan kenampakan bumi, menganalisis penyebab terjadinya perubahan kenampakan bumi,

(12)

mendiskripsikan pengaruh dari perubahan kenampakan bumi,

menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi perubahan kenampakan bumi. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Guru melakukan manajemen kelas agar siswa siap untuk belajar, Muliyasa (2006) untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Mengawali pembelajaran siswa dan guru saling mengucap salam dan berdoa serta guru mengabsen kehadiran siswa dan memeriksa kerapian berpakaian siswa. Guru melakukan apersepsi dengan siswa ditanyai “Anak-anak siapa yang pernah ke pantai? Airnya surut apa tidak?” pertanyaan kedua “Siapa yang pernah melihat nelayan yang sedang mencari ikan? Kapan nelayan mencari ikan?”. (kembangkan kebiasaan ruang kelas) Anak-anak merasa lebih aman ketika mereka tahu apa yang mereka kerjakan dan kemana mereka akan menuju. Susunan dan rutinitas sangat membantu ketika menangani anak menyangkut konsistensi pembelajaran dan perilaku. Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata.

Kegiatan Inti

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, dan memutar video mengenai pasang surut air laut dan terjadinya siang dan malam, badai, erosi dan kebakaran. Guru dan siswa melakukan analisa tentang perubahan kenampakan bumi dari video yang diputar. Gunakan pertanyaan untuk tujuan yang tepat –untuk menemukan– dan bukan sebagai sarana mengendalikan perilaku, seperti pertanyaan dibawah ini: Guru bertanya jawab dengan siswa Pernahkah kalian berpikir mengapa ada siang dan malam?”dan pertanyaan kedua “mengapa air laut bisa mengalami pasang dan surut? Apa pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?”. Untuk

(13)

memotivasi siswa, jangan langsung merespons jawaban atas pertanyaan dengan pertanyaan lain, buatlah komentar atas jawaban pertama lebih dulu.

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya. Sebagai (penghargaan dan motivasi) perilaku perlu dimodifikasi melalui penghargaan, melalui penghargaan ekstrinsik seperti sticker, poin, dan kemudian beralih ke penghargaan intrinsik seperti memuji seseorang dan mengerjakan pekerjaan karena mereka ingin mengerjakannya. Setelah anak yang berinisiatif mengemukakan pendapatnya, guru memberi sticker Bintang yang sudah disiapkan.Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sebagai (memonitor) umpan balik dapat menjadi sarana memonitor pembelajaran siswa dan harus memberikan komentar mengenai apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus dicapai serta apakah siswa pada jalur yang tepat.

Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan simulasi tentang materi yang telah dijelaskan. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lain diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Sementara siswa membawa kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis dikartu) maka pasangan itu boleh duduk. bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarah pada kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Setelah satu babak, permainan dilanjutkan kepada siswa berikutnya. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan diskusi yang akan dilaksanakan siswa.

Guru membimbing siswa pada saat pengerjaan tugas, dan untuk konfirmasi guru memberi penguatan terhadap materi yang telah

(14)

didiskusikan, guru dan siswa membahas bersama-sama hasil diskusi Guru membimbing siswa tentang materi perubahan kenampakan bumi yang belum dipahami siswa. Siswa secara mandiri mengerjakan tes tertulis sebagai evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan Guru mengklarifikasi jawaban siswa dan kemudian menjelaskan kembali tentang perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit, yaitu pasang surut air laut, terjadinya siang dan malam, badai, erosi dan kebakaran.Guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman mengenai materi yang telah dipelajari.

Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat kesimpuln dari materi yang sudah dipelajari. Guru memberikan penguatan positif bagi siswa.

4.3.3 Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan pada tahap ini meliputi observasi keaktifan siswa dengan cara mengamati aktivitas setiap siswa dan menyesuaikan indikator keaktifan pada lembar observasi. Berdasarkan observasi yang dilakukan, diperoleh hasil rekapan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus I. Keaktifan siklus I sudah melebihi separuh dari jumlah siswa. Keaktifan siswa terdestribusi dalam berbagai indikator. Tidak semua siswa melakukan aktivitas belajar sesuai indikator, namun ada indikator yang dilakukan oleh semua siswa. Dari destribusi setiap indikator akan dijumlahkan skornya yang kemudian akan diperoleh rata-rata keaktifan siswa dari pertemuan I dan pertemuan II secara klasikal. Berdasarkan destribusi jumlah skor ke pencapaian keaktifan yang diperoleh siswa dapat diketahui pencapaian keaktifan siswa pada

(15)

kegiatan pembelajaran siklus I dan dikategorikan menjadi 5 rentang skor keaktifan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16

Hasil Keaktifan Siswa Siklus I

No Keterangan Rentang skor keaktifan Kualitas Keaktifan Frekuensi Prosentase (%) 1 Sangat Kurang 0-7 1 0 0% 2 Kurang 8-10 2 0 0% 3 Cukup 10-15 3 2 10% 4 Baik 15-20 4 10 45% 5 Baik Sekali 20-25 5 10 45% Jumlah 22 100 Rata-rata 19.31 Skor Maksimum 25 Skor Minimum 13

Berdasarkan tabel 4.7 hasil keaktifan siswa pada siklus I dapat dilihat terdapat 10 siswa yang aktifnya sangat baik dengan prosentase 45% dalam kategori aktifnya Baik sebanyak 10 siswa dengan prosentase 45%, siswa yang masuk dalam kategori cukup sebanyak 2 siswa dengan prosentase 10%, tidak terdapat siswa yang masuk dalam kategori kurang dengan prosentase 0% dan tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kategori sangat kurang dengan prosentase 0%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.

(16)

Gambar 4.3

Diagram Hasil Keaktifan Siswa Siklus I

Berdasarkan gambar 4.3 diagram hasil keaktifan siswa pada siklus I dapat dilihat terdapat 10 siswa yang mendapatkan rentang skor keaktifan 20-25 dalam kategori aktifnya baik sekali dengan prosentase 45%, terdapat 10 siswa yang mendapatkan rentang 15-20 dalam kategori aktifnya baik dengan prosentase 45%. Terdapat 2 siswa masuk dalam kategori aktifnya cukup dengan rentang skor 10-15 dengan prosentase 10%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori kurang pada rentang skor 8-10 dengan prosentase 0%, juga tidak terdapat siswa dalam kategori sangat kurang pada rentang skor 0-7 dengan prosentase 0%.

4.3.4 Hasil beajar Siklus I

Setelah setiap kegiatan pembelajaran pada siklus I selesai sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata, dan dengan adanya tes evaluasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran, dari hasil rata-rata tes evaluasi pada pemebelajaran pertemuan I dan pertemuan II dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0_7 8_10 10_15 15_20 20_25 F re k u en si

Rentang Skor Keaktifan

45% 45%

10% 0%

(17)

Berdasarkan destribusi nilai yang diperoleh siswa dapat diketahui pencapaian hasil belajar siswa pada tes evaluasi siklus I dan dikategorikan menjadi 8 rentang nilai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 17

Distribusi Tes Evaluasi Siklus I

No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase (%) Keterangan

1 56-64 5 22.5% Tidak Tuntas 2 65-72 6 27% Tuntas 3 73-81 5 22.5% Tuntas 4 82-90 3 14% Tuntas 5 91-99 3 14% Tuntas Jumlah Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum 22 100% 74.38 95 55

Berdasarkan tabel 4.8 distribusi tes evaluasi siklus I dapat diketahui bahwa tes evaluasi pada siklus I dapat diketahui bahwa tes evaluasi pada siklus I menunjukan hasil rata-rata yang diperoleh 74.38. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM ≤65 atau pada rentang 55-64 sebanyak 5 siswa dengan prosentase 22.5%. Siswa mendapatkan nilai pada rentang 65-72 sebanyak 6 siswa dengan prosentase 27%, dan pada rentang 73-81 ada sebanyak 5 siswa dengan prosentase 22.5%, juga terdapat siswa yang mendapakan nilai pada rentang 82-90 sebanyak 3 siswa dengan prosentase 14%, serta sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 91-99 dengan prosentase 14%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada pembelajaran siklus I adalah 95 dan nilai terendah pada pembelajaran siklus I adalah 55. Untuk lebih jelas distribusi tes evaluasi siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar diagram 4.4 berikut ini.

(18)

Gambar 4.4

Distribusi Tes Evaluasi Siklus I

Berdasarkan gambar 4.5 diagram distribusi tes evaluasi siklus I dapat dilihat ada 5 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM ≤65 pad rentang 55-64 dengan prosentase 22.5% sebanyak 6 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65-72 dengan prosentase 27%, sebanyak 5 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 73-81 dengan prosentase 22.5%, ada 3 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 82-90 dengan prosentase 14% dan terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 91-99 dengan prosentase 14%. Dari data destribusi hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 18

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No Ketuntasan Belajar Frekuensi Prosentase (%)

1 Tuntas ≥65 17 78% 2 Tidak Tuntas ≤65 5 22% Jumlah 22 100 0 1 2 3 4 5 6 55-64 65-72 73-81 82-90 91-99 F re k u en si Rentang Nilai

(19)

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan ketuntasan belajar siswa pada siklus I bahwa dari 22 siswa mendapatkan nilai ≥65 dan teran prosentase masuk dalam kategori tuntas sebanyak 17 siswa dengan prosentase ketuntasan 78%. Siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas dengan nilai ≤65 sebanyak 5 siswa atau setara dengan 22%. Dari destribusi ketuntasan belajar siswa pada siklus I, bila digambarkan dalam bentuk diagram maka akan tampak ketuntasan belajar siswa pada gambar 4.5 berikut ini.

Gambar 4.5

Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Gambar 4.6 diagram ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukan bahwa 78% siswa atau sebanyak 17 siswa mendapatkan nilai ≥65 dan masuk dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan mendapatkan nilai ≤65 sebesar 22% atau sebanyak 5 siswa.

4.3.5 Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti setelah dilaksanakannya tindakan terkait dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata, guru sebagai kolaborator dan observer untuk membahas hasil kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi yang dilakukan observer sudah baik meskipun belum maksimal, karena pada saat proses pembelajaran memang butuh pengaturan waktu yang efektif agar

78% 22%

(20)

tidak melebihi durasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, karena pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning Tipe Tebak kata membutuhkan waktu yang cukup panjang terutama saat permainan tebak kata, sedangkan sebelum kegiatan inti di proses pembelajaran guru harus menayangkan video mengenai materi yang akan dipelajari. Disamping itu terdapat kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata.

Kelebihan proses pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata diantaranya materi yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan mampu menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan serta meningkatkan aktivitas di kelas. Selain kelebihan juga sudah pasti ada kekurangan dalam proses pembelajaran menggunakan

model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata yaitu karena model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata belum pernah diterapkan sehingga peneliti masih banyak memberikan pengarahan dan bimbingan pada siswa sehingga membutuhkan waktu pembelajaran menjadi lebih lama, pada siklus I masih terdapat siswa yang merasa malu pada saat bermain tebak kata, dan ketika guru sedang menjelaskan pada saat proses pembelajaran masih ada beberapa siswa yang belum mengeluarkan pendapat, pada aslinya banyak siswa yang memiliki ide dan pendapat hanya karena kurang berani untuk berinteraksi. Keaktifan siswa sudah mulai terlihat tetapi belum semua siswa menunjukan keaktifan belajar, serta masih ada siswa yang belum terlibat dalam aktifnya menebak kode untuk temannya agar bisa menebak materi yang ada dalam permainan tebak kata. Selain keaktifan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelumnya. Siswa lebih memahami materi menggunakan model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata. Berdasarkan hasil tes evaluasi siklus I diketahui pembelajaran sudah mencapai lebih separuh dari jumlah keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar dengan memperoleh nilai ≥65 (KKM). Jadi pembelajaran dilanjutkan ke siklus II dengan materi yang berbeda yaitu mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.

(21)

4.4 Deskripsi Siklus II

4.4.1 Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan dari siklus I. Kegiatan pembelajaran siklus II sama dengan kegiatan pembelajaran siklus I namun yang membedakan adalah materi yang akan disajikan dan pengembangan media pembelajaran namun tetap dalam konteks Tebak Kata. Pelaksanaan siklus II merupakan penyempurnaan dan tindak lanjut yang terjadi pada siklus I dengan melihat kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran siklus I. Penulis melakukan pengembangan dalam perencanaan siklus II yaitu mengembangkan media pembelajaran, dalam siklus I media pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata yaitu Kertas soal dan Kertas Jawaban sebagai media untuk permainan tebak kata, namun dalam pelaksanaan siklus II media pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe Tebak kata yaitu bando dan gambar yang digunakan untuk permainan tebak kata. Perencanaan dalam siklus II adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, materi pelajaran, media pembelajaran (bando). 2. Membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk observasi keaktifan dan aktivitas siswa. 3. Membuat lembar tes evaluasi.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus II ini terdiri dari dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Dimana pada tahap pertemuan I dan pertemuan II masing-masing berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran).

a. Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 06 April 2016 pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan posisi bulan dan

(22)

kenampakan bumi dari hari ke hari. Pada pertemuan I terdapat lima indikator pembelajaran yaitu Mengidentifikasi kenampakan benda langit, mendeskripsikan benda-benda langit yang dapat dilihat tanpa alat bantu (Matahari, Bulan dan Bintang), menyebutkan manfaat matahari, bulan dan bintang, mengidentifikasi kenampakan bulan, mengurutkan fase-fase perubahan bentuk kenampakan bulan, langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Guru melakukan manajemen kelas dengan tujuan penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa agar siswa siap untuk belajar dan untuk. Mengawali pembelajaran siswa dan guru saling mengucap salam dan berdoa. Guru mengabsen kehadiran siswa dan memeriksa kerapian berpakaian siswa, setelah itu guru melakukan apersepsi dengan siswa ditanyai “Tadi malam siapa yang melihat bulan?” dan pertanyaan kedua “Saat berangkat ke sekolah siapa saja melihat matahari terbit?”. (kembangkan kebiasaan ruang kelas) Anak-anak merasa lebih aman ketika mereka tahu apa yang mereka kerjakan dan kemana mereka akan menuju. Susunan dan rutinitas sangat membantu ketika menangani anak menyangkut konsistensi pembelajaran dan perilaku, setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengenai posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Setelah itu guru mengingatkan kembali kepada siswa dengan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menggunakan model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata.

(23)

Guru memotivasi siswa dalam belajar dan siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Semetara itu guru memutar video mengenai posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari kehari, guru dan siswa melakukan analisa tentang posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari beserta matahari. Gunakan pertanyaan untuk tujuan yang tepat – untuk menemukan– dan bukan sebagai sarana mengendalikan perilaku, seperti pertanyaan dibawah ini: “Guru bertanya jawab dengan siswa “Pernahkah kalian berpikir mengapa ada siang?” dan pertanyaan kedua “mengapa ada malam? Apa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari?”. Untuk memotivasi siswa, guru tidak merespons jawaban secara langsung atas pertanyaan dengan pertanyaan lain, tetapi buatlah komentar atas jawaban pertama lebih dulu.

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya. Sebagai (penghargaan dan motivasi) perilaku perlu dimodifikasi melalui penghargaan, melalui penghargaan ekstrinsik seperti sticker, poin, dan kemudian beralih ke penghargaan intrinsik seperti memuji seseorang dan mengerjakan pekerjaan karena mereka ingin mengerjakannya. Setelah anak yang berinisiatif mengemukakan pendapatnya, guru memberi sticker Bintang yang sudah disiapkan. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sebagai elaborasi (memonitor) umpan balik dapat menjadi sarana memonitor pembelajaran siswa dan harus memberikan komentar mengenai apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus dicapai serta apakah siswa pada jalur yang tepat.

Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan simulasi tentang materi yang telah dijelaskan. Guru menyiapkan bando dan gambar yang akan digunakan untuk permainan tebak kata. Dua orang siswa akan melakukan permainan tebak kata di depan kelas, salah satu siswa menggunakan bando yang akan diselipkan gambar tentang kenampakan benda langit (matahari, bulan, bintang), dan seorang teman yang berada didepan siswa yang menggunakan bando akan membacakan soal serta memberi kode mengenai

(24)

gambar yang diselipkan di atas bando. Siswa yang menggunakan bando berusaha menjawab tebakan temannya. Apabila jawabannya tepat (sesuai gambar yang diselipkan diatas bando) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarah pada kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Setelah satu babak, permainan dilanjutkan kepada siswa berikutnya. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan diskusi yang akan dilaksanakan siswa.

Guru membimbing siswa pada saat pengerjaan tugas. Sebagai konfirmasi guru memberi penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan setelah itu guru dan siswa membahas bersama-sama hasil diskusi. Guru membimbing siswa tentang materi posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Siswa secara mandiri mengerjakan tes tertulis sebagai evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru mengklarifikasi jawaban siswa dan kemudian menjelaskan kembali tentang posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.Guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman mengenai materi yang telah dipelajari.

Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, Guru bersama siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang baru dipelajari dan guru bersama siswa menyimpulkan bahwa posisi bulan dan bumi melakukaan perubahan dari hari ke hari, serta manfaat matahari, bulan dan bintang dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu guru bersama siswa berdoa dan mengucap salam menutup pelajaran.

b. Pertemuan II

Pertemuan II pada siklus II merupakan lanjutan dari pertemuan I dengan melanjutkan materi berikutnya. Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 08 April 2016 pad amata pelajaran IPA dengan menyampaikan 5 indikator pembelajaran yaitu mengidentifikasi kenampakan benda langit, mendeskripsikan benda-benda langit yang dapat dilihat tanpa alat bantu

(25)

(Matahari, Bulan dan Bintang), menyebutkan manfaat matahari, bulan dan bintang, mengidentifikasi kenampakan bulan, mengurutkan fase-fase perubahan bentuk kenampakan bulan, langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar setelah itu untuk mengawali pembelajaran siswa dan guru saling mengucap salam dan berdoa. Guru mengabsen kehadiran siswa dan memeriksa kerapian berpakaian siswa. Setelah itu guru bertanya kepada siswa tentang mengulas sedikit materi sebelunya tentang deskripsi posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. “Guru meminta siswa menyebutkan kembali benda-benda langit, posisi bulan, posisi bumi dari hari ke hari itu apa saja”. Stelah itu, guru memantapkan siswa dengan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Tebak Kata.

Kegiatan Inti

Guru memotivasi siswa dalam belajar dan siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Semetara itu guru memutar video mengenai posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari kehari, guru dan siswa melakukan analisa tentang posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari beserta matahari. Gunakan pertanyaan untuk tujuan yang tepat – untuk menemukan– dan bukan sebagai sarana mengendalikan perilaku, seperti pertanyaan dibawah ini: “Guru bertanya jawab dengan siswa “Pernahkah kalian berpikir mengapa ada siang?” dan pertanyaan kedua “mengapa ada malam? Apa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari?”. Untuk memotivasi siswa, guru tidak merespons jawaban secara langsung atas pertanyaan dengan pertanyaan lain, tetapi buatlah komentar atas jawaban pertama lebih dulu.

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya. Sebagai (penghargaan dan motivasi) perilaku

(26)

perlu dimodifikasi melalui penghargaan, melalui penghargaan ekstrinsik seperti sticker, poin, dan kemudian beralih ke penghargaan intrinsik seperti memuji seseorang dan mengerjakan pekerjaan karena mereka ingin mengerjakannya. Setelah anak yang berinisiatif mengemukakan pendapatnya, guru memberi sticker Bintang yang sudah disiapkan.

Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sebagai elaborasi (memonitor) umpan balik dapat menjadi sarana memonitor pembelajaran siswa dan harus memberikan komentar mengenai apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus dicapai serta apakah siswa pada jalur yang tepat. Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan simulasi tentang materi yang telah dijelaskan.Guru menyiapkan bando dan gambar yang akan digunakan untuk permainan tebak kata. Dua orang siswa akan melakukan permainan tebak kata di depan kelas, salah satu siswa menggunakan bando yang akan diselipkan gambar tentang kenampakan benda langit (matahari, bulan, bintang), dan seorang teman yang berada didepan siswa yang menggunakan bando akan membacakan soal serta memberi kode mengenai gambar yang diselipkan di atas bando. Siswa yang menggunakan bando berusaha menjawab tebakan temannya. Apabila jawabannya tepat (sesuai gambar yang diselipkan diatas bando) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarah pada kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Setelah satu babak, permainan dilanjutkan kepada siswa berikutnya. Guru memberi pengarahan tentang kegiatan diskusi yang akan dilaksanakan siswa.

Guru membimbing siswa pada saat pengerjaan tugas. Sebagai konfirmasi guru memberi penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan setelah itu guru dan siswa membahas bersama-sama hasil diskusi. Guru membimbing siswa tentang materi posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Siswa secara mandiri mengerjakan tes tertulis sebagai evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru mengklarifikasi jawaban siswa dan kemudian menjelaskan kembali tentang

(27)

posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.Guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman mengenai materi yang telah dipelajari.

Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup, Guru bersama siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang baru dipelajari dan guru bersama siswa menyimpulkan bahwa posisi bulan dan bumi melakukaan perubahan dari hari ke hari, serta manfaat matahari, bulan dan bintang dalam kehidupan sehari-hari. Guru memberikan penguatan positif bagi siswa. Setelah itu guru bersama siswa berdoa dan mengucap salam menutup pelajaran.

4.4.3 Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada penerapan model pembelajaran

Cooperative Learning untuk melihat aspek keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran siklus II melalui bantuan observer.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, diperoleh hasil rekapan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus II. Keaktifan siswa pada pembelajaran siklus II sudah mengalami peningkatan. Keaktifan siswa terdestribusi dalam berbagai indikator. Semua siswa sudah melakukan aktivitas belajar sesuai indikator. Dari distribusi setiap indikator akan dijumlahkan skornya yang kemudian akan diperoleh rata-rata keaktifan siswa dari pertemuan I dan pertemuan II secara klasikal. Berdasarkan distribusi jumlah skor keaktifan yang diperoleh siswa dapat diketahui pencapaian keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II dan dikategorikan menjadi 5 skor keaktifan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

(28)

Tabel 19

Hasil Keaktifan Siswa Siklus II

No Keterangan Rentang Skor Keaktifan Kualitas Keaktifan Frekuensi Prosentase (%) 1 Sangat kurang 0-7 1 0 0% 2 Kurang 8-10 2 0 0% 3 Cukup 10-15 3 0 0% 4 Baik 15-20 4 0 0% 5 Baik Sekali 20-25 5 22 100% Jumlah 22 100 Rata-rata 25 Sor Maksimum 25 Skr Minimum 20

Berdasarkan hasil tabel 4.10 hasil keaktifan siswa pada siklus II secara keseluruhan siswa masuk aktif dalam kategori baik sekali sebanyak 22 siswa dengan prosentase 100%, tidak terdapat siswa yang masuk dalam kategori baik dengan prosentase 0%, tidak terdapat siswa yang masuk dalam kategori cukup dengan prosentase 0%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori kurang dengan prosentase 0%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini.

(29)

Gambar 4.6

Diagram Hasil Keaktifan Siswa Siklus II

Berdasarkan gambar 4.8 diagram hasil keaktifan siswa pada siklus II secara keseluruhan siswa yang berjumlah 22 yang termasuk pada rentang skor keaktifan 20-25 dalam kategori baik sekali dengan prosentase 100%, tidak terdapat siswa yang mendapatkan rentang skor keaktifan 15-20 dalam kategori baik 0%. Tidak terdapat siswa yang mendapatkan rentang skor keaktifan 10-15 dalam kategori cukup dengan prosentase 0%, dan tidak terdapat siswa termasuk pada kategori kurang dengan rentang skor keaktifan siswa 8-10 dengan prosentase 0%, dan terakhir juga tidak terdapat siswa masuk pada kategori kurang dengan rentang skor 0-7 dengan prosentase 0%.

4.4.4 Hasil Belajar Siklus II

Setelah setiap kegiatan pembelajaran pada siklus II selesai sesuai dengan langkah-langkah model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata yaitu dengan adanya tes evaluasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari hasil rata-rata tes evaluasi pada pembelajaran pertemuan I dan pertemuan II dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa. Berdasarkan

0 5 10 15 20 25 0-7 8_10 10_15 15_20 20_25 F re k u en si

Rentang Skor Keaktifan

(30)

destribusi nilai yang dipeorleh siswa dapat diketahui pencapaian hasil belajar siswa pada tes evaluasi siklus II dan dikategorikan menjadi 4 rentang nilai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 20

Distribusi Tes Evaluasi Siklus II

No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase (%) Keterangan 1 60-64 1 6% Tidak tuntas 2 65-69 0 0% Tuntas 3 70-74 3 10% Tuntas 4 75-79 4 15% Tuntas 5 80-84 5 25% Tuntas 6 85-89 5 25% Tuntas 7 90-94 2 9.5% Tuntas 8 95-99 2 9.5% Tuntas Jumlah Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum 22 100% 82.22 95 60

Berdasarkan tabel 4.11 distribusi evaluasi siklus II dapat diketahui bahwa tes evaluasi pada siklus II menunjukan hasil rata-rata yang diperoleh 82.22%. Masih terdapat 1 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM ≤65 dengan persentase 6%. Tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65-69 dengan prosentase 0%, ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 70-74 sebanyak 3 siswa dengan prosentase 10%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75-79 sebanyak 4 siswa dengan prosentase 15%, terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 80-84 sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25%, juga terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 85-89 dengan prosentase 25%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 90-94 sebanyak 2 siswa dengan prosentase 9.5%, serta siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 95-99 sebanyak 2 siswa dengan prosentase 9.5%. nilai tertinggi yang diperoleh sisa pada pembelajaran siklus II adalah 95 dan nilai terendah pada pembelajaran siklus II adalah 60.

(31)

Untuk lebih jelasnya destribusi tes evaluasi siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini:

Gambar 4.7

Distribusi Tes Evaluasi Siklus II

Berdasarkan gambar 4.9 diagram distribusi evaluasi siklus II dapat dilihat terdapat satu siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM ≤65 dengan prosentase 6%. Tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65-69 dengan prosentase 0%. Terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 70-74 dengan prosentase 10%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75-79 sebanyak 4 siswa dengan persentase 15%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 80-84 sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25%, juga terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 85-89 sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25%, juga terdapat 90-94 sebanyak 2 siswa dengan prosentase 9.5%, serta ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 95-99 sebanyak 2 siswa dengan prosentase 9.5%. Dari data distribusi hasil evaluasi pada siklus II dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel 4.12 berikut ini.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99 F re k u en si Rentang Nilai

(32)

Tabel 21

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Dari tabel 4.12 ketuntasan belajar siswa pada siklus II menunjukan bahwa hampir seluruh siswa yang berjumlah 22 mendapatkan nilai ≥ 65 dan masuk dalam kategori tuntas dengan prosentase 95% ketuntasan, hanya ada satu siswa yang masuk dlaam kategori tidak tuntas dengan prosentase 5%. Dari distribusi ketuntasan belajar siswa pada siklus II, bila digambarkan dalam bentuk diagram makan tampak ketuntasan belajar siswa pada gambar 4.8 berikut ini:

Gambar 4.8

Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Gambar 4.8 diagram ketuntasan belajar siswa pada siklus II menunjukan bahwa 95% siswa atau sebanyak 21 siswa mendapatkan nilai ≤ 65 dan masuk dalam kategori tuntas. Terdapat satu siswa yang masuk pada

95% 5%

Tuntas Tidak Tuntas No Ketuntasan Belajar Frekuensi Prosentase (%)

1 Tuntas ≥ 65 21 95 %

2 Tidak Tuntas ≤ 65 1 5%

(33)

kategori tidak tuntas dengan mendapatkan nilai ≤65 atau dengan prosentase 5%.

4.4.5 Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti setelah dilaksanakannya tindakan terkait dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata, guru sebagai kolaborator dan sebagai observer untuk melihat tingkat keaktifan siswa, sedangkan penulis sebagai observer pertama. Setelah dilihat kembali apakah tindakan yang dilaksanakan dapat menghasilkan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berdasarkan observasi pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata sangat baik. Pembelajaran sudah maksimal. Dalam pembelajaran Siklus II sudah disampaikan tujuan pembelajaran dan yang menjadi kekurangan pada pembelajaran sebelumnya yaitu siklus I. Penjelasan materi sudah dapat mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa yang di pembelajaran siklus I masih ada yang pasif sudah terjadi peningkatan, dan bisa menyanggah saat pembelajaran berlangsung yang kurang sesuai dengan pemikiran siswa itu sendiri. Pada pembelajaran siklus II dengan menggunakan model

Cooperative Learning Tipe Tebak Kata terjadi peningkatan keaktifan siswa.

Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi siswa yang menunjukan semua aspek keaktifan siswa sudah masuk dalam kategori sangat aktif. Kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Kebingungan siswa pada kegiatan pembelajaran sudah tidak ada. Ketika melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata pada siklus II siswa sudah tidak malu-malu lagi saat bermain tebak kata, dan tidak pasif lagi. Saat bermain peran sudah mulai berinisiatif memberikan kode kepada temannya agar bisa menjawab, dan pada saat konfirmasi siswa sudah mulai percaya diri mengemukakan pendapat mendeskripsikan materi yang sudah dipelajari dengan diransang

(34)

reward sticker! siswa berantusias mengeluarkan pendapat. Siswa juga sudah bisa saling bekerja sama, bertukar pendapat, dan saling membantu untuk memahami materi. Peningkatan keaktifan siswa bukan hanya terlihat pada saat permainan tebak kata sudah bisa memberi kode agar teman bisa menebak materi yang dimaksud akan tetapi siswa juga terlihat saat siswa berinteraksi dengan guru seperti menjawab pertanyaan dari guru mengenai hal yang belum dipahami dan menjawab pertanyaan dari guru tanpa rasa malu dan takut serta menjawab dengan jelas.

Dapat disimpulkan melalui model pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Tebak Kata yang diterapkan pada siklus II aktivitas dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat meningkat. Selain kekatifan dan aktivitas, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan karena melalui model Cooperative Learning Tipe Tebak Kata siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Dalam mengerjakan tes evaluasi siklus II siswa tidak mengalami kesulitan karena mereka sudah memahami tentang materi yang diujikan terlebih lagi karena materi sudah diingat saat dicantumkan dalam permainan tebak kata tersebut.

4.5 Perbandingan Kondisi PraSiklus, Siklus I dan siklus II

4.5.1 Perbandingan Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Hasil pengamatan proses pembelajaran dengan lembar observasi dilakukan oleh observer sebagai tindakan perbaikan. Lembar pengamatan pada penelitian ini terdiri dari lembar observasi kekatifan siswa, lembar observasi ini digunakan setiap pertemuan pada pembelajaran siklus I dan siklus II.

Dari hasil perbaikan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II diperoleh perbandingan hasil observasi keaktifan siswa. Hasil yang diperoleh pada setiap siklus terdiri dari rata-rata pertemuan I dan pertemuan II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini.

(35)

Tabel 22

Perbandingan Hasil Observasi Keaktifan Siklus I dan Siklus II

No Keaktifan siswa Jumlah Prosentase (%)

1 Siklus I Baik sekali 10 45% Baik 10 45% Cukup 2 10% Kurang 0 0% Sangat kurang 0 0% 2 Siklus II Baik sekali 22 100% Baik 0 0% Cukup 0 0% Kurang 0 0% Sangat kurang 0 0%

Berdasarkan tabel 4.13 keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan pada keaktifan siswa. Keaktifan siswa pada siklus I terdiri dari siswa yang tergolong aktifnya baik sekali berjumlah 10 dengan prosentase 45%, siswa yang aktifnya baik berjumlah 10 dengan prosentase 45% siswa yang aktifnya cukup berjumlah 2 siswa dengan prosentase 10%, tidak terdapat siswa yang aktifnya kurang berjumlah 0 dengan prosentase 0%, serta tidak terdapat siswa yang aktifnya sangat kurang berjumlah 0 dengan prosentase 0%. Keaktifan siswa pada siklus II mencapai keseluruhan dari siswa tergolong aktif berjumlah 22 dengan prosentase 100%. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II dapat digambarkan melalui gambar 4.9 berikut ini:

(36)

Gambar 4.9

Diagram perbandingan hasil Observasi Keaktifan Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan gambar 4.9 diagram perbandingan keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan pada keaktifan siswa. Keaktifan siswa pada siklus I terdiri dari siswa yang tergolong aktifnya baik sekali berjumlah 10 siswa dengan prosentase 45% dan keaktifan Baik berjumlah 10 siswa dengan prosentase 45% serta keaktifan yang Cukup berjumlah 2 siswa dengan prosentase 10%. Keaktifan siswa pada siklus II mencapai keseluruhan dari siswa tergolong aktifnya baik sekali berjumlah 22 dengan prosentase 100%.

4.5.2 Perbandingan Hasil Belajar

Hasil belajar pada penelitian ini dilaksanakan pada siklus I dan siklus II yang pada setiap siklus terdiri dari rata-rata tes evaluasi pertemuan I dan pertemuan II sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran

Cooperatve Learning Tipe Tebak Kata. Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada kondisi PraSiklus, Siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran

0 5 10 15 20 25 siklus I Siklus II 45% 100%

(37)

Cooperative Learning Tipe Tebak Kata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 23

Perbandingan Hasil Belajar PraSiklus, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Prosentase (%) 1. Prasiklus Tuntas ≥ 65 7 32% Tidak Tuntas ≤ 65 15 68% 2. Siklus I Tuntas ≥ 65 17 78% Tidak Tuntas ≤ 65 5 22% 3. Siklus II Tuntas ≥ 65 21 95% Tidak Tuntas ≤ 65 1 5%

Tabel 4.14 perbandingan hasil belajar kondisi awal yaitu prasiklus, Siklus I dan siklus II menunjukan bahwa ada peningkatan. Pada kondisi awal yang masuk dalam kategori tuntas dengan mendapatkan nilai ≥ 65 sebesar 32% atau sebanyak 7 siswa, pada siklus I siswa yang masuk dalam kategori tuntas meningkat menjadi 17 siswa atau sebesar 78%, dan pada siklus II menjadi 95% atau sebanyak 21 siswa yang masuk dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas pada kondisi awal Pra Siklus sebanyak 15 siswa atau sebesar 68, pada siklus I siswa yang masuk kategori tidak tuntas sebesar 22% atau sebanyak 5 siswa, dan pada siklus II sebanyak 1 siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas sebesar 5%. Untuk lebih jelasnya maka perbandingan hasil belajar kondisi awal prasiklus, siklus I dan siklus II akan digambarkan pada gambar 4.10 berikut ini.

(38)

Gambar 4.10

Perbandingan Hasil Belajar PraSiklus, Siklus I, Siklus II

Berdasarkan gambar diagram hasil belajar pada kondisi awal pra siklus, siklus I, siklus II, dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi Prasiklus, siklus I dan siklus II yaitu mengalami peningkatan. Hasil belajar pada prasiklus menunjukan sebanyak 7 siswa yang masuk kategori tuntas dengan nilai ≥65 atau sebesar 32% dan sebanyak 15 siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas dengan nilai ≤65 dibawah KKM yang ditentukan atau setara dengan 68%. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 78% atau sebanyak 17 siswa yang mendapatkan nilai ≥65 sehingga masuk pada kategori tuntas dan siswa yang mendapat nilai ≤65 pada siklus I dengan jumlah 5 siswa setara 22% masuk pada kategori tidak tuntas. Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada siklus II dengan prosentase 95% dengan jumlah siswa sebanyak 21 yang mendapatkan nilai ≥65 dan masuk dalam kategori tuntas. Masih ada 1 siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas yang mendapatkan nilai ≤65 dengan prosentase 5%. 0 5 10 15 20 25

Prasiklus Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas Tuntas 68% 22% 5% 95% 78% 32%

(39)

4.6 Pembahasan

Berdasarkan paparan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA, maka dapat diketahui adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Tebak Kata. Peningkatan tersebut terjadi karna dalam

pembelajaran denan meerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata siswa bekerja sama dalam kelompok, dan dapat bekerja sama dengan pasangannya masing-masing saat bermain tebak dengan menjunjung norma-norma dalam permainan Tebak kata, siswa aktif saling membantu satu sama lain dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat aktif berperan sebagai penolong dalam pasangannya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, terjadi interaksi antar siswa dalam kemampuannya menebak dan berpendapat serta menciptakan kode sendiri agar pasangannya dapat menebak apa yang dimaksud dari pembahasan tersebut. Meningkatkan kecakapan individu dan kelompok. Oleh karena itu, model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata merupakan salah satu strategi dimana siswa dalam pembelajaran dituntut untuk aktif bekerja sama dengan pasangan, saling membantu dalam menguasai materi untuk mencapai tujuan bersama.

Pada akhirnya hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Turniasih (2013) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Tebak Kata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Debong Tengah Kota Tegal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 dapat dikategorikan menjadi II kriteria karakteristik siswa. Kriteria I terdiri dari siswa yang sudah berhasil mencapai ketuntasan belajar tanpa diadakannya suatu tindakan. Siswa yang berada pada kriteria ini merupakan siswa yang memiliki

(40)

antusiasme yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran. Selain memmiliki antusiasme yang tinggi mereka juga mmemiliki tingkat pemahaman tinggi sehingga hasil belajar yang diperoleh telah mencapai KKM ≥65 yang telah ditentukan. Sedangkan pada kriteria II terdiri dari siswa yang mencapai ketuntasan belajar stelah diberikannya tindakan. Siswa pada kriteria ini memiliki antusias yang cenderung kurang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena mereka merasa bahwa pembelajaran yang mereka terima belum menarik sehingga perhatian mereka tidak terfokus pada pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM ≤65 yang telah ditentukan. Untuk menarik perhatian pada kriteria ini dalam mengikuti pembelajaran maka guru melakukan tindakan melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Tebak Kata.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat melalui model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Tebak Kata dapat meningkatkan Keaktifan siswa dan

memberi dampak pada hasil belajar IPA di kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode inkuiri

‫الباب الرابع‬ ‫خامتة‬ ‫أ‪ .‬اخلالصة‬ ‫وبعد أن قام الباحث بتقدمي وتعبري البنية السردية عند عالء األسواين يف روايته‬ ‫عمارة يعقوبيان

Mekanisme sinergisme antar isolat dalam konsorsium disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) salah satu dari genus bakteri mampu menyediakan satu atau

Sebuah benda yang mempunyai massa m diikat dengan seutas tali yang panjangnya R kemudian diputar sehingga benda dan tali berputar pada bidang datar Horizontal yang licin

human capital service yang bertanggung jawab pada seluruh karyawan. perusahaan, divisi kedua learning and development yang

Kegiatan rutin yang dikoordinir oleh mahasiswa antara lain pengajian anak-anak empat hari seminggu yang dikelola oleh para mahasiswa (PAPIKA) dan para Muadzin

Tanpa aplikasi NAA atau dengan konsentrasi NAA 1,5 mg kg -1 disertai dengan BAP 2 mg kg -1 memberikan jumlah daun yang lebih banyak; konsentrasi NAA maupun BAP secara

Berdasarkan gambar 10 diatas dilihat bahwa air minum yang diproduksi dengan reverse osmosis lebih untung dibandingkan dengan air minum yang dimasak, terlihat pada