303 14.043 3.358 104 102
0% 20% 40% 60% 80% 100% Rumah Tangga
Gambar 2.3 Luas Lantai Rumah Yang digunakan Rumah Tangga
<20 1,69 20 - 49 78,41 50 - 99 18,75 100 - 149 0,58 > 150 0,57 303 14.043 3.358 104 102
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Rumah Tangga
Gambar 2.3 Luas Lantai Rumah Yang digunakan Rumah Tangga
<20 1,69
sekitar 14.043 rumah tangga. Kemudian yang memiliki rumah dengan
luas lantai antara 50 – 99 M2 sebesar 18,75 persen atau sekitar 3358
rumah tangga. Sementara luas rumah lantai tersempit yaitu kurang lebih 1,69 persen atau sekitar 303 rumah tangga.
Gambar IV – 1
Grafik Luas Lantai Rumah yang Digunakan Rumah Tangga
Gambaran Umum
bekerjasama dengan Bapertarum, dan yang ditangani oleh pemerintah tersebar dibeberapa Distrik di Kabupaten Sorong.
Gambar IV - 2
Kondisi Permukiman Penduduk di Desa Ninjimur Distrik Salawati
Prasarana dan Sarana Permukiman
Prasarana dan sarana merupakan kelengkapan dasar fisik yang harus dimiliki oleh setiap perumahan dan permukiman baik itu yang terletak di perkotaan maupun diperdesaan.
Di Kabupaten Sorong kelengkapan prasarana dan sarana
perumahan dan permukiman masih sangat terbatas. Adapun kelengkapan prasarana dan sarana permukiman yang tersedia dapat dilihat pada Tabel IV - 1.
Aspek Pendanaan
Pendanaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman. Dilihat dari kemampuan masyarakat yang ada di Kabupaten Sorong dalam hal pendanaan PSD permukiman sangat kecil. Sejauh ini pendanaan atau pembiyaan PSD masih
sepenuhnya dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah dan pihak Swasta.
Begitu juga dengan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang ada, masih dilakukan oleh Pemerintah Daerah hal ini disebabkan oleh kemampuan masyarakat yang masih rendah.
Parameter Teknis Wilayah
Beberapa parameter yang digunakan dalam perencanaan
pembangunan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman dapat dilihat pada Tabel IV – 2.
Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan perumahan dan permukiman. Di
Kabupaten Sorong kelembagaan/lembaga yang mengelola
perumahan dan permukiman terdiri dari:
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), berfungsi sebagai:
Memberikan arahan, kebijakan dan strategi dalam
pengusulan pembangunan perumahan dan permukiman.
Merumuskan program pembangunan perumahan dan
permukiman
b. Dinas Pekerjaan Umum (DPU), berfungsi sebagai:
Instansi teknis pengelola perumahan dan permukiman
Penyiapan prasarana dan sarana perumahan dan
permukiman
Memberikan pembinaan dan pengaturan dalam hal
pengelolaan perumahan dan permukiman.
c. Pihak Swasta, berfungsi sebagai:
b. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya perumahan dan permukiman yang layak huni.
2. Tersedianya prasarana dan sarana dasar permukiman yang memadai.
3. Tersedianya lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat
2. Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan pembangunan permukiman yang terjadi di Kabupaten Sorong adalah sebagai berikut:
Lahan untuk pembangunan perumahan
Struktur tanah
Topografi
Pembiayaan/Pendanaan
Geografis Wilayah
Kelembagaan
Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Usulan Pembangunan Permukiman
Untuk meningkatkan kualitas hidup dan menunjang kegiatan masyarakat di Kabupaten Sorong, maka perlu diusulkan pembangunan permukiman. Adapun usulan tersebut adalah sebagai berikut Tabel IV - 3.
a. Sistem Infrastruktur Permukiman yang Diusulkan
Pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan
Pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase
Pembangunan jaringan air bersih
Pembangunan sistem air limbah
Pembangunan sistem pengolahan persampahan
B. RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
1. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
a. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di
Kabupaten Sorong
Kabupaten Sorong merupakan kabupaten hasil Pemekaran pada tahun 2000 dimana pengembangan ibukota kabupatennya terpusat di Kota Baru Aimas wilayahnya merupakan penempatan satuan kawasan permukiman transmigrasi pada tahun dalapan puluhan dengan kawasan hutan yang luas dan mempunyai ciri kehidupan agraris yang didominasi oleh lahan-lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan yang masih kosong yang tentunya kualitas dan intensitas lingkungan permukiman kawasan permukiman transmigrasi, permukiman penduduk lokal, perumahan milik Pemda dan kota-kota distrik di Kabupaten
Sorong ditinjau dari KDB kawasan permukiman (built–up areanya)
terutama dari segi penyerapan air oleh tanah, penghawahan dan pencahayaan alamiah, KLB, GSB dan batas tepi bangunan dengan batas lahan lainnya pada umumnya masih terlihat baik, namun secara umum kondisi bangunan-bangunan pada kawasan perkotaan terlihat permanen dan bangunan lainnya masih sederhana.
Ditinjau dari tata letak kota - kota distrik pada umumnya merupakan bentuk kota yang dipadukan memusat dan bentuk linier pada satuan-satuan kawasan permukiman transmigrasi dan penduduk lokal dimana ciri dan kondisi fisik bangunanya yang tunggal, bangunan perkantoranpun yang terbagun sudah memusat pada kawasan perkantoran, bangunan kesehatan (puskesmas) tersebar di wilayah kabupaten, untuk rumah sakit pembangunan fisiknya baru terselesaikan pada tahun 2008, sedangkan untuk prasana dan sarana penggulangan kebakaran perkotaan kabupaten sorong belum tersedia.
dan mempercepat pertumbuhan wilayah tapi dari sektor tersebut belum memberikan kontribusi bagi daerah.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kabupaten sorong mengalamii intensitas pembangunan yang cukup tinggi dalam memanfaatkan ruang-ruang perkotaan, mengakibatkan permasalahan pembangunan perkotaan cukup kompleks. Kompleksitas permasalahan tersebut perlu direspon dengan arahan penataan bangunan dan lingkungan yang telah dituangkan dalam Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) Aimas tahun 2005 hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu faktor estetika tata bangunan dan lingkungan kota yang mendukung terciptanya pola interaksi antar kegiatan secara efisien. Dalam pembentukan karakter bangunan perkotaan yang ada di kota Aimas yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kondisi fisik alam sekitarnya, atau mengikuti bentuk bangunan yang dijadikan ciri khas dari Kota (landmark) sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Penerapan
aspek Urban Design Guidelines dalam membentuk karakter bangunan
kota.
b. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Fungsi dan klasifikasi bangunan merupakan acuan untuk
persyaratan teknis bangunan gedung untuk kota Aimas dan kabupaten ditinjau dari segi intensitas bangunan, arsitektur dan lingkungan keselamatan dan keamanan telah dilaksanakan dengan adanya IMB dan RAPERDA tentang bangunan gedung (gedung perkantoran bangunan pendidikan, pelayanana kesehatan, perumahan dll) dengan demikian Dinas PU telah melaksanakan pengendalian pembangunan gedung dikota Aimas dan Kabupaten Sorong. Untuk daerah-daerah yang rawan bencana ,daerah banjir, Aliran Sungai, dan lokasi yang kondisi fisik dasarnya berkontur tajam/terjal tidak diberikan ijin untuk membangun, pada lokasi yang berkontur sedang diberikan persyaratan
teknis untuk membangun, dan untuk kawasan-kawasan yang
Kondisi kawasan kumuh di Kabupaten Sorong
digambarkan/dibahasakan sebagai penduduk miskin yang mata
pencaharian sebagai petani peramuh/nelayan tradisional yang kondisi rumahnya bersifar darurat dan kondisi lingkungannya tidak didukung dengan ketersediaan PSD, kawasan ini tersebar pada wilayah pedalaman dan kawasan pesisir atau pulau di Kabupaten Sorong.
Kabupaten Sorong mempunyai potensi untuk pengembangan pasar pariwisata bahari, wisata alam, wisata pantai, air panas, yang belum dimanfaatkan dan dikembangkan yang perlu didukung dengan sektor-sektor pelayan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan
sektor wisata, dan obyek-obyek wisata berupa
permukiman-permukiman tradisonal, bangunan gedung bersejarah tidak dimiliki oleh
kabupaten. Untuk Sarana lingkungan open spice hanya tersedia secara
alami berupa hutan kota, lahan kosong yang hijau yang belum dikelola/ditata, sarana olah raga berupa stadion olah raga yang kondisinya masih dalam tahap penyempurnaan.
Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Kota Baru Aimas maupun wilayah kabupaten belum tersedia prasarana dan sarana penaggulangan kebakaran kota yang
memadai, maupun hidran penanggulan kebakaran yang include
pada jaringan pipa PDAM dalam wilayah permukiman, operasional penanggulangan kebakaran Kota Aimas didukung 2 unit kendaraan mobil dinas kebakaran dengan kapasitas 2000 liter yang melayani lingkup kota Aimas yang dioperasikan oleh Dinas PU sedangkan untuk perusahan-perusahan dibidang migas/minyak, pengalengan ikan, industri kayu lapis, playwood dan lain-lain untuk penanggulangan kebakarannya disiapkan oleh perusahan yang bersangkutan.
Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas PU telah
kepada masyarakat dengan langsung mendatangi warga pada tingkat RT dan distrik pada lingkup Kota Baru Aimas.
Memberikan kesadaran, pemahaman tentang IMB dan bantuan teknis dalam membangun dan kemudahan perijinan bagi masyarakat sebagai bentuk pelayanan prima dan terlihat partisipasi masyarakat dalam pengurusan ijin bangunan telah diterima dengan baik.
2. Permasalahan Penataan Bangunan
Salah satu bagian penting yang dituangkan dalam penataan bagunan gedung dan lingkungan di kawasan perkotaan dan wilayah Kabupaten Sorong adalah suatu pedoman mengenai arahan penataan bangunan dan Lingkungan ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu faktor estetika lingkungan kota yang mendukung terciptanya pola interaksi antar kegiatan secara efisien.
Sasaran
a. Perumusan kebijaksanaan Penataan Bagunan Gedung dan lingkungan di kota dan wilayah kabupaten Sorong
b. Pengendalian intensitas kawasan melalui KDB, KLB, GSB dan batas tepi bangunan dengan batas lahan lainnya.
c. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keseimbangan Bagunan Gedung dan peningkatan kualitas lingkungan pada Kawasan perkotaan dan kawasan-kawasan strategis yang memeliki nilai ekonomi.
d. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat serta swasta di wilayah Kota (aimas) dan Wilayah Kabupaten
e. Penyusunan Rencana Teknik Bagunan dan Lingkungan pada kawasan kota Aimas dan Kota-kota kecamatan di wilayah kabupaten.
Rumusan Masalah
Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai diidentifikasi masalah yang terjadi Kabupaten SorongBagaimana Menciptakan Ruang-Ruang Perkotaan di Kabupaten Sorong Agar tertib Bangunan dan Peningkatan Kawasan/lingkungan dengan berpedoman pada rencana kota dan menerapkan aturan standarnisasi Undang-undang bagunan gedung dan lingkungan yang telah ditetapkan.Peningkatan dan pemahaman teknis kegiatan tentang bangunan gedung dan lingkungan oleh aparat dinas PU guna pemantapan kelembagaan panataan bangunan dan lingkungan.
Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan dan Tantangan Bidang Bangunan Gedung
Kondisi fisik geografis kota kabupaten berbukit ,gelombang, hingga datar pada daerah-daerah yang berkontur tajam tidak dimanfaatkan untuk membangun, areal lahan yang sedikit berbukit perlu pematangan, namun daerah yang rawan bencana tidak diijinkan untuk membangun.
Lingkup Kota Kabupaten belum memiliki prasarana dan sarana hidran penaggulangan kebakaran , baik di gedung perkantoran, kesehatan, pendidikan maupun pada kawasan permukiman juga belum tersedia hidran
kebakaran yang imput pada jaringan pipa air bersih. Untuk
penanggulangan kebakaran wilayah kota hanya ditunjang dengan sarana mobil kebakaran 2 unit dengan kondisi baik yang melayani kota aimas yang dioperasikan oleh dinas PU Kabupaten Sorong.
Penyelenggaran Aturan penataan bangunan dan gedung
berpedoman pada rencana tekni ruang kota aimas yang mengatur unsur pengendalian pembangunan, dengan memberlakukan ketentuan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau Floor Area Ratio (FAR) untuk mengatur ketinggian (Skyline) bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau
Building Coverage Ratio (BCR) dan Building Lines, berupa garis sempadan
Kualitas pelayanan pablik dan perijanan masih rendah belum didukung dengan kemampuan SDM dan sarana yang ada.
Permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung dan rumah negara
Kondisi gedung gedung negara yang terdapat di kabupaten sorong seperti gedung-gedung perkantoran, bangunan kesehatan, dan Perumahan dari aspek struktur bangunan telah memenuhi syarat konstruksi tapi dari segi kenyamanan dan lingkungan kurang mendapat perhatihan karena tidak didukung dengan panataan lingkungan. Sedangkan penyelenggaraan gedung – gedung perkantoran dan perumahan pemda telah menyesuaikan dengan ketentuan rencana pemanfaatan tata ruang dan sesuai dengan fungsinya.
Dari segi kualitas dan kuantitas aset-aset pemerintah daerah teradministrasikan pada kantor Dinas PU, Bappeda,pertanahan yang penagananya masih sistem manual dan belum didukung dengan sistem komputerisasi dan tenaga teknis.
Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan
Untuk wilayah kabupaten sorong kawasan permukiman kumuh tidak
nampak namun digambarkan sebagai penduduk miskin masyarakat
pedalaman, nelayan yang berdiam dipesisir dengan kondisi lingkungan
yang tidak nyaman tidak didukung dengan PSD hal ini tersebar pada wilayah kabupaten sorong dan pada wilayah pesisir.
Dalam pengembangan pasar pariwisata , obyek-obyek wisata kabupaten sorong berupa permukiman-permukiman tradisonal, bangunan gedung bersejarah tidak dimiliki oleh kabupaten tapi didukung wisata alam, wisata pantai, wisata bahari.
Bendung / Embung Klamalu
Wisata Bahari Selat Sele
Wisata Sejarah Bekas Lapangan Terbang dan Goa peninggalan
Jepang di Sausapor
Wisata Alam Danau Ainaro dan sumber air panas Klaili
Cagar Alam Tamrau Utara
Cagar Alam Pantai Sausapor
Pengembangan kawasan strategis diperlukan untuk memacu pertumbuhan pembangunan Kabupaten Sorong. Dalam pengembangan kawasan-kawasan tersebut harus diperhatikan adanya sektor-sektor strategis serta tingkat kepentingan sektor-sektor tersebut terhadap
pengembangan wilayah baik dalam hal potensi, kendala dan
permasalahan-permasalahannya, serta ketersediaan dan kesiapan
investasi untuk mendukungnya. Secara umum kawasan-kawasan strategis yang perlu mendapat prioritas.
Tata hijau pada dasarnya memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup manusia serta fungsi estetika/keindahan lingkungan.
kondisi ruang terbuka hijau maupun open space untuk kota Aimas masih dalam kondisi alamiah berupa hutan kota dan rencana penataan ruang terbuka hijau telah dituangkan dalam rencana kota RTRK namun belum ada perhatian dan implementasi dari pemerintah untuk melaksakan rencana RTH maupun dalam bentuk taman-taman perkotaan dan Publik Space (ruang publik), berupa alun-alun kota telah tersedia di kota aimas yang kondisinya baik yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan memberikan keleluasaan kepada setiap stake holder, masyarakat untuk berkreatifitas dan melakukan interaksi berbagai kepentingan yang positif.
Rencana Penanganan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
wilayah kota yang diatur dalam kegiatan perencanaan tata ruang. Perkembangan wilayah kota yang pesat serta tingginya intensitas kegiatan di wilayah kota Aimas merupakan manifestasi kebutuhan ruang akibat adanya perkembangan penduduk dengan segala aktivitas kegiatannya. Apabila pertumbuhan dan perkembangan ini tidak diikuti dengan suatu perencanaan yang matang, dan dukungan SDM di lembaga teknis perintahan maka dapat menimbulkan permasalahan di masa mendatang baik secara struktural maupun fungsional. Oleh sebab itu perlu adanya langkah – langkah penyiapan perangkat teknis Bangunan Gedung dan Lingkungan .
Analisis diarahkan untuk mengakomodasi potensi dan kendala pengembangan agar bangunan gedung pada ruang-ruang kota dapat berfungsi secara efektif,Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan yang memilii niali ekonomi, dan peran serta masyarkat dalam pembangunan serta Kajian nilai dukung lingkungan merupakan langkah untuk memahami karakter areal perkotaan dan pembangunan yang dilakukan, pada gilirannya memerlukan analisis terhadap kemungkinan-kemungkinan pembangunan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor Alami
Kondisi topografi/kemiringan lereng
b. Faktor Buatan
Kawasan terbangun (perumahan, perdagangan, pendidikan,
perkantoran, dll) yang ada dan yang dalam proses
Pengembangan Kawasan-kawasan strategis yang mempunyai nilai
ekonomi Kawasan pengembangan khusus, misalnya perkantoran, perdagangan atau rekreasi;
c. Faktor Kelembagaan masyarakat adat
Dari tiga parameter penilaian terhadap daya dukung lingkungan Kota
Aimas dan sesuai dengan rencana master plan maka dapat diperoleh
tidak terjadi serta yang terpenting adalah konsep pembangunan secara berkelanjutan dapat tercapai.
Rekomendasi
Dari hasil-hasil analisis dan tinjauan permasalahan, kondisi bangunan , sarana dan prasarana lingkungan perkotaan yang ada dikota aimas dan wilayah kabupaten secara umum perlu dituangkan dalam rencana tata bangunan dan lingkungan Konsep-konsep pengembangan kawasan yang mempunyai nilai ekonomi yang perlu didukung dengan sektor-sektor pelayanan agar dapat merangasan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan sektor pariwisata.
3. Program Yang Diusulkan
a. Usulan dan Prioritas Program
Dalam rangka meningkatkan dan menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan yang baik, sehingga menghasilkan suatu lingkungan yang layak huni, maka perlu dilakukan beberapa kegiatan yang diwujudkan dalam beberapa program sebagai berikut:
Penyelenggaraan desiminasi/sosialisasi peraturan
perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan.
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur.
Penyelenggaraan pelatihan teknis tenaga pendata bangunan
gedung
Penyusunan RISPK
Penyusunan RIK
Penyusunan RAPERDA
Penyusunan RTBL
Penyusunan program perbaikan kampung (KIP)
Penyusunan Rencana Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
b. Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan
C. RENCANA INVESTASI SUB – BIDANG AR LIMBAH
1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah
a. Umum
Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman (municipal wastewater). Dimana air limbah yang dimaksud terdiri dari air limbah domestic ( rumah tangga ) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Kuantitasnya antara 50 -70% dari rata – rata pemakaian air bersih (120 – 140 ltr/org/hr). Air limbah ini perlu di kelola agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
b. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam
Rencana Kabupaten Sorong.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sorong dalam Pengelolaan Air Limbah untuk menjaga kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah :
Mengawasi kerusakan dan pencemaran lingkungan yang
disebabkan air limbah dan menyebarluaskan informasi tentang pentingnya kesehatan lingkungan kepada masyarakat melalui penyuluhan – penyuluhan,
Disusunnya Rencana Kualitas Lingkungan Daerah,
Meningkatkan kualitas aparatur lingkungan hidup,
Tersedianya saluran air buangan rumah tangga.
Program Pemerintah dalam Pengelolaan Air limbah yaitu :
Pembinaan Sistem Pengelolaan Air Limbah,Pengembangan
Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta, Program Pembangunan kapasitas Pendanaan, Program Promosi Pengelolaan Air Limbah dan Program Pengembangan Inovasi Teknologi.
2. Profil Pengelolaan Air Limbah.
Berdasarkan kondisi dan karateristik perumahan dan permukiman serta kondisi sosial dan budaya masyarakat di Kabupaten Sorong, maka secara umum kondisi tentang sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Sorong adalah sebagai berikut:
a. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat ini.
Pengelolaan Air limbah yang ada pada saat ini adalah pengelolaan
dengan On Site Sistem yaitu Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber. Keuntungan dari
sistemOn Siteini adalah :
Biaya Pembuatan Murah,
Dibuat oleh masing – masing/pribadi;
Teknologi cukup sederhana;
Sistem sangat privasi karena terletak pada persilnya;
Operasi da pemeliharaan dilakukan secara pribadi masing – masing.
Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan.
Dengan adanya masyarakat yang belum mampu untuk mengelola limbahnya atau belum mempunyai septik tank, sehingga masih menggunakan MCK menyebabkan terjadi sanitasi yang kurang baik maka menyebabkan Kesehatan Masyarakat kurang terjaga yaitu sering terjadinya penyakit diare pada masyarakat terutama pada anak – anak dengan angka kematian yang cukup tinggi.
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah.
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah yang ada saat ini adalah dengan cara individual yaitu pembuatan septik tank di
Kabupaten Sorong, di Distrik Aimas terdapat ± 80% rumah yang telah menggunakan septik tank sedangkan di Distrik Salawati terdapat ± 70% rumah yang telah memiliki septik tank, sisanya masih belum mempunyai prasarana sarana air limbah khususnya septik tank hal ini menyebabkan sebagian dari masyarakat membuang air besar (tinja) di tempat yang tidak seharusnya. Dan di Distrik yang lain kebanyakan masih menggunakan cubluk dan MCK. Secara umum Kabupaten Sorong berada pada ketinggian 0–25 meter dari permukaan laut dengan bentuk permukaan lahan relative datar. Kemiringan lereng wilayah bervariasi yaitu atara 0–2 %, 2–15 % dan 15–25 %. Kondisi topografi (ketinggian dan keiringan lereng) tersebut dikategorikan sebagai daerah datar.
b. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah.
Kondisi sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah
yang ada pada saat ini adalah sistem On siteyaitu sistem pembuangan
setempat dimana fasilitas pembuagan air limbah yang berada di dalam daerah persil pelayanannya (batas tanah yang dimiliki) yaitu dengan pembuatan septik tank. Dimana yang sudah mempunyai prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tersebut di Distrik Aimas 5.163 KK dan di Distrik Salawati 2.764 KK dan di Dstrik yang lain masih menggunakan cubluk dan MCK.
Aspek Teknis
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya di atas bahwa, pengelolaan sistem air limbah di Kabupaten Sorong secara teknis dilakukan
dengan sistem sanitasi on-site (setempat), sedangkan sistem
Aspek Pendanaan
Seperti telah diketahui bahwa di Kabupaten Sorong sistem
pengolahan air limbah adalah sistem on-site, dimana sistem ini
dikelola langsung oleh masyarakat sehingga biaya operasi dan pemeliharaannya juga ditangani sendiri oleh masyarakat seperti biaya pengurasan tangki septik dan biaya lainnya.
Aspek Kelembagaan Pelayanan Air Limbah
Lembaga yang berfungsi sebagai pengelola pelayanan air limbah di Kabupaten Sorong sampai saat ini belum terbentuk, namun untuk memantau dan menyiapkan prasarana pengelolaan air limbah seperti truk tinja dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sorong.
3. Permasalahan Yang Dihadapi
a. Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah.
Mengingat pentingnya kesehatan masyarakat dan kemampuan masyarakat untuk pengelolaan air limbah di perlukan bantuan untuk pembuatan prasarana sarana air limbah yaitu dengan cara pembuatan Septiktank atau cubluk untuk masyarakat yang kurang mampu atau belum mempunyai PS air limbah. Untuk menjaga kesehatan dan perlindungan lingkungan terutama sumber daya air permukaan maupun
air tanah, perlu dilakukan menyebarluaskan informasi tentang
Pengelolaan Lingkungan kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang pengelolaan air limbah yang sesuai baku mutu lingkungan.
b. Rumusan Masalah
Aspek Kelembagaan.
Aspek Teknis Operasional.
Keterbatasan sarana dan prasarana pengurasan dan pengumpulan (truk tinja), instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT), serta instalasi pengolah air limbah (IPAL) sebelum dibuang ke dalam air.
Aspek Pembiayaan.
Tidak seimbangnya besar biaya operasional – pemeliharaan (O dan M) pengelolaan dan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan penerimaan.
Aspek Pengaturan/Regulasi
Tidak dimikilinya kebijakan pengaturan pengelolaan yang mampu memberikan motivasi kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam pengelolaan secara terpusat baik menyangkut biaya maupun teknik operasional.
Aspek Peran Serta Masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam pengelolaan perlu ditingkatkan.
Untuk jelasnya mengenai permasalahan pengelolaan air limbah dan upaya penganannya dapat dilihat pada Tabel IV - 15.
4. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi
a. Analisa Permasalahan
Aspek Teknis
Sistem Pengelolaan air limbah yang ada saat ini dengan system On
– Siteyaitu pengelolaan limbah secara individu.
Aspek Non Teknis
Kebiasaan masyarakat yang kurang mampu masih menggunakan
cubluk dan juga masih banyak membuang limbah ke sungai
Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah adalah:
o Keterbatasan masyarakat arti/pengetahuan tentang pengelolaan
lingkungan dan kesehatan lingkungan sehigga masih banyak
masyarakat yang membuang atau mengalirkan limbah
sembarangan.
o Kemampuan masyarakat untuk mengelola air limbah masih
rendah karena pendapatan masyarakat yang minim.
b. Alternatif Pemecahan Persoalan
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Memberikan penyuluhan atau desiminasi kepada masyarakat
terhadap pentingnya pengolahan air limbah.
Membangun infrastruktur yang dapat memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam pengolahan limbah.
c. Rekomendasi
Memberikan penyuluhan atau desiminasi kepada masyarakat
terhadap pentingnya pengolahan air limbah.
Membangun infrastruktur yang dapat memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam pengolahan limbah, seperti:
o Pembuatan septik tank komunal
o Pembuatan MCK umum
o Pengadaan truk tinja
o Pembuatan IPAL
o Pembuatan IPLT
o Pembuatan jamban keluarga
5. Sistem Prasarana Yang Diusulkan
a. Usulan dan Prioritas Program
Melihat kondisi pengelolaan air limbah dan permasalahan yang ada di Kabupaten Sorong, baik dari aspek teknis maupun non teknis serta melihat kondisi sosial dan budaya masyarakat maka usulan program atau kegiatan yang perlu untuk dilakukan dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah sebagai berikut:
b. Pembiayaan Pengelolaan
D. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN
1. Profil Umum Persampahan
Sub Bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki Program dan Kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah.
Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat , setengah padat yang merupakan hasil sisa aktivitas manusia/masyarakat, tidak terpakai, dapat bersifat organic maupun anorganik , karena membahayakan kesehatan lingkungan harus di buang/disingkirkan/dikelola dari lingkungan.
Perkiraan jumlah sarana pengangkutan sampah dilakukan
berdasarkan angka rata–rata volume produksi sampah perkapita untuk kota–kota yang berstatus kota kecamatan atau kota–kota dengan populasi di bawah 100.000 jiwa, yaitu sekitar 2,5 ltr/org/hr. Untuk kawasan pelayanan dengan kepadatan penduduk sekitar 200 jiwa / ha atau lebih diperlukan pola pelayanan yang konvensional sampah yang dibawa ke gerobak dari tiap bak sampah menuju TPA oleh truk–truk sampah sedangkan yang pola semi konvensioal, sampah dari gerobak dibawa ke depo–depo kontainer yang selanjutnya dibawa ke TPA oleh truk kontainer. Untuk kawasan kepadatan di bawah 200 jiwa/ha diperlukan pola pelayanan
yang lebih modern dengan penggunaan mini kontainer atau truck
compactoryang mengambil sampah dari ini kontainer menuju TPA.
a. Kebijakan, Program, dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan
dalam Kabupaten Sorong .
Kebijakan Pemerintahan Kabupaten Sorong dalam rangka Pengelolaan Persampahan adalah :
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya; 2. Pengelolaan persampahan dari sistem lahan sebagai tempat
pembuangan akhir menjadi system TPST (tempat pembuangan sampah terpadu) untuk meminimalisasikan timbulan sampah;
5. Pemisahan badan/fungsi regulator dan operator; 6. Peningkatan efektifitas penegakan hukum;
Adapun Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan adalah :
Program Pembinaan Sistem Pengelolaan Persampahan
Peningkatan Pengembangan Perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan manual bidang pengelolaan persampahan.
Program Perencanaan Pengelolaan Persampahan
Tersusunnya PJM dan masterplan/outline plan atau PTMP (Perencanaan teknis dan manajemen persampahan )
Program Pengurangan Timbulan Sampah
Pengurangan volume sampah dari sumbernya melalui upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pengomposan;
Program perluasan cakupan pelayanan persampahan
Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPA secara bertahap sesuai kriteria;
Program perencanaan kualitas system Pengolahan akhir sampah
Perencanaan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi
sumber daya lingkungan dengan system controlled landfill atau
sanitary landfill;
Program Peningkatan Pengelolaan sampah terpadu mendukung
perlingungan sumber daya air;
Peningkatan penangan sampah secara terpadu lintas sector melindungi sumber daya air di kawasan potensial pencemaran oleh sampah permukiman
Program pengembangan kapasitas masyarakat dalam
meningkatkan sstem pengelolaan persampahan;
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah
Program Pembagunan kapasitas pendanaan pengelolaan
persampahan
Peningkatan sumber pendanaan pembangunan dan pengelolaan persampahan
Menyebar luaskan informasi dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan sistem persampahan
Program Perencanaan inovasi teknologi system pengelolaan
persampahan.
Peningkatan kualitas sistem pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan.
2. Profil Persampahan
a. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat ini.
Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada saat ini di Kabupaten Sorong adalah Sistem skala individual yaitu system pengelolaan individu yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut.
Masyarakat mengolah sampahnya sendiri dengan cara dibakar dan
sebagian masyarakat mengolah sampahnya dengan cara
pengomposan. Secara umum Kabupaten Sorong berada pada
ketinggian 0 – 25 m dari permukaan laut (MDPL) dengan bentuk permukaan lahan relative datar. Kemiringan lereng wilayah sangat bervariasi yaitu antara 0 – 2 %, 2 – 15% dan 15 – 25%. Kondisi topografi (ketinggian dan kemiringan lereng) tersebut dikategorikan sebagai daerah cenderung datar.
b. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan
yang ada (Aspek Teknis)
Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah dengan cara di bakar dan sebagian di bikin kompos. Dimana sumber sampahnya dari aktifitas
sehari–hari dengan volume m3/hr. Sedangkan Pasar Kabupaten,
Dampak negatif yang terjadi dari pengelolaan sampah yag dilakukan oleh masyarakat adalah kurang sempurna dalam pengelolaan sehingga masih sering terjadi bau yang kurang enak sehingga mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Aspek Pendanaan
Dalam pengelolaan persampahan yang ada saat ini, pendanaannya masih biayai oleh masyarakat secara swadaya (limbah/sampah rumah tangga). Penyiapan sarana dan prasarana dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup, sedangkan institusi yang melakukan penarikan retribusi adalah Dinas Pendapatan Daerah.
Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan
Pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Sorong, masih dikelola oleh masing-masing individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan lembaga yang mengelola sampah adalah Dinas PU dan Dinas Lingkungan Hidup, namun kedua dinas tersebut belum dapat bekerja secara maksimal akibat keterbatasan SDM dan peralatan.
Aspek Peraturan Perundangan
Di Kabupaten Sorong belum ada Peraturan Perundangan yang khusus mengatur tentang pengelolaan persampahan.
Aspek Peran Serta Masyarakat
Di Kabupaten Sorong belum pernah dilaksanakan
Sosialisasi/kegiatan tentang informasi pengelolaan persampahan
baik yang dilakukan Pemerintah maupun Swasta. Hal ini
menyebabkan masyarakat masih mengolah sampahnya sendiri dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Gambar IV - 4
Sistem Pengelolaan Sampah
Gambar IV - 5
Pengumpulan 1 Pengumpulan 2 Pengumpulan 3
3. Permasalahan yang dihadapi
a. Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Sorong adalah:
Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih;
Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%;
Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk;
Tercapainya kualitas pelayanan yang sesuai atau mampu
melampaui standar pelayanan minimal persampahan;
Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA;
Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan
yang mantap.
Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat sebagai
sumber timbulan dalam pengelolaan kebersihan dan persampahan secara utuh.
b. Rumusan Masalah
Persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sorong pada saat ini adalah:
Aspek Teknis : Keterbatasan prasarana dan sarana pengumpulan kontainer, pengangkutan (arm roll truck), pengolahan di tempat pembuangan akhir (buldozer, track dozer), belum tersedianya TPA yang memadai serta penanganan akhir sampah.
Aspek Kelembagaan : Bentuk kelembagaan yang tidak sesuai dengan besarnya kewenangan yang harus dikerjakan, sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang memadai dari jumlah maupun kualitasnya.
Aspek Keuangan/Pembiayaan : Tidak seimbangnya besar biaya operasional-pemeliharaan (OP) dengan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan akibat mekanisme penarikan retribusi yang kurang memadai.
4. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi
a. Analisa Permasalahan
Permasalahan pengelolaan persampahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini ditinjau dari aspek teknis dan non teknis:
Aspek Teknis :
Proses pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat sering
menimbulkan asap disertai bau yang menyengat sehingga
mengganggu lingkungan sekitar. Kepulan asap hasil pembakaran sampah harus dicermati, mengingat kemungkinan mengandung zat berbahaya lainnya yaitu dioksin, zat karsiogenik penyebab kanker yang merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari sampah plastik.
Aspek non teknis:
Masyarakat masih belum memahami bahwa masalah kebersihan
adalah tanggung jawab bersama.
Hukum dan Peraturan Perundang–undangan belum dilaksanakan
atau ditegakkan.
Masalah kebersihan belum menjadi program prioritas di daerah.
Hal ini berdampak pada alokasi biaya kebersihan yang masih sangat terbatas.
b. Alternatif Pemecahan Masalah
Pemecahan persoalan diatas maka alternative pemecahan masalah adalah:
Diadakannya penyuluhan–penyuluhan kepada masyarakat tentang
sistem pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan menuju kota yang bersih berwawasan lingkungan;
Ditetapkannya hukum dan peraturan perundang– undangan tentang
pengelolaan persampahan;
Dibangunnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yaitu
Meminimalisasi sampah yaitu untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas,dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi.
Dialokasikan dana khusus untuk pengelolaan persampahan;
Pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yaitu:
gerobak sampah, truck sampah, kontainer, bin/tong sampah, transfer depo.
Untuk jelasnya mengenai rencana pengembangan prasarana
persampahan dapat dilihat pada Tabel IV – 23.
5. Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan
a. Usulan dan prioritas program pengelolaan persampahan.
Usulan dan prioritas program pengelolaan persampahan, yaitu sebagai berikut:
Dibangunnya TPA dengan system sanitary landfill atau controlled
landfill;
Didorong untuk upaya pengurangan sampah dengan penerapan
konsep 3 R (Reduce, reusedanrecycling);
Pengadaan sarana prasarana persampahan;
Penyuluhan–penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan
persampahan;
Diadakan bimbingan teknis pengomposan untuk mengurangi volume
sampah ke TPA dan dapat digunakan sebagai pupuk oleh petani.
b. Pembiayaan Pengelolaan
E. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE
1. Gambaran Umum
a. Kondisi Sistem Drainase
Secara umum kondisi saluran drainase di Kabupaten Sorong terbagi menjadi 3 ( tiga ) bentuk yaitu:
1. Bentuk Drainase Primer. 2. Bentuk Drainase Sekunder 3. Bentuk Drainase Tersier
Sungai Mariat merupakan bentuk drainase primer yang mengalir dari timur ke barat dengan fungsi sebagai limpahan dari drainase yang lainnya. Umumnya pola drainase teknis masih rendah dari pola aliran limpahan air alami (non teknis) baik datangnya dari hujan maupun limpahan–limpahan dari bukit sekitarnya.
Setelah mengetahui kondisi existing drainase di atas maka perlu ditentukan data banjir dan penerapannya. Klasifikasi di Kabupaten Sorong adalah kelas A yaitu:
Ketetapan data banjir berdasarkan hitungan hidrolik, penampang di tentukan pada awal studi teknis, genangan banjir ditentukan pada awal studi teknik juga. Daerah yang diinginkan untuk penerapan yaitu daerah dengan tekanan pembangunan yang pesat untuk pertumbuhan kota, daerah dengan pembangunan intensif dan daerah dengan nilai tinggi.
Konsep drainase di Kabupaten Sorong diarahkan untuk perbaikan jaringan drainase yang belum permanen menjadi permanen, dimana aliran dari dan untuk pembuangannya dialirkan ke sungai, peresapan alami,sepanjang jalan utama dan aliran–aliran air yang ada. Selain itu di tiap beberapa rumah akan di bangun sumur–sumur peresapan guna menampung air hujan, sehingga bila musim kemarau tiba tidak sulit mendapatkan cadangan air.
b. Maksud dan Tujuan
Maksud
sehingga hasil pembangunan bisa meningkatkan kesehatan masyarakat dan bisa mengendalikan bahaya banjir.
Tujuan
Perencanaan drainase disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengendalikan bahaya banjir di Kabupaten Sorong pada umumnya dan di Kota Baru Aimas pada khususnya
c. Arahan Kebijakan Penanganan Drainase
Jaringan saluran drainase sekunder dan tersier di Kabupaten Sorong tersebar dikawasan terbangun, yakni terletak pada sepanjang kiri kanan. Walaupun demikian masih banyak wilayah yang belum memiliki system saluran ini dan pengeringan/pematusan air hujan dan buangan rumah tangga dilkukan dengan sistem peresapan ke tanah secara langsung. Secara keseluruhan bangunan saluran drainase yang ada di Kabupaten Sorong masih berupa saluran non teknis atau berupa tanah yang digali dengan kedalaman 10 – 20 cm. Dari sistem sekunder dan tersier ini langsung berhubungan dengan sungai/laut sebagai sistem penyaluran pembuangan primer.
Arah kebijakan penanganan drainase diarahkan untuk perbaikan jaringan drainase yang belum permanen menjadi permanen, dimana aliran dari dan untuk pembuangannya dialirkan ke sungai, peresapan alami, sepanjang jalan utama dan aliran–aliran air yang ada. Selain itu di tiap beberapa rumah akan di bangun sumur–sumur peresapan guna menampung air hujan, sehingga bila musim hujan tiba bahaya banjir dapat dikendalikan dan kalau musim kemarau tiba tidak sulit
mendapatkan cadangan air dan mempunyai out come kesehatan
masyarakat meningkat.
Sasaran kebijakan drainase adalah sebagai berikut:
• Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan .
• Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif
dan ekonomis melalui menimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir
• Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam
penanganan sistem drainase.
d. Isu – isu Strategis dan Permasalahan
Kecenderungan Perubahan Iklim
Ibu Kota Kabupaten Sorong adalah Kota Baru Aimas dimana secara topografi mempunyai ketinggian dibawah 100 m dari permukaan
laut. Iklim di Kabupaten Sorong adalah tropis lembab dan
mempunyai suhu rata-rat 27,5ºC sedangkan data jumlah curah hujan tahunan mencapai 3.599 mm dengan rata-rata hujan 300 mm perbulan. Dari data topografi permukaan air laut pasang lebih tinggi dari daratan dan dari data curah hujan di atas Kabupaten Sorong mempunyai kemungkinan bahaya banjir yang cukup tinggi.
Belum adanya Ketegasan Fungsi Sisitem Drainase
Drainase yang ada di kabupaten Sorong saat ini berfungsi sebagai pematusan air hujan saja dan belum sebagai pembuangan air limbah dapur dan cuci (grey water). Sistem drainase yang terbangun saat ini masih setempat-setempat dan belum terbangun semuanya sehingga sistem drainase yang ada belum bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelengkapan Perangkat Peraturan
Belum adanya keterlibatan, koordinasi dan peran serta instansi lain yang bertanggung jawab terhadap utilitas yang ada.
e. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengeloaan Drainase Dalam
Rencana Kabupaten
Kebijakan
Arah kebijakan penanganan drainase diarahkan untuk perbaikan jaringan drainase yang belum permanen menjadi permanen, dimana aliran dari dan untuk pembuangannya dialirkan ke sungai, peresapan alami, sepanjang jalan utama dan aliran–aliran air yang ada. Selain itu di tiap beberapa rumah akan di bangun sumur–sumur peresapan guna menampung air hujan, sehingga bila musim hujan tiba bahaya banjir dapat dikendalikan dan kalau musim kemarau tiba tidak sulit
mendapatkan cadangan air dan mempunyai out come kesehatan
masyarakat meningkat.
Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Dalam Rencana
Kabupaten
Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase
Target
- Peningkatan NSPM sistem Drainase dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah.
- Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM
Program pengembangan program dan perencanaan
pembangunan sistem drainase
Target : Peningkatan penyusunan PJM dan master plan
sektor drainase di kabupaten
Program pengembangan pembangunan sistem drainase
perkotaan.
Target :
- Peningkatan sistem drainase dalam mengurangi wilayah genangan di perkotaan
kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari resiko genangan
- Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana
sistem drainase yang ada prioritas kota metropolitan, besar dan sedang
Program pembangunan PS Sistem drainase mendukung
kawasan strategis/tertentu dan pemulihan dampak bencana kerusuhan
Target : Peningkatan kualitas kawasan permukiman dalam
rangka mendukung Indonesia aman dan damai
Program Pengembangan PS Drainase skala
Kawasan/Lingkungan Berbasis Masyarakat
Target : Peningkatan PS drainase dalam rangka menjaga
kesehatan lingkungan permukiman dan kuantitas air tanah melalui pengembangan sumur resapan
Program Pengelolaan sistem drainase terpadu mendukung
konservasi sumber daya air
Target : Pengembangan sistem drainase skala regional
secara terpadu mendukung keseimbangan tata air
Program pengembangan kapasitas pendanaan pembangunan
sistem drainase
Target : Peningkatan pendanaan pembangunan PS sistem
drainase dari berbagai sumber baik pemerintah, pinjaman luar negeri atau dengan swasta terutama developer untuk pengembangan kawasan permukiman baru.
Program promosi pengelolaan PS Sistem Drainase
Target : Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan
kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS Drainase
Program Pembangunan Inovasi teknologi Sistem Drainase
Target : Peningkatan kualitas pembangunan sistem
2. Profil Drainase Perkotaan
a. Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase Saat ini
Sistem drainase perkotaan serta prasarana dan sarana yang ada di Kabupaten Sorong belum dikelola secara maksimal, mengingat pembangunan sarana dan prasarana drainase masih setempat-setempat. Prasarana dan sarana drainase yang ada saat ini sebagai besar masih dari tanah sehingga hal ini membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun.
Fungsi drainase perkotaan dapat dibagi dalam kriteria sebagai berikut: 1. Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif.
2. Membebaskan suatu wilayah terutama permukiman yang padat dari genangan air, erosi dan banjir.
3. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya dengan terlebih dahulu memberikan kesempatan air limpasan untuk meresap terlebih dahulu ke dalam tanah (konservasi air)
4. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui air (water borne disease) dan penyakit lainnya.
6. Dengan sistem drainase yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan-bangunan lainnya.
7. Dengan sistem drainase yang terancana maka dapat dioptimalkan pengaturan tata air yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang berlimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau
Sistem drainase mayor, sistem drainase utama atau drainase makro (major drainage) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Sistem drainase minor/mikro, adalah sistem saluran dan buangan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam melakukan pengkajian (perencanaan dan pembangunan drainase) baik terhadap Drainase Mayor/Primer maupun Drainase Mikro.
Aspek teknis ini meliputi:
Kondisi Fisik Drainase
Kapasitas dan Fungsi Saluran
Berdasarkan aspek-aspek teknis tersebut di atas, di Kabupaten Sorong kondisi prasarana drainase yang berfungsi mengalirkan air/genangan air belum berfungsi secara baik. Hal ini disebabkan kondisi saluran drainase yang ada kurang baik dengan kapasitas layanan air buangan yang masih kurang. Selain itu kondisi prasarana drainase yang ada tidak dibangun secara menyeluruh atau hanya dibangun setempat-setempat, hal ini menyebabkan timbungan genangan-genangan air. Sedangkan dari segi kapasitas saluran yang ada tidak mencukupi untuk mengalirkan air apabila terjadi hujan dalam waktu yang lama. Selain itu beberapa saluran/drainase primer yang ada di Kabupaten Sorong memiliki tingkat sedimentasi yang cukup tinggi.
Untuk jelasnya mengenai kondisi sistem jaringan drainase dapat dilihat pada gambar IV – 6 dan Tabel IV – 26.
c. Aspek Kelembagaan
d. Aspek Pendanaan
Aspek pendanaan dalam pengelolaan sistem jaringan drainase di Kabupaten Sorong selama ini masih dibiayai oleh Dana dari APBD Kabupaten Sorong. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahun tersebut adalah:
Pembangunan Saluran/Drainase
Kegiatan Normalisasi Sungai
Operasi dan Pemeliharaan Drainase.
Pembangunan Gorong-gorong
e. Aspek Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengatur sistem jaringan drainase secara khusus/spesifik belum tersedia. Namun secara umum pedoman yang digunakan dalam mengatur sistem jaringan drainase adalah sebagai berikut:
Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
Perda Kabupaten Sorong tentang RTRW Tahun 2001
Perda Kabupaten Sorong tentang RTRK Tahun 2005
f. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat di Kabupaten Sorong dalam memelihara dan menjaga saluran atau drainase yang ada cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan kegiatan rutin masyarakat dalam membersihkan saluran baik yang berada di pekarangan sendiri atau saluran yang lebih besar seperti sungai. Selain itu tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah ke sungai cukup baik.
3. Permasalahan Yang Dihadapi
a. Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada
Pada umumnya permasalahan sistem drainase yang terjadi di Kabupaten Sorong disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Dimensi saluran yang tidak sesuai dengan dengan debit air
Secara topografi, beberapa daerah di Kabupaten Sorong merupakan daerah cekungan atau dataran rendah
Beberapa tanggul yang dibuat kurang tinggi
Kapasitas tampungan kurang besar
Dimensi gorong-gorong yang dibuat terlalu kecil sehingga terjadi
aliran balik
Adanya penyempitan saluran
Tersumbatnya saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan
sampah.
Sedangkan permasalahan sistem drainase yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang adalah perubahan tata guna lahan yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kebutuhan infrastruktur terutama permukiman dan perubahan fungsi kawasan/kota.
Gambar IV - 9
b. Sasaran Program Penanganan Drainase
Sasaran dalam penangan drainase di Kabupaten Sorong adalah sebagai berikut:
Target Fungsional
Terbebasnya daerah genangan dari luapan air sungai dan banjir.
Berfungsinya saluran drainase sebagai pematus air hujan yang
ada secara maksimal.
c. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi eksisting terhadap saluran drainase yang ada di Kabupaten Sorong, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: Bagaimana atau seberapa besar peran dan fungsi drainase dalam meminimalkan daerah genangan.
Permasalahan drainase dan upaya penanganannya dapat dilihat pada Tabel IV – 27.
4. Analisa Permasalahan.
Analisa Kebutuhan
Kabupaten Sorong yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, serta letak geografis yang sangat strategis, menyebabkan Kabupaten
Sorong merupakan salah satu daerah yang memiliki
perkembangan/pertumbuhan kota yang pesat, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan dan meningkatnya kebutuhan lahan permukiman dan lahan untuk kegiatan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut maka sistem drainase perkotaan yang ada di Kabupaten
Sorong mengalami perubahan serta peningkatan kebutuhan
pembangunan drainase.
Berdasarkan data yang ada, di Kabupaten Sorong terdapat 2 (dua) distrik yang perlu dilakukan pembangunan dan peningkatan sistem jaringan drainase mengingat kedua distrik tersebut merupakan daerah rawan banjir (sering banjir), kedua distrik tersebut adalah: Distrik Aimas dan Distrik Salawati.
5. Sistem Drainase Yang Diusulkan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan (kondisi eksisting) dan melihat
permasalahan-permasalahan saluran drainase yang ada serta
F. RENCANA INVESTASI PENGEMBANGAN AIR MINUM
1. Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum
Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan Air Minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air selain itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum (PSAM) di perkotaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintah Kabupaten Sorong menyusun Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) sebagai kerangaka dasar Investasi Prasarana dan Sarana Air Minum (PSAM) di Kabupaten Sorong.
Air merupakan kebutuhan pokok penduduk yang vital, misalnya untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain-lain. Untuk keperluan air minum penduduk Kabupaten Sorong biasanya memperoleh yang bersumber dari air hujan, sungai, sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagian kecil dari PDAM. Dari gambaran ini maka Kabupaten Sorong sangat membutuhkan Investasi Prasarana dan Sarana Air Minum (PSAM) sehingga penduduk Kabupaten Sorong bisa mendapatkan pelayanan air minum yang baik dan layak untuk dikomsumsi.
a. Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan
Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Sorong yang dipakai saat ini adalah sebagai berikut:
Membuat penampungan air hujan (mengunakan drum)
Membuat penampungan air sungai (mengunakan drum)
Mengunakan pompa listrik (untuk sumur bor)
Mengunakan jaringan selang plastik untuk ditampung di bak
penampungan air (untuk mata air)
Sistem pengelolaan adalah secara Individu (untuk air hujan, air sungai, sumur gali, sumur bor), kelompok (untuk mata air) dan PDAM (intek dipompa ke reservoir dan disalurkan)
Secara umum Kabupaten Sorong berada pada ketinggian 0–25 Meter dari permukaan laut (MDPL) dengan bentuk permukaan lahan relatif datar . Kemiringan lereng wilayah sangat bervariasi yaitu antara 0–2 %, 2–15 % dan 15–25 %. Kondisi topografi (ketinggian dan kemiringan lereng) tersebut dikategorikan sebagai daerah cenderung datar.
Gambar IV - 15
Kondisi Prasarana Air Bersih di Kabupaten Sorong
b. Kondisi sistem prasarana dan sarana penyediaan dan pengelolaan
air minum.
Sistem Non Perpipaan
Aspek Teknis
relatif sedikit (hanya bisa bertahan 10 hari), dan kalau tidak hujan (musim kemarau) penduduk mengambil air ke sungai atau membeli ke pedagang air yang diambil dari sumur bor sehingga kontinuitas penyedian air minum sangat rawan/buruk.
Aspek Pendanaan
Sistem penyediaan air minum di kabupaten sorong sangat buruk karena masih mengunakan drem sebagai penampung air. Untuk meningkatkan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum yang lebih baik masyarakat tidak mampu dalam segi pendanaannya mengingat pendapatan rata-rata penduduk Kabupaten Sorong sangat rendah.
Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Pengelolaan penyediaan air minum non-perpipaan di Kabupaten Sorong pada umumnyua dikelola secara individu.
Sistem Perpipaan
Penyediaan air minum sistem perpipaan di Kabupaten Sorong dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum. Sistem perpiaan yang dipakai adalah dari Intake dipompa ke reservoir kemudian dialirkan ke rumah penduduk.
Aspek Teknis
o Area Pelayanan
Daerah Pelayanan air minum yang menggunakan sistem perpipaan masih terbatas, saat ini daerah yang terlayani Kelurahan Aimas dan Kampung Makbon, Kampung Majaran.
o Tingkat Pelayanan Total
o Tingkat pelayanan dengan sambungan langsung ( SR )
Tingkat pelayanan air minum dengan sambungan langsung ( SR) ± 6 % dari jumlah penduduk.
o Tingkat pelayanan dengan sambungan lain (non domestik,
sosial, pendidikan, komersial, industri dll )
Tingkat pelayanan air minum untuk sambungan non domestik belum tersedia.
o Pemakaian air perhari persambungan (l/samb/hr) untuk
domestik sebanyak l/det
o Pemakaian air perorangan/hari adalah 130 lt/org/hr
o Pemakain persambungan/hari (lt/samb/hr) untuk non
domestik
o Tingkat kebocoran teknis dan non teknis (administrasi)
- Tingkat kebocoran air secara teknis ± 10 %
- Tingkat kebocoran air secara non teknis ± 15 %
o Jam pelayanan (jam)
Jam pelayanan adalah setiap hari pada jam 10.00 s/d jam 14.00.
o Jumlah pemakai persambungan
o Kondisi sumber-sumber
Kondisi sumber-sumber air baku yang sudah digunakan/
termanfaatkan
o Kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber air baku
o Unit air baku dan bangunan pelengkapnya
- Pipa transmisi dan pipa distribusi
- Reservoir
- Pompa
o Cara pengambilan, mengunakan sistem gravitasi atau
pemompaan
- Menggunakan pompa
- Dialirkan dengan teknik gravitasi
o Kapasitas pengambilan/penyadapan
o Bangunan unit air baku dan pelengkapnya disertai dengan
jenis konstruksi dan tahun pembangunan/pemasangan
Kondisi sumber air baku yang belum digunakan/termanfaatkan
o Kapasitas, kualitas, dan kantinuitas sumber air baku
Sumber air baku yang belum termanfaatkan adalah sungai mariat, sungat warsamson dengan kapasitas dan kualitas air cukup baik dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak.
o Bangunan yang dibutuhkan:
- Unit Pengolahan Air atau Water Treatment Plant (WTP)
- Jaringan Pipa Transmisi
- Jaringan Pipa Distribusi
- Pompa
- Reservoir
o Nilai investasi rencana (perhitungan kasar dari sistem yang
Unit Transmisi
o Dimensi pipa (diameter dan panjang pipa) atau saluran
- Dimensi pipa ø 4”
o Cara pengaliran (gravitasi atau pemompaan) dan kapasitas
pemompaan (jika menggunakan pompa)
- Cara pengaliran: Gabungan antara Pemompaan dan Gravitasi
o Jumlah bangunan pelepas tekan dan tahun pemasangan
o Kapasitas unit transmisi
Unit Produksi
o Jenis/type unit produksi (IPA Paket, IPA beton, Saringan Pasir
lambat (SPL), atau lain-lain
o Kapasitas terpasang unit produksi
o Kapasitas produksi unit produksi
o Tahun pembangunan / pemasangan unit produksi
Unit distribusi
o Cara pengaliran (gravitasi dan atau pemompaan)
o Jumlah, kapasitas, jenis, dan tahun pemasangan pompa (jika
(JDU), jaringan distribusi pembagi (JDB), maupun jaringan distribusi pelayanan (JDL), serta tahun pemasangan jaringan pipa tersebut.
o Peta jaringan distribusi
o Jenis reservoir (grund reservoir atau elevated reservoir),
termasuk konstruksi dan tahun pemasngan
o Tekanan air pada titik kritis (meter)
o Tekanan Maksimum (peta skematis yang ada)
o Jumlah truk tangki dan tahun pengadaan
o Kapasitas distribusi sistem
Unit Pelayanan
o Jenis unit pelayanan sambungan rumah, sambungan non
domestik, dan hidran umum / terminal air/kran umum.
o Sambungan pelanggan (jenis pelanggan dan masing-masing
jumlah jenis pelanggan)
o Kapasitas / debit air terjual
Aspek Pendanaan/Aspek Keuangan
Dalam melakukan kegiatan pembangunan maupun pemeliharaan terhadap prasarana dan sarana air bersih di Kabupaten Sorong dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Aspek Kelembagaan dan Peraturan
2. Permasalahan Yang Dihadapi
a. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS)
Air Minum.
Program pembangunan pada sektor air bersih ini pada dasarnya bersifat pengembangan dari kondisi yang ada pada saat ini, pengembangan dimaksud berupa pemenuhan kebutuhan akan air bersih, baik keperluan Domestik maupun non Domestik. Rencana penyediaan jaringan air bersih di Kabupaten Sorong terdiri dari
1. Penyediaan jaringan induk yang merupakan jaringan utama dari pusat pengelolaan air dan ditempatkan sepanjang jalan utama. 2. Penyediaan jaringan sekunder yang merupakan saluran pembagi
tiap blok lingkungan permukiman.
3. Penyediaan jaringan tersier/jaringan perumahan yang merupakan jaringan penyaluran pemakaian ke rumah-rumah.
Kebutuhan air bersih diharapkan dapat dipenuhi oleh perusahaan PDAM melalui peningkatan jaringan yang telah ada dan dari pembuatan yang baru dan memanfaatkan sumber air di daerah perencanaan. Untuk sumber air bersih yang dikelola oleh PDAM direncanakan dengan meningkatkan debit air atau menampung sumber air sungai Klamasem. Jaringan air bersih disalurkan melalui pipa-pipa yang mempunyai diameter 100–300 mm. Tiap jenis jaringan dilengkapi oleh katup pengontrol yang dapat dibuka dalam keadaan darurat, hidran pemadam kebakaran juga digunakan sebagai pelengkap yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sebagai pemadam kebakaran.