Petunjuk Teknis
Bantuan
Operasional
Sekolah
pada Pondok Pesantren
DIREKTORAT PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2019
Petunjuk Teknis
Bantuan
Operasional
Sekolah
pada Pondok Pesantren
Kata Pengantar
ALHAMDULILLAH dengan rahmat dan hidayah-Nya, petunjuk teknis pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren telah selesai dan menjadi pedoman pelaksanaan penerima manfaat bantuan kemitraan bagi pondok pesantren.
Buku Petunjuk teknis pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren digunakan untuk Program Bantuan Kemitraan Tahun Anggaran 2019. Isi buku ini tentang konten dan esensi bantuan, teknis pelaksanaan bantuan, stan-dard dan spesifikasi pembangunan, tugas dan fungsi masing-masing jenjang organisasi, pengendalian dan pengawasan serta layanan pengaduan masyarakat.
Buku ini diterbitkan dalam rangka memberikan petunjuk, rambu-rambu dan arah perjalanan pelaksanaan bantuan ke-mitraan. Diharapkan, penerima manfaat bantuan ini dapat melak-sanakan dengan baik, efisien, efektif dan dapat dipertanggung-jawabkan baik mutu pembangunan maupun tertib administrasi laporan keuanganya.
KEMENTERIAN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Telp. (021) 3811810, Fax. (021) 34833980
Dengan demikian, pemberi dan penerima manfaat bantuan kemitraan ini dapat melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan petunjuk teknis yang sudah dijelaskan dalam buku ini, sehingga pada akhirnya bantuan tersebut dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan mutu, layanan dan akses pendi-dikan keagamaan kita.
Demikian petunjuk teknis ini kami sampaikan, atas per-hatian dan kerjasama semua pihak kami ucapkan terimakasih.
Jakarta, Desember 2018 An. Direktur Jenderal,
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Daftar Isi
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ... vii
Bab I : Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Maksud dan Tujuan ... 4
C. Asas ... 5
D. Ruang Lingkup ... 5
E. Pengertian Umum ... 6
Bab II : Pelaksanaan BOS Pondok Pesantren A.Tujuan BOS Pondok Pesantren ... 13
B.Pengelolaan BOS Pondok Pesantren ... 14
C.Alokasi Anggaran ... 17
D.Sasaran dan Kriteria ... 21
F.Penyaluran dan Pengambilan Dana BOS
Pondok Pesantren ... 23
G.Komponen Pembiayaan ... 28
Bab III : Laporan Pertanggungjawaban, Larangan dan Sanksi A.Pertanggungjawaban dan Pelaporan ... 41
B.Ketentuan Perpajakan ... 52
C.Larangan dan Sanksi ... 53
Bab IV : Pengendalian, Pengawasan dan Layanan Pengaduan Masyarakat A.Pengendalian ... 55
B.Pengawasan ... 55
Bab V : Penutup ... 59
Lampiran-lampiran ... 61
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR: 6931TAHUN 2018
TENTANG PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan simplifikasi pelaksanaan Bantuan Opera-sional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019, perlu Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019;
menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo-nesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo-nesia Nomor 4355);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo-nesia Nomor 5601);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo-nesia Nomor 6138);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indo-nesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
12.Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 ten-tang Organisasi Kementerian Negara (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
14.Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);
15.Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 851); 16.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/
PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Penda-patan dan Belanja Negara(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191); 17.Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014
tentang Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);
18.Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 972);
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1740) sebagai-mana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2098);
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/ PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksana-an AnggarPelaksana-an BPelaksana-antuPelaksana-an Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/ Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
Menteri Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2097);
22. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Ke-menterian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/ PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2019.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESAN-TREN TAHUN ANGGARAN 2019
KEDUA : Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU merupakan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019.
KETIGA : Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 yang dilaksanakan sebelum Keputusan ini ditetapkan dinyatakan tetap berlaku, dan untuk selanjutnya tunduk kepada ketentuan dalam Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2018 DIREKTUR JENDERAL,
TTD
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR: 6931 TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
PADA PONDOK PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2019
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Kon-sekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat dasar (SD/MI, SMP/MTs, dan sederajat). Kementerian Agama yang menangani pendidikan Madrasah dan Pesantren memiliki tanggungjawab yang sama dengan lembaga pendidikan lain dalam melaksanakan amanat UU tersebut.
Usaha untuk memenuhi amanat undang-undang ter-sebut dilakukan melalui program wajib belajar 9 tahun. Program yang telah dimulai dari tahun 1994 tersebut berhasil dituntaskan dengan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs sederajat mencapai 98,2% pada tahun 2010.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Pemerintah mencanangkan program Wajib Belajar 12 Tahun yang rintisannya dimulai pada tahun 2012 dengan Program Menengah Universal. Salah satu dari tujuan program tersebut adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.
Untuk mencapai tujuan Program Wajib Belajar 12 Tahun tersebut, Pemerintah telah menyiapkan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan kepada SMA/SMK/MA/sederajat negeri dan swasta, termasuk juga kepada satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kese-taraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren di seluruh Indonesia. Tujuan digulir-kannya program BOS ini adalah secara bertahap membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 12 Tahun.
Pemberian BOS bagi satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, dilaksanakan dalam bentuk program Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren.
2019, telah disusun Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019. Dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan simplifikasi pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019, dipandang perlu untuk menyusun Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019.
B.
Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksudkan untuk Untuk memberikan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren pada tahun anggaran 2019.
2. Tujuan
C.
Asas
Asas yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Peme-rintahan, yaitu asas legalitas, asas perlindungan terhadap hak asasi manusia, serta asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) yang mencakup asas kepastian hukum, asas keman-faatan, asas ketidakberpihakan, asas kecermatan, asas tidak menyalahgunakan wewenang, asas keterbukaan, asas kepen-tingan umum, dan asas pelayanan yang baik.
D.
Ruang Lingkup
E.
Pengertian Umum
1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pondok Pondok Pesantren, yang selanjutnya disebut BOS Pondok Pesan-tren adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Pendidikan keagamaan Islam adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Islam dan/atau menjadi ahli ilmu agama Islam dan mengamalkan ajaran agama Islam.
3. Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang menyelenggarakan Satuan Pendidikan Pesantren dan/atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.
4. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
6. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
7. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
8. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.
9. Pendidikan diniyah formal adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam pesantren secara terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan formal.
basis kitab kuning atau Dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin secara berjenjang dan terstruktur yang dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah pada Kementerian Agama.
11. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakupi program Paket A, Paket B, dan Paket C serta pendidikan kejuruan setara SMK/MAK yang berbentuk Paket C Kejuruan.
12.Pendidikan kesetaraan tingkat ula adalah pendidikan kesetaraan jenjang pendidikan dasar pada Pondok Pesan-tren Salafiyah yang setara dengan SD/MI.
13.Pendidikan kesetaraan tingkat wustha adalah pendidikan kesetaraan jenjang pendidikan dasar pada Pondok Pesantren Salafiyah setara dengan SMP/MTs.
14.Pendidikan kesetaraan tingkat ulya adalah pendidikan kesetaraan jenjang pendidikan menengah pada Pondok Pesantren Salafiyah yang setara dengan SMA/MA/SMK/ MAK.
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
16.Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu.
17.Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN).
18.Pengguna Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri Agama sebagai pejabat peme-gang kewenangan penggunaan anggaran pada Kemen-terian Agama.
19.Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian dari kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Agama. 20. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit
21. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, peme-liharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran belanja negara.
23. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren adalah Direktorat pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang melaksanakan peru-musan dan pelaksanaan kebijakan, standardisasi, bim-bingan teknis serta evaluasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
24. Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren/TOS adalah bidang pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
26. Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah pengawas internal pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP yang melakukan pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. 27. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana
peker-jaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, ins-tansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. 28. Kelompok Masyarakat (POKMAS) adalah sekumpulan
orang yang dibentuk oleh masyarakat untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, pendidikan agama dan pendidikan keaga-maan, dan kemanusiaan yang tidak membagikan keun-tungan kepada anggotanya.
29. Surat Perjanjian yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Kelompok masya-rakat.
30. Kuitansi adalah lembar bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan oleh PPK.
32. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan perkiraan biaya pekerjaan yang disusun oleh Tim Perencana, dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan serta digunakan oleh Tim Pelaksana untuk melaksanakan BOP Pondok Pesantren.
33. Jadwal Pelaksanaan adalah jadwal yang menunjukkan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan, terdiri atas tahap pelaksanaan yang disusun secara logis, realistik dan dapat dilak-sanakan
Bab II
Pelaksanaan BOS Pondok Pesantren
A.
Tujuan BOS Pondok Pesantren
1. Meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang ber-mutu, menuju program wajib belajar 12 tahun pada layanan Pendidikan Keagamaan Islam.
2. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh santri miskin pada satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
4. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi santri untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.
B.
Pengelolaan BOS Pondok Pesantren
1. Pengelola BOS Pondok Pesantren berbentuk Tim Pelaksana Kegiatan yang terdiri dari unsur pusat dan unsur daerah. 2. Unsur Pusat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pada
Direk-torat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, serta unsur Non-Pegawai Negeri Sipil sebagai Pelaksana Teknis. 3. Unsur Daerah terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pada Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kemen-terian Agama Kabupaten/Kota, serta unsur Non-Pegawai Negeri Sipil sebagai Pelaksana Teknis.
4. Tugas unsur pusat Pengelola BOS pada Pondok Pesantren: a. menyusun rancangan program;
b. menetapkan alokasi dana dan sasaran BOS tiap provinsi; c. menyusun petunjuk teknis BOS pondok pesantren; d. melakukan sosialisasi petunjuk teknis BOS pondok
pesantren;
f. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
g. memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh pengelola BOS pondok pesantren dari unsur daerah; dan
h. melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.
5. Tugas unsur daerah Pengelola BOS pada Pondok Pe-santren:
a. mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen yang ber-wenang mencairkan dana BOS;
b. Kantor Wilayah Kementerian Agama menetapkan alokasi dana BOS untuk setiap Pondok Pesantren penerima BOS pada tiap Kabupaten/Kota;
c. merencanakan, melakukan sosialisasi, dan pelatihan program BOS di tingkat wilayah;
d. melakukan pendampingan kepada pondok pesantren; e. melakukan pendataan Pondok Pesantren penerima BOS; f. menyalurkan dana BOS ke pesantren sesuai dengan
kebutuhan;
h. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
i. bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan peng-gunaan dana BOS di tingkat wilayah; dan
j. melaporkan realisasi dana BOS kepada Tim Pusat pengelola BOS pada Pondok Pesantren;
6. Dalam melaksanakan tugasnya, Pengelola BOS Pondok Pesantren dari unsur pusat berkoordinasi dengan Pengelola BOS Pondok Pesantren dari unsur daerah.
7. Pengelolaan BOS Pondok Pesantren pada masing-masing pondok pesantren dilaksanakan oleh tim yang dibentuk oleh satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan mua-dalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang bertugas untuk: a. mengirimkan data santri sebagai dasar penetapan dana
BOS Pondok Pesantren pada tiap semester (Formulir BOS-02);
b. melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data santri yang ada, dan apabila jumlah dana yang diterima melebihi dan atau kekurangan dari yang semestinya, maka harus segera memberitahukan ke-pada Pengelola BOS Pondok Pesantren dari unsur daerah;
d. mengelola dana BOS secara transparan dan ber-tanggungjawab;
e. mengumumkan rencana penggunaan dana BOS Pondok Pesantren menurut komponen dan besar dananya; f. mengumumkan besar dana BOS yang digunakan Pondok
Pesantren;
g. membuat laporan pertanggungjawaban dana BOS pada Pondok Pesantren secara lengkap;
h. bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana BOS di pondok pesantren;
i. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; dan
j. menyimpan bukti-bukti pengeluaran asli dengan baik dan terarsip dengan rapih.
C.
Alokasi Anggaran
1. Anggaran Dana BOS Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2019 dialokasikan dalam DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau dalam DIPA Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
Bantuan adalah Satker yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran BOS Pondok Pesantren.
3. Mekanisme Alokasi Dana BOS Pondok Pesantren
a. Unsur pusat Pengelola BOS Pondok Pesantren mengum-pulkan data jumlah santri sebagai dasar penetapan dana BOS pada tiap Kabupaten/Kota dari unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren.
b. Data jumlah santri harus dikirimkan dengan format yang ditetapkan oleh Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS/Education Management Information System) Pendidikan Islam.
c. Atas dasar data jumlah santri Pondok Pesantren pada tiap Kabupaten/Kota tersebut, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren menetapkan alokasi dana BOS Pondok Pesantren pada tiap provinsi yang dituang-kan dalam DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabu-paten/Kota.
dasar dalam menetapkan alokasi di tiap Pondok Pesantren;
e. Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menetapkan lem-baga Pondok Pesantren yang bersedia menerima dana BOS melalui Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, dilampiri daftar nama Pondok Pesantren dan besar dana bantuan yang diterima sebagaimana Formulir BOS-01.
f. unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren mengirimkan SK alokasi dana BOS dan lampirannya tersebut kepada Pondok Pesantren penerima dana BOS Pondok Pesantren
g. Pondok Pesantren yang bersedia menerima dana BOS Pondok Pesantren harus menandatangani Perjanjian Kerjasama sebagaimana pada Formulir BOS-06;
1) Alokasi dana BOS Pondok Pesantren untuk periode Januari-Juni 2019 didasarkan pada jumlah santri semester kedua tahun pelajaran 2018/2019.
2) Alokasi dana BOS untuk periode Juli-Desember 2019 didasarkan pada data jumlah santri semester per-tama tahun pelajaran 2019/2020, oleh karena itu setiap pondok pesantren diminta agar mengirimkan data jumlah santri kepada unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren, segera setelah masa pendaf-taran santri baru tahun 2019/2020 selesai.
4. Anggaran biaya operasional kegiatan yang meliputi biaya pengelolaan, biaya pelaporan, biaya penyaluran dana man-faat, biaya koordinasi, biaya sosialisasi, biaya monitoring evaluasi, dan pengawasan, biaya pengendalian program, serta biaya pengadaan barang dan jasa, dialokasikan berdasarkan kebutuhan dalam DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam serta dalam DIPA Kantor Wilayah Kemen-terian Agama Provinsi dan/atau dalam DIPA Satker Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
D.
Sasaran dan Kriteria
1. Sasaran
Sasaran penerima dana BOS Pondok Pesantren adalah satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kese-taraan pada pondok pesantren salafiyah yang diseleng-garakan oleh pondok pesantren.
2. Kriteria
Kriteria satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren penerima BOS Pondok Pesantren adalah:
a. Memiliki izin operasional; dan
b. Memiliki santri penerima BOS yang tidak terdaftar sebagai siswa pada sekolah atau madrasah.
E.
Besaran Dana BOS Pondok Pesantren
2. Kategori jenjang pendidikan yang diikuti sebagaimana dimaksud pada angka 1 meliputi:
a. Kategori Kesatu, apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:
1) Pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat Ula;
2) Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren setingkat madrasah ibtidaiyah (MI); atau
3) Satuan pendidikan diniyah formal tingkat ula.
b. Kategori Kedua, apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:
1) Pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat Wustha;
2) Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren setingkat madrasah tsanawiyah (MTs); atau
3) Satuan pendidikan diniyah formal tingkat wustha. c. Kategori Ketiga, apabila memenuhi salah satu dari
kriteria berikut:
1) Pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat ulya;
2) Satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren setingkat madrasah aliyah (MA); atau
3. Besaran Dana BOS Pondok Pesantren per-santri per-tahun untuk Tahun Anggaran 2019 ditetapkan sebagai berikut: a. Kategori Kesatu, sebesar Rp. 800,000.- (delapan ratus
ribu rupiah).
b. Kategori Kedua, sebesar Rp. 1,000,000- (satu juta rupiah).
c. Kategori Ketiga, sebesar Rp. 1,400,000- (satu juta empat ratus ribu rupiah).
F.
Penyaluran dan Pengambilan Dana BOS Pondok
Pesantren
1. Penyaluran dana BOS Pondok Pesantren dilakukan melalui mekanisme Pembayaran Langsung (LS) ke rekening bank satuan pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan mua-dalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
3. Penetapan Pejabat Perbendaharaan.
a. Dalam hal DIPA dana BOS Pondok Pesantren dialokasi-kan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOS lebih dari 1 (satu) orang pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi melalui Surat Keputusan.
b. Dalam hal DIPA dana BOS Pondok Pesantren dialokasi-kan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOS lebih dari 1 (satu) orang sesuai kebutuhan melalui Surat Keputusan.
4. Syarat penyaluran dana BOS Pondok Pesantren.
a. Dalam pengajuan pencairan dana BOS pada tiap tahap pencairan, pondok pesantren harus menyampaikan Ren-cana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP). b. PPK menerbitkan Surat Keputusan tentang Penetapan
Pondok Pesantren Penerima Bantuan Operasional Se-kolah yang disahkan oleh KPA pada tiap tahap.
pondok pesantren salafiyah sebagai penerima dana BOS, yang memuat hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, dan jika terjadi perubahan isi kerjasama, maka perlu dilakukan adendum antara kedua belah pihak. d. PPK melakukan pencairan dana BOS kepada Pondok
Pesantren berdasarkan permohonan penerima bantuan yang dilampirkan dengan RKAP, Perjanjian Kerjasama yang sudah ditandatangani kedua belah pihak dan kuitansi/bukti penerimaan yang sudah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah;
e. Pencairan pada tiap tahap (tahap I dan II), dilampiri Kuitansi/bukti penerimaan uang yang sudah ditanda-tangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/ satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/pimpinan pendidikan kesetaraan pada pon-dok pesantren salafiyah dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB);
f. PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pen-cairan dana BOS yang diajukan Pondok Pesantren sesuai dengan Petunjuk Teknis.
Pesantren untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan.
5. Penyaluran dana BOS Pondok Pesantren
a. Pada Tahun Anggaran 2019, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2019, yaitu semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020, dilakukan pada setiap semester.
b. Mekanisme pencairan dana BOS untuk Pondok Pesan-tren menggunakan mekanisme pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang kepada Pondok Pesantren melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Pencairan dana BOS dengan mekanisme pemba-yaran langsung dilakukan melalui dua tahap:
1) Tahap I sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana setelah syarat penyaluran telah selesai/lengkap, dibayarkan paling lambat minggu ke-empat bulan April, dengan dilampiri:
a) Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesan-tren (RKAP);
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, serta PPK; dan
c) Kuitansi/bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah. 2) Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen) dari
keselu-ruhan dana, apabila dana pada tahap I telah diper-gunakan sekurang-kurangnya sebesar 80% dan sete-lah syarat penyaluran tesete-lah selesai/lengkap, dibayar-kan paling lambat minggu ke-empat bulan September dengan dilampiri:
a) Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesan-tren (RKAP);
b) Kuitansi/bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah; dan c) Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTB). c. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
d. PPSPM menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditujukan kepada KPPN berdasarkan pengajuan SPP dari PPK.
e. Penyampaian laporan pertanggungjawaban dana BOS dari Pondok Pesantren sesuai dengan surat perjanjian kerjasama setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran meliputi:
1) Laporan jumlah dana yang diterima dan yang telah digunakan.
2) Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilak-sanakan dan bukti-bukti pengeluaran telah disimpan. 3) Jika terdapat sisa dana BOS Pondok Pesantren pada akhir tahun anggaran melampirkan bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara.
G.
Komponen Pembiayaan
1. Penggunaan dana BOS Pondok Pesantren harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau kepala/pimpinan pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, Dewan Guru/Asatidz, dan pimpinan pondok pesantren. 2. Dana BOS Pondok Pesantren, dapat digunakan untuk
No Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
1 Pengembang
an
Perpustakaan
Membeli atau menggandakan buku teks pelajaran umum sebanyak jumlah siswa
Mengganti buku teksyang rusak/ menambah kekurangan untuk memenuhi rasio satu siswa satu buku
Membeli buku referensi
Membeli buku tekspelajaran agama
Membeli kitab kuning
Pembelian kitab suciAl-Qur’an
Langganan publikasi berkala
Pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan
Pengembangan database perpustakaan
Dalam pembelian buku pegangan guru maupun buku teks pelajaran diutamakan dalam menunjang kurikulum Pondok Pesantren penyelenggara wajib belajar. Apabila buku tersebut sudah dibiayai dari sumber dana yang lain, maka pembelian yang bersumber dari dana BOS bersifat melengkapi dari kekurangan yang ada.
Untuk Pengembangan/Pengadaan Data Base
Perpustakaan tidak bersifat rutinitas tahunan, kecuali pemeliharaan (maintenance)
2. Kegiatan dalam rangka
Penggandaan formulir pendaftaranNo Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
penerimaan
santri baru
Pembuatan spanduk dalam hal penerimaansantri baru
Konsumsi dan honor panitia
Transport untuk berkoordinasi ke instansi/lembaga lain
kegiatan lainnya yangmenurut sifatnya terkait dengan penerimaan santri baru
Biaya Masukan (SBM) Kementerian Keuangan
3. Kegiatan
Pembelajaran remedial
Pembelajaran pengayaan
Pemantapan persiapanujian
Pramuka
Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, dan palang merah remaja
Pendidikan lingkunganhidup
Organisasi kesantrian
UKSTermasuk untuk:
Honor jam mengajartambahan di luar jam pelajaran dan/atau biaya transportasinya
Biaya transportasi dan akomodasi santri/ustadz dalam rangka mengikuti lomba
Biaya pendaftaran mengikuti lomba
Membeli alat olah raga,No Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
Pembiayaan lomba-lomba yang tidak dibiayai atau sebagian dibiayai dari danapemerintah/pemerintah daerah dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya
Konsumsi asatidz dalam kegiatan pembelajaran di malam hari4. Kegiatan Ulangan dan Ujian
Ulangan harian
Ulangan TengahSemester
Ulangan AkhirSemester/ulangan kenaikan kelas
Ujian NasionalPendidikan Kesetaraan (UNPK)
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) untuk Pendidikan Kesetaraan.
Ujian Akhir SatuanPendidikan Muadalah
Ujian Akhir PDFBerstandar Nasional (UNPDFBN)/Imtihan Wathani
Fotocopy/penggandaan soal dan lembar jawaban
Biaya koreksi untuk ujian sekolah/kepesantrenan
Biaya mengawas ujiansekolah/kepesantrenan atau ujian nasional selama tidak dibiayai/dianggarkan dari sumber dana yang lain (APBN/D)
Biaya transport pengawas ujian di luar pondok tempat mengajar yang tidak dibiayai oleh pemerintah/pemerintah daerahNo Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai
Buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, buku raport, administrasi guru dan siswa, Alat Tulis kantor (termasuk tinta printer, CD dan flashdisk) dan belanja bahan kegiatan lainnya
Air minum mineral sesuai galon/kemasan
Pengadaan suku cadang alat kantor
Alat-alat kebersihan Pondok PesantrenNo Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
6. Langganan daya dan jasa
Listrik, air, telepon, internet (fixed/mobilemodem), baik dengan cara berlangganan maupun prabayar
Pembiayaan penggunaanlistrik, air, telepon, internet termasuk untuk pemasangan baru
Membeli genset ataujenis lainnya yang lebih cocok di daerah tertentu misalnya panel surya, jika di pondok tidak ada jaringan listrik
Pembayaran iurankebersihan
Penggunaan layanan Internet dapat dilakukan untuk maksimal sebesar Rp. 1.250.000,00 per bulan
7 Perawatan Pondok Pesantren
Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela
Perbaikan meubelair,perbaikan sanitasi pondok (kamar mandi dan WC), perbaikan lantai ubin/keramik dan
perawatan fasilitas pondok lainnya
Kamar mandi dan WC santri harus dijamin berfungsi dengan baik
No Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
Pemeliharaan perabot perpustakaan
Pemeliharaan dan peralatan dan AC perpustakaan Guru/ustadz honorer Pegawai administrasi
Pegawai perpustakaan
Tenaga Laboran
Penjaga/wali asrama Pondok Pesantren
Satpam
Pegawai kebersihan
Tenaga operator data Pondok Pesantren selama tidak dibiayai dari sumber dana lainnya (APBN/D)
Forum atau Pokja yang terkait dengan Pondok Pesantren
Menghadiriseminar/pelatihan yang terkait langsung dengan peningkatan mutu
Biaya pendaftaran, akomodasi dan transport seminar/pelatihan yang dilakukan oleh
No Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
pendidik dan tenaga kependidikan yang ditugaskan oleh Pondok Pesantren
Pondok Pesantren dapat mengadakanpengembangan profesi guru atau peningkatan tenaga kependidikan satu kali/tahun selama tidak dibiayai dari sumber dana lainnya (APBN/D)
Pemberian tambahan bantuan biayatransportasi bagi santri miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke Pondok Pesantren
Membeli alat transportasi sederhana bagi santri miskin yang akan menjadi barang inventaris Pondok Pesantren (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll)
Membantu membeliseragam, sepatu dan alat tulis.
No Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
11. Pembiayaan pengelolaan BOS
Penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS
Biaya transportasi rapat koordinasi terkait program BOS
Penyusunan RKP/RKAP berdasarkan evaluasi
Desktop/work station
Membeli laptop
Membeli proyektor
Printer
Scanner
Printer 1 unit/tahun
Desktop/workstationmaksimum 3 unit untuk setingkat Ula dan 5 unit untuk setingkat Wustha dan Ulya
Laptop 1 unit dengan harga maksimum Rp. 8 juta dan dibeli di toko resmi
Proyektor maksimum 2No Komponen Pembiayaan
Item
Pembiayaan Penjelasan
Peralatan tersebut harus dicatat sebagai inventaris Pondok Pesantren13. Pembelian peralatan ibadah
Pembelian mukena, sajadah, dan sarung untuk disimpan di mesjid atau mushola pesantren14. Biaya lainnya
Alat peraga/media pembelajaran
Mesin ketik
Peralatan UKS
Pembelian meja dankursi jika meja dan kursi yang ada sudah rusak berat/tidak layak pakai
Pengadaan perangkatCBT/jaringan komputer sesuai kebutuhan terkait UNBK
Penggunaan dana untuk komponen ini harus dilakukan melalui rapat dengan dewan Asatidz dan Wali Santri
3. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis dalam menentukan barang dan tempat pembeliannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dengan cara membandingkan harga penawaran dari penyedia barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi;
b. Memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran harga;
c. Membuat laporan singkat tertulis tentang penetapan penyedia barang/jasa;
d. Diketahui oleh Pimpinan Pondok Pesantren;
e. Terkait dengan biaya untuk rehabilitasi ringan/pemeli-haraan bangunan Pondok Pesantren, Pondok Pesantren harus:
1) Membuat rencana kerja;
2) Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.
pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.
5. Penggunaan dana BOS Pondok Pesantren untuk belanja pegawai (honor asatidz/tenaga kependidikan honorer dan honor-honor kegiatan) yang lebih besar dari 50% dari total dana BOS yang diterima dalam satu tahun diperkenankan atas dasar persetujuan tertulis dari PPK berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Petunjuk Teknis
Bantuan
Operasional
Sekolah
Bab III
Pertanggungjawaban dan Pelaporan,
Ketentuan Perpajakan,
Serta Larangan dan Sanksi
A.
Pertanggungjawaban dan Pelaporan
1. Tingkat Pondok Pesantren
a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP)
1) Rencana Kegiatan dan Anggaran Pondok Pesantren (RKAP) harus memuat rencana penerimaan dan rencana penggunaan uang dari semua sumber dana yang diterima.
3) Dokumen asli diserahkan ke PPK dan salinan dokumen disimpan di Pondok Pesantren.
b. Pembukuan
Pondok Pesantren diwajibkan membuat pembu-kuan dari dana yang diperoleh untuk program BOS, baik dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Buku yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Buku Kas Umum (Formulir BOS K-2)
a) Buku Kas Umum disusun untuk masing-masing rekening bank yang dimiliki oleh Pondok Pe-santren.
b) Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang berhubu-ngan deberhubu-ngan pihak ketiga yang meliputi:
Kolom Penerimaan: dari penyalur dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari pemu-ngutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank.
Kolom Pengeluaran: pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran pajak.
d) Formulir yang telah diisi ditandatangani oleh Bendahara BOS, serta kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren/penanggungjawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah. 2) Buku Pembantu Pajak (Formulir BOS K-3)
Buku Pembantu Pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku pungut pajak.
3) Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh Pondok Pesantren untuk program BOS, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan komputer, serta tidak diper-kenankan menggunakan alat tulis pinsil.
muadalah pada pondok pesantren, atau pe-nanggung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.
c) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya.
d) Setiap akhir bulan, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak ditutup oleh Bendahara BOS, serta diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau penanggungjawab pro-gram pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren;
e) Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
f) Apabila ada kesalahan atas penulisan angka/huruf, maka yang salah agar dicoret dengan dua garis rapih, sehingga tulisan yang semula salah masih dapat dibaca kemudian diparaf.
satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendi-dikan muadalah pada pondok pesantren/ penang-gung jawab pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.
h) Apabila Bendahara BOS meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari jabatannya, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak serta bukti-bukti pengeluaran harus diserahterimakan kepada pejabat yang baru dengan Berita Acara Serah Terima yang diketahui oleh kepala satuan pendi-dikan diniyah formal/satuan pendipendi-dikan muadalah pada pondok pesantren/penanggungjawab pendi-dikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.
c. Bukti Pengeluaran
1) Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah;
1.000.000,00 dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00;
3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan peruntukkannya;
4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi;
5) Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala/ Pimpinan Satuan Pendidikan Mu’adalah/PDF /Pendi-dikan Kesetaraan dan lunas dibayar oleh Bendahara BOS;
6) Segala jenis dokumen pelaporan dan bukti penge-luaran aslinya harus disimpan oleh Pondok Pesantren sebagai bahan bukti dan bahan pelaporan.
d. Realisasi Penggunaan Dana BOS
1) Realisasi Penggunaan Dana BOS disusun berdasarkan Buku Kas Umum dari semua sumber dana yang dikelola oleh Pondok Pesantren penerima BOS pada periode yang sama.
3) Laporan ini harus dilengkapi dengan surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa dana BOS yang diterima telah digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sebagaimana yang tercantum dalam petunjuk teknis ini.
e. Pertanggungjawaban
Dalam setiap pencairan dan penggunaan dana BOS tersebut, setiap satuan pendidikan diniyah formal/ satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah wajib mempertanggungjawabkan dana BOS, baik dalam bentuk bukti-bukti fisik atas penggunaan dana maupun laporan dalam bentuk pertanggung-jawaban atas pelaksanaan kegiatan.
Bukti-bukti fisik penggunaan dana BOS tersebut meliputi:
No Jenis
Belanja Contoh Bukti Fisik
1. Belanja Barang/ Jasa
- ATK - Buku
- Perangkat komputer - Pembayaran listrik, air,
telpon, internet
- Kuitansi/bukti pembayaran/ bukti pembelian
- Nota/bukti penerimaan barang/jasa
No Jenis
Belanja Contoh Bukti Fisik
- Biaya lainnya yang bersifat pembelian barang
- Faktur pajak dan SSP
2. Belanja Kegiatan
- Kegiatan PPDB
- Kegiatan ekstra kurikuler - Ulangan dan ujian - Pelatihan, workshop,
bagi guru/tenaga kependidikan - Perlombaan siswa - Kegiatan lainnya yang
membutuhkan kepanitiaan
- Kuitansi/bukti pembayaran/ bukti pembelian
- Nota/bukti penerimaan barang/jasa dan bukti lainnya (foto fisik) - Daftar hadir peserta - Biodata peserta, nara
sumber, dll
- Bukti akomodasi, seperti kuitansi hotel, penginapan - Bukti foto fisik kegiatan - Faktur pajak dan SSP 3. Belanja
Pegawai
- Honor bulanan guru dan tenaga kependidikan - Honor panitia/petugas
kegiatan
- Insentif bagi bendahara BOS
- SK honor guru/ustadz dan tenaga kependidikan honorer beserta lampiran nama dan besaran nominatifnya
- SK honor panitia/petugas beserta lampiran nama dan besaran nominatifnya - Daftar tanda terima
pembayaran honor panitia/ petugas
No Jenis
Belanja Contoh Bukti Fisik
- SK penetapan bendahara BOS
- Daftar hadir guru - Tanda terima honor 4. Belanja
Bansos
- Pembelian seragam, sepatu, alat tulis untuk siswa miskin
- Pemberian bantuan transport untuk siswa miskin
- Kuitansi
- Bukti pembayaran - Bukti pembelian - SK Pimpinan Pondok
tentang penetapan Siswa Miskin
5. Belanja Perjalanan Dinas
- Transportasi
pengambilan dana BOS - Transportasi kegiatan
ekstrakurikuler - Transportasi kegiatan
pelatihan, workshop, dll - Transportasi kegiatan
ulangan dan ujian
- Biaya transport yang dibuktikan dengan tiket, karcis, bukti pembayaran transport
- Bukti akomodasi yang dibuktikan dengan kuitansi hotel atau penginapan - Surat tugas dari pimpinan
f. Pelaporan
1) Setiap kegiatan wajib dibuatkan laporan hasil pelaksanaan kegiatannya;
2) Laporan penggunaan dana BOS meliputi laporan realisasi penggunaan dana dan surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa dana BOS telah diterima dan digunakan sesuai dengan peruntukan dana BOS.
3) Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak beserta dokumen pendukung bukti pengeluaran dana BOS (kuitansi/faktur/nota/bon dari vendor/toko/supplier) wajib diarsipkan sebagai bahan bukti untuk audit. 4) Seluruh arsip data keuangan, baik yang berupa
laporan-laporan keuangan maupun dokumen pendu-kungnya, disimpan dan ditata dengan rapi dalam urutan nomor dan tanggal kejadiannya, serta di-simpan di suatu tempat yang aman dan mudah untuk ditemukan setiap saat.
2. Tingkat Daerah
b. Pelaporan unsur daerah Pengelola BOS Pondok Pesantren:
1) Rekapitulasi penyaluran dana BOS pada tiap Pondok Pesantren dengan menggunakan formulir BOS K-5. 2) Rekapitulasi jumlah lembaga, jumlah santri, dan
jumlah dana BOS yang telah dicairkan.
3) Rekapitulasi realisasi dana BOS tiap Kabupaten/Kota (Formulir BOS-K6).
4) Rekapitulasi realisasi dana BOS Pondok Pesantren pada setiap tahapan.
5) Pertanggungjawaban penggunaan dana BOS Pondok Pesantren untuk setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah di wilayah masing-masing. 6) Rekapitulasi laporan pertanggungjawaban
peng-gunaan dana BOS Pondok Pesantren di wilayah masing-masing.
7) Penanganan pengaduan masyarakat yang berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian.
kegiatan monitoring dan evaluasi, dan kegiatan lainnya yang menggunakan anggaran safeguarding.
3. Tingkat Pusat
a. Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksana-kan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pelaporan unsur pusat Pengelola BOS Pondok Pesantren:
1) Rekapitulasi jumlah lembaga, jumlah santri, dan jumlah dana BOS yang telah dicairkan.
2) Hasil monitoring dan evaluasi.
3) Penanganan pengaduan masyarakat yang berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian.
4) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkat-kan pelaksanaan program BOS Pondok Pesantren, misalnya kegiatan sosialisasi, pelatihan, rapat koor-dinasi, hasil monitoring dan evaluasi, dan kegiatan lainnya yang menggunakan anggaran safeguarding.
B.
Ketentuan Perpajakan
C.
Larangan dan Sanksi
1. Larangan
Dana BOS Pondok Pesantren dilarang untuk:
a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
b. Dipinjamkan kepada pihak lain.
c. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran;
d. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS.
e. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.
f. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk ustadz. g. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi ustadz/santri
untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris pesantren), kecuali untuk santri miskin penerima PIP;
j. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.
k. Investasi saham/reksadana.
l. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh.
m.Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasional setiap satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah, misalnya iuran dalam rangka pera-yaan hari besar nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan.
n. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/ sosialisasi/pendampingan terkait program BOS/perpa-jakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.
2. Sanksi
Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan BOS Pondok Pesantren yang tidak sesuai dengan ketentuan akan diberikan sanksi menurut peraturan perundang-undangan.
Bab IV
Pengendalian, Pengawasan
dan Layanan Pengaduan Masyarakat
A.
Pengendalian
KPA menyelenggarakan pengendalian intern terhadap pelak-sanaan pengelolaan dana BOS Pondok Pesantren.
B.
Pengawasan
1. Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar dan bentuk penyelewengan lainnya.
2. Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat (Waskat), pengawasan fungsional dan pengawasan masya-rakat.
a. Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilaku-kan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota maupun tingkat Pondok Pesantren.
b. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota serta dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota kepada Pondok Pesantren penerima BOS.
4. Pengawasan Fungsional Internal
a. Instansi pengawas fungsional yang melakukan penga-wasan program BOS secara internal adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI.
b. Instansi tersebut bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga atau atas permintaan instansi yang akan diaudit.
5. Pengawasan Eksternal
a. Instansi pengawas eksternal yang melakukan penga-wasan program BOS adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
6. Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan pemeriksaan terhadap program BOS Pondok Pesantren.
7. Pengawasan Masyarakat
a. Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS, program ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di tingkat Pondok Pesantren, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat.
b. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam rangka memotret pelaksanaan program BOS di Pondok Pesantren penerima BOS, namun tidak melakukan audit. c. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam
pengelo-laan BOS, dapat segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.
Petunjuk Teknis
Bantuan
Operasional
Sekolah
Bab V
Penutup
PETUNJUK Teknis BOS pada Pondok Pesantren Tahun 2019 disusun dan ditetapkan dalam rangka simplifikasi pelaporan dana BOS yang akuntabel dan sebagai acuan bagi pihak terkait pada setiap Satker dan satuan pendidikan diniyah formal/satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dalam mengelola dana BOS Pondok Pesantren.
Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang perlu dijabar-kan lebih dalam secara khusus disusun berdasardijabar-kan ketentuan dalam petunjuk teknis ini.
DIREKTUR JENDERAL, TTD
Petunjuk Teknis
Bantuan
Operasional
Sekolah
Petunjuk Teknis
Bantuan
Operasional
Sekolah
KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI………./
KANTOR KEMENAG KABUPATEN/KOTA ………..
NOMOR : ………..
TENTANG
PENETAPAN PONDOK PESANTREN PENERIMA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
TAHUN 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional melalui peningkatan mutu pendidikan di Pondok Pesantren dan upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pendidikan menengah universal;
b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren diperlukan dana operasional pendidikan;
Formulir BOS–01 Ditandatangani oleh Pejabat
Pembuat Komitmen
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu mene-tapkan Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang Penetapan Pondok Pesantren Penerima Bantuan Operasional Sekolah Tahun2017;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo-nesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Re-publik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Per-bendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tam-bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
Negara Republik Indonesia Nomor 6138);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 ten-tang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 ten-tang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 ten-tang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tam-bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 ten-tang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
12.Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
14.Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indo-nesia Tahun 2012 Nomor 851);
15.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/ 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191);
16.Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 972);
18.Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indo-nesia Tahun 2014 Nomor 1740) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2098);
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/ 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Meka-nisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
20.Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655) sebagaimana telah diubah, ter-akhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Pera-turan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2097);
21.Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PENETAPAN PONDOK PESANTREN PENERIMA BAN-TUAN OPERASIONAL SEKOLAH TAHUN 2019.
KESATU : Menetapkan Pondok Pesantren Penerima Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2019, dengan susunan terlampir;
KEDUA : Pondok Pesantren sebagai penerima dana BOS Tahun 2019 mempunyai kewajiban :
a. Penggunaan dana BOS sesuai ketentuan pada Petunjuk Teknis BOS;
b. Memperkuat akuntabilitas pelaporan dana BOS;
c. Menyerahkan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana BOS kepada PPK;
KETIGA : Semua biaya sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan ini dibebankan ke dalam DIPA ... Tahun 2019;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ...
Pada tanggal ... 2019
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KANWIL KEMENAG PROVINSI .../ KANTOR KEMENAG KAB/KOTA ...
... NIP. ...
DISAHKAN OLEH KUASA PENGGUNA ANGGARAN