BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai Februari 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek batang ubi jalar sebagai objek yang diamati yaitu varietas A 82, MSU 03028-10, dan Daya. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), Pupuk Kandang sapi, Kompos Blotong Tebu. Pupuk Urea, TSP, KCl sebagai pupuk dasar, insektisida organik untuk mengendalikan organisme pengganggu.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, tali, Body Sprayer, tugal, pacak sampel, pacak perlakuan, gembor, buku tulis, kalkulator, pena dan penggaris.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan perlakuan:
Faktor I: Varietas ubi jalar V1 =Ubi jalar A 82
V2 =Ubi jalar MSU 03028-10 V3 = Ubi jalar Daya
Faktor II: Bahan Organik B0 = Tanpa Bahan Organik
B1 = Kompos TKKS : 10 ton/Ha, 250 g/tanaman B2 = Pupuk kandang sapi : 10 ton/Ha, 250 g/tanaman B3 = Kompos Blotong Tebu: 10 ton/Ha, 250 g/tanaman Sehingga didapat 12 kombinasi:
V1B0 V2B0 V3B0
V1B1 V2B1 V3B1
V1B2 V2B2 V3B2
V1B3 V2B3 V3B3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah Plot : 12
Jumlah plot seluruhnya : 36
Jarak Tanam : 25 cm
Panjang Plot : 200 cm
Lebar Plot : 50 cm
Jarak antar Blok : 50 cm
Jarak antar Plot : 100 cm
Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman Jumlah sampel per plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 216 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear berikut:
Keterangan:
Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke – i dengan perlakuan varietas ke – j dan bahan organik ke – k
µ : Nilai tengah perlakuan
ρi : pengaruh blok pada taraf ke – i αj : Pengaruh varietas pada taraf ke - j
βk : Pengaruh perlakuan bahan organik pada taraf ke – k
(αβ) jk : pengaruh interaksi antara varietas pada taraf ke-j danbahan organik pada taraf ke - k
εijk : galat perlakuan pada blok ke – I yang mendapat perlakuan varietas pada taraf ke – j , perlakuan bahan organik pada taraf ke – k.
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5%.
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal
Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma di areal tesebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengn menggunakan cangkul dengan kedalaman olah kira-kira 20 cm. setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran 200 cm x 50 m dan jarak antar blok 50 cm. pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.
Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan lahan dengan ukuran 200x50 cm dengan jarak antar plot 100 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Persiapan Bahan Tanaman
Pengambilan setek pada pagi hari yaitu pada waktu kandungan air maksimum agar tidak layu saat disimpan sebelum penanaman. Panjang setek batang adalah 20-25 cm dengan sekitar 6-8 buku.
Aplikasi Bahan Organik
Aplikasi bahan organik dilakukan pada sesaat sebelum penanaman agar tanah tercampur dengan bahan organik.
Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan pada saat sehari sebelum tanam. Pupuk yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubi jalar yaitu pupuk NPK dengan dosis 1/3 bagian yaitu masing-masing 1,5 gr/tan. Pupuk dimasukkan dalam larikan dan ditutup kembali.
Penanaman
Penanaman setek dilakukan dengan ditanam secara mendatar atau agak miring dengan sudut ≤ 450 sedalam 5-10 cm, dengan sekurangnya tiga atau empat buku dibenamkan ke dalam tanah dengan jarak tanam antar larikan 25 cm. Penanaman dilakukan pada minggu ketiga.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada setek yang rusak atau tidak tumbuh pada saat 2-3 MST setelah penanaman di lapangan.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pembumbunan dilakukan agar umbi dapat terbentuk secara sempurna. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST, kemudian pada saat tanaman berumur 8 MST.
Pengangkatan Batang
Pengangkatan batang bertujuan mencegah terbentuknya umbi-umbi kecil. Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 50 HST atau pengangkatan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan insektisida organik. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida organik. Pengendalian dilaksanakan seminggu sekali sesuai kondisi lahan.
Panen
Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 12 MST. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya. Tanaman dikeringanginkan dan kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar tanaman.
Peubah Amatan
Pertambahan Panjang Tanaman (cm)
Pertambahan Panjang tanaman yaitu selisih antara data pengamatan 2 MST dikurangi dengan 1 MST ,yaitu diukur mulai pangkal batang (diatas permukaan tanah) hingga ujung yang diluruskan, dan dilakukan dengan interval 1 minggu yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 MST.
Panjang umbi (cm)
Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi menggunakan meteran dan dilakukan setelah panen.
Jumlah umbi (umbi)
Jumlah umbi (umbi) dihitung dengan menghitung Jumlah umbi setelah panen.
Bobot umbi (g)
Rataan Bobot Umbi
Rataan bobot umbi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rataan bobot umbi = ∑ bobot umbi
Jumlah umbi
Bobot umbi per plot (g)
Bobot umbi per plot (g) ditimbang dengan timbangan dan dilakukan setelah panen
Lilit umbi (cm)
Diameter umbi diukur setelah panen dengan menggunakan meteran.
Indeks Panen
Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut Indeks panen = bobot umbi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan Panjang Tanaman (cm)
Hasil analisis sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada umur 1 sampai 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 9-22. Masing – masing varietas menunjukkan perbedaan nyata pertambahan panjang tanaman 1, 2, dan 4 MST, sedangkan perlakuan bahan organik hanya berpengaruh nyata pada umur 1 dan 3 MST. Interaksi varietas dengan pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 4 dan 5 MST.
Hasil uji beda rataan interaksi varietas dengan pemberian beberapa bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar 5 MST dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertambahan panjang beberapa varietas ubi jalar dengan pemberian bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar pada umur 5 MST.
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...cm...
Tanpa Bahan Organik 5,79e 16,50ab 15,71abc 12,67
Kompos TKKS 12,83abcde 14,50abcd 8,68cde 12,00
Pukan Sapi 12,50abcde 7,63de 13,17abcde 11,10
Kompos Blotong 9,54bcde 12,08abcde 17,71a 13,11
Rataan 10,17 12,68 13,81
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %.
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa rataan pertambahan panjang ubi jalar tertinggi pada kombinasi Varietas Daya dan Kompos Blotong (17,71 cm) dan yang terendah Varietas A 82 dan tanpa Bahan Organik (5,79 cm).
Pertambahan panjang beberapa varietas ubi jalar dengan pemberian bahan organik pada umur 5 MST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Interaksi beberapa varietas terhadap pemberian berbagai bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar 5 MST.
Interaksi perlakuan varietas Daya dan pemberian bahan organik kompos blotong menghasilkan pertambahan panjang tanaman yang paling tinggi yaitu sebesar 17,71 cm. Hal ini disebabkan varietas Daya yang mempunyai potensi pertumbuhan vegetatif paling dominan yaitu pada tahap pertumbuhan tanaman seiring dengan pemberian kompos blotong yang mempunyai kandungan N yang cukup dan kandungan C/N mendekati C/N tanah, karena N berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Lakitan (2000) faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, cahaya, air dan komposisi udara. Faktor lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap pertambahan panjang tanaman adalah suhu dan intensitas cahaya. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Tanpa Bahan
Organik KomposTKKS Pukan Sapi KomposBlotong
pe rt am ba ha n Pa nj an g Ta na m an (c m ) Bahan Organik A 82 MSU 03028-10 Daya
biologi tanah dimana tanah akan menjadi remah dan pertukaran anion dan kation cepat. Sehingga unsur hara cepat diserap tanaman dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murbandono (2005) yang menyatakan bahan organik berperan langsung sebagai sumber hara setelah mengalami mineralisasi dan secara tidak langsung menciptakan suatu kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang baik dengan meningkatkan ketersediaan hara untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, biologi tanah untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.
Panjang Umbi (cm)
Hasil analisis sidik ragam dari panjang umbi dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Masing - masing varietas dan bahan organik menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata pada panjang umbi.
Hasil uji beda rataan panjang umbi pada beberapa varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang umbi ubi jalar beberapa varietas dengan pemberian bahan organik
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...cm...
Tanpa Bahan Organik 10,84 10,87 10,78 10,83b
Kompos TKKS 14,14 14,20 11,01 13,12a
Pukan Sapi 14,47 13,46 10,80 12,91a
Kompos Blotong 13,91 12,05 11,12 12,36a
Rataan 13,34a 12,64a 10,93b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %.
Dari Tabel 2. dilihat bahwa rataan panjang umbi pada beberapa varietas tertinggi pada Varietas A 82 (13,34 cm) dan yang terendah Daya (10,93 cm).
Beberapa varietas terhadap panjang umbi ubi jalar dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Panjang umbi ubi jalar pada beberapa varietas
Pemberian bahan organik terhadap panjang umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Panjang umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik
Dari Tabel 2. dilihat bahwa rataan panjang umbi pada perlakuan bahan organik tertinggi pada Kompos TKKS (13,12 cm) dan yang terendah Tanpa
0 2 4 6 8 10 12 14 16 A 82 MSU 03028-10 Daya Pa nj an g U m bi (c m ) Varietas 0 2 4 6 8 10 12 14
tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong
Pa nj an g U m bi (c m ) Bahan Organik
Bahan Organik (10,83 cm). Bahan organik berpengaruh nyata terhadap panjang umbi dimana panjang umbi tertinggi yaitu pada pemberian kompos tkks yaitu 13,12 cm. Hal ini dikarenakan pemberian kompos tkks mengandung unsur K yang berperan sebagai pembentukan karbohidrat ke bagian tanaman dan mengaktifkan enzim untuk reaksi fotosintesis sehingga mempengaruhi bobot dan panjang umbi. Hal ini sesuai dengan PPKS (2006) Tandan kosong merupakan limbah kelapa sawit yang kaya akan unsur kalium. Kompos tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara yang cukup yaitu C= 35%, N=2,34%, P=0,31%, K=5,53%, Ca=1,46%, Mg=0,96%, dan air 96%. Dari hasil analisis tanah kandungan K sebesar 20,1 – 21,8 %.
Varietas A 82 berbeda nyata terhadap panjang umbi. Hal ini disebabkan panjang umbi dipengaruhi oleh masing-masing varietas, bentuk umbi dipengaruhi oleh genetik. Namun faktor kesuburan dan struktur tanah serta iklim juga mempengaruhi bentuk dan diameter umbi. Tanaman ubi jalar merupakan tanaman semusim sehingga mampu tumbuh di daerah tropis maupun di daerah dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan http:www.fao.org (2008) yang menyatakan bahwa temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif. Perkembangan umbi-umbian hanya terjadi pada kisaran 20 sampai 30ºC, optimum 25ºC dan umumnya berhenti dibawah 10 º C.
Interaksi pada perlakuan beberapa varietas dan pemberian berbagai bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang umbi (cm), hal ini disebabkan masing – masing varietas dan bahan organik sudah saling mendukung dan berperan baik pada panjang umbi.
Jumlah Umbi (umbi)
Hasil analisis sidik ragam dari jumlah umbi dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi.
Hasil rataan jumlah umbi dengan interaksi varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Umbi ubi jalar pada beberapa varietas dan pemberian berbagai bahan organik
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...umbi...
Tanpa Bahan Organik 2,67 3,00 2,42 2,69
Kompos TKKS 1,92 2,50 3,17 2,53
Pukan Sapi 2,58 2,42 3,25 2,75
Kompos Blotong 2,42 2,67 3,50 2,86
Rataan 2,40 2,65 3,68
Keterangan: Angka yang tidak diikuti oleh huruf pada baris dan kolom berbeda tidak nyata Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa perlakuan beberapa varietas dan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yakni faktor lingkungan yang kurang mendukung perlakuan dan pada setiap varietas umbi yang dihasilkan sedikit namun bobot umbi mempunyai nilai yang besar. Diakibatkan pada saat pembentukan umbi terjadi kekurangan air, sehingga menyebabkan air tidak tersedia pada saat pembentukan karbohidrat. Bahan organik cenderung menyediakan unsur hara yang berperan dalam tahap pengisian umbi, lalu hasil fotosintat cenderung ke padatan yang terkandung dalam jaringan tanaman sehingga dapat meningkatkan bobot umbi. Data analisa tanah menunjukkan bahwa kandungan P tinggi pada kompos blotong (2,35 %), dimana
P berperan sebagai pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan Syukur (2003) yang menyatakan bahwa Komposisi kimia blotong meliputi air (60-78%), sukrosa (2,1-7,3%), lilin (2-2,1%), serat (4,3-6,5%), abu (41%), P2O5 (0,4-1,8%), k2O (0,02%), CaO (0,8-1,1%).
Bobot Umbi (g)
Hasil analisis sidik ragam dari bobot umbi dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. Masing - masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi.
Hasil uji beda rataan bobot umbi pada pemberian bahan organik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...g...
Tanpa Bahan Organik 80,83 121,67 126,67 109,72b
Kompos TKKS 102,50 122,08 168,75 131,11b
Pukan Sapi 129,58 111,25 155,83 132,22b
Kompos Blotong 191,25 239,58 254,58 228,47a
Rataan 126,04 148,65 176,46
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %.
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi tertinggi pada pemberian Kompos Blotong (228,47 g) dan terendah Tanpa Bahan Organik (109,72 g).
Pemberian bahan organik terhadap bobot umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik
Bobot umbi paling besar terdapat pada pemberian kompos blotong, hal ini dikarenakan pemberian kompos dapat mempengaruhi sifat tanah khususnya pengikatan unsur hara sehingga tidak terjadi pencucian unsur hara dan unsur hara yang tersedia pada bahan organik akan diterima langsung oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) pada dasarnya ukuran umbi di lapangan tergantung oleh lingkungan di 20 hari pertama setelah penanaman. Peningkatan aerase tanah akan meningkatkan pembelahan dan pembesaran sel. Inilah peran bahan organik yaitu dalam memperbaiki aerase tanah sehingga unsur hara tersedia dalam tanah untuk pembentukan umbi. Walaupun pH dalam tanah tersebut tergolong masam (4,39), tetapi karena kandungan unsur hara pada kompos blotong tersedia dan jumlahnya cukup, maka baik untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, hal ini dikarenakan bahan organik sudah efektif berperan terhadap pembentukan umbi dan tidak tergantung varietas. 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong
Bo bo t U m bi (g ) Bahan Organik
Rataan Bobot Umbi (g)
Hasil analisis sidik ragam dari rataan bobot umbi dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30. Masing - masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi.
Hasil uji beda rataan bobot umbi pada perlakuan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Rataan Bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...g...
Tanpa Bahan Organik 36,76 48,21 50,11 45,03b
Kompos TKKS 59,03 46,90 56,74 54,22b
Pukan Sapi 53,06 47,36 48,21 49,54b
Kompos Blotong 84,58 60,07 80,54 75,06a
Rataan 58,36 50,64 58,90
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi tertinggi pada pemberian Kompos Blotong (75,06 g) dan yang terendah Tanpa Bahan Organik (45,03 g).
Pemberian bahan organik terhadap rataan bobot umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Rataan bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik
Rataan bobot umbi paling besar terdapat pada pemberian kompos blotong, hal ini dikarenakan kompos blotong mampu mengikat agregat tanah sehingga merangsang pertumbuhan bulu – bulu akar tanaman dalam pupuk blotong mengandung Mg yang apabila fotosintesis meningkat maka hasil fotosintesis dipergunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan akibatnya berat tanaman di bawah meningkat (Chairani, 2009).
Bobot Umbi per Plot (g)
Hasil analisis sidik ragam dari rataan bobot umbi per plot dapat dilihat pada Lampiran 31 dan 32. Masing – masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi per plot. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot.
Hasil uji beda rataan bobot umbi per plot pada pemberian bahan organik dapat dilihat pada Tabel 6.
0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000
Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong
R at aan B ob ot U m bi (g ) Bahan Organik
Tabel 6. Bobot umbi ubi jalar per plot pada pemberian bahan organik
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...g...
Tanpa Bahan Organik 104,72 134,72 145,28 128,24b
Kompos TKKS 131,11 125,83 182,22 146,39b
Pukan Sapi 150,28 125,28 168,06 147,87b
Kompos Blotong 217,50 211,39 268,61 232,50a
Rataan 150,90 149,36 191,02
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi per plot tertinggi Kompos Blotong (232,50 g) dan yang terendah Tanpa Bahan Organik (128,24 g).
Pemberian bahan organik terhadap bobot umbi ubi jalar per plot dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Bobot umbi ubi jalar per plot pada pemberian bahan organik Rataan bobot umbi per plot paling besar terdapat pada perlakuan kompos blotong (232,50 g), hal ini dikarenakan kompos blotong memiliki kandungan P yang tinggi untuk produksi sehingga menyebabkan bobot umbi mempunyai nilai
0 50 100 150 200 250
Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong
B ob ot U m bi per P lo t ( g) Bahan Organik
yang tinggi dan dapat menyuplai hara pada tanaman dengan dosis yang lebih tinggi dan proses dekomposisi bahan organik cepat mengakibatkan unsur hara cepat tersedia bagi tanaman. Kandungan C/N tanah juga mendekati C/N tanah sehingga mudah terdekomposisi. Hal ini sesuai dengan Baharsyah (2007) Pemberian blotong berpengaruh terhadap berat tanah, karena membentuk agregat tanah, sehingga butiran tanah dapat menyimpan air lebih banyak. Dimana unsur yang diperlukan tanaman akan tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan juga merupakan sumber C-organik yang penting dalam pembentukan humus tanah. Pembebasan P organik dari kompos blotong menyebabkan ketersediaan P dalam tanah meningkat, sehingga kontak akar (umbi) dengan unsur hara P semakin besar. Keadaan tersebut menyebabkan jumlah serapan P semakin besar bagi pembentukan umbi.
Lilit Umbi (cm)
Hasil analisis sidik ragam dari rataan lilit umbi dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Masing – masing varietas berbeda nyata terhadap lilit umbi, sedangkan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap lilit umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap lilit umbi.
Hasil uji beda rataan lilit umbi pada perlakuan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Lilit umbi ubi jalar pada beberapa varietas
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
...g...
Tanpa Bahan Organik 10,00 10,79 11,01 10,60
Kompos TKKS 11,27 10,13 12,65 11,35
Pukan Sapi 9,53 10,30 11,63 10,49
Kompos Blotong 12,44 9,58 12,52 11,51
Rataan 10,80ab 10,20b 11,95a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa rataan lilit umbi (cm) tertinggi varietas Daya (11,95 cm) dan terendah MSU 03028-10 (10,20 cm).
Beberapa varietas terhadap lilit umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Lilit umbi ubi jalar (cm) pada beberapa varietas
Hal ini disebabkan karena perbedaan varietas dari masing – masing ubi jalar ditentukan oleh sifat genetik dari varietas ubi jalar. Varietas Daya memiliki lilit umbi yang tinggi. Lilit umbi dipengaruhi oleh bentuk umbi masing-masing varietas, bentuk umbi dipengaruhi oleh genetik. Namun faktor kesuburan tanah dan iklim juga dapat mempengaruhi bentuk dan diameter umbi. Pemberian bahan
9 9,5 10 10,5 11 11,5 12 12,5 A 82 MSU 03028-10 Daya Li lit um bi (c m ) Varietas
organik yaitu kompos blotong yang berperan dalam pengisian umbi sehingga umbi memiliki lilit umbi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Chairani (2009) Blotong atau “filter press mud” sebagai hasil sampingan limbah pabrik gula mempunyai komposisi yang dapat dijadikan bahan pupuk organik bagi tanaman. Sebagian blotong tebu berasal dari serat tebu yang merupakan senyawa C – organik. Kandungan unsur hara dalam blotong cukup tinggi dan menempatkan blotong lebih unggul daripada organik lain, sebab selain memperbaiki sifat fisik juga sebagai sumber hara yang dapat menguntungkan tanaman. Blotong dapat menyumbang unsur hara makro dan mikro ke dalam tanah.
Indeks Panen
Hasil analisis sidik ragam dari rataan indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 35 dan 36. Masing - masing varietas dan bahan organik berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen.
Hasil uji beda rataan indeks panen pada perlakuan beberapa varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Indeks panen ubi jalar pada beberapa varietas dan bahan organik
BO (g/tanaman) Varietas Rataan
A 82 MSU 03028-10 Daya
Tanpa Bahan Organik 0,38 0,30 0,43 0,37c
Kompos TKKS 0,50 0,31 0,56 0,46a
Pukan Sapi 0,47 0,29 0,43 0,39bc
Blotong Tebu 0,49 0,32 0,54 0,45ab
Rataan 0,46a 0,30b 0,49a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan indeks panen tertinggi pada varietas Daya (0,49) dan yang terendah pada MSU 03028-10 (0,30).
Beberapa varietas terhadap indeks panen ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Indeks panen ubi jalar pada beberapa varietas
indeks panen ubi jalar terhadap bahan organik dapat dilihat pada Gambar 9. 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 A 82 MSU 03028-10 Daya In de ks p an en Varietas
Gambar 9. Indeks panen ubi jalar pada pemberian bahan organik Indeks panen merupakan pembanding antara berat umbi dibagi dengan berat umbi ditambah brangkasan. Varietas yang dihasilkan berat umbi lebih tinggi tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Daya sebesar 0,49 artinya fotosintat ditranslokasikan ke organ umbi sebesar 49 %. Indeks panen lebih bagus apabila bernilai tinggi, hal ini diakibatkan fotosintat dari hijauan lebih banyak ditranslokasikan ke umbi. Varietas Daya memiliki umbi, daun dan sulur yang besar sehingga indeks panen nya lebih kecil. Hal ini tergantung dari keragaman genetik ubi jalar tersebut (Jonharnas, 2009).
Bahan Organik yang memiliki indeks panen paling tinggi adalah kompos TKKS (0,46) dan yang terendah tanpa bahan organik (0,37). Kompos TKKS memiliki peran baik pada tanaman agar hasil fotosintat pada akhirnya akan ditranslokasikan ke umbi (padatan) karena kompos ini memiliki kandungan unsur hara yang mencukupi untuk pertumbuhan.
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50
Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong
In dek s Pa nen Bahan Organik
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Varietas Daya memiliki keunggulan kompetitif pada pertumbuhan vegetatif, panjang umbi, lilit umbi dan indeks panen.
2. Pemberian kompos tkks mampu meningkatkan panjang umbi 17,45 %, indeks panen 18,97 %.
3. Pemberian kompos blotong mampu meningkatkan bobot umbi 51,97 %, bobot umbi per plot 44,84 %, rataan bobot umbi 40,01 %.
4. Interaksi antara varietas dan pemberian berbagai bahan organik dapat meningkatkan pertambahan panjang tanaman 67,79 %.
Saran
Untuk teknologi budidaya ubi jalar yang optimal disarankan memakai varietas Daya dan pemberian bahan organik kompos blotong tebu dengan dosis yang tepat.