• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia teknologi kini semakin maju, internet merupakan salah satu media yang sekarang ini banyak digemari oleh remaja. Internet menjadi suatu kegemaran tersendiri bagi remaja dalam mencari informasi terbaru dan menjalin hubungan dengan orang lain di tempat yang berbeda. Di zaman yang modern ini, penggunaan internet sangatlah diperlukan. Banyak situs-situs jejaring sosial bermunculan dan berkembang pesat. Salah satu situs jejaring sosial yang kini sedang marak adalah

facebook.

Facebook adalah jaringan sosial yang sangat menarik bagi bisnis dan para

profesional karena menyediakan kesempatan untuk mempromosikan diri dan membangun merek dengan jumlah peminat yang banyak dan beragam (Kurniali,

2009). Sedangkan menurut Rezky (2009) facebook merupakan situs jejaring sosial,

para pengguna dapat bergabung dalam satu komunitas seperti kota, kerja, sekolah dan

daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Situs facebook

ini mudah diakses melalui berbagai media elektronik seperti handphone, PDA, laptop

dengan aplikasi wireless serta tempat-tempat yang memiliki fasilitas jaringan internet

seperti Warnet (Warung Internet), Coffee shop, Salon, Mall, ruang komputer yang

memiliki fasilitas HotSpot dan komputer di rumah yang berlangganan internet.

Dimanapun tempat yang terdapat koneksi internet dapat ditemukan satu dua

orang sedang mengakses facebook entah itu dikantor, Warnet (Warung Internet),

rumah sampai kafe-kafe yang menyediakan fasilitas WiFi dan berdasarkan situs

teknologinet.com, tidak heran jika Indonesia menempati urutan ke 7 dunia dalam hal

penggunaan facebook (Ifan, 2009). Mudahnya mengakses internet membuat situs ini

banyak digemari dan menjadi prioritas utama oleh banyak kalangan, tak terkecuali

pada siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Kurniali (2009), facebook

memiliki jumlah pengguna yang besar dan beragam dengan segmen terbesar dari orang muda, sehingga tepat untuk mencari teman dan ingin berbagi dengan

(2)

teman-teman karena terdapat 110 juta orang yang pertama kali menggunakan facebook

secara aktif di dunia.

BKKBN (2010) menyatakan, facebook yang ada di masyarakat cukup kuat,

membuat banyak penggemarnya yang akhirnya membeli smartphone dengan tujuan

untuk dapat terus mengakses dan memperbahurui statusnya. Selain itu, menurut

Kurniali (2009) facebook memungkinkan anggotanya untuk menuliskan status di

dinding facebook anggotanya, apa yang dirasakan atau apa yang sedang dialaminya,

kemudian anggota lain dapat memberikan komentar mengenai statusnya.

Situs facebook memungkinkan anggotanya menerima permintaan pertemanan

dari teman dekat, teman sekolah, kerabat dan bahkan teman lama, serta orang yang

tidak dikenal sebelumnya juga dapat mengajak berteman melalui facebook atau dapat

juga memasukkan foto kemudian menandai orang-orang yang terdapat di foto tersebut, sehingga orang yang ditandai dapat melihat foto tersebut, selain itu anggota

facebook juga dapat memasukkan jadwal acara dan mengundang orang lain melalui

facebook dan fitur lain. Anggota facebook dapat chating atau mengobrol dengan

anggota lain yang merupakan teman bila sedang online bersamaan (Wicaksono,

2009).

Menurut data statistik berdasarkan peringkat situs yang paling banyak

dikunjungi sampai tahun 2010 diketahui situs facebook menduduki peringkat kedua

setelah situs Google kemudian diikuti situs YouTube, Yahoo kemudian Live. Namun,

di Indonesia sendiri facebook menduduki peringkat pertama sebagai situs yang paling

banyak dikunjungi oleh penduduk Indonesia(Alexa.com, 2010).

Menurut data statistik dapat diketahui bahwa Indonesia merupakan negara

dengan jumlah pengguna facebook terbesar kedua setelah Turki di Benua Asia, yakni

sebesar 5.949.740 user dan perlu diketahui, saat ini pengguna facebook di dunia telah

mencapai 219.286.560 user, dalam hal persentase populasi online, Indonesia

mencapai angka 23,8 %. Artinya, kurang lebih 23,8 % dari total populasi penduduk di

Indonesia telah terdaftar di facebook. Angka tersebut masih jauh dibandingkan

Bangladesh yang memiliki 79,4 %, terbaik di dunia (Ifan, 2009). Sedangkan menurut data statistik terbaru dari Alexa.com (2011) menunjukkan bahwa 10 negara pengakses facebook terbesar per tahun 2010 adalah Amerika (152.189.880 pengguna), Indonesia

(3)

(35.174.940 pengguna), Inggris (28.940.400 pengguna), Turki (26.417.820 pengguna), Philipina (22.651.600 pengguna), India (22.057.280 pengguna), Meksiko (21.892.020 pengguna), Prancis (21.037.340 pengguna), Italia (18.438.760 pengguna), serta Kanada (17.381.700 pengguna)

Berdasarkan situs All Facebook, hingga 6 Maret 2009 pengguna facebook di

Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 1,4 juta orang, keseluruhan jumlah tersebut mayoritasnya adalah berjenis kelamin laki-laki dengan kisaran jumlah 740.000 pengguna adapun sisanya adalah perempuan dengan kisaran jumlah 650.000 pengguna. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari jutaan pengguna tersebut, diketahui bahwa para dewasa awal (usia 18-25 tahun) menduduki posisi teratas kelompok

pengguna facebook, kemudian diikuti usia dewasa madya (usia 26-34 tahun) dan

posisi terakhir ditempati oleh remaja (usia 13-17 tahun) (Wicaksono, 2009).

Sedangkan berdasarkan data statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa

pengguna facebook di Indonesia cukup banyak yaitu kurang lebih mencapai

35.174.940 pengguna dari total pengguna internet Indonesia berjumlah kurang lebih 45.000.000, berada diurutan kedua terbanyak di seluruh dunia, berada di bawah Amerika serikat yang berada diurutan pertama di dunia. Sedangkan data demografi

pengguna facebook di Indonesia berdasarkan jenis kelamin pengguna laki-laki

(59,4%) dan perempuan (40,6%), berdasarkan usia 18-24 tahun (41,8%), 11-17 tahun (25,3%), 25-34 tahun (21,4%), 35-44 (6,3%), kurang dari 13 tahun (2%), 45-54 tahun (1,6%), dan lebih dari 65 tahun (1,2%) (checkfacebook.com, 2011).

Namun, apabila dilihat dari data-data seputar kasus penyalahgunaan facebook

berdasarkan hasil pengamatan dari berbagai media (2010), dapat dilihat bahwa yang selama bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2010 yang terbanyak adalah kasus menghilangnya perempuan (remaja atau mahasiswi) sebanyak 4 (empat) kasus, diperoleh penipuan sejumlah 3 (tiga) kasus, pemerkosaan serta penghinaan melalui situs jejaring sosial sebanyak 2 (dua) kasus. Sementara yang lainnya (pembunuhan, prostitusi, penyebaran foto porno) masing-masing hanya satu kasus. Selain itu, dari data tersebut dapat dilihat pula bahwa yang terbanyak menjadi korban adalah perempuan dan berusia 14-20 tahun, sebagian merupakan pelajar SMP, SMU dan mahasiswi sebanyak 10 kasus.

(4)

Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009, pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 % mengakses via telepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun

rata-rata 25 %. Riset Nielsen juga mengungkapkan, pengguna facebook pada 2009 di

Indonesia meningkat 700 % dibanding pada tahun 2008 (Judarwanto, 2010).

Menurut Yayah (2010) sebanyak 71 % orang dewasa memiliki profil di

facebook, 66% memiliki profil MySpace dan sisanya 7% memiliki account di

LinkedIn. Dalam artikel BKKBN (2010) mengatakan orang dewasa menggunakan

media facebook untuk mempromosikan produk mereka karena banyaknya anggota

facebook. Menurut Judarwanto (2010), gelombang baru teknologi digital dengan

akses mudah ke dunia online setiap orang, membantu orang tua untuk mencoba tetap

berkomunikasi dengan anak-anak mereka dimanapun mereka berada, pebisnis atau

pemilik salah satunya adalah menciptakan brand awareness, serta para karyawan satu

persatu mendaftar di layanan social networking ini dan akibatnya dikantor yang

sebelumnya terasa jenuh kini berubah menjadi lebih menyenangkan dan hubungan antar karyawan menjadi lebih akrab bahkan hubungan atasan dengan bawahan menjadi terasa lebih dekat dan mampu menciptakan iklim kerja yang menyenangkan.

Situs jejaring sosial yang digunakan seperti facebook, juga digunakan oleh

anak-anak, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Esure Home Insurance

disebutkan bahwa 39% orang tua yang menggunakan jejaring sosial tersebut mengakui mereka mengecek seperti apa teman anak mereka, dan sebanyak 29% diantaranya bahkan mengaku menggunakan situs tersebut untuk mencari teman lawan jenis (Judarwanto, 2010).

Sedangkan penggunaan facebook pada remaja berdasarkan Riset Pew

menemukan bahwa 73% responden berusia 12-17 tahun remaja adalah pengguna aktif

jejaring sosial, seperti Facebook, Flickr, dan YouTube. Mereka mengunggah foto,

(5)

seperti Yahoo! Messengers, AIM, dan MSN (Wicaksono, 2009). Di antara 25 daftar pencarian paling utama, situs jaringan pertemanan, permainan, belanja, dan situs dewasa adalah favorit anak laki-laki. Sedangkan anak-anak perempuan lebih tertarik membuka jaringan sosial, musik, film, selebriti dan tayangan televisi (Judarwanto, 2010).

Penggunaan facebook bagi remaja pada umumnya adalah remaja yang

menggunakan facebook dilatarbelakangi kehidupan yang membuat kebutuhan

emosional dan psikologis mereka kurang terpenuhi. Mengingat remaja mengalami masa pencarian jati diri dan rasa keingintahuan terhadap hal-hal baru, sehingga

penggunaan facebook pada diri remaja semakin meningkat. Meningkatnya

penggunaan facebook dapat membuat diri individu tidak terkontrol (Wicaksono,

2009).

Pusporini (2009) mengatakan media sangat berpengaruh besar dalam penyampaian informasi baik ditingkatan nasional maupun lokal (daerah), informasi yang disampaikan terkadang tidak mampu untuk ditelaah secara baik oleh remaja, remaja hanya mampu berpikiran praktis, sehingga informasi yang didapat terkadang

tidak bisa disaring dengan baik. Oleh karena itu kontribusi self-control terhadap

penggunaan facebook sangatlah penting.

Pengguna facebook yang tidak dapat mengontrol diri akan mengabaikan

kegiatan lainnya. Pada umumnya, remaja yang kecanduan facebook sering lupa waktu

untuk mengerjakan pekerjaan sekolah, seperti menggunakan kesempatan luang pada

saat belajar di sekolah dengan bermain facebook atau karena terlalu asyik bermain

facebook sehingga lupa untuk kembali beraktivitas di sekolah, selain itu di

lingkungan sekitarnya, karena terlalu senang berinteraksi dengan teman facebook,

sehingga untuk berinteraksi dengan orang tua, saudara atau teman bermain menjadi berkurang (Judarwanto, 2010). Individu yang memiliki kontrol diri rendah berpotensi mengalami kecanduan karena individu tidak mampu memandu, mengarahkan, dan

mengatur perilaku pada usia remaja, pengguna facebook pada umumnya ingin

mengetahui akan hal-hal atau berita-berita yang belum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya berkenalan dengan lawan jenis yang berpenampilan sangat menarik yang belum pernah dijumpai sebelumnya dan sejenisnya (Fitri, 2009)

(6)

Karakter siswi perempuan dalam membangun pertemanan dengan jaringan

facebook lebih banyak dari teman-teman satu sekolahnya dibandingkan dari luar

sekolah, sedangkan pada siswa laki-laki lebih banyak dari teman-teman luar sekolah dibandingkan dari dalam sekolah (Lampe, Ellison & Steinfield, 2007)

Dampak positif yang paling ditemukan oleh para pengguna facebook

(Judarwanto, 2010) adalah dari segi layanan pertemanan, mereka dapat menemukan teman-teman mereka yang sudah lama tidak bertemu. Sedangkan menurut Pusporini

(2009), facebook juga bisa membawa dampak positif dan negatif, tergantung

bagaimana cara memanfaatkan media ini, seperti yang kita ketahui saat ini, ada beberapa kasus yang menimpa remaja putri sekarang ini setelah menggunakan fasilitas facebook.

Sedangkan dampak negatif dari penggunaan facebook menurut Wicaksono

(2009), facebook memiliki berbagai bahaya yang dapat muncul karena seseorang

kurang hati-hati dalam mengakses layanan ini, yaitu dapat menurunkan produktivitas, mengurangi kegiatan sosialisasi antar manusia dikehidupan nyata, rawan kemanan, pemetaan jaringan. Sementara menurut informasi dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) dilaporkan telah memperoleh sebanyak 36 laporan terkait

kasus anak dan remaja yang menjadi korban kejahatan lewat situs jejaring facebook

sepanjang bulan Januari hingga Februari 2010, tujuh diantaranya terkait dengan kasus penculikan (Anonim, 2010).

Salah satu fenomena yang terkini mempunyai dampak negatif adalah kasus penculikan remaja putri berusia 16 tahun di Jombang. Korban diculik oleh pria yang

dikenal korban lewat situs jejaring sosial facebook. Menghilang sejak Senin, 11

Oktober 2010. Setelah dua minggu diculik, korban kemudian dipulangkan oleh

pelaku yang berusia 41 tahun, laki-laki yang dikenal lewat facebook dan diduga

membawanya kabur. Kepada ayahnya, korban mengatakan sudah menikah siri dengan pelaku, yang mengaku warga Gianyar, Bali (Sutono, 2009).

Selain itu, terdapat juga kasus penipuan melalui facebook yang pelakunya

adalah seorang wanita muda yang bernama Rasellyna Rahman Taher berusia 26 tahun, selly mengoptimalkan jejaring sosial facebook untuk mengincar orang-orang yang ditipunya mulai dari Jakarta menyebar ke Depok, Bogor Bandung dan kota-kota

(7)

lainnya (Ramadhanny, 2011). Selain kasus penipuan, terdapat juga kasus penjualan anak-anak dibawah umur seperti diungkapkan oleh Kompol Toni Saputra bahwa

terdapat 5 Korban dalam kasus bisnis penjualan ABG melalui jejaring sosial facebook

di Jakarta Pusat, di facebook, tersangka memasang foto gadis belia dan

mencantumkan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk pemesanan, selain itu korban juga diberi sabu-sabu oleh para tersangka (Rosyadi, 2011).

Sementara itu, seorang remaja putri di Massachusetts yang berusia 15 tahun

bunuh diri setelah dianiaya dan dicaci maki oleh seseorang di facebook, oleh karena

itu facebook memiliki dampak negative bagi penggunanya seperti depresi,

cyberbullying, seks bebas, dan resiko lainnya (Tanner, 2010).

Nakhaie, Silverman dan LaGrange (2000) mengemukakan bagaimana

kontribusi self control terhadap remaja dengan teori umum yang lebih terfokus pada

pendekatan terhadap kontrol internal atau self control. Asumsi dari pencetus teori ini

yakni, Gottfredson dan Hirschi (dalam Nakhaie, Silverman & LaGrange, 2000)

berpendapat bahwa hubungan antara self control akan mampu untuk menjelaskan

fenomena kejahatan atau pun kenakalan yang ada, logikanya adalah jika self control

seseorang kuat maka kemungkinan ia melakukan kenakalan akan semakin kecil. Self

control yang terbentuk dalam kepribadian seseorang merupakan hasil penanaman

yang dilakukan oleh agen sosial, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan teman

sebaya (peer group).

Di kalangan remaja, facebook sangat diminati, terlihat dari antusias mereka

yang sangat sering menggunakan jaringan sosial facebook untuk berkomunikasi

dengan teman-teman mereka. Bahkan terkadang sampai lupa waktu jika telah bermain

facebook. Hal ini tentu saja dapat berdampak pada diri remaja tersebut. Misalnya,

bagi remaja yang lupa waktu jika telah kecanduan facebook, hal ini tentu saja dapat

membuang waktu mereka. Waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar, justru dimanfaatkan untuk bermain di dunia maya, secara langsung hal ini akan mengakibatkan penurunan prestasi yang dimiliki remaja tersebut (Wahyudi, 2010).

Facebook menjadi tempat virtual sebagai wadah pertemanan yang disukai

remaja. Kurangnya pengalaman dari para remaja membuat mereka sering menjadi sasaran para penjahat khususnya pemangsa seksual dan kaum pedofilia. Oleh karena

(8)

itu, dibutuhkan self control untuk meminimalisasi dampak negatif facebook, khususnya pada remaja putri yang duduk di bangku SMA (BKKBN, 2010).

Dalam kamus besar psikologi Chaplin (2000) mendefinisikan self control

sebagai suatu kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Kontrol pribadi dapat dipengaruhi oleh keadaan situasi, tetapi persepsi kontrol terletak pada

pribadi orang tersebut bukan pada situasi. Self control juga berkaitan dengan

bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam

dirinya (Hurlock, 1984). Self control yang dimaksud disini tentunya self control yang

dapat berlaku juga bagi penggunaan facebook.

Menurut Block dan Block (dalam Lazarus, 1976), menjelaskan terdapat tiga

jenis kualitas self control, yaitu over control, under control, dan appropriate control.

Over control merupakan self control yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.

Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan

impulsivitas dengan beban tanpa perhitungan yang masak. Appropriate control

merupakan self-control dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap status yang ditulis oleh 10 orang siswi SMA, 7 diantaranya lebih sering mengungkapkan perasaan dirinya saat membuat status tersebut, sementara 3 status lainnya lebih sering mengunduh foto-foto, mengomentari dan menyukai status teman-temannya. Berdasarkan hasil survey terungkap bahwa satu dari sembilan siswa SMA menghabiskan waktu lebih dari tiga jam mengakses facebook dan mayoritas adalah remaja putri. Remaja yang aktif dalam

jaringan sosial facebook umumnya lebih rentan terlibat dalam penyalahgunaan

facebook. Selain itu, remaja putri khususnya yang duduk dibangku SMA biasanya

memiliki karakter yang lebih impulsif dan tidak tahan terhadap tekanan teman sebayanya daripada remaja putra sehingga dibutuhkan suatu kontrol diri untuk

menghindari terjadinya penyalahgunaan facebook (Arispurnomo, 2010).

Banyaknya jumlah informasi yang ditampilkan oleh pengguna facebook

memiliki kecenderungan terbukanya informasi yang ditampilkan serta kurangnya self

(9)

Agnes, 2010). Selain itu, menurut Gross dan Acquisti (dalam Ellison, Steinfeld dan Lampe, 2007) mengemukakan bahwa kemungkinan besar pengguna mempertaruhkan keamanan dirinya di dunia nyata dan di dunia maya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah

ada kontribusi self control terhadap penggunaan facebook pada siswi kelas XI di

SMA Taruna Andigha Bogor?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi self control

terhadap penggunaan facebook pada siswi kelas XI di SMA Taruna Andigha

Bogor.

C. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua manfaat yang diperoleh, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang di dapat adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya pada disiplin

ilmu Psikologi Sosial yang berkaitan dengan teori self control, khususnya

terhadap penggunaan facebook pada siswi di kelas XI SMA, serta bermanfaat

bagi psikologi pendidikan untuk mengetahui segala hal mengenai self control

khususnya pada siswi SMA yang menggunakan facebook agar dapat

mengurangi danpak negatif dari penggunaan facebook. Selain itu, bermanfaat

bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai self control dan

penggunaan facebook.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswi maupun siswa SMA mengenai bagaimana cara mengontrol diri agar terhindar dari dampak

negatif dalam menggunakan situs facebook. Selain itu dapat menjadi masukan

yang positif bagi para orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya, ketika anak mereka berada di lingkungan rumah dan sedang menggunakan situs

(10)

dampak yang positif dari informasi yang mereka dapat dari facebook. Bagi para pendidik untuk lebih mengawasi dan mengingatkan anak didiknya untuk

dapat menggunakan situs facebook dengan benar. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat agar lebih memahami

bagaimana kontribusi self control terhadap penggunaan facebook pada siswi

SMA, serta agar pembaca dapat lebih mengetahui bagaimana kontribusi

Referensi

Dokumen terkait

Penyutradaraan Aktor Lansia Yang Berinteraksi Dengan Unseen Character Dalam Film Pendek Mie Kuning Abadi Laporan Tugas Akhir Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan. ………

Pendekatan yang perlu dilakukan adalah melakukan rotasi karyawan secara berkala ke berbagai bidang kerja yang tersedia dalam organisasi untuk belajar lebih dalam,

Tentunya pelaksanaan tanpa adanya koordinasi yang baik tidak akan mencapai target yang telah ditentukan, disamping itu keberhasilan koordinasi yang dilaksanakan

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Hasilnya, komposisi terbesar dana kelolaan PT Panin Asset Management terdapat pada jenis reksa dana saham yang memiliki profil risiko tinggi, yaitu mencapai

Menimbang, bahwa oleh karena pada waktu putusan perkara Nomor : 122/Pdt.G/2014/PN.Cbi dibacakan dipersidangan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cibinong pada

Sedangkan variabel respon merupakan variabel yang menunjukkan hasil dari skenario kebijakan, yang juga digunakan sebagai parameter pengukuran di dalam model simulasi