PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 14 TAHUN 2006
T E N T A N G
TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DI KABUPATEN MURUNG RAYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MURUNG RAYA,
Menimbang : a. bahwa supaya penyelenggaraan pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, tepat sasaran dan berkelanjutan maka diperlukan tata cara penyusunan perencanan pembangunan daerah dan pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan daerah;
b. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan dalam pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah harus disusun tata cara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah yang diatur dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Murung Raya;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang - Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 02 Tahun 2003 tentang Kewenangan Kabupaten Murung Raya sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2003 Nomor 02 Seri E);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organsiasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Murung Raya (Lembaran Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2003 RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati Murung Raya dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Murung Raya
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Murung Raya 6. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Bupati Murung Raya
7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal selanjutnya disebut Bappenammoda Kabupaten adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kabupaten Murung Raya
8. Tata Cara adalah pedoman yang memuat proses, mekanisme dan prosedur dalam perencanaan pembangunan daerah
9. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, yang dilaksanakan oleh semua komponen dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Kerja Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah
10.Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJP-D adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 ( dua puluh ) tahun
11.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJM-D adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 ( lima ) tahun
12.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 ( lima ) tahun
13.Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 ( satu ) tahun 14.Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renja SKPD ) adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 ( satu ) tahun
15.Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten yang selanjutnya disingkat Musrenbangkab adalah forum antara pelaku dan pemangku kepentingan pembangunan dalam rangka menyusun rencana pembangunan di tingkat Kabupaten
16.Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Perangkat Daerah
17.Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat (SKPD) adalah unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah atau Instansi lain Pengguna Anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Peraturan Daerah tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
18.Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan
19.Misi adalah rumusan umum mengenai upaya - upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
21.Pelaku Pembangunan adalah Pemerintah ( Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota ) dunia usaha dan masyarakat
22.Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah RKA-SKPD yang diusulkan dan dibiayai dari dana APBD
23.Masyarakat terdiri dari asosiasi profesi, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama serta kalangan dunia usaha atau unsur masyarakat lainnya yang mendaftar
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Tata Cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan Musrenbangkab disusun berasaskan kepastian hukum, tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
(2) Tata Cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk : a. terciptanya sistem perencanaan pembangunan di daerah;
b. terciptanya konsistensi antara penyusunan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;
c. terciptanya keterpaduan perencanaan pembangunan daerah;
(3) Tata Cara pelaksanaan Musrenbangkab bertujuan untuk :
a. terciptanya koordinasi antar pelaku pembangunan di daerah; b. terciptanya keterpaduan perencanaan pembangunan daerah;
c. terciptanya rencana pembangunan daerah yang berdaya guna dan berhasil guna;
BAB III RUANG LINGKUP
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 3
(1) Perencanaan pembangunan daerah mencakup fungsi pemerintahan di daerah yang meliputi semua bidang pembangunan di Wilayah Kabupaten;
(2) Perencanaan pembangunan daerah terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten dan berkoordinasi dengan instansi vertikal yang ada di Kabupaten dan Kecamatan sesuai dengan kewenanganya.
Pasal 4
Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) menghasilkan :
a. RPJP-D; b. RPJM-D;
BAB IV
TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 5
Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi : a. penyusunan rencana;
b. penetapan rencana;
c. pengendalian pelaksanaan rencana; dan d. evaluasi pelaksanaan rencana.
Pasal 6
(1) Penyusunan RPJPD dilakukan melalui urutan kegiatan: a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. musyawarah perencanaan pembangunan; dan c. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
(2) Penyusunan RPJM-D dilakukan melalui urutan kegiatan: a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. penyiapan rancangan rencana pembangunan;
c. pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan; dan d. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
(3) Penyusunan RKPD dilakukan melalui urutan kegiatan: a. penyiapan rencana awal RKPD;
b. pelaksanaan musrenbang Kecamatan/Desa;
c. pelaksanaan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD; d. pelaksanaan musrenbang tingkat Kabupaten; dan
e. penyusunan rencana akhir RKPD.
BAB V
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Pertama
Tanggung Jawab Terhadap Tugas dan Fungsi Perencanaan Pembangunan
Pasal 7
Kepala Bappenammoda Kabupaten bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di daerah.
Bagian Kedua
Tata Cara Penyusunan Dan Penetapan RPJP-D
Pasal 8
(1) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyiapkan rancangan RPJP-D mengacu pada RPJP Propinsi dengan memperhatikan kondisi daerah.
Pasal 9
(1) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
(2) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan dengan mengikutsertakan masyarakat.
(3) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diselenggarakan dalam rangka Penyusunan RPJP-D
(4) Musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebalum berakhirnya periode RPJP-D yang sedang berjalan.
Pasal 10
Kepala Bappenammoda Kabupaten menyusun rancangan akhir RPJP-D berdasarkan hasil musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3).
Pasal 11
(1) RPJP-D ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Bappenammoda Kabupaten melakukan evaluasi pelaksanaan RPJP-D Kabupaten setiap 5 (lima) tahun.
(3) Apabila berdasarkan hasil evaluasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlukan perubahan atas RPJP-D, maka Kepala Daerah mengajukan usul perubahan kepada DPRD guna dilakukan pembahasan rancangan perubahan RPJP-D bersama DPRD sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 12
(1) Rancangan awal RPJP-D Kabupaten disusun oleh Bappenammoda Kabupaten paling lambat satu tahun sebelum berakhirnya RPJP-D yang sedang berjalan.
(2) Rancangan awal RPJP-D Kabupaten dibahas dalam Musrenbang Jangka Panjang Kabupaten.
(3) Hasil pembahasan Rancangan awal RPJP-D Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Bappenammoda guna dilakukan evaluasi.
(4) Bappenammoda Kabupaten mengevaluasi konsistensi materi rancangan awal RPJP-D Kabupaten.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi bahan penyempurnaan Rancangan RPJP-D Kabupaten.
(6) Rancangan akhir RPJP-D Kabupaten disusun oleh Bappenammoda Kabupaten berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RPJM-D dan Renstra SKPD
Pasal 13
Kepala Bappenammoda Kabupaten menyiapkan rancangan awal RPJM-D sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah serta arah dan kebijakan keuangan daerah.
Pasal 14
(1) Kepala SKPD menyiapkan rancangan Renstra SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM-D sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.
(2) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyusun rancangan RPJM-D dengan menggunakan rancangan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berpedoman pada RPJM-D.
(3) Rancangan RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
Pasal 15
(1) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
(2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintah dan masyarakat.
(3) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM-D. (4) Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
paling lambat 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
Pasal 16
(1) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyusun rancangan akhir RPJM-D berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3). (2) Pimpinan SKPD menyusun rancangan akhir Renstra SKPD setelah disesuaikan dengan
RPJM-D.
Pasal 17
(1) RPJM-D ditetapkan dengan Perda paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
(2) Renstra SKPD disusun dengan mengacu pada RPJM-D sebagaimana dimasud pada ayat (1). (3) Renstra SKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 4 (empat) bulan
(4) Renstra SKPD sebelum ditetapkan dengan Peraturan Daerah terlebih dahulu dilakukan evaluasi oleh Bappenammoda Kabupaten dalam rangka konsistensi materi Renstra SKPD dengan RPJM-D.
(5) Bappenammoda Kabupaten melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM-D Kabupten setiap 5 (lima) tahun.
(6) Apabila berdasarkan hasil evaluasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan perubahan atas RPJM-D, maka Bappenammoda Kabupaten mengusulkan perubahan sesuai peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RKPD dan Renja-SKPD
Pasal 18
Kepala Bappenammoda Kabupaten menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM-D sebagaimana dimaksud dalam pasal 12.
Pasal 19
(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 18.
(2) Kepala Bappenammoda Kabupaten mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang Tahunan Daerah.
Pasal 20
(1) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyelenggarakan Musrenbang Tahunan Daerah.
(2) Musrenbang Tahunan Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan dan masyarakat.
(3) Musrenbang Tahunan Daerah diselenggarakan dalam rangka menyusun RKPD.
(4) Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan paling lambat bulan Maret setiap tahun.
Pasal 21
(1) Kepala Bappenammoda Kabupaten menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3).
(2) Pimpinan SKPD menyusun rancangan akhir Renja-SKPD setelah disesuaikan dengan RKPD.
Pasal 22
Pasal 23
(1) RKPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Renja SKPD dibuat oleh Kepala SKPD.
BAB VI
PELAKSANAAN MUSRENBANG
Bagian Pertama
Tanggung Jawab Terhadap dan Tugas Pelaksana Musrenbang
Pasal 24
Kepala Bappenammoda Kabupaten bertanggung jawab dan bertugas menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, Musrenbang Jangka Panjang Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) sebagai proses koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan.
Bagian Kedua
Tata Cara Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, Musrenbang Jangka Panjang Menengah Daerah dan
Musrenbang Tahunan Daerah
Pasal 25
(1) Tata Cara Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah dilakukan melalui 2 (dua) tahapan yaitu persiapan dan pelaksanaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
Pasal 26
(1) Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-masing kepala SKPD.
(2) Kepala Bappenammoda Kabupaten menghimpun dan menganalisis hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 27
(1) Kepala SKPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan SKPD periode sebelumnya.
(2) Kepala Bappeda Kabupaten menyusun evaluasi tahunan dan 5 (lima) tahunan rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya.
Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB VIII
DATA DAN INFORMASI
Pasal 29
(1) Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Kepala Bappenammoda Kabupaten bertanggung jawab menyusun, mengorganisir data dan informasi kebutuhan perencanaan pembangunan daerah.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Segala Peraturan Daerah yang merupakan dasar dalam membuat perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan daerah masih tetap berlaku sampai dengan ditetapkannya RPJM-D, sedangkan mekanisme pelaksanaannya tetap menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Murung Raya.
Ditetapkan di Puruk Cahu pada tanggal 12 Juni 2006
BUPATI MURUNG RAYA,
ttd
WILLY M. YOSEPH
Diundangkan di Puruk Cahu pada tanggal 12 Juni 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA,
ttd
TAGAH PAHOE