• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga T2 942011058 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Kualitas Kompetensi Profesional Guru Produktif SMK Negeri 2 Salatiga T2 942011058 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Strategi Peningkatan Kualitas

2.1.1. Pengertian Strategi

Setiap institusi pendidikan memerlukan strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya (Bush dan Coleman, 2008). Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti (2002) menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Strategi sangat diperlukan guna mencapai suatu tujuan, dalam hal ini demi kepuasan pelanggan yang akhirnya berdampak positif juga bagi pemakai strategi tersebut.

(2)

dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Berbeda sedikit dengan pendapat sebelumnya, kedua ahli tersebut menjelaskan teknis cara mencapai tujuan dari strategi yang akan diterapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi sedikitnya menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu : (1) cara, (2) sumber, (3) tujuan. Dapat dikatakan bahwa strategi ialah cara yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada guna mencapai tujuan yang lebih baik dari semula. Strategi memerlukan pemikiran yang matang sebelum dilaksanakan agar menghasilkan sesuatu dengan maksimal.

(3)

menetralisasikan ancamannya, dan (3) menghindari atau memperbaiki kelemahannya.

2.1.2. Pengertian Kualitas

David Hoyle mendefinisikan kualitas sebagai berikut:

The word quality has many meanings, : e.g A degree of excellence, Conformance with requirements, The totality of characteristics of an entity that bear on its ability to satisfy stated or implied needs, Fitness for use, Fitness for purpose, Freedom from defects, imperfections or contamination, and Delighting customers.”

Bisa diartikan bahwa :

“Kata kualitas memiliki banyak makna, : misalnya tingkat

keunggulan, kesesuaian dengan persyaratan, totalitas karakteristik sebuah entitas yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat, kesesuaian untuk digunakan, kesesuaian untuk mencapai tujuan, bebas dari cacat, ketidaksempurnaan atau kontaminasi, dan memuaskan pelanggan”.

Jika diringkas kualitas menurut Hoyle berkaitan dengan keunggulan dalam beberapa hal yang dipersyaratkan yang pada akhirnya dapat memuaskan pelanggan.

(4)

buku yang sama Edwards Deming menjelaskan bahwa kualitas merupakan pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus.

Menurut beberapa ahli diatas kualitas memiliki beberapa hal yang sama, antara lain kondisi yang memenuhi atau melebihi harapan, yang akhirnya memuaskan pelanggan. Bahkan menurut Deming kualitas perlu untuk disempurnakan terus-menerus, hal ini berkaitan dengan semakin tingginya tuntutan terhadap suatu produk barang maupun jasa yang kompetitif.

2.1.3. Mengembangkan Budaya Kualitas

(5)

Dikemukakan lebih lanjut oleh Tjiptono (2006:91) bahwa ada delapan program pokok yang saling terkait guna membentuk budaya kualitas, yaitu : (1). Pengembangan individual, (2). Pelatihan manajemen, (3). Perencanaan Sumber Daya Manusia, (4). Standar kinerja, (5). Pengembangan karier, (6). Survey opini, (7). Perlakuan yang adil, (8). Profit sharing. Meskipun budaya kualitas yang dimasud oleh Tjiptono adalah dalam hal penyediaan jasa yang terkait dengan ekonomi, tetapi bisa diaplikasikan dalam pendidikan, dengan menyesuaikan beberapa hal, misalnya pelatihan manajemen diartikan sebagai pelatihan kompetensi. Dalam hal profit sharing, untuk lembaga pendidikan negeri lebih ke arah eksistensi sekolah di mata masyarakat, sedangkan untuk lembaga pendidikan swasta adalah profit untuk yayasan pengelola pendidikan.

(6)

2.2.

Kompetensi Profesional Guru

2.2.1. Kompetensi Profesional Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1). Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Guru adalah sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidiknya dengan nilai-nilai yang konstruktif. Dapat dikatakan bahwa guru mengemban misi dan tugas yang sangat berat demi kemajuan bangsa di masa mendatang.

(7)

profesional mengingat profesi tersebut menjadi sumber penghasilan, melewati pendidikan profesi, dan terlebih lagi berfungsi untuk mencetak SDM yang handal.

Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011: 48). Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diajarkannya baik teori maupun praktik, sehingga proses transfer ilmu kepada peserta didik bisa lebih optimal.

(8)

Mengembangkan keprofesionalan secara bekelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Jika kita disimak lebih lanjut, Permendiknas No. 16/2007 bersifat terbuka dan dinamis. Artinya, meskipun peraturan mengatur standar minimal kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/guru, tetapi tidak terdapat ukuran baku yang menyatakan bahwa seorang pendidik/guru dinyatakan telah kompeten atau profesional. Peraturan tersebut adalah rambu-rambu yang di dalamnya mengandung tuntutan agar pendidik/guru senantiasa mampu mewujudkan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi dan profesional kerja.

2.2.2. Pentingnya Kompetensi Profesional Guru

(9)

mencarai dan mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Jika kita perhatikan dengan seksama, hal-hal di atas berkaitan erat dengan profesionalisme guru.

UU Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru merupakan suatu profesi tersendiri di masyarakat yang setara dengan profesi-profesi lain seperti dokter, akuntan, notaris, pengacara, atau apoteker. Ditegaskan dalam UU tersebut bahwa guru adalah pendidik profesional. Di dalam Permendikas No. 16 tahun 2007 ditetapkan Standar Kompetensi Guru, yang menyebutkan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dan sesuai dengan kebijakan pembangunan di negara kita yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan nasional, maka kedudukan dan peran guru bermakna sangat strategis. Jadi kebutuhan guru-guru yang berkualitas sangat diperlukan demi mempersiapkan SDM yang berkualitas.

(10)

2.2.3. Aspek-aspek Kompetensi Profesional Guru

Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, pada halaman lampiran dijabarkan tentang kompetensi inti yang merupakan aspek dari masing-masing 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Pada paparan kompetensi profesional tabel adalah seperti berikut ini.

Tabel 2 : Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Guru

No. KOMPETENSI INTI GURU

Kompetensi Profesional

20 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

21 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

22 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

23 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

24 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

(11)

Beradasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa untuk memenuhi standar kompetensi profesional, guru harus memenuhi 5 aspek, yaitu : (1) penguasaan materi dan konsep ilmu, (2) penguasaan standar kompetensi, (3) pengembangan materi bahan ajar, (4) pengembangan diri/profesi, (5) pemanfaatan teknologi pembelajaran. Selain menguasai materi, guru juga harus selalu mengembangkan diri dan mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Guru mau tidak mau harus mengembangkan penguasaan materi terkalit dengan pelajaran yang diampunya. Agung (2012:104) menyatakan bahwa pengembangan materi oleh guru dapat dilakukan apabila dirinya terus menerus mewujudkan kemauan, kemampuan, dan upaya mencari, menemukan, dan mengembangkan wawasan dan pengetahauan dari berbagai sumber. Melalui penguasaan itu guru akan berusaha untuk meningkatkan bahan/materi ajar dalam pelaksanaan tugas pembelajaran.

(12)

meng-up date materi ajarnya, mengingat dinamisnya ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Pentingnya pengembangan penguasaan materi, konsep, paradigma dan sebagainya penting diperhatikan dikemukakan oleh Agung (2012:105), yang bisa dilakukan antara lain melalui pembekalan kepada calon guru dalam LPTK agar setelah lulus guru dapat terus menerus mengembangkan penguasaan materi.

Alternatif yang bisa dilaksanakan oleh para guru agar bisa menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan misalnya melalui seminar-seminar yang saat ini sering diadakan. Akses yang luas pada media cetak dan media elektronik saat ini sangat menguntungkan guru. Meski guru sebagian besar telah memiliki sertifikat pendidik, studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi guna menambah wawasan keilmuan juga perlu dilakukan. Peluang beasiswa dari berbagai lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah bisa dimanfaatkan. Guru yang tidak mau mengembangkan dirinya dalam penguasaan materi dan konsep keilmuannya pada akhirnya merugikan anak didik, yang artinya tidak memahami profesinya sebagai guru.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

(13)

tingkat dan atau semester, standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara Nasional ( Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006), sedangkan Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

Guru dalam mengajar berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Standar kompetensi yang telah ditetapkan harus tuntas diberikan kepada siswa, tetapi guru perlu untuk terus mengembangkannya agar lebih optimal diterima peserta didik. Dalam hal ini guru harus memahami kemampuan anak didiknya, sekaligus memahami tujuan dari setiap kegiatan pengembangan yang dilakukan.

Erat kaitannya dengan kurikulum, maka guru dapat mengembangkan penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diampunya melalui kegiatan bedah kurikulum, review dan

sinkronisasi kurikulum. Penyusunan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) juga mencantumkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus diberikan, sehingga guru harus benar-benar menguasainya.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

(14)

pelajaran yang diampunya. Seorang guru akan terkendala mengembangkan materi/bahan ajar dalam pembelajaran apabila tidak diimbangi dengan penguasaan teori yang memadai. Agung (2012:107) mengemukakan bahwa penguasaan materi saja belum tentu akan memberikan dampak positif terhadap peserta didik apabila guru kurang mampu mengembangkannya dalam pengelolaan pembelajaran, dan diduga menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang stagnan atau tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Dalam menghasilkan tenaga pendidik, peran LPTK dalam membekali calon guru penguasaan pengembangan materi/bahan ajar baik secara teoritis maupun praktis sangat penting. Termasuk dalam hal ini adalah pemanfaatan metode pembelajaran yang relevan. Kreatifitas guru sangat penting dalam memberikan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat optimal.

(15)

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

Guru sebagai suatu profesi, sebagai konsekuensinya guru harus menguasai berbagai kompetensi. Kompetensi bukanlan suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat ilmu pengetahuan juga terus mengalami perkembangan. Guru yang tidak mau mengembangkan profesinya jelas akan merugikan peserta didik, bahkan mengingkari profesi sebagai pendidik.

Pengembangan profesi dapat dilakukan melalui beberapa cara. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah alternatif pengembangan profesi kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kaitannya dengan kemampuan penguasaan materi baik teori maupun praktik dilaksanakan melalui berbagai pendidikan dan latihan yang rutin menjadi program pemerintah melalui Dinas Pendidikan.

(16)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika pada waktu-waktu sebelumnya hubungan antara pendidik dan peserta didik hanya berlangsung lewat tatap muka, dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, maka kini telah dikembangkan komunikasi on-line yang dapat menembus ruang dan waktu.

Dewasa ini bahkan telah berkembang pembelajaran dengan sistem e-learning. Aunurrahman (2010:232) mengemukakan bahwa e-learning adalah pengalaman mengajar atau belajar dengan memanfaatkan spektrum teknologi secara luas utamanya internet untuk mempermudah dan mempercepat siswa dalam belajar. Pemanfaatan teknologi melalui internet yang juga bisa dimanfaatkan adalah blog dan e-mail. Hal yang demikian hanya bisa dilakukan oleh guru apabila guru menguasai teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

(17)

5.1.

Menyusun Strategi untuk Meningkatkan

Kualitas dengan Analisis SWOT

5.1.1. Analisis SWOT

Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk membuat strategi meningkatkan kualitas adalah dengan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari

Strenghts, Weakness, Opportunities, dan Threats. MDITC (2005) menjelaskan bahwa SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Sedangkan Rangkuti (2000:19) berpendapat bahwa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan dan ancaman dalam menghadapi lingkungan eksternal.

Model analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis matrik IFAS (Internal Factors Analisis Summary), analisis matrik EFAS (External Factors Analisis Summary) dan analisis matrik SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and

threats) model Grand Strategy. Matrik IFAS

(18)

lingkungan eksternal yang memberikan informasi tentang peluang yang harus dimanfaatkan dan ancaman yang harus di hindari.

Matrik SWOT menunjukkan empat kemungkinan alternatif strategis berdasarkan hasil audit terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Langkah-langkahnya seperti berikut ini (Rangkuti, 2002: 24) :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada berdasarkan Permendiknas No. 16/2007 .

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

3. Menentukan bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dai 1,0 (paling berpengaruh) sampai 0,0 (tidak berpengaruh), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tesebut terhadap upaya peningkatan kualitas kompetensi profesional guru (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).

4. Menentukan skor (1 sampai dengan 5) dari masing-masing faktor berdasarkan penting tidaknya faktor tersebut terhadap upaya peningkatan kualitas kompetensi profesional guru mutu sekolah.

5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan skor untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

(19)

2.3.2. Merumuskan Strategi dengan Analisis SWOT

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap subjek penelitian, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model perumusan strategi. Model yang dipergunakan adalah matrik Grand Strategy. Dalam Rangkuti (2000:47) ide dasar dari strategi ini adalah pemilihan dua variabel sentral di dalam proses penentuan tujuan utama Grand strategy; memilih faktor-faktor internal atau eksternal untuk pertumbuhan atau protabilitas.

Diagram analisis SWOT menurut Rangkuti (2000:19) yang biasa digunakan dalam bidang ekonomi tetapi peneliti adaptasikan dalam bidang pendidikan dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1:

Diagram Analisis SWOT

6. Mendukung Strategi Turn Around 1. Mendukung Strategi Agresif

4. Mendukung Strategi Defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi BERBAGAI

PELUANG

BERBAGAI KELEMAHAN

BERBAGAI KEKUATAN

(20)

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki

Peluang dan Kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik

Gambar

tabel.
Gambar 1:  Diagram Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian dari kompetensi profesional merupakan kemampuan atas penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam dan langkah kajian kritis pendalaman isi bidang

Sesuai dengan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 10 ayat (1), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional yaitu

Penguasaan kompetensi pedagogik guru mata pelajaran produktif kompetensi keahlian administrasi perkantoran dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar di SMK Nasional

Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, menyebutkan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi,

dengan 14 (empat belas) sub kompetensi sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

Kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

Menurut Harijono (2015) substansi dari kompetensi profesional guru adalah (a) kemampuan esensial yang berhubungan dengan penguasaan struktur materi mata pelajaran dan tugas