• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Guru Mandiri dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di SD Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Kinerja Guru Mandiri dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di SD Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan proses penting dalam usaha meningkatkan mutu, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan, penilaian kinerja didefinisikan sebagai proses evaluasi yang dilakukan untuk menilai baik tidaknya sesuatu dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut untuk digunakan sebagaimana mestinya (Mathis dan Jackson, 2006). Dari pengertian tersebut, tampak jelas bahwa penilaian kinerja lebih menekankan perbandingan terhadap suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang dipaparkan oleh Dessler (2004) bahwa penilaian kinerja merupakan kegiatan memperbandingkan kinerja nyata dengan standar yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja juga dapat didefinisikan sebagai prosedur yang meliputi : 1) penetapan standar kerja; 2) penilaian kinerja nyata dalam hubungan dengan standar-standar yang telah ditetapkan; 3) pemberian umpan balik kepada seseorang dengan tujuan memotivasi orang tersebut agar dapat meningkatkan kinerjanya lebih baik.

(2)

10

metode untuk mengevaluasi yang menitik beratkan pada pengukurannya pada penilaian yang akan bermanfaat bagi sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2. Penilaian Kinerja Guru (PKG)

Guru merupakan titik sentral dalam usaha mereformasi pendidikan, dan menjadi kunci keberhasilan setiap usaha peningkatan mutu pendidikan, Suhardan (2010). PKG merupakan suatu penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009, PKG adalah penilaian yang dilakukan kepada guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan pula bahwa penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk

a. menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah pada umumnya;

(3)

11

fungsi sekolah yang dilakukannya pada tahun tersebut.

Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya. Untuk memperoleh hasil penilaian yang benar dan tepat, Penilaian kinerja guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Valid

PKG dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

b. Reliabel

PKG dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi bila proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.

c. Praktis

PKG dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.

(4)

12

dengan 14 (empat belas) sub kompetensi sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola siswa, yang meliputi 7 aspek sub kompetensi. Ketujuh sub kompetensi tersebut antara lain: mengenal karakteristik peserta didik, menguasai teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, memahami dan mengembangkan potensi, komunikasi dengan peserta didik, serta melakukan penilaian dan evaluasi.

Kompetensi kepribadian merupakan kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. Terdapat 3 aspek kepribadian yang harus dimiliki seorang guru meliputi : bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, menunjukkan pribadi dewasa dan teladan, serta memiliki etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.

(5)

13

serta hubungan dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat.

Kompetensi profesional meliputi kemampuan guru menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang terdiri atas 2 aspek yaitu kemampuan guru untuk menguasai materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, serta mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif.

Menurut Menteri Pendidikan Nasional No : 16 Tahun 2007, dari ke 4 kompetensi dan 14 sub kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, setiap sub kompetensi dijabarkan lebih mendalam menjadi 72 indikator, sebagai berikut :

A. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam mengelola siswa yang meliputi :

1) Mengenal karakteristik peserta didik, dengan indikator sebagai berikut:

a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.

b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(6)

14

d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.

e) Guru mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.

f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarginalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).

2) Menguasai teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi. b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman

peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.

(7)

15

d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik. e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran

yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.

f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

3) Pengembangan kurikulum, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.

b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.

c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran. d) Guru memilih materi pembelajaran yang:

(8)

16

4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.

b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan.

c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik.

d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju atau tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yg benar.

(9)

17

f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik.

g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif.

h) Guru mampu menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas.

i) Guru banyak memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk bertanya, mempraktekkan, dan berinteraksi dengan pesertadidik lainnya. j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas

pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.

k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(10)

18

a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.

b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing.

c) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.

d) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu. e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar

tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing‐masing peserta didik.

f) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing‐masing.

g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.

(11)

19

a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.

b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan atau tanggapan tersebut.

c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.

d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antar peserta didik.

e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

(12)

20

7) Penilaian dan evaluasi, dengan indikator :

a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

(13)

21

B. Kompetensi Kepribadian, merupakan kepribadian yang harus dimiliki seorang guru, meliputi :

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru menghargai dan mempromosikan prinsip‐prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi dan etika bagi semua warga Indonesia

b) Guru mengembangkan kerjasama dan membina kebersamaan dengan teman sejawat tanpa memperhatikan perbedaan yang ada (misalnya: suku, agama, dan gender).

c) Guru saling menghormati dan menghargai teman sejawat sesuai dengan kondisi dan keberadaan masing‐masing.

d) Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.

e) Guru mempunyai pandangan yang luas tentang keberagaman bangsa Indonesia (misalnya: budaya, suku, agama).

2) Menunjukkan pribadi dewasa dan teladan, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru bertingkah laku sopan dalam berbicara, berpenampilan, dan berbuat terhadap semua peserta didik, orang tua, dan teman sejawat. b) Guru mau membagi pengalamannya dengan

(14)

22

c) Guru mampu mengelola pembelajaran yang membuktikan bahwa guru dihormati oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik selalu memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

d) Guru bersikap dewasa dalam menerima masukan dari peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. e) Guru berperilaku baik untuk mencitrakan

nama baik sekolah.

3) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu.

b) Jika guru harus meninggalkan kelas, guru mengaktifkan siswa dengan melakukan hal‐hal produktif terkait dengan mata pelajaran, dan meminta guru piket atau guru lain untuk mengawasi kelas.

c) Guru memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan lain di luar jam mengajar berdasarkan ijin dan persetujuan pengelola sekolah.

(15)

23

telah direncanakan, termasuk proses pembelajaran di kelas.

e) Guru menyelesaikan semua tugas administratif dan non-pembelajaran dengan tepat waktu sesuai standar yang ditetapkan.

f) Guru memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait dengan tugasnya.

g) Guru memberikan kontribusi terhadap pengembangan sekolah dan mempunyai prestasi yang berdampak positif terhadap nama baik sekolah.

h) Guru merasa bangga dengan profesinya sebagai guru.

C. Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, meliputi :

1. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, dengan indikator sebagai berikut : a) Guru memperlakukan semua peserta didik

secara adil, memberikan perhatian dan bantuan sesuai kebutuhan masing‐masing, tanpa mempedulikan faktor personal.

(16)

24

c) Guru sering berinteraksi dengan peserta didik dan tidak membatasi perhatiannya hanya pada kelompok tertentu (misalnya: peserta didik yang pandai, kaya, berasal dari daerah yang sama dengan guru).

2. Hubungan guru, tenaga kependidikan, orang tuapeserta didik, dan masyarakat, dengan indikator sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik kepada orang tuanya, baik dalam pertemuan formal maupun tidak formal antara guru dan orang tua, teman sejawat, dan dapat menunjukkan buktinya.

b) Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat dan dapat memberikan bukti keikutsertaannya.

c) Guru memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat, berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, serta berperan dalam kegiatan sosial di masyarakat.

D. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi :

(17)

25

a) Guru melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.

b) Guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

c) Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik untuk memahami konsep materi pembelajaran.

2) Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif, dengan indikator sebagai berikut :

a) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung dengan contoh pengalaman diri sendiri

b) Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari teman sejawat atau hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang menggambarkan kinerjanya.

(18)

26

selanjutnya dalam program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

d) Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan tindak lanjutnya.

e) Guru melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi, mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam melaksanakan PKB.

f) Guru dapat memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksanaan PKB.

2.1.3. Metode AHP A. Definisi Metode AHP

Sebagian besar metode pengambil kesimpulan selama ini lebih dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, sedangkan pengambilan keputusan yang memadukan kedua metode tersebut jarang dilakukan (Dermawan, 2009). AHP merupakan suatu alat pengukuran data secara kualitatif yang mengolah hasil secara kuantitatif. AHP dikembangkan oleh seorang guru besar matematika yaitu Prof. Thomas L. Saaty dari University of Pittsburgh.

(19)

27

level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hierarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Coyle (2014) menyatakan bahwa :

“The main advantage of AHP is its ability to rank choices in order to their effectiveness in meeting conflicting objectives. The further strength of the AHP is its ability to detect inconstistent judgements.”

Turban (2001) menyatakan bahwa AHP berguna untuk membantu pengambil keputusan untuk mendapatkan keputusan terbaik dengan membandingkan faktor-faktor yang berupa kriteria. Saaty (dalam Salo, 1997) menambahkan bahwa metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif dengan menyederhanakan dan memecahkan persoalan tersebut kedalam variabel yang lebih sederhana dalam suatu susunan hierarki. Setelah variabel dipilih, kemudian diberikan nilai numerik pada tiap variabel dengan pertimbangan subjektif melalui atribut berpasangan dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi.

(20)

28

keputusan yang melibatkan sejumlah kriteria dan alternatif yang dipilih berdasarkan perbandingan atribut berpasangan yang dilakukan. Dalam AHP, setiap indikator memiliki derajat kepentingan yang berbeda-beda. Metode ini juga mampu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang sesuai dengan perkiraan secara subjektif ke dalam sebuah nilai numerik.

B. Prinsip Dasar Metode AHP

Menurut Saaty (2008), dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP terdapat empat prinsip dasar yang harus dipahami antara lain decomposition, comparative judgement, syntetis of priority, dan logical consistency.

Decomposition adalah memecahkan suatu

masalah yang utuh ke dalam bentuk hierarki, dimana setiap unsur hierarki memiliki suatu hubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Hierarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem.

Comparative judgement merupakan inti dari

(21)

29

tiap kriteria. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi (extreme importance).

Synthesis of priority dilakukan dengan

menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi setiap unsur pengambilan keputusan. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan prioritas keseluruhan (global priority) harus dilakukan sintesis diantara prioritas pada tiap kompetensi (local priority). Prosedur melakukan sintesis berbeda dengan bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui sintesis dinamakan priority setting.

Logical consistency merupakan karakteristik

(22)

30

C. Langkah PKG Mandiri dengan Metode AHP Saaty (1993) memaparkan bahwa tahapan pengambilan keputusan yang dilakukan dalam metode AHP adalah sebagai berikut :

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

b. Membuat struktur hierarki.

c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).

d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai

eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen

vector maksimum yang diperoleh dengan

menggunakan matlab maupun dengan manual. f. Menghitung eigen vector dari setiap matriks

perbandingan berpasangan.

g. Menguji konsistensi hierarki. Jika tidak memenuhi (CR ≤ 0,100), maka penilaian harus diulangi kembali.

(23)

31 a. Tahap identifikasi masalah b. Tahap perancangan kinerja

Tahap perancangan kinerja dengan menggunakan metode AHP dapat dilakukan dengan cara : membuat struktur hierarki yang akan digunakan, menyebarkan kuesioner, dan menentukan bobot tiap variabel yang akan digunakan.

c. Tahap Pengukuran dan Evaluasi Kinerja

Pada tahap pengukuran dan evaluasi kinerja dilakukan scoring (scoring system) pada setiap variabel yang akan digunakan untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan perbaikan terhadap variabel-variabel tersebut.

Berdasarkan dua pendapat tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Iriani (2013) yang disesuaikan dengan langkah metode AHP yang dikemukakan oleh Saaty (1993). Berikut rumusan proses penyusunan PKG mandiri yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

a. Tahap identifikasi masalah

(24)

32 b. Tahap perancangan kinerja

Tahap perancangan kinerja merupakan tahap dimana metode AHP digunakan, tahapan tersebut terdiri dari :

 Perancangan struktur hierarki  Penyebaran kuesioner

 Menentukan bobot variabel  Menguji konsistensi

 Merancang format penilaian kinerja c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja

Dilakukan pengumpulan data dan scoring system untuk mengetahui pencapaian target pada setiap kompetensi. Penggunaan metode traffic light digunakan untuk mengetahui apakah skor pada masing-masing kompetensi mengindikasikan perlunya perbaikan atau tidak.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian

yang relevan dengan penelitian “Penilaian Kinerja

Guru Mandiri Dengan Metode AHP (Analytical

Hierarchy Process)”, antara lain :

a. “Perancangan Penilaian Kinerja Guru berdasarkan Standar Kualifikasi Akademik Kompetensi Guru dan Kompetensi Gomes Sebagai Acuan Pemberian Insentif”

(25)

33

Teknik Industri Fakultas Teknik Brawijaya Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan perancangan penilaian guru bagi SMA Brawijaya Smart School yang digunakan sebagai acuan untuk memberikan insentif untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kinerjanya. Perancangan penilaian dilakukan dengan pembobotan dengan metode AHP yang kemudian dilakukan perangkingan kinerja menggunakan metode rating scale. Dari peringkat dan bobot yang diperoleh, kemudian dilakukan penghitungan untuk menghitung besarnya insentif yang didapat setiap guru di SMA Brawijaya Smart School, Malang.

Persamaan penelitian yang dilakukan di SMA Brawijaya School dengan penelitian ini adalah keduanya menggunakan pembobotan dengan menggunakan metode AHP untuk melakukan penilaian kinerja guru. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh tiga mahasiswa teknik industry ini menggunakan Kompetensi Gomes sebagai standar penilaian kinerja guru, dan hasil penilaiannya akan digunakan sebagai penentu pemberian insentif. Sedangkan, penelitian ini menggunakan kompetensi guru yang sudah ditetapkan pemerintah, dan ditujukan sebagai acuan perbaikan kinerja guru. b. “Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode

AHP dan TOPSIS”

(26)

34

FMIPA ITS Surabaya dan dua Dosen Pasca Sarjana Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan solusi alternatif dalam pengambilan keputusan guru berprestasi di Diknas Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan dengan pembobotan kriteria penilaian menggunakan metode AHP yang selanjutnya dilakukan perangkingan dengan metode TOPSIS. Analisis data dengan menggunakan metode AHP dan TOPSIS dilakukan dengan software MATLAB 2009. Di akhir penelitian, disimpulkan bahwa dengan metode AHP-TOPSIS dapat dibangun sebuah sistem pengambilan keputusan untuk membantu proses pemilihan guru berprestasi berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan, sehingga bisa dilakukan proses perhitungan secara lebih efektif dan efesien.

(27)

35

c. “Analisis Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Menggunakan Metode Human Resources

Scorecard

Jurnal yang ditulis oleh Harnanda, alumni Teknik Industri Pertanian, Universitas Brawijaya; Hidayat dan Putri sebagai dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya. ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan di PT Erindo Mandiri, Pasuruan – Jawa Timur. Hasil penilaian dibuat berdasarkan hasil penyelarasan visi misi dan strategi perusahaan menjadi sasaran strategis SDM menghasilkan 23 KPI yang terbagi ke dalam 4 perspektif (financial, customer, internal bussiness process, learning and growth). Nilai pencapaian kinerja masing-masing perspektif yaitu, perspektif financial sebesar 136%, perspektif

customer sebesar 89,75%, perspektif internal

bussiness process sebesar 87,81%, dan perspektif

learning and growth sebesar 81,16%. Kinerja keempat perspektif tersebut berkategori hijau yang berarti kinerja keempatnya telah baik dan memenuhi target.

(28)

36 2.3. Kerangka Pikir

Guru merupakan kunci keberhasilan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, sehingga untuk meningkatkan mutu pendidikan di suatu sekolah, hendaknya PKG harus dilakukan seoptimal mungkin. Suatu sekolah di sebuah daerah pasti membutuhkan kriteria guru yang berbeda dengan kriteria guru yang diinginkan oleh sekolah lainnya. Kriteria guru yang dibutuhkan di suatu desa, pasti berbeda dengan kriteria guru yang ada di kota. Sehingga diperlukan suatu PKG mandiri di suatu sekolah, agar hasil penilaian guru sesuai dengan tujuan, visi, dan misi sekolah tersebut.

PKG mandiri, tentunya tidak dapat terlepas dari standar yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. PKG yang ditetapkan oleh Pemerintah terdiri dari 4 kompetensi dan 14 sub-kompetensi sebagai penjabarannya. Pada PKG tersebut, setiap kompetensi memiliki bobot/nilai yang sama, sehingga tidak ada sasaran strategis maupun prioritas mana yang ingin ditonjolkan. Agar sekolah dapat memprioritaskan kompetensi mana yang lebih diprioritaskan dibandingkan kompetensi lain maka setiap kompetensi hendaknya diberikan bobot/nilai berbeda dimana perbedaan tersebut ditentukan oleh visi dan misi yang ingin dicapai sekolah.

(29)

37

suatu metode yang dapat mengubah persepsi seseorang terhadap suatu kompetensi menjadi suatu nilai numerik. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode AHP. Metode ini merupakan suatu metode yang menguraikan pemecahan masalah menjadi suatu hierarki. Pada metode ini, dilakukan perbandingan antar kompetensi (KPI) yang ada dalam hierarki tersebut, yang selanjutnya akan diolah dengan aplikasi AHP untuk memperoleh bobot.

Setelah diperoleh bobot pada setiap KPI, maka dilakukan PKG yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Hasil dari PKG tersebut kemudian diolah menjadi PKG tunggal (rata-rata seluruh penilaian kinerja guru). PKG tunggal tersebut nantinya akan dievaluasi dengan traffic light system.

(30)

38

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka berfikir di atas, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :

A. Hipotesis nol (H0)

H0 : µ ≥ 0,80

Yaitu “Hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya

(31)

39

Artinya kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga sudah mencapai 80%.

B. Hipotesis alternatif (H1)

H1 : µ < 0,80

Yaitu “Hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya

Gambar

gambar 2.1.
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Berdasarkan angka 1 s.d 7 diatas, Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara mengumumkan pemenang seleksi umum paket pekerjaan

[r]

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

The proposed algorithm, combined with a real time stereo reconstruction algorithm, should provide a fast algorithm for estimating the extinction coefficient (which includes

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Februari s.d 16 April 2018. Dengan rincian yaitu tanggal 16 Februari saya meminta izin untuk melakukan penelitian di sekolah MIS

Dalam peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 22 Tahun 2008 tentang “Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudar a, per ihal Penawar an Peker jaan Pembangunan Pagar.. kecamatan Sebuku, maka dengan ini kami mengundang