1
BAB I
RENCANA DAN PERENCANAAN
PENDIDIKAN
Apakah Perencanaan Pendidikan itu?
2
merupakan aspek yang senantiasa inheren dalam kehidupan manusia. Manusia boleh berusaha tetapi Tuhanlah yang menentukan intensitas kegagalan dan kesuksesan, implikasi dan konsekuensinya sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan itu sendiri. Semua rencana dibuat untuk meraih kesuksesan. Tetapi kita juga harus sadar sepenuhnya akan kuasa Tuhan. Karena itu kitapun harus menyediakan batas toleransi kegagalan. Misalnya, dalam premis controllable. Si Kaledi adalah mahasiswa FKIP semester VI. Ayahnya yang selama ini membiayainya adalah seorang PNS golongan III/D. Usia ayahnya saat ini 55 tahun, berarti tahun depan ayahnya pensiun. Kaledi harus berjuang menyelesaikan studinya yang juga tinggal satu tahun. Jika tidak, Kaledi harus menerima kenyataan jika pada akhirnya ia menerima kiriman uang yang sedikit dari biasanya, sebab ayahnya sudah pensiun. Dalam premis yang semi controllable.
Kaledi adalah seorang mahasiswa FKIP. Selama ini ia dibiayai oleh orang tuanya yang bermata pencaharian sebagai petani tradisional. Biasanya kiriman uang akan lancar jika hasil pertanian lancar. Hasil pertanian biasanya dipanen pada bulan Juli setiap tahun. Tetapi kebiasaan ini, bisa saja tidak terjadi, karena hama belalang, tikus atau harga hasil pertanian di pasar jatuh. Kalau sudah begini, Kaledi harus sadar bahwa memang kenyataannya begitu. Hal yang di luar dugaan manusia adalah premis non controllable. Dalam perencanaannya, Kaledi tidak menyangka kalau ayahnya telah dipanggil Tuhan sebelum ia lulus. Biasanya hal yang bersifat non controllable ini sangat menyakitkan atau membuat orang frustrasi.
Dalam pengertian yang luas perencanaan ditakrifkan sebagai “planning is a process of preparing for action in the future
3
dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan di masa datang. Sedangkan dalam arti sempit perencanaan dikaitkan dengan bidang yang menjadi obyek kajian, misalnya, dalam bidang ekonomi ada perencanaan ekonomi, dalam bidang pendidikan ada perencanaan pendidikan dan sebagainya. Sebagai yang demikian perencanaan pendidikan tidak lain adalah perencanaan dalam bidang pendidikan, yaitu suatu proses penentuan tujuan, penciptaan lingkungan serta prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam rangka pembentukan manusia yang memiliki kompetensi individual, sosial, dan profesional secara optimal. Secara sederhana perencanaan pendidikan itu diartikan sebagai proses penentuan tujuan pendidikan serta cara-cara mencapai tujuan itu secara efektif dan efisien.
Dari pengertian yang sederhana itu dapat dicatat paling sedikit empat pokok pikiran yang terkandung di dalamnya yaitu: 1. Seperti perencanaan yang lain, perencanaan pendidikan itu
mengarah kepada tujuan, yaitu kondisi ideal yang diharapkan dimasa depan;
2. Dengan membandingkan kondisi ideal masa depan dan kondisi masa kini ditetapkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi kesenjangan antara kedua kondisi itu; 3. Cara-cara yang ditempuh itu haruslah cara-cara yang
terbaik dibandingkan dengan cara-cara lain yang tidak dipilih;
4. Cara terbaik itu diukur dari kadar efektivitas dan efisiensinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perlunya Perencanaan Pendidikan
4
(human investment) yang berjangka panjang. Dengan usia kerja (produktif) 15 tahun dan dengan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, berarti 15 tahun lamanya termasuk pendidikan di dalam keluarga dan pra sekolah investasi itu baru menghasilkan. Kalau diinginkan produktivitas keluaran itu lebih tinggi lagi maka diperlukan pendidikan dan latihan sekian tahun lagi sesudah pendidikan dasar. Hasil investasi itu tidaklah statis melainkan kumulatif dan ekselaratif, tidak hanya di dalam dirinya tetapi juga tertular kepada orang lain melalui interaksi sosialnya. Oleh sebab itu, kesalahan dalam pendidikan tidak hanya merugikan sasaran didik itu sendiri seumur hidupnya tetapi juga orang lain yang berinteraksi dengannya.
Sebagai investasi, pendidikan itu tidak boleh dilakukan dengan coba-coba salah (trial and error) karena sasarannya adalah manusia yang sedang dan selalu dalam proses perubahan. Lebih celaka lagi kesalahan itu baru disadari setelah sekian tahun kemudian. Dan hampir tidak ada kesempatan untuk mengadakan perbaikan pada sasaran yang sama. Seperti halnya investasi di dunia industri, investasi di dunia pendidikan ini tidak bisa ditarik kembali tanpa resiko. Sementara itu sumber yang tersedia sangat terbatas.
Oleh sebab itu, resiko harus ditekan serendah mungkin, dan hal ini dapat dilakukan melalui perencanaan yang baik.
5
1. Dengan adanya perencanaan maka ada suatu arahan kegiatan atau pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan.
2. Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan hal-hal yang akan dilalui, potensi-potensi dan prospek perkembangan, serta resiko yang bakal dihadapi.
3. Perencanaan memberi kesempatan memilih alternatif terbaik dari berbagai pilihan yang tersedia.
4. Dengan rencana maka tersedia alat ukur atau standar yang obyektif untuk melakukan pengawasan, penilaian, dan pengendalian agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Ciri-Ciri Rencana yang Baik
Apabila dikatakan bahwa semua kegiatan yang dilakukan secara sadar selalu didahului dengan rencana maka itu tidak berarti bahwa semua kegiatan itu akan berhasil dengan baik. Mutu keluaran kecuali ditentukan oleh pelaksana dan proses pelaksanaannya, juga tergantung pada mutu rencana itu sendiri.
Sebuah rencana dapat dikatakan baik kalau memenuhi syarat atau menampakkan ciri-ciri dan ditentukan berdasarkan pertimbangan rasional dan dipilih dari beberapa kemungkinan (alternatif) dengan kriteria:
a. Rencana itu mengarah pada keadaan yang paling diinginkan oleh sebagian besar kelompok sasaran atau pengguna yang berkepentingan dengan rencana itu.
b. Semua aspek atau unsur dari rencana itu harus sinkron dan saling berkaitan secara integral atau terpadu.
c. Rencana itu secara operasional dapat dilaksanakan.
6