45
BAB III
HADIS TENTANG MENANGIS
Setelah dilakukan pelacakan hadis, penulis menemukan hadis-hadis tentang air mata. Kemudian penulis mengambil hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukha>ri sebagai obyek penelitian, karena hadis riwayat imam al-Bukha>ri menurut para ulama lebih akurat di banding dengan riwayat perawi hadis yang lain. Al-Bukha>ri merupakan mukharrij yang oleh para ulama dinilai paling sahih periwayatannya. Akan tetapi untuk membuktikan kesahihan hadis yang diriwayatkan oleh imam
al-Bukha>ri ini, akan tetap dilakukan penelitian terhadap hal-hal yang merupakan syarat kesahihan hadis. Hadis tentang menangis yang diriwayatkan oleh al-Bukha>ri terdapat dalam hadis no. 620.
A.Teks hadis
ْي ع ْنع يْحي ث ح سم ث ح
مص ع نْب صْ ح ْنع ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ ي ث ح ق َ
هْ ع َ يض ْي ه يبأ ْنع
ه يف ل عت َ ْم ي عْ س ق م س هْي ع َ ص ي لا ْنع
س ْلا يف ق عم ه ْ ق لج َ ع يف أ ن ٌ ش ْ ع مإ ه َإ ل َ ْ ي
َج ج
ه ي ي ق ْ ت م هل ش م ْعت َ تح ه ْخأف ق صب صت لج
َ ك لج
ْ ض ف يل خ
ْيع
1Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yah}ya dari 'Ubaidillah berkata, telah menceritakan kepada saya Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafs} bin 'As}im dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi S}allallahu'alaihi
wasallam bersabda: "Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis.
B.Takhri>j al-H}adi>s
Untuk memperoleh hadis-hadis yang semakna dengan hadis utama yang sedang diteliti diperlukan adanya kegiata takhri>j al-hadi>s\. Kegiatan ini berfungsi untuk mengetahui siapa saja mukharrij yang meriwayatkan, sehingga dengan demikian dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai hadis yang diteliti, jadi dengan takhri>j ini akan diketahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, berbagai periwayatan yang telah meriwayatkan hadis itu dan ada tidaknya (sya>hid
1Abi ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim Ibn al
dan muta>bi’).2 Oleh sebab itu, dalam penelitian sangat perlu dilaksanakan kegiatan
takhri>j tersebut. Untuk mentakhri>j hadis yang membahas tentang keutamaan keluarnya air mata digunakan metode bi al-lafz}i dengan kata kunci ْيع ْ ض ف dan Untuk mempermudah dalam menemukan hadis yang diteliti, takhri>j al-hadi>s| dalam penelitian ini tidak dilakukan secara manual, tetapi terlebih dahulu ditelusuri melalui software-software islami seperti al-Maktabah al-Sya>milah, Jawa>mi’ al-Kalim, dan hadis explorer dengan menggunakan lafaz}-lafaz} hadis yang sesuai. Setelah hadis yang diteliti ditemukan, kemudian dilakukan cross check dengan kitab aslinya.
Adapun hasil dari kegiatan takhri>j al-hadi>s| ini ditemukan beberapa hadis, yaitu:
a. S}ahi>h Bukha>ri, BabBersedekah dengan Tangan Kanan, no. 1334 dan S}ahi>h
Bukha>ri, bab Keutamaan meninggalkan dosa, no. 6308
b. S}ahi>h Muslim, bab Keutamaan sedekah dengan diam-diam, no. 1712 c. Sunan al-Tirmiz\i, bab Mencintai Allah, no. 2313
d. Sunan al-Nasa’i, bab Imam (Penguasa, Pejabat) yang adil, no. 5285 e. Musnad Ah}mad, bab Musnad Abu Hurairah Rad}iyallahu 'anhu, no. 9288 f. Muwatho’ Imam Malik, bab Cinta-mencintai karena Allah, no. 1501
C.I’tiba>r H}adis\
Kata al-i’tiba>r merupakan isim mas}dar dari kata i’tabara. Secara bahasa,
al-i’tiba>r artinya “peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud agar dapat
diketahui sesuatunya yang sejenis”. Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, al-i’tiba>r adalah meneliti dengan menyertakan mata rantai sanad yang lain pada suatu hadis tertentu, agar dapat diketahui ada atau tidaknya periwayat yang lain untuk sanad hadis yang dimaksud.3
Adapun tujuan dilakukannya al- i’tiba>r dalam sebuah penelitian hadis adalah agar terlihat secara jelas seluruh jalur sanad yang diteliti, nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat tersebut. Dengan demikian, kegunaan al-i’tiba>radalah untuk mengetahui keadaan sanad hadis secara keseluruhan dilihat dari ada atau tidaknya pendukung (corroboration) berupa periwayat yang berstatus muta>bi atau sya>hid.4
Yang dimaksud dengan muta>bi (jama’: tawa>bi’) atau biasa hanya disebut dengan istilah ta>bi’ adalah periwayat yang memiliki status sebagai pendukung pada periwayat yang bukan sahabat Nabi, sedangkan sya>hid (jama’: syawa>hid) adalah periwayat yang berstatus pendukung untuk sahabat Nabi. Dengan melakukan
i’tiba>r ini akan dapat diketahui apakah sebuah hadis yang diteliti memiliki muta>bi’ dan sya>hidatau tidak.5
Setelah melakukan takhri>j al-h}adi>s\ atas hadis-hadis tentang keutamaan keluarnya air mata maka langkah selanjutnya dalam penelitian hadis adalah melakukan i’tiba>r al-sanad, penjelasanya ada di bawah ini:
Hadis riwayat imam al-Bukha>ri Kitab: Adzan, Bab: Orang yang duduk di dalam masjid menunggu pelaksanaan shalat dan keutamaan berdiam di masjid, No. Hadist :
620
ْب صْ ح ْنع ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ ي ث ح ق َ ْي ع ْنع يْحي ث ح سم ث ح
ن
ْع َ يض ْي ه يبأ ْنع مص ع
ه
َ ْم ي عْ س ق م س هْي ع َ ص ي لا ْنع
م ه ْ ق لج َ ع يف أ ن ٌ ش ْ ع مإ ه َإ ل َ ْ ي ه يف ل عت
ق ع
حت َج ج س ْلا يف
ا أ ْما هْتع لج هْي ع ق ت هْي ع ع تْجا َ يف ب
م هل ش م ْعت َ تح ه ْخأف ق صب صت لج َ ُ خأ ينإ ف ج بصْ م
ه ي ي ق ْ ت
َ ك لج
ْيع ْ ض ف يل خ
Kutipan hadis di atas diawali dengan h}addas\ana> yang berarti bahwa yang menyatakan kata itu adalah Imam Bukha>ri yang mengarang kitab al-jami’ al-s\ahi>h atau sering disebut dengan S}ah}i>h} Bukha>ri. Imam Bukha>ri dalam hal ini sebagai mukharrij al-h}adi>s\ oleh sebab itu dalam hal ini dia sebagai periwayat terakhir untuk hadis yang dikutip di atas. Dalam hal mengemukakan riwayat, Imam Bukha>ri
menyandarkan riwayatnya kepada satu perawi yaitu Musaddad. satu orang perawi yang disandari oleh Imam Bukha>ri tersebut dalam ilmu hadis disebut sebagai sanad pertama. Dengan demikian, maka sanad terakhir untuk riwayat hadis di atas adalah Abu Hurairah, yakni periwayat pertama karena dia sebagai shahabat Nabi yang berstatus sebagai pihak pertama yang menyampaikan riwayat tersebut.6 Berikut ini dikemukakan urutan periwayat dan sanad untuk hadis di atas:
Tabel 3.1 Sanad hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukha>ri dari Musaddad
Nama periwayat Urutan sebagai
periwayat
Urutan sebagai sanad
1. Abu Hurairah Periwayat I Sanad VI
2. Hafs} bin ‘As}im Periwayat II Sanad V
3. Khaib bin ‘Abdu al
-Rahma>n
Periwayat III Sanad IV
4. ‘Ubaidillah Periwayat IV Sanad III
5. Yah}ya Periwayat V Sanad II
6. Musaddad Periwayat VI Sanad I
7. Imam Bukha>ri Periwayat VII Mukharrij
al-h}adi>s\
Dari daftar nama di atas tampak jelas bahwa periwayatan pertama sampai ketujuh atau sanad pertama sampai keenam masing-masing satu orang. Adapun lambang-lambang metode periwayatan yang dapat dicatat dari hadis tersebut adalah
h}addasana>, ‘an, dan qa>la. Itu berarti terdapat perbedaan metode dalam meriwayatkan hadis yang digunakan oleh para periwayat dalam sanad hadis tersebut.7
6Lihat Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi penelitian hadis, (Yogyakarta: TH Press dan Teras, cet. 1 2009), h.76
Dari penjelasan di atas maka dapatlah dikemukakan skema sanad Imam Muslim sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema sanad Imam Bukhari no. 620
نع
ْنع
ْنع
ي ث ح
ْنع
ث ح ث ح
S}ahi>h Bukha>ri, BabBersedekah dengan Tangan Kanan, no. 1334
ل ق ،رادْنب ر شب نْب دمحم نثدح
:
ل ق ،َ دْيبع ْنع ، ي ْحي نثدح
:
دْبع نْب ْيبخ ينثدح
ل ق يبنلا نع ،ةرْيره يبأ ْنع ، ص ع نْب صْ ح ْنع ،نم ْحرلا
" :
ظ يف َ ظي عْبس
ه
ف عم هبْ ق لجر ،هبر ةد بع يف أشن ٌ ش ،لد عْلا م ْْا ،ه ظ َإ لظ َ ْ ي
ي
ذ ةأرْما هْتب ط لجر ،هْي ع قر ت هْي ع عمت ْجا َ يف ب حت نَجر ،دج سمْلا
صْنم ا
َ ل سر دمحم
هريره بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
َ ْي ع
يْحي
سم
ل قف ،ل مج
:
،هنيمي ْنت م هل مش ْعت َ تح ْخأ دصت لجر ،َ ف خأ ينإ
ه نْيع ْ ض ف يل خ َ ركذ لجر
"
Dari redaksi hadis di atas dapat diuraikan bahwa al-Bukha>ri menyandarkan periwayatannya pada Muh}ammad bin Basya>r Bunda>r dengan menggunakan sigat “h}addas\ana>”. Sigat tersebut memberikan pemahaman bahwa al-Bukha>ri menggunakan metode al-sama’8 dalam menerima hadis. dalam hal ini Muh}ammad
bin Basya>r Bunda>r berkedudukan sebagai sanad pertama. Dengan demikian maka yang menjadi sanad terakhir pada hadis di atas adalah Abu Hurairah, yakni periwayat pertama karena beliau merupakan sahabat Nabi.
Adapun urutan periwayat dan urutan sanad untuk hadis di atas adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 2
Sanad hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukha>ri dari Muh}ammad bin Basya>r Bunda>r
Nama periwayat Urutan sebagai periwayat
Urutan sebagai sanad
1. Abu Hurairah Periwayat I Sanad VI
2. Hafs} bin ‘A<<>s}im Periwayat II Sanad V 3. Khaib bin ‘Abdu al-Rahman Periwayat III Sanad IV
4. ‘Ubaidillah Periwayat IV Sanad III
5. Yah}ya Periwayat V Sanad II
6. Muh}ammad bin Basya>r Periwayat VI Sanad I
Bunda>r
7. Imam Bukha>ri Periwayat VII Mukharrij al-h}adis\
Dari daftar nama di atas jelas terlihat bahwa dari periwayat pertama sampai dengan periwayat ketujuh atau sanad pertama sampai sanad ketujuh menggunakan lambang periwayatan yang berbeda, yakni menggunakan lafadz h}addas\ana>dan ‘an. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat dalam hadis di atas.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan transmisi jalur sanad sebagai berikut: Gambar 3. 2
Jalur sanad hadis riwayat al-Bukha>ri no. 1334
ْنع
ْنع
ْنع
ْينثدح
نثدح
نثدح
نثدح
َ ل سر دمحم ص
.
هريره بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
َ ْي ع
يْحي
رادْنب ر شب نْب دمحم
Untuk mempermudah pembacaan skema sanad pada kedua hadis di atas, berikut penulis sajikan skema sanad keduanya:
Gambar 3. 3
Skema Sanad Hadis Riwayat al-Bukha>ri
نع
ْنع
ْنع
ي ث ح
ْنع
ث ح
ث ح
Untuk memberikan gambaran perbandingan terhadap skema sanad Bukhari, berikut ini dikemukakan riwayat hadis yang semakna yang diriwayatkan dalam kutub al-sittah yang lain, yaitu:
هريره بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
َ ْي ع
يْحي
سم
ر خب ما
َ ل سر دمحم ص
.
1. Sahih Muslim, no.1718
نْب حم ، ْ ح نْب ْيه ي ث ح
ْيه ق ،
ْلا يْحي ْنع ، عي ج
ْلا
:
ث ح
،مص ع نْب صْ ح ْنع ،ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ ين ْخأ ،َ ْي ع ْنع ، يعس نْب يْحي
ق ي لا نع ، ْي ه يبأ ْنع
" :
م ي عْ س
ه َإ ل َ ْ ي ه يف َ
:
م ْْا
َ يف ب حت َج ، ج س ْلا يف ق عم ه ْ ق لج ،َ عب أ ن ٌ ش ، عْلا
هْتع لج ،هْي ع ق ت هْي ع ع ت ْجا
ف ، ج بصْ م ا أ ْما
:
،َ ُ خأ ينإ
صت لج
،هل ش ق ْ ت م ه ي ي م ْعت َ تح ه ْخأف ق صب
يل خ َ ك لج
ْيع ْ ض ف
Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin H}arb dan Muhammad bin Mus\anna>
dari Yah}ya al-Qatan, Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Yah}ya>
bin Sa’id dari 'Ubaidillah telah mengabarkan kepadaku Khubaib bin
'Abdurrahman dari H}afs} bin 'As}im dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis”.
2. Sunan al-Tirmiz\i, no. 2313
نْب صْ ح ْنع ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ ْنع كل م ث ح نْعم ث ح
صْن ْْا ث ح
َ ْم ي
ه ْ ق ك لج َ عب أ ن ٌ ش ع مإ ه َإ ل َ ْ ي ه يف
ل ع ع ت ْج ف َ يف ب حت َج هْيلإ عي تح هْ م خ ا إ جْس ْل ب عم
ك
ق ت
ْيع ْ ض ف يل خ َ ك لج
ف ج بسح ا أ ْما هْتع لج
أ ق ه ي ي ق ْ ت م هل ش م ْعت َ تح ه ْخأف ق صب صت لج َ ُ خأ ينإ
ب
ع
حيحص نسح ثي ح ا ه سي
9Telah menceritakan kepada kami Al-Ans}a>ri telah menceritakan kepada kami
Ma'anun telah menceritakan kepada kami Malik dari Khubaib bin ‘Abdi al-Rahman dari Hafs} bin 'As}im dari Abu Hurairah atau dari Abu Sa'id, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Tujuh (golongan) yang akan dinaungi Allah pada hari di mana tidak ada naungan lain kecuali naunganNya; pemimpin adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, orang yang hatinya terkait dengan masjid bila ia keluar meninggalkannya hingga ia kembali lagi, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena itu dan berpisah karena itu, orang yang mengingat Allah saat menyendiri lalu kedua matanya berlinang, lelaki yang diajak oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia berkata: Aku takut Allah, seseorang bersedekah lalu menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." Berkata Abu Isa: Hadis ini hasan shahih.
3. Sunan al-Nasa’i, no. 5285
ن ْح لا ْ ع نْب بي خ ْنع َ ْي ع ْنع َ ْ ع نأ ْنأ ق ْصن نْب ْي س ن ْخأ
ْنع
ْي ه يبأ ْنع مص ع نْب صْ ح
س ق م س هْي ع َ ص َ س أ
َ ْم ي عْ
زع َ ع يف أ ن ٌ ش ع مإ ه َإ ل َ ْ ي م ي ْلا ْ ي لج زع
لج
ْيع ْ ض ف ءَخ يف َ ك لج
يف عم ه ْ ق ك لج
ب حت َج جْس ْلا
َ ُ خأ ينإ ف سْ ن لإ ج بصْ م ا أ ْما هْتع لج لج زع َ يف
ص م هل ش م ْعت َ تح ه ْخأف ق صب صت لج لج زع
ه ي ي ْ ع
Telah mengabarkan kepada kami Suwaid bin Nas}r ia berkata; telah
memberitakan kepada kami Abdullah dari Ubaidillah dari Khabib bin 'Abdurrahman dari Hafs} bin As}im dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
s}allallahu 'alaihi wasallam bersabda: Ada tujuh golongan yang akan Allah lindungi pada hari kiamat, di hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya; imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam peribadatan kepada Allah 'azza wajalla, seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dalam keheningan kemudian meneteskan air mata, seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki-laki-laki yang mencintai karena Allah 'azza wajalla, seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita cantik dan berkedudukan untuk berzina, lalu ia berkata 'sesungguhnya aku takut kepada Allah 'azza wajalla', serta seorang laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.
4. Musnad Ahmad, no. 9288
ْنع مص ع نْب صْ ح ْنع ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ ي ث ح ق َ ْي ع ْنع يْحي ث ح
َ ْ ي ه يف َ ْم ي عْ س ق م س هْي ع َ ص ي لا ْنع ْي ه يبأ
ل
َإ
ت َج ج س ْل ب ق عتم ه ْ ق لج َ عب أ ن ٌ ش عْلا م ْْا ه
يف ب ح
ْعت َ ه ْخأ ق صب صت لج هْي ع ق ت هْي ع ع تْجا لج زع َ
م هل ش م
لإ ج بصْ م ا هْتع لج ْيع ْ ض ف يل خ َ ك لج ه ي ي ق ْ ت
لج زع َ ُ خأ نأ ق سْ ن
tumbuh dalam peribadatan kepada Allah, seorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah 'azza wajalla mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah dikeheningan hingga kedua matanya meneteskan air mata, dan seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita cantik berkedudukan lalu ia berkata; aku takut kepada Allah 'azza wajalla”.
5. Muwat}t}a’ Malik, no. 1501
يبأ ْنع مص ع نْب صْ ح ْنع
صْن ْْا ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ ْنع كل م ْنع ي ث ح
ْنع ْ أ ْ ْلا يعس
ْم ي عْ س م س هْي ع َ ص َ س ق ق هنأ ْي ه يبأ
م ه ْ ق لج َ ع يف أ ن ٌ ش ع مإ ه َإ ل َ ْ ي ه يف َ
ق ع
جْس ْل ب
ق ت كل ع ع ت ْجا َ يف ب حت َج هْيلإ عي تح هْ م خ ا إ
َ ُ خأ ينإ ف ج بسح ا هْتع لج ْيع ْ ض ف يل خ َ ك لج
صت لج
ه ي ي ق ْ ت م هل ش م ْعت َ تح ه ْخأف ق صب
Dalam rangka melakukan kegiatan al-i’tiba>r, maka seluruh skema sanad dari semua mukharrij tersebut akan digabung menjadi satu skema. Namun sebelum hal itu dilakukan, penulis menyajikan skema sanad dari masing-masing mukharrij sebagai berikut:
Gambar 3. 4
Jalur sanad hadis riwayat Muslim no. 1718
ْنع
ْنع
ْنع
ين ْخأ
ْنع
ث ح
ث ح
ث ح َ س حم
ص
.م
ي ه بأمص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
َ ْي ع
يْحي يعس نْب
ناَطَقْلا ىَيْحَي
ىَنثمْلا نْب دَمحم ْ ح نْب ْيه
Gambar 3. 5
Jalur sanad hadis riwayat al-Tirmidzi no. 2313
ْنع
نع
ْنع
ث ح
نع
ث ح
ث ح
Gambar 3. 6
Jalur sanad hadis riwayat al-Nasa’i no. 5285
ْنع
ْنع
ْنع ي ه بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
كل م
نْعم
صْن ْْا
م تلا َ س حم
.
يعس يبأ
ي ه بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ َ س حم
ْنع
ْنع
نأ ْنأ
ن ْخأ
Gambar 3. 7
Jalur sanad hadis riwayat Ahmad no. 9288
ْنع
ْنع
ْنع
ي ث ح
ْنع
ث ح ي ه بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
َ ْي ع
يْحي
حأ َ س حم
. َ ْي ع
ْع َ
ْصن نْب ْي س
Gambar 3. 8
Jalur sanad hadis riwayat Malik no. 1501
ْنع
نع
ْنع
ث ح
Selanjutnya dari beberapa skema sanad di atas, penulis uraikan skema dari seluruh sanad, dengan sebelumnya menjelaskan keterangannya sebagai berikut:
1) Dari Jalur sanad al-Bukha>ri:
Nabi SAW → Abu Hurairah (‘an) → Hafs} bin ‘A>s}im (‘an) → Khaib
bin ‘Abdu al-Rah}ma>n (haddatsanî) → ‘Ubaidillah (‘an) → Yah}ya
(h}addas\ana>) → Musaddad (h}addas\ana> ) → al-Bukha>ri.
Nabi SAW → Abu Hurairah (‘an) → Hafs} bin ‘A>s}im (‘an) → Khaib
bin ‘Abdu al-Rah}ma>n (‘an) → ‘Ubaidillah (h}addas\ani>) → Yah}ya
(h}addas\ana>) → Muh}ammad bin Basya>r Bunda>r (h}addas\ana>) → al-Bukha>ri.
ي ه بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
كل م َ س حم
.
2) Dari jalur sanad Muslim:
Nabi SAW → Abu Hurairah (‘an) → Hafsh bin ‘Ashim (‘an) → Khaib
bin ‘Abdu al-Rah}ma>n (‘an) → ‘Ubaidillah (akhbarani>) → yah}ya bin
sa’id (‘an) → yah}ya al-qat}an (h}addas}ana>) → muh}ammad bin mus\anna> dan zuhair bin h}arb (h}addas}ana>) → imam Muslim.
3) Dari jalur sanad al-Tirmiz\i:
Nabi SAW → Abu Hurairah atau Abi Sa’id (‘an) → H}afs} bin ‘A>s}im
(‘an) → Khaib bin ‘Abdu al-Rah}ma>n (‘an) → Malik (‘an) → Ma’nun
(‘an) → al Ans}a>ri (h}addas\ana>) → al-Tirmiz\i> (h}addas\ana>). 4) Dari jalur sanad al-Nasa’i:
Nabi SAW →Abu Hurairah atau Abi Sa’id (‘an) →Hafsh bin ‘Ashim
(‘an) → Khaib bin ‘Abdu al-Rah}ma>n (‘an) → ‘Ubaidillah (‘an) →
Yahya (‘an) → Suwaid bin Nashr (Anba’anâ) → al-Nasa’I
(Akhbaranâ).
5) Dari jalur sanad Ahmad bin Hambal:
Nabi SAW →Abu Hurairah atau Abi Sa’id (‘an) →Hafsh bin ‘Ashim
(‘an) →Khaib bin ‘Abdu al-Rah}ma>n (‘an) →‘Ubaidillah (h}addas\ana> )
→‘Abdullah (‘an) → Ahmad (h}addas\ana> ).
6) Dari jalur sanad Malik:
Gambar 3.9
Skema Sanad Keseluruhan
ْ
Dari skema seluruh sanad hadis di atas, maka dapat diketahui bahwa hadis tersebut memiliki satu perawi yang berstatus sebagai sya>hid, yaitu Abu Sa’id. Dari
sanad al-Bukha>ri, dapat kita ketahui Muhammad bin Basya>r bunda>r, yah}ya al-qat}an,
al-Nasa’i, Ahmad, suwaid bi Nas}r menjadi muttabi’ bagi Musaddad (dalam jalur
sanad pertama). Demikian juga, Musaddad, yah}ya al-qat}an, al-Nasa’i, Ahmad, ي ه بأ
مص ع نْب صْ ح
ن ْح لا ْ ع نْب بْي خ
كل م
نْعم
ء س لا
ىذمرلا
َ س حم .
يعس يبأ
َ ْي ع
ْيعس نب يْحي َ ْ ع
سم
حأ رادْنب ر شب نْب دمحم
ْصن نْب ْي س ء س لا
ىَنَ ثُمْلا ُنْب ُدَمَحُم
م سم
ناَطَقْلا ىَيْحَي
ْ ح نب ْيه
suwaid bi Nas}r menjadi muta>bi’ terhadap perawi dari jalur Muh}ammad bin Basya>r bunda>r. Selanjutnya, ma’nun dan Abdullah menjadi muta>bi’ bagi Yah}ya bin sa’i>d (pada jalur sanad kedua). Adapun Ubaidillah memiliki satu muta>bi’, yakni Malik (pada jalur sanad ketiga).
D.Kritik Sanad
Langkah selanjutnya untuk meneliti hadis tentang air mata ini yaitu melakukan kritik sanad. Sanad hadis merupakan rangkaian para periwayat yang memindahkan matan sampai kepada kita. Para ulama hadis menilai sanad memiliki kedudukan yang sangat penting dalam riwayat hadis. Maka dari itu, sebuah berita yang dinyatakan sebagai hadis Nabi jika tidak memiliki sanad sama sekali, maka berita tersebut disebut sebagai hadis palsu atau hadis maud}u>’.10
Hal yang perlu dilakukan dalam penelitian sanad adalah: 1. Meneliti Kualitas Periwayat dan Persambungan Sanad
Seperti yang terlihat pada transmisi jalur sanad di atas, bahwasanya hadis yang terdapat dalam S}ah}i>h al-Bukha>ri dengan nomor hadis 620 ini diriwayatkan
oleh sebanyak tujuh orang perawi, yakni Abu Hurairah, Hafs} bin ‘A>s}im, Khaib
bin ‘Abdu al-Rah}man, ‘Ubaidillah, Yah}ya, Musaddad, dan al-Bukha>ri.
Selanjutnya, kualitas masing-masing periwayat akan penulis jelaskan sebagai berikut:
Nama Perawi
Tari>kh al-Ruwa>t Al-Jarh} wa
al-ta’di>l
Al-Tah}}a>mul Wa al-ada>’
Lahir-Wafat
Guru Murid
Al-Bukhari
Nama lengkap: Muhammad
bin Isma’il
bin Ibrahim bin Mugi>rah al-Ju’fi
L: 191 H
W: 256 H
Thabaqat 11
Di antaranya:
Ali> bin al-Madini
Ahmad bin H}anbal
Yah}ya bin
Ma’i>n
Muh}ammad bin Yu>suf al-Firyabi
Maki bin Ibra>hi>m al-Balkhi
Muhammad bin Yu>suf al-Baikandi
Musaddad
Muhammad bin Basysyar bin 'Us\man
dan lain-lain Di
antaranya:
Muslim al-H}ajjaj
Tirmiz\i
Nasa’i
Ibnu Khuzaima h
Ibnu Abu> Da>wud H}ammad bin Syakir al-Nasawi Mansu>r bin Muh}amma d al-Bazdawi . Al-Mizzi: al-Hafiz}} S}ahi>h} al-s}ah}i>h}} Al-Z\\|ahabi: al-Imam S}ahi>h} al-s}ah}i>h}} Ibnu Hajar: Kokoh hafalanny a dan Imam dalam pemaham an hadis Haddas\ana>
Nama Lengkap : Muh}amma d bin Basysa>r bin 'Us\man Kuniyah :
Abu Bakar
Negeri semasa hidup : Bashrah
L: 167 H W: 252 H Tabi'ul
Atba' kalangan
Yah}ya bin
Sa’>id al-Ans}a>ri
Yazid bin Ibra>hi>m al-Tastari
Muhamma d bin Isma>’il al -Bukhari
Ali bin al-Madini
Abu Hatim: S}aduuq
An Nasa'i S}alih An Nasa'i: la
tua Muh}ammad
bin Ja’far al -Bazzar
Abdullah bin
Ja’far al
-Sa’di
Jumlah guru seluruhnya kurang lebih 188
Ahmad bin Hammad al-Qurasy
Yusuf bin Musa al-Razi Jumlah murid seluruhnya kurang lebih 154 ba’sa bih Ibnu Hibban: disebutka n dalam 'ats s\iqa>t Ibnu H}ajar al 'Asqalani: Tsiqah Al-Dzahabi: Hafizh Nama Lengkap : Yah}ya bin Sa'id bin Farru>kh Kuniyah :
Abu Sa'id
Negeri semasa hidup : Bashrah
L: 120 H
W: 198 H Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa Ubaidillah bin Umar
al-‘Adawi
Salam bin Sulaiman al-Muzani
Sufyan bin
‘Uyainah
Suhail bin Abi Shalih
Jumlah guru seluruhnya kurang lebih 272 Muhamma d bin Basya>r bin 'Us\man
Malik bin Anas
Mujahid bin Musa
‘Amr bin
al-‘Abbas Jumlah murid seluruhnya kurang lebih 261 An Nasa'i: s\iqah tsabat Abu Zur'ah: S|iqah hafidz Abu Hatim: S|\iqah hafiz}
Al 'Ajli: S|\iqah
Ibnu Sa'd: S|\iqah
ma`mun Nama Lengkap : Ubaidullah bin 'Umar bin Hafsh bin 'Ashim bin 'Umar bin Al Khaththab Kuniyah :
Abu 'Utsman Negeri semasa hidup : Madinah Wafat :
147 H Tabi'in
kalangan biasa
Khubaib bin
‘Abdirrahma
n al-Anshari
Hamzah bin Mughirah
Ja’far Shadiq
Bakar bin
‘Abdillah
S|abit bin Aslam
Jumlah guru seluruhnya kurang lebih 140
Yahya bin
Sa’id al -Qathan
Yazid bin Qais
Musa bin Salim
Na>fi’ bin Yazi>d
Musa bin Hilal Jumlah murid seluruhnya kurang lebih 348 Ibnu Hajar : S|\iqah s\abat Adz Dzahabi: S|\iqah Yahya bin Ma'in : S|\iqah Abu Hatim : S|\iqah Abu Zur'ah: S|\iqah An Nasa'i: S|\iqah, s\abat Haddatsani Nama Lengk ap : Khuba ib bin 'Abdu r Rahm an Kuniy ah : Abu Negeri semasa hidup : Madinah L: - W : 132
H
Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Hafsh bin
‘Ashim al
-‘Adawi
‘Abdurrahm
an bin Khaib
Unaisah binti Khubaib
‘Ubaidillah
bin ‘Umar
al-‘Adawi
Syu’bah
Al
Harits ‘Abdullah binti Muhammad al-Ghifari
Jumlah guru seluruhnya kurang lebih 11
Maslamah
Malik bin Anas Mubarak bin Fudhalah Jumlah murid seluruhnya kurang lebih 22 Hatim: s}alih}u al- h}adi>s\
Ibnu Hibban: disebutk an dalam al-s\iqa>t
Ibnu Hajar al 'Asqalani s\iqah Nama Lengk ap : Hafsh bin 'Ashi m bin 'Umar bin Al Khath thab Negeri semasa hidup : Madinah L: - W: - Kalangan : Tabi'in kalangan pertengah an Abu
Hurairah al-Dausi
Abu bakar al-Shiddiq
Abu sa’id al -Khudri
‘Abdullah bin ‘Umar
Sahal bin
Sa’ad
Jumlah guru seluruhnya kurang lebih 12
Khubabib bin
‘Abdirrah
man
Sa’d bin Sa’id
‘Ashim bin
Muhamma d ‘Ubaidillah bin ‘Umar Syu’bah bin Hajjaj
Sa’d bin
Ibrahim
‘Isa bin
Muhamma d
al- An Nasa'i: s\iqah Ibnu Hibban: disebutk an dalam al- s\iqa>t
Ibnu Hajar al-'Asqalani : s\iqah
‘Umari> Jumlah murid seluruhnya kurang lebih 12 Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Shakhr Kuniyah :
Abu Hurairah Negeri semasa hidup : Madinah Wafat :
57 H Kalangan
:
Shahabat
Ubay bin
Ka’ab
Anas bin Malik
Abu Hasyim
bin ‘Uqbah
Ummu Aiman
Al-Aswad bin Yazi>d
Jumlah guru seluruhnya kurang lebih 60
H}afs} bin 'Ashim bin 'Umar bin Al
Khaththab
Hatim bin Haris
Hubaib bin Marzuqi
Abu Amin al-Sya>mi Jumlah murid seluruhnya kurang lebih 1099 Ibnu H}ajar al 'Asqalani Shahabat Al-Mizzi: Sahabat Rasul Abu Hatim bin Hibban: disebutk an dalam al-s\iqa>t
a. Memiliki sanad yang muttasil dari mukharrij hingga Rasulullah, hal ini karena pada setiap persambungan antar perawi telah memenuhi persyaratan ke-muttas}il-an sanad.
b. Diriwayatkan oleh para perawi yang s\iqah (’adil dan dabit) sebagaimana
disebutkan dalam data para periwayat.
Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukha>ri nomor 620 tersebut dapat diterima dan berkualitas sahih dari segi muttas}il, d}abit dan ‘adilnya perawi.
2. Meneliti Kemungkinan Adanya Syuz\uz\ dan ‘Illat
Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai pengertian syuz\uz\ dari suatu hadis. 11 Di antara pendapat tersebut yang paling menonjol atau paling banyak diikuti adalah pendapat Imam al-Syafi’i (w. 204 H/820 M), yang menyatakan bahwasanya hadis yang mengandung syuz\uz\ yaitu “suatu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang s\iqah, tetapi bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi lain yang sama-sama s\iqah (bahkan lebih kuat).”12
11Menurut bahasa, kata syuz\uz\ berarti yang jarang, yang asing, yang menyendiri, yang
menyalahi aturan, dan yang menyalahi banyak orang. Lihat Salamah Noorhidayati, Diktat Ulumul Hadits Edisi Revisi, (Tulungagung: STAIN, 2002), h. 74
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘illat, secara bahasa adalah cacat, penyakit, kesalahan baca, dan keburukan. Sedangkan menurut istilah ulama hadis sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu al-Shalah dan al-Nawawi, ‘illat adalah sebab yang tersembunyi yang dapat merusak kualitas hadis. Jadi, sebuah hadis yang secara lahir tampak berkualitas s}ah}i>h, bisa saja karena ada ‘illat, kualitasnya
menjadi d}a’i>f.13 Hadis yang mengandung syuz\u>z\ tersebut dinamakan sebagai
hadis sya>z\, sedangkan lawannya disebut hadis mah}fu>z}.14
Banyak ulama hadis yang menyatakan bahwa meneliti adanya syuz}u>z} dan ‘illat itu tidaklah mudah dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar
ahli dan terbiasa dalam melakukan penelitian hadis. Karena itu, maka Ibn al-Madinî (w. 234 H/849 M) dan al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H/1072 M) memberikan petunjuk untuk meneliti ‘illat hadis perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) meneliti seluruh sanad hadis untuk matan yang semakna, bila hadis tersebut memiliki muta>bi’ ataupun sya>hid (b) meneliti seluruh periwayat dalam berbagai sanad berdasarkan kritik yang telah dikemukakan oleh para kritikus hadis.15
Sesuai dengan skema seluruh sanad yang telah dibuat, ada tujuh periwayat sekaligus mukharrij-nya di dalam hadis tentang rahasia di balik keluarnya air mata yang diambil dari sanad al-Bukha>ri melalui jalur Abu> Hurairah. Seluruh
13Noorhidayati, Diktat Ulumul Hadits…, h. 76 14Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan…, h. 139
periwayat yang terdapat dalam sanad tersebut semuanya bersifat s\iqah, terbukti bahwa tidak ada satupun ulama hadis yang mencela tentang pribadi perawi-perawi tersebut. Semua mengakui ke-s\iqah-an mereka. Mereka juga memiliki hubungan guru murid, dalam artian bahwa mereka memiliki persambungan sanad dari mukharrij sampai kepada Nabi SAW.
Kekuatan sanad al-Bukha>ri yang diteliti juga semakin meningkat ketika diketahui terdapat pendukung (corroboration) berupa seorang sya>hid dan muta>bi’, terdapatnya muta>bi’ pada sanad pertama, kedua, dan ketiga semakin meningkatkan kekuatan hadis tersebut. Dengan demikian, maka hadis rahasia di balik keluarnya air mata diatas dapat dikatakan terhindar dari adanya syuz\u>z\ dan
‘illat.
3. Kesimpulan
a) Hadis tentang rahasia di balik keluarnya air mata tersebut termasuk ke dalam hadis yang diriwayatkan oleh banyak sanad, akan tetapi belum bisa dikategorikan ke dalam hadis mutawatir16, jadi hadis tersebut masih tergolong ke dalam hadis ah}ad.17
16Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka bersatu untuk meriwayatkan hadis itu dengan jalan berdusta. Perawi yang tersebut ada mulai awal sanad sampai akhir sanadnya, yaitu terdapat dalam setiap thabaqat (tingkatan). Lihat: Noorhidayati, Diktat Ulumul Hadits, h. 53
b) Dilihat dari skema keseluruhan sanad, pada periwayat tingkat pertama sampai keempat hadis tersebut berstatus gari>b,18 dan kemudian pada
periwayat tingkat kelima sampai seterusnya berstatus sebagai hadis masyhu>r.19
c) Seluruh sanad yang terdapat dalam hadis rahasia di balik keluarnya air mata di atas setelah diteliti, ternyata semuanya bersifat s\iqah (adil dan
d}abit}), tak ada seorangpun yang mencela kepribadian mereka.
d) Jika dilihat dari transmisi sanad di atas, periwayat banyak menggunakan sigat ‘an dalam menerima hadis, hanya ada tiga yang menggunakan sighat h}addas}ana>.
e) tersebut menunjukkan bahwa hadis di atas merupakan hadis mu’an’an.20 Namun demikian, melihat adanya hubungan guru murid di antara mereka, serta masa hidup mereka yang memungkinkan adanya pertemuan secara langsung, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa hadis tentang rahasia di balik keluarnya air mata di atas telah memenuhi salah satu syarat kesahihan hadis, yaitu bersambungnya sanad (ittis}al al-sanad) sampai kepada Nabi SAW.
f) Periwayatan hadis ini merupakan bentuk periwayatan secara lafal ( ar-riwayah bi al-lafz}), karena dalam semua periwayat dari berbagai jalur
18Hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi saja
19Sedangkan yang dimaksud hadis masyhur adalah hadis yang memiliki lebih dari dua jalur sanad, namun belum sampai kepada derajat mutawatir
sanad, baik al-Bukha>ri, Muslim, Ahmad, Tirmidzî, maupun al-Nasai, semuanya menggunakan lafadz yang sama, tanpa ada penambahan maupun pengurangan.
g) Hadis rahasia di balik keluarnya air mata diatas dapat dikatakan terhindar dari adanya syuz\u>z\ dan ‘illat. Karena sanad al-Bukha>ri yang diteliti terdapat pendukung (corroboration) berupa seorang sya>hid dan muta>bi’, terdapatnya muta>bi’ pada sanad pertama, kedua, dan ketiga semakin meningkatkan kekuatan hadis tersebut. Dengan demikian, maka
Dari beberapa poin argumen di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sanad hadis tentang air mata yang diriwayatkan oleh al-Bukha>ri melalui jalur Abu Hurairah di atas berkualitas s}ah}i>h}21, karena memenuhi semua syarat keshahihan hadis. Adapun tingkat keshahihannya adalah s}ah}i>h} liz\a>tih}i, karena hadis tersebut telah memenuhi lima syarat hadis s}ah}i>h}.
E.Kritik Matan
Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian hadis setelah diketahui hasil dari penelitian sanad adalah melakukan penelitian matan. Matan adalah “kata -kata hadis yang dengan hal itu menjadi terbentuk sebuah makna”.22
Berbeda dengan
21Pengertian hadis shahih menurut mayoritas ulama hadis adalah, hadis yang memenuhi lima criteria, yakni sanadnya bersambung, seluruh periwayat bersifat adil dan dhabith (memiliki sifat tsiqah), tidak mengandung syudzudz dan tidak mengandung ‘illat
proses dalam penelitian sanad, yang memiliki langkah-langkah sistematis dengan berpijak pada unsur-unsur kaidah keshahihan sanad, dalam penelitian matan ulama hadis tidak menekankan kepada peneliti agar terikat dalam langkah-langkah yang sistematis. Ulama hadis hanya menerangkan mengenai beberapa hal/tanda-tanda yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur dalam meneliti matan (bagi matan yang shahih). Itupun tidak semua ulama hadis menggunakan tolok ukur yang sama, karena perbedaan persoalan yang terdapat dalam matan yang bersangkutan.23
Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian matan kali ini, penulis menggunakan tolok ukur yang digunakan oleh Shalahuddin al-Adlabi, karena penulis menilai bahwa tolok ukur yang digunakan telah meliputi semua hal yang berkaitan dengan matan hadis. Tolok ukur tersebut ada empat macam, yaitu:
1) Tidak bertentangan dengan petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an 2) Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat tingkat kualitasnya 3) Tidak bertentangan dengan akal sehat dan sejarah
4) Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri bahwa itu sabda dari Nabi.24
Keempat pokok di atas akan diterapkan dalam penelitian matan hadis tentang larangan waris beda agama secara rinci sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an
Hadis di atas secara tekstual memberikan pemahaman bahwa Islam menganjurkan untuk mengeluarkan air mata dengan menangis dan hal tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an seperti disebutkan dalam Alquran surat al-Taubah Ayat: 82
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At Taubah : 82)
2. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat
Selanjutnya, hadis-hadis Nabi juga banyak yang membicarakan tentang keutamaan mengeluarkan air mata. Salah satu hadis yang menjelaskan tentang keutamaan mengeluarkan air mata adalah hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam al-Tirmiz\i dari Abu Hurairah, yang bunyinya:
حم ْنع
عْس ْلا َ ْ ع نْب ن ْح لا ْ ع ْنع
ْلا نْبا ث ح ه ث ح
ْ ع نْب
ق ْي ه يبأ ْنع حْ نْب سيع ْنع ن ْح لا
َ ص َ س ق
َ م س هْي ع
لي س يف غ ع ت ْجي َ ْ لا يف ن لا عي تح َ يْ خ ْنم ب لج لا ج ي
م ج خ َ
ْح لا ْ ع نْب حم حيحص نسح ثي ح ا ه سيع بأ ق
ه ن
ٌين م حْ يبأ لْ م
menjadi satu debu di jalan Allah dengan asap api neraka." Abu Isa berkata, "Hadis ini derajatnya h}}asan s}ah}ih, dan Muhammad bin 'Abdurrahman adalah mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) Abu Thalhah, yang berasal dari madinah."25
Pada hadis di atas dijelaskan bahwa Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah hingga susu kembali ke dalam kantungnya. Dan tidak akan berkumpul menjadi satu debu di jalan Allah dengan asap api neraka.
3. Tidak bertentangan dengan akal sehat
Hadis tentang keutamaan menangis tersebut bisa diterima oleh akal sehat, karena mungkin saja pada masa itu Nabi bermaksud untuk memotivasi semangat kaum Muslimin, supaya lebih semangat dalam selalu ingat kepada Allah SWT dalam keadaan apapun dan jihad fi sabilillah, walaupun banyak sekali rintangan yang di hadapi dan mereka mau mengeluarkan air matanya ketika ingat kepada Allah SWT
4. Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian. . Persoalan tentang keutamaan air mata merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Semuanya tersusun rapi dalam kedua sumber hukum Islam, yakni al-Qur’an dan hadis. Hadis Nabi tentang keutamaan menangis tersebut di atas benar-benar merupakan sabda kenabian, karena hal yang dijelaskan di dalamnya merupakan salah satu ajaran
menjalankan syari’at Islam yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan umatnya. Semua yang berhubungan dengan kehidupan umat manusia sebenarnya telah diatur oleh Allah melewati perantara utusan-Nya, jadi tidak sepantasnya kita menafikan hal tersebut.