• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELELAHAN (FATIGUE) PADA HOTMIX RECYCLED ASPHALT (HMRA) | Pradani | Jurnal REKAYASA dan MANAJEMEN TRANSPORTASI 782 2653 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KELELAHAN (FATIGUE) PADA HOTMIX RECYCLED ASPHALT (HMRA) | Pradani | Jurnal REKAYASA dan MANAJEMEN TRANSPORTASI 782 2653 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A NA LISIS KELELA HA N (FA TIG UE) PA DA HO TMIX REC YC LED A SPHA LT (HMRA )

Novita Pradani*

*) Staf Pengajar pada KK Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Anggota Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Tadulako, Palu

A b strac t

Pa ve me nt Re c yc ling a s a lte rna tive te c hno lo g y in p a ve me nt c o nstruc tio n a nd ma inte na nc e is c o ntinuo usly de ve lo p e d due to sc a rc ity a nd hig hly c o st o f ma te ria ls. The a im o f this re se a rc h is to mo dify re c yc le d ma te ria l b y a dding a p o lyme r tha t is c a p a b le to imp ro ve the p hysic a l p ro p e rtie s o f b itume n a nd the p e rfo rma nc e o f re c yle d mixture . The a sp ha lt mixture in this re se a rc h is AC -We a ring C o urse (AC -WC ) whic h c o nta in Re c la ime d Asp ha lt Pa ve me nt (RAP), fre sh ma te ria l a nd a sp ha lt Pe n 60/70. Pe rc e nta g e RAP use d is 20% a nd 30% to the to ta l we ig ht o f mixture . Fa tig ue Pe rfo rma nc e o f mixture wa s me a sure d using 4-Po int Be nding Te st Ap p a ra tus with stra in c o ntro l. The re sult fro m b itume n c ha ra c te ristic te sts sho wn tha t RAP b itume n ha s lo we r p e ne tra tio n g ra de a nd hig he r visc o sity va lue . Fa tig ue te st sho wn tha t, rising the p e rc e nta tio n o f RAP will inc re a se the fa tig ue re sista nc e o f mixture b y hig he r a ve ra g e numb e r o f c yc le s a t 30% RAP mixture (19307 c yc le s). G e ne ra lly, the re se a rc h sho wn tha t RAP c a n b e use d a s a lte rna tive ma te ria l to the p a ve me nt re ha b ilita tio n. In sp ite o f tha t a tte ntio n o f ma ximum RAP p e rc e nta tio n in mixture a nd c o nstruc tio n q ua lity c o ntro l sho uld b e ta ke n into a c c o unt.

Ke y wo rd: A sp ha ltic C o nc re te W e a ring C o urse (AC -WC ), RAP, Fa tig ue

1 . PENDA HULUA N

Salah satu kendala dalam peningkatan kinerja prasarana jalan adalah keterbatasan material di beberapa daerah di Indonesia dalam hal ini material agregat maupun aspal yang berdampak pada makin tingginya biaya pembangunan dan rehabilitasi jalan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan adalah pemanfaatan kembali material perkerasan jalan lama (recycling) sebagai material perkerasan jalan baru.

Namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan aplikasi penuh di lapangan, penggunaan material daur ulang seringkali menemui beberapa kendala antara lain menurunnya sifat fisik dari material daur ulang, mengingat selama masa layannya telah menerima beban lalu lintas yang cukup berat. Selain itu material daur ulang juga memiliki tingkat variabilitas yang cukup tinggi sehingga dapat

berdampak pada perubahan gradasi dan durabilitas dari campuran. Disamping itu, teknologi daur ulang juga memberikan beberapa manfaat antara lain untuk mengatasi keterbatasan bahan perkerasan jalan [Subagio, B.S., 2009] sehingga teknologi ini bersifat efisien dan efektif serta dapat mengurangi penggunaan agregat (45-100%) dan aspal baru (60%) sehingga nilai ekonomis bahan kupasan meningkat, hemat energi, dan geometrik jalan dapat dipertahankan serta melestarikan sumber daya alam.

(2)

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik Kelelahan (fatigue) dari campuran panas Laston Lapis Aus (AC-WC) menggunakan material RAP (recycling).

Campuran yang digunakan pada studi ini adalah campuran Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC) yang menggunakan 20% dan 30% material RAP terhadap berat total campuran serta aspal Pen 60/70.

2 . TINJA UA N PUSTA KA

2.1 Perkerasan Daur Ulang (Re c yling )

Secara umum perkerasan daur

ulang (re c yc ling) memanfaatkan kembali

material (agregat dan aspal) perkerasan lama untuk dijadikan sebagai perkerasan baru yang ditambahkan material baru atau dan bahan peremaja. Material yang digunakan untuk metoda daur ulang adalah bahan kupasan aspal dan bila diperlukan ditambahkan aspal dan agregat baru. Bahan kupasan aspal ini mengandung aspal dan agregat lama. Untuk mencapai hasil yang memadai pada umumnya aspal dan agregat lama perlu diperbaharui baik sifat-sifatnya maupun gradasinya.

Beberapa sifat material RAP yang bisa digunakan sebagai batasan antara lain agregat masih mempunyai daya tahan cukup baik untuk mempertahankan gradasi (jumlah, ukuran, bentuk dan komposisi butiran) dan sifat rheologi aspal (penetrasi atau viskositas) mengalami penurunan, namun hal ini dapat dikembalikan dengan penambahan bahan peremaja (re juve na ting a g e nt).

2.2 Lapis Beton Aspal Lapis Aus (AC -WC)

Lapis Beton Aspal adalah lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural yang pertama kali

dikembangkan di Amerika oleh The Asp ha lt

Institute dengan nama Asp ha lt C o nc re te

(AC ). Menurut Bina Marga Dept.PU,

campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur,

dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

Lapis aus (AC-WC) merupakan lapisan teratas yang langsung bersentuhan dengan roda kendaraan. Kekuatan dari perkerasan beton aspal lapis aus (AC-WC) diperoleh melalui struktur agregat yang

saling mengunci (inte rlo c king). Struktur

agregat yang saling mengunci ini menghasilkan geseran internal yang tinggi dan saling melekat bersama oleh lapis tipis aspal perekat diantara butiran agregat. Perkerasan beton aspal ini cukup peka terhadap variasi kadar aspal dan perubahan gradasi agregat, hal ini disebabkan karena beton aspal memiliki sifat stabilitas tinggi dan relatif kaku, yaitu tahan terhadap pelelehan plastis namun cukup peka terhadap retak. Berdasarkan spesifikasi baru campuran beraspal Kementerian Pekerjaan Umum 2010, Perkerasan Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC) mempunyai ukuran maksimum agregat dalam campuran adalah 19 mm.

2.4 Pengujian Kelelahan Dengan Four Point Bending Apparatus

Kelelahan merupakan suatu fenomena timbulnya retak akibat beban berulang yang terjadi karena pengulangan tegangan atau regangan yang batasnya masih dibawah batas kekuatan material [Yoder et.al,1975]. Pengujian kelelahan dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara tegangan dan regangan dengan umur kelelahan. Pengujian kelelahan dapat dilakukan dengan beberapa metoda dan menggunakan berbagai bentuk dan ukuran benda uji. Metoda umum untuk mengevaluasi karakteristik kelelahan beton aspal adalah pengujian lentur berulang (re p e a te d fle xura l te st) [Yoder et.al,1975].

Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah mesin uji kelelahan Four Point Bending Apparatus. Alat ini mengakomodasi pengujian kelelahan

dengan kontrol regangan (stra in). Mesin uji

ini memiliki sistem pembebanan dengan tenaga hidrolik. Pada prinsipnya sistem pengujian mengakomodasikan kendali

(3)
[image:3.612.88.303.121.249.2]

diintegrasikan dengan perangkat lunak berbasis windows [Rahman, H.,2010].

Gambar 1. Fo ur-Po int Be nd ing Ap p a ra tus

3 . METO DE PENELITIA N

Penelitian ini dititikberatkan pada pengujian laboratorium terhadap kinerja kelelahan, dimana material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material lama (RAP) dan material baru. Dari kedua material tersebut dilakukan pengujian mengikuti standar SNI (Standar Nasional Indonesia).

Dalam pengujian campuran terdapat 2 variasi kadar material RAP terhadap berat total campuran yaitu 20% material RAP dan 30% material RAP. Pengujian campuran ini dilakukan sesuai dengan standar pengujian campuran beraspal panas. Untuk mendapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) digunakan perencanaan dengan Metoda Marshall dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Kadar Aspal Optimum (KAO) diperoleh untuk keenam variasi campuran. Selanjutnya masing-masing KAO tersebut, digunakan dalam pembuatan benda uji untuk pada pengujian kelelahan.

Persiapan benda uji untuk

pengujian kelelahan (fa tig ue) terdiri atas

agregat kasar, agregat halus dan filler pada KAO yang didapatkan dari analisis Marshall dengan pendekatan kepadatan mutlak, kemudian dilakukan tahap pencampuran, pemadatan dan pemotongan. Benda uji berbentuk balok berukuran lebar nominal 63,5 mm, tinggi 50 mm dan panjang 380 mm yang digunakan dalam pengujian ini.

Pengujian kelelahan dilakukan dengan Fo ur

Po int Be nd ing Ap p a ra tus, pada suhu

20±1°C, dengan 3(tiga) tingkat regangan

(500 με, 600 με dan 700 με) serta

pembebanan dengan kontrol regangan

(c o ntro lle d -stra in). Semua pengujian

dilakukan pada frekuensi 8 Hz (8 siklus perdetik) dengan pola pembebanan sinusoidal. Keruntuhan ditentukan berdasarkan jumlah siklus pembebanan yang mengakibatkan penurunan nilai modulus kekakuan lentur sebesar 50% dari nilai awal.

4 . HA SIL DA N PEM BA HA SA N

Aspal yang digunakan dalam campuran ini adalah aspal dengan penetrasi 60/70 dan aspal RAP. Penentuan kandungan aspal pada material RAP perlu dilakukan terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengujian yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut.

Untuk Pengujian selanjutnya dilakukan penambahan aspal lama kedalam aspal baru (Pen 60/70) diuji untuk (2) dua campuran dengan perbandingan RAP 20% dan material baru 80%; RAP 30% dan material 70%. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Kadar Aspal Hasil Ekstraksi dari Re c la ime d Asp ha lt Pa ve me nt (RAP)

Sa m p e l

Be ra t (g r)

Ka d a r A sp a l (% ) Sa m p e l A g re g a t A sp a l

(1) (2) (3) (4) = (2)-(3) (5)=[(4)/(2)] x100

1 500 475,6 24,4 4,88

2 500 474,6 25,4 5,08

Kadar Aspal Rata-rata 4,98

[image:3.612.128.513.633.714.2]
(4)
[image:4.612.90.496.102.158.2]

Tabel 2. Pengujian Sifat –Sifat Aspal Hasil Ekstraksi dari RAP

No Je nis Pe m e riksa a n Ha sil Uji M e to d a Uji

1 Penetrasi,25°C,100 gr, 5 detik; 0,1 mm 21,6 SNI 06-2456-1991

2 Titik Lembek; °C 57 SNI 06-2434-1991

3 Berat Jenis 1,043 SNI 06-2441-1991

[image:4.612.134.455.208.397.2]

Sumber: Hasil pengujian

[image:4.612.86.499.466.557.2]

Gambar 2. Gradasi Rencana dan Gradasi RAP Campuran AC-WC

Tabel 3. Pengujian Pencampuran Aspal Lama dengan Aspal Baru

No Je nis Pe m e riksa a n

Ha sil Uji

M e to d e Pe ng ujia n 2 0 % RA P 3 0 % RA P

0 % SBS (A 1 ) 0 % SBS (B1 )

1 Penetrasi,25°C (dmm) 57,2 56,6 SNI06-2456-1991

2 Titik Lembek, °C 51 52 SNI06-2434-1991

3 Berat Jenis 1,0383 1,0396 SNI06-2441-1991

Sumber: Hasil pengujian

Agregat yang digunakan meliputi agregat baru dan agregat dari material lama (RAP), dilakukan pengujian untuk menentukan apakah agregat tersebut masih layak untuk digunakan dalam pengujian campuran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa agregat RAP masih layak digunakan. Namun gradasi material RAP tidak memenuhi spesifikasi sehingga perlu dilakukan perbaikan gradasi dengan

menambahkan agregat baru seperti pada Gambar 2.

4.1 Pengujian Kadar Aspal Optimum

(5)

tersebut dilakukan pengujian Marshall dengan variasi kadar aspal yang digunakan.

Hasil referensi data Marshall, selanjutnya dilakukan pengujian Kepadatan Mutlak. Dimana penentuan Kadar Aspal Optimum dilakukan dengan metode

b a rc ha rt. KAO merupakan rentang kadar aspal yang memenuhi semua syarat kriteria

campuran beraspal, yaitu: VIM Marshall,

VIM Refusal, VMA, VFB, stabilitas, kelelehan dan

MQ. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang didapatkan dari masing-masing campuran digunakan sebagai kadar aspal dalam perencanaan Pengujian Kelelahan.

Berdasarkan analisis Marshall dengan metode kepadatan mutlak dihasilkan Kadar Aspal Optimum (KAO), untuk kandungan 20% RAP yaitu sebesar 5,28%, sedangkan untuk campuran dengan kandungan 30% RAP sebesar 5,34%.

4.2 Pengujian Fa tig ue

Penentuan Umur Lelah Campuran Aspal Panas yang Dipadatkan dan

Diberikan Tekukan Fle xura l yang Berulang

(De te rmining the Fa tig ue Life o f C o mp a c te d Ho t-Mix Asp ha lt Sub je c te d to Re p e a te d

Fle xura l Be nd ing). Konsep pengujian

kelelahan dengan pembebanan 4 titik ini,

menggunakan kontrol regangan. Dimana besarnya regangan ditentukan terlebih dahulu, kemudian regangan tersebut berusaha dipertahankan dengan menyesuaikan nilai tegangannya. Kondisi dimana nilai modulus kekakuan lentur

(fle xura l stiffne ss) telah berkurang sebesar 50% dari nilai awal, maka kondisi ini

dianggap sebagai kondisi fa ilure.

Pengulangan pembebanan (c yc le s) sampai

kondisi fa ilure disebut sebagai umur

kelelahan.

Pengujian kelelahan dilakukan pada Temperatur 20±1°C, pada balok-balok dengan 2 (dua) variasi campuran yang berbeda pada nilai Kadar Aspal Optimum (KAO). Tiap variasi campuran diuji pada 3 (tiga) tingkat regangan yang berbeda yaitu

500 με, 600 με dan 700 με (AASHTO 2008

mensyaratkan regangan antara 250 – 750

με). Ketiga tingkatan regangan ini berusaha

[image:5.612.148.495.515.683.2]

dipertahankan dengan menyesuaikan nilai tegangan. Makin besar regangan yang berusaha dipertahankan maka makin besar pula tegangan yang terjadi. Untuk campuran yang mengandung 20% RAP menghasilkan tegangan tarik yang lebih kecil dibandingkan campuran dengan 30% RAP sehingga beban yang bekerja pada benda uji dengan 20% RAP lebih kecil dari pada campuran dengan 30% RAP.

(6)
[image:6.612.113.469.94.308.2]

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Jumlah Cycles terhadap Regangan pada Campuran dengan 20% RAP

Berdasarkan pada Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa nilai regangan berbanding terbalik dengan jumlah pembebanan hingga runtuh, dimana semakin besar regangan yang diberikan maka jumlah siklus pembebanan akan semakin pendek. Hal ini disebabkan karena besarnya regangan

yang diberikan (500 με, 600 με dan 700 με)

menyebabkan semakin besar pula tegangan yang dihasilkan untuk mempertahankan regangan tersebut, akibatnya beban yang diterima campuran akan semakin besar yang berdampak kepada makin cepatnya campuran tersebut mengalami keruntuhan. Secara umum, campuran yang mengandung 30% RAP memiliki ketahanan yang cukup baik dibandingkan dengan campuran dengan 20% RAP. Hal ini terlihat dari jumlah rata-rata pengulangan pembebanan hingga runtuh pada campuran ini yang lebih tinggi dari pada campuran 20% RAP. Penyebab hasil ini karena nilai modulus kekakuan lentur campuran dengan 30% RAP lebih tinggi dibandingkan dengan campuran 20% RAP.

5 . KESIMPULA N DA N SA RA N

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut:

a. Nilai hasil penetrasi aspal dengan 20%

aspal RAP, memberikan nilai penetrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan aspal dengan 30% RAP.

b. Agregat RAP memenuhi spesifikasi sifat

fisik agregat sehingga dapat digunakan dalam perencanaan campuran, namun gradasi agregat RAP tidak memenuhi amplop gradasi AC-WC sehingga perlu penambahan agregat baru.

c. Campuran dengan 30% RAP

memberikan kuat fa tig ue rata-rata

tertinggi yaitu sebesar 19370 cycles dibandingkan terhadap campuran dengan 20% RAP yaitu rata-rata sebesar

12467 c yc le s.

5.2 Saran

Saran-saran yang diusulkan untuk penelitian selanjutnya antara lain:

a Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terhadap campuran AC-WC dengan persentase RAP yang lebih tinggi, agar dapat diperoleh persentase RAP yang

optimal terhadap kuat fa tig ue.

b Perlu dilakukan penelitian lanjutan

terhadap kemungkinan menggunakan tingkat regangan yang lebih rendah dalam pengujian kelelahan dengan

(7)

dengan tingkat regangan yang terjadi di lapangan serta kemungkinan untuk melakukan pengujian kelelahan

dengan menggunakan c o ntro lle d

stre ss.

6 . DA FTA R PUSTA KA

AASHTO., 1998, Sta nd a rd Sp e sific a tio ns fo r

Tra nsp o rta tio n Ma te ria ls a nd Me tho d s o f Sa mp ling a nd Te sting, Washington D.C, 52-204

Asphalt Institute, 1981, Asp ha lt Ho t mix

Re c yling C o nstruc tio n o f Ho t Mix Asp ha lt Pa ve me nts, Manual Series No. 20 (MS-22), The Asphalt Institute

Departemen Pekerjaan Umum, 2008, Ka jia n

d a n Pe ng a wa sa n Uji C o b a Ska la Pe nuh Re c yling la p isa n Be ra sp a l d e ng a n C a mp ura n Be ra sa p a l

Pa na s, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Jalan dan Jembatan

Huang, Yang H., 2004, Pa ve me nt Ana lysis

a nd De sig n, 2nd Edition,

Prentice-Hall, Inc., New Jersey

Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Se ksi

6.3 Sp e sifika si C a mp ura n Be ra sp a l Pa na s

Lubis, Z., Mochtar, B., 2008, Eva lua si Rumusa n

Da ma g e Fa c to r (Eq uiva le nt Axle Lo a d ) d a la m Pe ra nc a ng a n Siste m Pe rke ra sa n Le ntur Ja la n Ra ya Akib a t Ad a nya Mua ta n Be rle b iha n,

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil “Torsi”, Surabaya

Rahman H., 2010, Eva lua si Mo d e l Mo d ulus

Bitume n Asb uto n d a n Mo d e l Mo d ulus C a mp ura n ya ng Me ng a nd ung Bitume n Asb uto n,

Disertasi. Program Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung

Rilem Report 17, 1998, Bitumino us Bind e rs

a nd Mixe s. E & FN Spon an imprint of Routledge, London

Shell Bitumen, 2003, The She ll Bitume n

Ha nd b o o k. Published By Shell

Bitumen, U.K.

Sugeng B.S., Rahman H. dan Bethary R.T.,

2010, Kine rja Fa tig ue d a ri

C a mp ura n La p is Pe ng ika t (AC -BC ) ya ng Me ma ka i Ma te ria l Ha sil Da ur Ula ng (Re c yc ling ) d a n Po lime r Ne o p re ne , Jurnal FSTPT. Simposium XIII Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Semarang

Sukirman S., 2003, Be to n Asp a l C a mp ura n

Pa na s. Granit, Jakarta

Tabakovic A., Gibney A., Gilchrist M.D.,

McNally, C., 2010, The Influe nc e o f

Re c yc le d Asp ha lt Pa ve me nt o n 20

mm Bind e r C o urse Mix

Pe rfo rma nc e, Scholl of Architecture, Landscape and Civil Engineering and School of Electrical, Electronic and Mechanical, University Collage Dublin, Irelend

Yoder E., J., And Witczak, M.W., 1975,

Princ ip le s O f Pa ve me nt De sig n, 2nd

Gambar

Gambar 1.  Fo ur-Po int Be nding   Apparatus
Tabel 3. Pengujian Pencampuran Aspal Lama dengan Aspal Baru
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Jumlah Cycles terhadap
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Jumlah Cycles terhadap  Regangan pada Campuran dengan 20% RAP

Referensi

Dokumen terkait

Anatomi induk udang galah secara umum tidak memiliki perbedaan yang berarti dari ketiga sumber genetik baik untuk bentuk rostrum, badan, ekor dan telson relatif sama,.

Kesimpulan dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia 12-24 bulan diwilayah

Teori bird-in-the-hand yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner (1963) menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham, artinya,

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang isolasi mikrobia, karakteristik morfologi sel dari jus kubis terfermentasi, karakteristik biokimiawi, identifikasi bakteri asam

Apakah terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol total, LDL-C, dan HDL-C antara penderita angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard tanpa ST elevasi (NSTEMI), dan

experimental class by applying Collaborative Strategic Reading (CSR) in teaching reading, and then the research observed the result through classroom observation and test (pre-test

Unsur data yang dikumpulkan melalui simak dan cakap meliputi kata-kata dan kalimat yang mengandung medan makna verba melihat bahasa Melayu dialek Sambas yang

Pada analisis pendapat para ahli perlu ditetapkan kriteria yang berkaitan dengan tingkat analisis teknis dan biaya dari pekerjaan struktur kolam limbah dengan bahan