• Tidak ada hasil yang ditemukan

191457200 jurnal biologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "191457200 jurnal biologi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat

Rabiul Andri Fathowari

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak

Email : email.gigi2@gmail.com

Abstrak

Judul penelitian ini adalah“Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat”penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala desa untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Judul penelitian ini diangkat karena banyak desa di Kabupaten Sanggau yang partisipasi masyarakatnya masih belum rendah, sedangkan dalam pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi kepala desa dalam menumbuhkan partisipasi masyarakatnya.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat Desa Suka Mulya cukup tinggi karena pendekatan melalui komunikasi yang intensif yang dilakukan oleh kepala desa kepada masyarakat. Pengambilan keputusan secara musyawarah serta mengoptimalkan peran RT di masyarakat mejadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan masyarakat. Kendala yang paling terasa dalam menggerakkan masyarakat adalah kesadaran masyarakat yang masih belum tumbuh sepenuhnya sehingga ada sebagian kecil masyarakat yang tidak aktif berpartisipasi.

Kata kunci: Kepala Desa, Partisipasi, Pembangunan, Komunikasi

Abstract

The title of the research is "Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat" the writing of this research is to find out a leadership role to foster the participation of the head of the village community. The title of this research was appointed as many villages in the District that community participation is still low, while public participation in rural development is needed. With this research can broaden the participation of village leaders in growing communities. The results of this study concluded that community participation Suka Mulya village is quite high because of the approach through an intensive communication made by the village chief to the public. Decision-making by consensus and to optimize the role of RT in the community form the key to success in mobilizing the community. Obstacles that most felt in moving society is awareness that is still not fully grown so that there is a small community that does not actively participate.

Keywords: Village Chief, Participation, Development, Communications

A. PENDAHULUAN

Pemerintah dan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Sebuah pemerintahan terbentuk karena adanya keinginan kelompok masyarakat yang mengharapkan adanya keteraturan dalam tatanan kehidupan masyarakatnya, sehingga mereka mempercayakan kekuasaan kepada seseorang

ataupun sekelompok orang untuk mengatur kelompok tersebut. Jika pemerintah merupakan sebuah kekuatan yang diamanatkan oleh masyarakat, maka kekuatan terbesar pemerintah berada ditangan masyarakat.

(2)

baik. Harapan yang dimiliki oleh masyarakat merupakan wujud kepercayaan masyarakat bahwa pemimpin tersebutmemiliki kemampuan dan kecakapan yang bisa memberikan perubahan kepada mereka.

Karena sumber kekuatan pemerintah berada ditangan rakyat, maka pemerintah hendaknya dapat menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diamanatkan kepadanya. Hal ini menjadi penting karena sejak awal pemerintah dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan satu sama lain. Pemerintah memerlukan masyarakat sebagai objek pembangunan yang menjadi tujuan dimana pembangunan tersebut dilaksanakan, dan masyarakat memerlukan pemerintah sebagai perpanjangan tangan masyarakat yang akan mewujudkan keinginan-keingingan masyarakat. Apabila terjadi ketimpangan pada salah satu pihak akan mengakibatkan pemerintahan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Didalam pemerintahan desa, hubungan antara pemerintah dengan masyarakat tercermin dalam partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan pembangunan desa bukan semata-mata tugas kepala desa saja namun menjadi tanggung jawab seluruh elemen yang ada di desa tersebut, mulai dari kepala desa, perangkat desa, tokoh masyarakat, ketua RT dan RW, organisasi yang ada di desa, dan seluruh warga masyarakat yang ada di desa. Seluruh elemen tersebut harus dapat saling bekerja sama agar tujuan pembangunan desa dapat tercapai dengan baik. Kepala desa sebagai kepala pemerintahan di desa harus mampu merangkul seluruh elemen tersebut agar dapat berjalan beriringan dengan satu tujuan yaitu membangun desa.

Partisipasi masyarakat desa umumnya ditunjukkan dengan pelaksanaan kegiatan secara bergotong royong. Melalui kegiatan gotong royong akan tumbuh rasa kebersamaan di antara sesama warga desa, meningkatkan rasa kekeluargaan, serta menumbuhkan rasa aman, tenteram, dan damai di lingkungan desa. Keterlibatan warga desa dalam kegiatan pembangunan akan berpengaruh terhadap efisiensi biaya dan hasil yang lebih maksimal.Selain itu, dengan rasa memiliki yang tinggi kesadaran warga akan tumbuh untuk menjaga lingkungan serta merawat aset milik desa sebagai hasil pembangunan yang dilakukan bersama-sama. Melalui interaksi yang terjalin di antara warga desa dengan pemimpinnya, warga

dapat lebih aktif dan leluasa untuk menyampaikan ide-ide dan pendapatnya untuk membangun desa tanpa harus merasa canggung. Organisasi masyarakat dan pemuda pun dapat difungsikan dan dimaksimalkan, sehingga potensi desa yang ada dapat ditambah dan dikembangkan.

Walaupun memiliki feedback yang baik bagi pembangunan desa, upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat bukan sesuatu yang mudah karena ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat partispasi masyarakat, salah satunya adalah kepemimipinan kepala desa. Kepala desa harus mampu merangkul seluruh elemen yang ada di desa agar dapat saling bekerja sama satu sama lain. Dengan kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya, kepala desa dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan masyarakat. Namun dalam pelaksanaan pemerintahan desa, tidak sedikit kepala desa yang kesulitan untuk menggerakkan masyarakat. Akibatnya pembangunan di desa tidak dapat berjalan dengan baik. Tidak ada kesatuan antara kepala desa dengan masyarakat dalam membangun desanya. Kepala desa bekerja sendiri sedangkan masyarakat lebih memilih untuk apatis, hanya berkomentar tetapi tidak mau berbuat.

Desa Suka Mulya sebagai salah satu desa yang partisipasi masyarakat yang sudah baik sekiranya dapat menjadi daerah percontohan bagi desa-desa lain yang ingin meningkatkan partisipasi masyarakatnya. Keberhasilan Desa Suka Mulya tidak terlepas dari peran kepala desa yang dapat merangkul masyarakat agar mau berpartisipasi dalam kegiatan yang telah ditetapkan.

Karena pentingnya peran kepala desa dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut“Bagaimana Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan di Desanya?”

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peran kepemimpinan kepala desa untuk menumbuhkan pertisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. 2. Menjelaskan bentuk partisipasi masyarakat

tehadap pembangunan di desanya.

(3)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desanya.

B. KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Sudriamunawar(dalam Pasolong, 2008:3) menyatakan bahwa “pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Sebagai seseorang yang berperan untuk menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama dalam mencapai tujuan, pemimpin harus memiliki kecakapan tertentu agar orang lain mau bertindak sesusai keinginannya. Kemampuan yang dimiliki pemimpin disebut kepemimpinan. Robbins(dalam Pasolong, 2008:4) menyatakan “kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran”.

Setiap individu di dunia mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin, karena secara genetika setiap individu mempunyai kemampuan untuk memimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin harus dibentuk dan dibangun melalui pendidikan dan pelatihan yang memadai. Selain itu juga diperlukan syarat-syarat antara lain: (1) kekuasaan; (2) kewibawaan; (3) kemampuan; dan (4) kelebihan (Kartono, 2011:36; Stogdill dalam Pasolong, 2008:12).

Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan agar berbuat sesuatu. Kewibawaan adalah hasil pencitraan diri seorang pemimpin kepada bawahannya sehingga orang tersebut patuh dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Kemampuan adalah kesangupan, kekuatan, dan kecakapan dalam bidang teknis maupun sosial yang dianggap melebihi kemampuan anggota yang lain. Kelebihan adalah segala hal yang dimiliki pemimpin yang mengakibatkan pemimpin berbeda dari bawahannya. Kelebihan tersebut antara lain: kapasitas, prestasi,tanggung jawab, partisipasi, dan status.Keempat syarat tersebut hendaknya dapat dipenuhi oleh seorang pemimpin karena syarat-syarat tersebut saling menunjang dan saling mempengaruhi antara satu sama lain.

Untuk mencapai tujuannya, setiap pemimpin mempunyai orientasi masing-masing yang dirasa tepat untuk diterapkan. Cara pandang yang digunakan oleh pemimpin dalam menggerakkan orang lain disebut gaya kepemimpinan. Stoner (dalam Pasolong, 2008:37) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah “berbagai pola tingkah laku yang disukai pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja”.

Stoner (dalam Pasolong, 2008:37) membagi gaya kepemimpinan menjadi dua, yaitu:

1. Gaya yang berorientasi pada tugas 2. Gaya yang berorientasi pada pegawai

Gaya kepemimpinan menurut House (dalam Pasolong, 2008:39) memuat antara lain: 1. Kepemimpinan direktif

2. Kepemimpinan partisipatif 3. Kepemimpinan suportif

4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin akan mempengaruhi munculnya tipe kepemimpinan yang digunakan. Tipe kepemimpinan adalah jenis kemampuan yang dimiliki dan digunakan oleh pemimpin dalam mempengaruhi orang lain. Tipe kepemimpinan menurut Kartono (2011:80) adalah sebagai berikut: (1) Tipe Karismatis; (2) Tipe Paternalistis dan Maternalistis; (3) Tipe Militeristis; (4) Tipe Otokratis; (5) Tipe Laissez Faire; (6) Tipe Populistis; (7) Tipe Administratif atau Eksekutif; dan (8) Tipe Demokratis

Selain gaya dan tipe yang dapat diterapkan oleh pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya, terdapat satu lagi komponen yang dapat digunakan oleh pemimpin. Komponen tersebut adalah teknik kepemimpinan. Teknik kepemimpinanadalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, namun cara tersebut lebih bersifat khusus yang mendukung penerapan gaya dan teknik kepemimpinan. Syafi’ie (2006:41-46) menyebutkan ada lima teknik yang digunakan dalam kepemimpinan, yaitu: (1) Teknik Persuasif; (2) Teknik Komunikatif; (3) Teknik Fasilitas; (4) Teknik Motivasi; dan (5) Teknik Keteladanan.

(4)

bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para pengikutnya untuk berbuat sesuatu. Ordway Tead (dalam Kartono, 2011:63-66) mengemukakan metode kepemimpinan sebagai berikut:

1. Memberi perintah

2. Memberikan celaan dan pujian

3. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar

4. Peka terhadap saran-saran

5. Memperkuat rasa kesatuan kelompok 6. Menciptakan disiplin diri dan kelompok 7. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak

benar

Peran kepemimpinan selalu berkaitan erat dengan peran seorang pemimpin, dimana kepemimpinan adalah proses menggerakkan orang lain sedangkan pemimpin adalah pelaku dari proses tersebut. Kepemimpinan sebagai sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain mempunyai peran penting bagi keberhasilan seorang pemimpin. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Menurut Horton dan Hunt (dalam http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html), peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status, sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan orang lain. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran kepemimpinan adalah perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai pemimpin.

Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, pemimpin harus mengetahui fungsinya sebagai pemimpin. Fungsi utama pemimpin adalah menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Kartono (2011:117) menyebutkan fungsi pemimpin antara lain: 1. Memelihara struktur kelompok, menjamin

interaksi yang lancar, dan memudahkan pelaksanaan tugas-tugas.

2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran, dan ambisi anggota-anggota kelompok dengan pola keinginan pemimpin.

3. Memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga mereka bersedia memberikan partisipasi penuh. 4. Memanfaatkan dan mengoptimalisasikan

kemampuan, bakat, dan produktivitas semua

anggota kelompok untuk berkarya dan berperan.

5. Menegakkan peraturan, larangan, disiplin, dan norma-norma kelompok agar tercapai kepaduan kelompok.

6. Merumuskan nilai-nilai kelompok dan memilih tujuan-tujuan kelompok, sambil menentukan sarana dan cara-cara operasional guna mencapainya.

7. Mampu memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan para anggota.

Selain mengetahui fungsi pemimpin dalam kelompok, pemimpin juga harus mengetahui tugas-tugas yang membedakannya dari anggota kelompok. Kartono (2011:154-156) menyebutkan tugas-tugas tersebut antara lain: 1. Menyusun kebijakan yang bijaksana dan

memiliki kemampuan penentuan keputusan yang tepat.

2. Bersifat dinamis, aktif, kreatif, dan inovatif. 3. Bertanggung jawab penuh terhadap

keberhasilan kelompok dan kesejahteraan bawahannya.

4. Menjabarkan ide dan konsep dalam bentuk aksi atau tindakan.

5. Membangun sikap kooperatif dan partisipatif kepada bawahannya.

6. Mengatasi konflik yang timbul dalam lingkungan internal maupun eksternal.

Untuk mengetahui keberhasilan pemimpin dalam kepemimpinannya, Kartono (2011:229-230) menyebutkan beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai petunjuk keberhasilannya. Indikator tersebut antara lain: 1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan

pemberian pelayanan oleh organisasi. 2. Semakin rapinya sistem administrasi dan

makin efektifnya manajemen yang dilakukan.

3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih human sifatnya.

2. Partisipasi

(5)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

2011:50) menyatakan partisipasi adalah “pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan”.

Dalam pelaksanaannya, partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa bentuk. Seperti yang dikemukakan Nelson (dalam Tangkilisan, 2007:323) menyebutkan ada dua bentuk partisipasi, yaitu:

1. Partisipasi Horizontal 2. Partisipasi Vertikal

Selain itu Hamijoyo (2007) (dalam http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/0 5/partisipasi-masyarakat/) mengelompokkan partisipasi menjadi enam bentuk, yaitu: (1) Partisipasi uang; (2) Partisipasi harta; (3) Partisipasi tenaga; (4) Partisipasi keterampilan; (5) Partisipasi buah fikiran; dan (6) Partisipasi sosial.

Bentuk partisipasi yang diungkapkan oleh Hamijoyo banyak diterapkan dalam kegiatan yang bersifat pembangunan fisik. Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum, 2011:61-62) membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu: “(1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan; (3) partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan; dan (4) partisipasi dalam evaluasi”.

Partisipasi dalam masyarakat tidak dapat timbul begitu saja. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Angell (dalam

http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/0 5/partisipasi-masyarakat/) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: “(1) usia; (2) jenis kelamin; (3) pendidikan; (4) pekerjaan dan penghasilan; dan (5) lamanya tinggal”.

Menurut Holil (dalam

http://sacafirmansyah.

wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/) unsur-unsur dasar partisipasi sosial juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Unsur-unsur tersebut adalah: 1. Kepercayaan diri masyarakat;

2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat;

3. Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat;

4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena penunggangan oleh kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat;

7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

8. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan; dan

9. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat. Selain unsur-unsur dasar partisipasi sosial, Holil

(dalamhttp://sacafirmansyah.wordpress.com/20 09/06/05/partisipasi-masyarakat/)menyebutkan 4 faktor yang berasal dari luar/lingkungan yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu:

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial; dan

(6)

memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang partisipasi, maka menurut penulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) usia; (2) jenis kelamin; (3) jenis pekerjaan; (4) kondisi ekonomi; (5) kondisi geografis desa; (6) perubahan gaya hidup; dan (7) kepemimpinan kepala desa juga mempengaruhi partisipasi masyarakat di desa.

3. Kepala Desa

Definisi desa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa adalah: Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, negara mengakui adanya otonomi desa dan kepada desa dibebankan tugas dan kewajiban sebagai akibat dari adanya otonomi desa tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa menyebutkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;

b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c. tugas pembantuan dari Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa tersebut dilaksanakan oleh penyelenggara pemerintahan desa. Dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan BPD dan dalam Pasal 12 pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa.

Sebagai pelaksana pemerintahan desa, kepala desa memiliki tugas, wewenang, dan kewajiban. Tugas kepala desa menurut Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menyatakan “Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan”. Selanjutnya dalam menjalankan tugasnya, wewenang kepada kepala desa diatur dalam Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 sebagai berikut:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. mengajukan rancangan peraturan desa; c. menetapkan peraturan desa yang telah

mendapat persetujuan bersama BPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan

peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. membina kehidupan masyarakat desa; f. membina perekonomian desa;

g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban kepala desa tercantum dalam Pasal 15 Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005. Adapun kewajiban kepala desa adalah sebagai berikut:

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara

RepublikIndonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

(7)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

d. melaksanakan kehidupan demokrasi; e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan

desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan;

h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

i. melaksanakan dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;

j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; n. memberdayakan masyarakat dan

kelembagaan di desa; dan

o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; (2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.

Kepala desa selain mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban, juga berperan sebagai administrator pemerintahan. Kepala desa bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, menjalankan adminstrasi perkantoran, mengelola keuangan dan sumber keuangan desa, menggerakkan lembaga kemasyarakatan, dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan hukum adat dan kebiasaan setempat. Kepala desa juga membuat perencanaan pembangunan desa, melaksanakan pembangunan desa, melakukan evaluasi hasil pembangunan desa, menggerakkan masyarakat

dalam pembangunan desa, dan pemanfataan dan pengembangan potensi desa.

4. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain (Sugiyono, 2010:11).

Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Mulya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. Desa Suka Mulya dipilih karena desa tersebut kepemimpinan dan partisipasi masyarakatnya yang baik sehingga tepat untuk dijadikan wilayah percontohan.

Agar penelitian yang dilakukan menjadi jelas dan terarah maka diperlukan subjek dan objek yang akan diteliti. Subjek penelitian adalah siapa saja yang menjadi sumber informasi atau informan dalam penelitian, sedangkan objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi inti dari permasalahan yang diteliti.

Subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu: (1) informan pangkal; (2) informan pokok; dan (3) informan kunci. Informan pangkal dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Sanggau. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa dipilih sebagai informan pangkal karena Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa merupakan pemegang kebijakan berkaitan dengan pengelolaan desa di Kabupaten Sanggau.

Informan pokok dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Suka Mulya dan Camat Parindu. Sebagai kepala wilayah, Camat Parindu dapat memberikan informasi dasar tentang Desa Suka Mulya. Kepala Desa Suka Mulya dipilih karena mengetahui peran kepala desa dalam memimpin dan menggerakkan pihak-pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan yang direncanakan.

(8)

Teknik yang umum digunakan untuk menentukan informan dalam penelitian kualitatif adalah teknik berencana (purposive),teknik bola salju (snow ball), dan teknik tiba-tiba (accidental) (Sugiyono, 2012:53). Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Camat Parindu, kepala desa, dan ketua RT dipilih dengan menggunakan teknik berencana karena mereka dianggap dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran kepala desa dan bagaiman partisipasi masyarakat di Desa Suka Mulya. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama dipilih menggunakan teknik bola salju dengan bantuan dari Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Sanggau. Beberapa warga desa yang akan diwawancara dipilih dengan menggunakan teknik tiba-tiba karena pemilihannya tidak didasarkan kriteria tertentu. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya dan partisipasi masyarakat Desa Suka Mulya.

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Mengadakan tanya jawab secara lisan dan langsung terhadap subjek yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Sanggau, Camat Parindu, Kepala Desa Suka Mulya, Ketua RT, Tokoh Masyarakat, dan warga Desa Suka Mulya.Pelaksanaan wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan alat yang digunakan pada saatpengumpulan data antara lain: pedoman wawancara, alat perekam, buku catatan, dan alat tulis. 2. Observasi/Pengamatan

Penulis menggunakan metode observasi nonpartisipan, yaitu mengamati aktivitas kepala desa dan warga dalam proses pelaksanaan pembangunan di Desa Suka Mulya.Alat yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data pada saat observasi dilakukan adalah: check list dan kamera. 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan data sekunder sebagai pendukung dari data primer dan melengkapi data wawancara dan observasi. Dokumen dapat berupa peraturan kebijakan, catatan, buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, surat kabar, majalah, notulen rapat,

agenda, foto-foto, dan sebagainya.Agar dapat merekam data pada saat studi dokumentasi, penulis menggunakan alat seperti: kamera, flash disk, scanner atau mesin foto copy.

Teknik analisis data menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011:383), dilakukan secara interaktif yang terdiri dari 3 komponen, yaitudata reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification.

1. Reduksi Data

Memilih data yang pokok dan penting guna memperoleh gambaran dari data yang lebih jelas, baik itu dari hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, uraian singkat, bagan,

flowchart, dan sejenisnya dari hasil

wawancara dan dokumentasi. 3. Verifikasi/Penarikan kesimpulan

Hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dianalisis dan kemudian hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Peran Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan tidak akan pernah lepas dari sebuah pemerintahan. Kepemimpinan akan mempengaruhi keberhasilan pemimpin dalam membawa anggotanya kearah yang lebih baik. Kemampuan memimpin seorang kepala desa akan mempengaruhi keberhasilannya dalam membangun desa, tentunya hal tersebut dengan peran serta seluruh unsur masyarakat yang ada di desa.

Cakupan dalam menilai kepemimpinan seseorang sangatlah luas. Oleh karena itu dalam penelitian ini, untuk menilai kepemimpinan kepala desa hal yang dilakukan penulis adalah dengan memperhatikan syarat-syarat kepemimpinan, karakteristik pemimpin yang baik, gaya kepemimpinan, tipe kepemimpinan, teknik kepemimpinan, metode kepemimpinan, fungsi pemimpin, tugas pemimpin, dan indikator keberhasilan pemimpin.

(9)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

dilakukan penulis dalam penelitian yang dilakukan di Desa Suka Mulya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau, Kepala Desa Suka Mulya telah memenuhi beberapa syarat tersebut.

Kekuasaan sebagai kekuatan, otoritas, dan legalitas memberikan wewenang kepada kepala desa untuk memerintah di desanya. Secara hukum kekuasaan Kepala Desa Suka Mulya terdapat pada Surat Keputusan Bupati Sanggau No. 127 Tahun 2008 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Desa Suka Mulya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau yang ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2008, sehingga kepala desa memiliki landasan hukum yang memberikannya wewenang untuk memimpin Desa Suka Mulya. Dengan adanya surat keputusan tersebut kepala desa memiliki otoritas untuk menggerakkan bawahannya agar berbuat sesuatu. Dalam surat keputusan Bupati tersebut juga mengatur hak-hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kepala desa.

Menurut masyarakat Desa Suka Mulya, kelebihan yang dimiliki oleh kepala desa adalah kemampuan komunikasi yang baik antara kepala desa dengan masyarakat. Kepala desa dapat menjadi tempat berkeluh kesah terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di desa. Selain itu kelebihan Kepala Desa Suka Mulya adalah responsif terhadap masalah-masalah yang dikeluhkan masyarakat, juga terhadapa usulan-usulan yang disampaikan mereka baik dalam forum-forum yang bersifat formal maupun dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Kemampuan kepala desa dalam memahami perannya sebagai pemimpin desa juga menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki oleh kepala desa. Kepala desa memahami berbagai bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dia dapat mejelaskan kepada masyarakat berbagai permasalahan yang terjadi di desa maupun persyaratan dalam pelayanan kepada masyarakat. Kepala Desa Suka Mulya juga orang yang memiliki pergaulan luas serta tegas. Salah satu contoh yang dapat penulis sampaikan berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam pelaksanaan penelitian di Desa Suka Mulya, kepala desa memberikan penjelasan dan menegaskan kepada warga yang administrasi kependudukannya masih belum lengkap tentang pentingnya administrasi kependudukan serta mengarahkan warga untuk melengkapi administrasi kependudukannya. Dalam pelaksanaan adminsitrasi pemerintahan desa juga terjadi perubahan yang cukup

signifikan dimana dalam pelaksanaan administrasi desa menjadi lebih tertib.

Walaupun jam pelayan yang diberikan oleh perangkat Desa Suka Mulya terbatas, namun pelayanan kepada masyarakat dilakukan setiap hari diluar jam buka kantor desa. Kantor Desa Suka Mulya hanya memberikan pelayanan selama dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari senin dan hari kamis. Selain pada jam buka kantor, kepala desa juga memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat di rumahnya, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah kepala desa merangkap kantor kedua bagi kepala desa. Setiap pelaksanaan pelayanan yang dilaksanakan secara langsung di rumah akan direkap dan dilakukan pencatatan kembali di kantor sehingga data yang ada akan selalu diupdate setiap kali ada perubahan. Untuk perubahan data kependudukan akan langsung dicatat di papan yang ada di kantor desa agar perubahan data penduduk selalu terpantau setiap terjadi perubahan.

Setiap individu tidak terlepas dari sisi positif dan negatif dalam interaksinya dengan individu lain, oleh karena itu kepala desa dalam pandangan masyarakat juga mendapatkan penilaian tersendiri dari masyararakt. Sisi positif yang dimiliki kepala desa adalah orang yang pandai bergaul, tegas dan memiliki pandangan kedepan. Sisi negatif yang dimiliki kepala desa adalah terkadang kepala desa susah dalam mengotrol emosinya, cenderung berbicara keras kepada orang lain. Penulis juga sempat berpendapat bahwa kepala desa merupakan orang yang kurang bersahabat karena gaya bicaranya yang cenderung keras kepada orang lain.

Didalam memimpin, setiap individu memiliki gaya masing-masing yang dianggap efektif untuk menggerakkan orang lain. Thoha (dalam Pasolong, 2008;37) mengatakan gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah gaya kombinasi dari beberapa gaya kepemimpinan yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli.

(10)

“Hubungan saya (Kepala Desa Suka Mulya) dengan perangkat desa baik. Tidak ada perselisihan yang terjadi antara saya dengan perangkat desa, demikian pula halnya dengan organisasi masyarakat yang lain. Dalam pelaksanaan pemerintahan desa orang yang paling berperan adalah saya. Hal itu juga yang

menjadi masalah dalam pelaksanaan

pemerintahan desa. Saya ingin seluruh

perangkat desa berperan dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Hal-hal yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing harus dapat dilaksanankan dengan sebaik mungkin. Tetapi masalahnya adalah perangkat desa yang ada di Kantor Desa Suka Mulya kurang

memiliki inisiatif dalam bekerja (untuk

memikirkan program-program pembangunan desa). Mereka sering bertanya kepada saya “kegiatan apa yang akan kita programkan untuk tahun depan”, tetapi saya kembalikan lagi kepada mereka karena saya ingin mereka juga berkembang dan bertanggung jawab dalam kemajuan desa ini. Sering saya memotivasi mereka agar mereka memikirkan apa saja yang diinginkan masyarakat dan bagaimana cara memenuhinya”.

Selanjutnya gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah gaya kepemimpinan yang diungkapkan oleh House yaitu gaya kepemimpinan partisipatif. Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin berkomunikasi dengan bawahan dan bertanya untuk mendapat masukan-masukan dan saran-saran dalam rangka mengambil keputusan.

“Kadang-kadang saya keliling desa untuk

sekedar ngobrol atau kumpul bersama

masyarakat. Kadang dari ujung sana, setelah itu keujung sana, setelah itu kesana lagi (sambil menunjuk ke beberapa arah). Kadang pada saat saya main batminton pada saat istirahat saya ajak mereka ngobrol, sekedar bertanya kepada warga “di desa kita ini apa lagi yang kurang ya” jadi pada saat itu mereka menyampaikan kepada saya apa yang menjadi keinginan warga. Terkadang ada juga yang pada saat bertemu saya mereka menyampaikan kepada saya apa saja yang menjadi keinginan warga”.

Hal lain yang menjadi contoh adalah: “Pada saat warga mengusulkan kepada saya “pak bagaimana kalau kita mengadakan program yang bersifat sosial karena selama ini sumbangan hanya diberikan ketika ada warga

yang meninggal saja. Bagaimana jika

sumbangan juga dilakukan jika ada warga yang sakit juga? Saya menyetujui usulan tersebut,

tetapi pengelolaannya diluar dari pemerintah desa atau dikelola secara mandiri oleh warga.

Kemudian saya mengusulkan pengadaan

ambulan desa karena kalau ada warga yang sakit terkadang kita terkendala masalah kendaraan. Hal tersebut ditanggapi dengan baik oleh warga dan untuk memperkuat pengadaan tersebut, pengadaan ambulan desa menjadi program desa. Untuk pendanaan 20 juta dianggarkan melalui ADD sedangkan 50 juta melalui swadaya masyarakat”.

Dari petikan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa Kepala Desa Suka Mulya tidak segan untuk mendengarkan pendapat dari warga desa. Kepala desa juga berkomunikasi dengan warga untuk mengetahui apa saja yang menjadi keinginan warga untuk keperluan warga desa itu sendiri. Kepala desa menyadari perannya sebagai pelayan masmyarakat sehingga selalu berusaha untuk dapat memenuhi keinginan warga.

Tipe kepemimpinan yang digunakan oleh Kepala Desa Suka Mulya adalah tipe demokratis. Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia yang terdapat dalam kelompok. Terbangun koordinasi antara seluruh komponen dalam kelompok dengan penekanan pada tanggung jawab masing-masing komponen. Kekuatan dalam kepemimpinan demokratis bukan terletak pada individu pemimpin tetapi pada partisipasi kelompok. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan kepemimpinan demokratis ini kepala desa mutlak harus dapat menggerakkan bawahannya dan masyarakat desa.

(11)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

perbaikan infrastruktur jalan yang dilaksananakan melalui swadaya masyarakat.

Untuk mendukung penerapan gaya dan teknik kepemimpinan diperlukan teknik kepemimpinan. Ada lima teknik yang dapat digunakan pemimpin dalam menggerakkan masyarakat, yaitu: (1) Teknik Persuasif; (2) Teknik Komunikatif; (3) Teknik Fasilitas; (4) Teknik Motivasi; dan (5) Teknik Keteladanan. Dalam kepemimpinannya, Kepala Desa Suka Mulya menggunakan teknik komunikatif. Dalam teknik komunikatif timbul kesatuan pandangan antara pemimpin dengan bawahan melalui komunikasi yang dilakukan.

Kepala desa aktif berkomunikasi dengan warga untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan warga. Komunikasi dengan warga juga dilakukan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan warga tentang usulan-usulan ataupun ide yang dimiliki oleh kepala desa sehingga kepala desa mempunyai pandangan mengenai kebijakan apa yang dapat diusulkan dalam perencanaan pembangunan desa. Kepala desa juga dapat menetapkan strategi yang tepat dalam mengatasi perbedaan pendapat, menentukan pernyataan yang tepat untuk mengatasi pertanyaan masyarakat apabila usulan yang disampaikan mereka tidak dapat terlaksana, serta memperkecil kemungkinan terjadinya konflik internal antara kepala desa dengan warga.

Untuk menggerakkan masyarakat, pemimpin akan menggunakan cara yang sesuai dengan kondisi yang dialaminya. Di Desa Suka Mulya, kepala desa menggunakan beberapa metode seperti yang diungkapkan oleh Ordway Tead (dalam Kartono, 2011:63-66). Metode yang digunakan oleh kepala desa antara lain: (1) memberi perintah; (2) peka terhadap saran-saran; dan (3) meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar.

Sebagai seorang pemimpin, memberikan perintah kepada jajaran bawahannya merupaka bagian dari tugas yang diberikan kepada kepala desa. Memberikan perintah tidak hanya terbatas pada kegiatan administratif, tetapi juga dalam kegiatan koordinasi dalam menggerakkan bawahan dalam kegiatan partisipatif. Selain memberikan perintah, Kepala Desa Suka Mulya juga seorang pendengar yang baik terhadap keluhan-keluhan dan masukan yang disampaikan masyarakat kepadanya. Melalui komunikasi yang baik antara kepala desa dengan masyarakat, segala permasalahan dan saran yang disampaikan masyarakat kepadanya

dapat ditampung dan diupayakan solusi serta pemecahannya. Melalui komunikasi yang baik dengan masyarakat kepala desa juga dapat meredam kabar angin serta memperkecil terjadinya konflik internal di lingkungan Desa Suka Mulya.

Peran kepemimpinan selalu berkaitan erat dengan peran seorang pemimpin, dimana kepemimpinan adalah proses menggerakkan orang lain sedangkan pemimpin adalah pelaku dari proses tersebut. Kepemimpinan sebagai sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain mempunyai peran penting bagi keberhasilan seorang pemimpin. Peran kepemimpinan adalah perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai pemimpin. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, pemimpin harus mengetahui fungsinya sebagai seorang pemimpin.

Fungsi seorang pemimpin adalah menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan, oleh karena itu agar orang lain mau bekerjasama dalam mencapai tujuan, kepala desa harus memiliki visi dan misi yang jelas. Selain itu kepala desa juga harus mampu berinteraksi dengan baik dengan masyarakat dan mensinkronkan keinginan kepala desa dengan keinginan masyarakat maupun keinginan masyarakat dengan kepala desa, mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang dimiliki desa, merumuskan program-program yang akan dilaksanakan, dan memenuhi harapan masyarakat.

Fungsi pemimpin tersebut sudah diterapkan dengan baik oleh Kepala Desa Suka Mulya. Partisipasi masyarakat yang tinggi menunjukkan bahwa Kepala Desa Suka Mulya berhasil menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukannya dalam visi dan misi sebagai kepala desa. Selain itu dalam memenuhi harapan masyarakat, kepala desa mensinkronkan keinginan masyarakat dan keinginannya melalui komunikasi yang dilakukannya dengan masyarakat serta melalui forum dengan perangkat desa.

Untuk menilai keberhasilan kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya, dapat menggunakan indikator yang diungkapkan oleh Kartono (2011:229-230). Kartono menyebutkan beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai petunjuk keberhasilan kepemimpinan. Indikator tersebut antara lain:

(12)

2. Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen yang dilakukan.

3. Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih human sifatnya.

Dengan memperhatikan ketiga indikator tersebut, penulis berpendapat bahwa kepemimpinan Kepala Desa Suka Mulya sudah berhasil diterapkan dengan baik, karena ketiga indikator tersebut telah dilaksanakan di Desa Suka Mulya. Pelayanan yang diberikan oleh kepala desa kepada masyarakat meningkat jika dibandingkan dengan pelayanan kepada masyarakat pada masa pemerintahan kepala desa sebelumnya. Administrasi yang semakin tertib serta berbagai prestasi yang diraih oleh Desa Suka Mulya menunjukkan adanya peningkatan dalam pengelolaan administrasi. Tingginya partisipasi masyarakat dalam kegiatan partisipatif serta dalam penyampaian ide-ide masukan, maupun saran kepada kepala desa.

Kepemimpinan kepala desa menjadi faktor penting untuk menggerakkan masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinan yang meliputi syarat-syarat kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan, gaya kepemimpinan, tipe kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan metode kepemimpina harus dapat dipenuhi dan diterapkan. Kepala desa harus dapat menerapkan kemampuan memimpinnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya oleh karena itu penerapan kepemimpinan akan bervariatif pada waktu dan individu yang berbeda. Pemahaman karakteristik masyarakat juga menjadi bagian penting bagi kepemimpinan kepala desa karena dengan mengetahui karakteristik masyarakat kepala desa dapat menetukan gaya kepemimpinan, tipe kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan metode kepemimpinan yang efektif dan efisien untuk diterapkan di daerahnya. Pemahaman kepala desa tentang peran dan fungsi pemimpin serta pencapaian indikator keberhasilan kepemimpinan menjadi kunci dari peran kepemimpinan kepala desa.

2. Partisipasi Masyarakat

Masyarakat merupakan ujung tombak pelaksanaan pembangunan di desa. Agar pembangunan desa dapat mencapai hasil yang maksimal diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Secara umum partisipasi yang terjadi di masyarakat dibedakan menjadi dua

yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi vertikal. Partisipasi horizontal adalah partisipasi yang terjadi diantara sesama warga atau anggota masyarakat, sedangkan partisipasi vertikal adalah partisipasi antara masyarakat dengan pemerintah. Di Desa Suka Mulya partisipasi horizontal terjadi pada saat kegiatan gotong-royong yang dilakukan di lingkungan desa. Dalam pengerjaan jalan maupun kerja bakti. Partisipasi Vertikal terjadi ketika timbul komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah dalam memberikan masukan, saran, usulan, maupun kritik kepada pemerintah.

Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum, 2011:61-62) membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu: “(1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan; (3) partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan; dan (4) partisipasi dalam evaluasi. Didalam penentuan program pembangunan desa, pengambilan keputusan dilakukan bersama-sama dengan pelaksaksanaan evaluasi program, demikian pula halnya dengan penetapan iuran desa dan penetapan sumber pendapatan asli desa. Pengambilan keputusan dan evaluasi dilakukan dalam forum resmi seperti rapat atau musyawarah desa. Peserta rapat tersebut terdiri dari kepala desa beserta perangkat desa, BPD beserta anggota, ketua RT dan RW, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat. Dalam pelaksanaan rapat, kepala desa menyampaikan usulan program kepada peserta rapat kemudian kepala desa menghimpun masukan dan saran yang disampaikan oleh peserta. Usulan program yang disampaikan oleh kepala desa dapat berupa usulan dari masyarakat maupun hasil pemikiran kepala desa. Setelah keseluruhan masukan dan saran telah dihimpun, kemudian dipilih program mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan sebagai program desa. Dalam penentuan program desa juga didasarkan dari hasil perencanaan program pada tahun sebelumnya yang belum dapat dilaksanakan tetapi mempunyai prioritas tinggi untuk dilaksanakan.

(13)

Rabiul Andri Fathowari; Peran Kepemimpinan

sumber dananya berasal dari masyarakat. Penetapan pungutan desa dilakukan dengan cara musyawarah kemudian ditetapkan dengan peraturan desa sehingga ada kekuatan hukum yang mengikat bagi masyarakat. Penetapan pungutan desa dikenakan secara bervariasi kepada masyarakat, tidak semua warga dibebankan pungutan dengan nominal yang sama tergantung dari kondisi ekonomi warga.

Patisipasi dalam bentuk harta tidak banyak dilakukan di Desa Suka Mulya tetapi masih ada. Bentuk secara nyata yang diberikan oleh masyarakat adalah sumbangan material bahan bangunan seperti pasir dan batu yang digunakan untuk perbaikan jalan desa serta dalam pembuatan jalan menuju perkuburan desa.

Partisipasi tenaga yang diberikan masyarakat juga terjadi di Desa Suka Mulya. Ada hal yang menarik dalam pelaksanaan partisipasi tenaga di Desa Suka Mulya dimana dalam pelaksanaan perbaikan jalan, setiap RT mendapatkan peta kerja yang menjadi tanggung jawab dalam penyelesaiaan pekerjaan masing-masing. Dengan adanya peta kerja seperti ini akan menimbulkan pengawasan secara saling silang antara masing-masing RT. Jika terdapat RT yang belum menjalankan tanggung jawabnya maka akan timbul rasa malu karena tidak bisa mengerahkan masyarakat dan dianggap tidak bertanggung jawab serta tidak memiliki kemampuan dalam bekerja. Hal ini akan menumbuhkan persaingan yang positif dalam membangun desa.

Partisipasi buah fikiran terjadi dalam pelaksanaan forum-forum yang diselenggarakan secara resmi seperti rapat atau musyawarah desa, namun hal tersebut terjadi dalam lingkup yang terbatas. Dalam lingkup yang lebih luas partisipasi buah fikiran terjadi dalam kehidupan sehari-hari kepala desa. Komunikasi yang aktif antara kepala desa dengan masyarakat tentang permasalahan-permasalahan yang dialami oleh desa serta keinginan-keinginan masyarakat yang disampaikan dalam kesempatan nonformal atau dalam kesempatan pada saat pemberian pelayanan kepada masyarakat. Terkadang kepala desa aktif dalam meminta pendapat kepada masyarakat tentang pandangan-pandangan yang dimilikinya.

Partisipasi sosial juga terjadi dengan baik di Desa Suka Mulya. Setiap terjadi musibah terhadap warga Desa Suka Mulya, masyarakat mengumpulkan bantuan sebagai wujud kepedulian terhadap musibah yang dialami. Bentuk lain partisipasi sosial yang ada di Desa

Suka Mulya adalah pengadaan ambulance desa yang dilakukan secara swadaya masyarakat dengan bantuan dana ADD dari desa. Dalam kegiatan sosial yang lain seperti gotong royong masyarkat juga aktif berpartisipasi.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa Suka Mulya dilaksanakan secara berjenjang dimana kepala desa berperan sebagai pengawas. Kepala desa memberikan instruksi kepada kepala dusun kemudian kepala dusun menyampaikan kepada ketua RT, setelah itu ketua RT menggerakkan warga.

D. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Melalui penelitian yang penulis lakukan di Desa Suka Mulya, dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Kepemimpinan kepala Desa Suka Mulya dinilai berhasil karena telah memenuhi indikator keberhasilan kepemimpinan. 2. Kepala desa mengetahui peran dan

fungsinya sebagai pemimpin, tindakan-tindakan yang diharapkan dilakukan sebagai perannya sebagai pemimpin dapat terlaksana dengan baik.

3. Penerapan gaya kepemimpinan, tipe kepemimpinan, teknik kepemimpinan, dan metode kepemimpinan oleh Kepala Desa Suka Mulya disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di Desa Suka Mulya.

4. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Suka Mulya cukup tinggi, hanya sebagian kecil masyarakat yang tidak berpartisipasi karena belum tumbuh kesadaran tentang pentingnya partisipasi, perubahan gaya hidup, dan oposif terhadap pemerintah desa.

5. Partisipasi yang terjadi dimasyarakat adalah partisipasi vertikal dan horizontal.

6. Bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat adalah partisipasi uang, partisipasi harta, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah fikiran, dan partisipasi sosial

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dilakukan penulis di Desa Suka Mulya dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan pembinaan ke desa-desa melalui program-program yang dianggarkan oleh pemerintah daerah yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan menyeluruh. 2. Memberikan pelatihan kepemimpinan

(14)

tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

3. Melakukan penyusunan program yang memerlukan partisipasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

4. Mengelola potensi desa dengan semaksimal mungkin, baik potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. 5. Aktif berkomunikasi dan melakukan

pendekatan kepada masyarakat sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara masyarakat dengan kepala desa, serta memaksimalkan peran perangkat desa dan seluruh elemen masyarakat.

Pada saat penyusunan laporan penelitian ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang penulis temukan, sehingga hasil penelitian ini belumlah sempurna. Kendala-kendala yang muncul dalam penelitian ini menjadi keterbatasan penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian pertama yang penulis lakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Pemerintahan. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis dalam pelaksanaan penelitian ini menjadi keterbatasan utama dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Selain keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis, hal lain yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu. Lembaga memberikan waktu yang terbatas untuk melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian. Keterbatasan waktu ini menjadikan hasil laporan penelitian ini masih belum maksimal.

Didalam penelitian ini faktor komunikasi memegang peranan penting dalam kepemimpinan, namun yang menjadi fokus penelitian adalah peran kepemimpinan kepala desa untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Karena fokus penelitian dalam penelitian ini adalah peran kepemimpinan, sehingga faktor komunikasi tidak dapat diteliti lebih lanjut. Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis berharap akan ada penelitian-penelitian lain yang akan melengkapi dan menyempurnakan penelitian ini.

E. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAN Pontianak, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Camat Parindu, Kepala Desa Suka Mulya, serta seluruh warga Desa Suka Mulya yang telah berpartisipasi dalam Penelitian ini.

F. REFERENSI

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.

Desentralisasi dan Partipasi

Masyarakat dalam

Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kartono, Kartini. 2010.Pemimpin dan

Kepemimpinan, Apakah

Kepemimpinan Abnormal

Itu?.Jakarta: Rajawali Pers.

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Syafi’ie, Inu Kencana. 2006. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2007. Manajemen Publik.Jakarta: Grasindo. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang

No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Jakarta:

Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Jakarta: Sekretariat Negara.

Firmansyah, Saca. 2009. Partisipasi

Masyarakat. Melalui <http://

sacafirmansyah.wordpress.com/2009/0 6/05/partisipasi-masyarakat/>.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

MT-koealojen Lap13:a ja Tasaikäisen vertailussa jäätiin melko kauas tilastollisesti merkitsevästä erosta, tämä voidaan nähdä rohkaisevana tietona, koska se kertoo siitä,

Pengujian statistik selanjutnya adalah pengujian dari hasil proses pengeringan menggunakan metode penjemuran manual di bawah terik matahari dengan metode penjemuran

The analyst can use an integrated client to query a Catalog Service – Web (CS-W) for available services based on location and other parameters. The CS-W returns an XML document

Kehadiran LSM sebagai anggota tidak tetap dalam komisi AMDAL sebenamya dapat menjadi mitra decision maker dalam pengoptimalan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

Sedian krim F1 tidak diberikan ekstrak herba tumbuhan balsem namun menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionebacterium acnes , hal ini terjadi karena

Dengan kemudahan dan keefisienan waktu dalam mendapatkan informasi serta kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Brimob dan Polri yang meliputi sejarah Brimob dan Polri, arti

merupakan langkah pertamanya untuk memahami kebenaran. Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti, karena itu beri kesempatan untuk bereksplorasi dengan lingkungan