5
II.
TELAAH PUSTAKA
Sargassum polycysum merupakan salah satu genus Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae. Ada 150 jenis genus Sargassum yang dijumpai di daerah perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin. Habitat Sargassum di perairan pada kedalaman 0,5 - 10 m dan berombak. Pertumbuhan alga ini sebagai makro alga bentik melekat pada substrat dasar perairan. Sargassum polycystum di daerah tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang talus utama mencapai 0,5 – 3 m dengan untaian cabang talus terdapat kantong udara (vesikel), selalu muncul di permukaan air (Kadi, 2005).
Klasifikasi Sargassum polycystum sebagai berikut :
Divisio : Phaeophyta
Classis : Phaeophyceae
Ordo : fucales
Familia : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : Sargassum polycystum C. Agardh (Liao et al., 2004)
Sargassum sp. memiliki talus dengan percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan holdfast
(bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing (Gambar 2.1.) (Anggadiredja et al., 2006).
Pertumbuhan rumput lautdalam budidaya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan metode budidayanya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut meliputi substrat, pH, salinitas, cahaya, kedalaman, dan unsur hara (nutrien). Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil unsur hara dari sekitarnya secara difusi melalui dinding talusnya. Selain pertumbuhan S. polycystum, faktor lingkungan juga mempengaruhi bentuk dan ukuran talus sehingga mempengaruhi cadangan makanan yang dihasilkan. Talus merupakan tempat menyerap unsur hara dan terjadinya proses fotosintesis. Bentuk talus ini pula yang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap kadar natrium alginat yang dihasilkan (Rasyid, 2009).
Menurut Dawes (1991), unsur hara dibutuhkan dalam proses fotosintesis sebagai salah satu bahan dasar untuk menyusun energi guna memenuhi kebutuhan
6
nutrisi rumput laut. Semakin tinggi penyerapan unsur hara maka pertumbuhan juga semakin optimal. Unsur hara tersebut berupa Nitrat dan fosfat (Bountyfa & Subekti, 2012). Unsur nitrogen dapat merangsang pembentukan talus, unsur fosfat digunakan sebagai faktor pendukung bagi rumput laut dalam melakukan proses fotosintesis sehingga dapat merangsang pertumbuhan rumput laut. Nitrat dan nitrit diketahui berperan dalam proses pertumbuhan dan reproduksi Sargassum sedangkan fosfat dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) berperan dalam proses fotosintesis (Sulistijo & Szeifoul, 2006).
Menurut Aslan (1998), metode budidaya rumput laut berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, dibedakan menjadi tiga cara yaitu metode dasar, metode lepas dasar dan metode apung. Metode budidaya dasar dan lepas dasar pada prinsipnya sama dengan metode apung, hanya peletakan budidayanya dipengaruhi oleh kedalaman. Metode apung merupakan budidaya rumput laut dengan cara mengikat rumput laut pada tali yang diikatkan pada rakit apung yang terbuat dari bambu. Metode ini cocok untuk dasar perairan yang berkarang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Metode apung pada dasarnya sama dengan metode lepas dasar hanya posisi tanaman terapung dipermukaan mengikuti gerakan pasang surut. Menurut Anggadiredja et al., (2010), metode lepas dasar pada umumnya dilakukan di lokasi yang memiliki substrat dasar karang berpasir atau pasir dengan pecahan karang dan terlindung dari hembasan gelombang. Kedalaman penanaman rumput laut akan mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Penanaman rumput laut yang terlalu dalam akan menyebabkan kesulitan pada saat pemeliharaan Sargassum, sedangkan apabila terlalu dangkal akan menyebabkan rumput laut terkena sinar matahari langsung. Kedalaman penanaman berhubungan dengan besarnya penetrasi cahaya matahari yang sangat berperan dalam proses fotosintesis (Serdiati & Widiastuti, 2010).
Cahaya yang masuk perairan akan menentukan intensitas maupun panjang gelombang yang berhubungan terhadap pengendalian penyebaran rumput laut. Rumput laut terbagi menjadi 3 kelompok yaitu merah, coklat dan hijau yang menyerap spektrum cahaya yang berbeda. Rumput laut hijau banyak hidup di permukaan karena menyerap sinar merah, rumput laut coklat di tengah dan rumput laut merah di bagian dasar karena menyerap cahaya hijau (Nyabakken, 1992).
7
Ekstraksi alginat dilakukan dengan memasak Sargassum dalam suasana basa dengan larutan Na2CO3 yang mampu memisahkan selulosa dan alginat yang terdapat pada sel Sargassum, kemudian larutan alginat kasar ditambahkan asam mineral kuat sehingga asam alginat mengendap. Beberapa proses pemurnian alginat melibatkan proses penjernihan, pemucatan, dan pengendapan kalsium alginat. Produk akhir alginat umumnya dijadikan bentuk garam alginat yang dapat larut dalam air, terutama natrium alginat (Maharani & Widyayanti, 2010).
Menurut Winarno (1986), optimalisasi proses ekstraksi sangat penting, terutama proses hidrolisis asam karena apabila ekstraksi dilakukan pada suasana asam dan suhu terlalu tinggi menyebabkan alginat mudah terhidrolisis sehingga akan menurunkan rendemen dan mutu tepung alginat yang didapatkan. Bagian pangkal dengan lama ekstraksi 2 jam mempunyai rendemen tertinggi karena talus bagian pangkal umur dan jaringan selnya lebih tua, sehingga jumlah timbunan alginat lebih banyak.
Menurut purnomo et al., (2004), penggunaan HCl pada ektraksi Sargassum
akan memecah dinding sel dengan mudah, karena HCl merupakan asam kuat dan akan terionisasi sempurna. Ketebalan dinding sel menunjukkan umur yang lebih lama dan banyaknya kandungan alginat. Hal ini diduga lama perendaman akan menyebabkan makin lunaknya dinding sel rumput laut. Pelunakan dinding sel ini menyebabkan makin banyaknya bahan-bahan alginat yang keluar dari jaringan rumput laut selama ekstraksi, termasuk mineral yang ada dalam jaringan rumput laut. Menurut Mushollaeni & Rusdiana (2011), jenis rumput laut yang mempunyai habibat terikat pada cekungan yang selalu tergenang air laut, mempunyai kadar air yang lebih tinggi daripada yang berada di daerah pasang surut. Kadar air tertinggi dihasilkan dari lamanya ekstraksi dan bagian yang diekstaksi, semakin lama diekstrak, maka air akan diikat oleh alginat karena alginat merupakan hidrofilik, maka makin banyak air yang terjebak. Semakin lama ekstraksi, maka kadar air ekstrak alginat semakin meningkat pula. Menurut Chapman &chapman (1980) mengatakan bahwa kadar air yang diperbolehkan untuk alginat adalah 5 – 20 %.
Menurut Soegiarto et al., (1978), secara morfologi bagian pangkal memiliki kadar air yang lebih rendah karena bagian pangkal lebih lama dan lebih tua serta lebih tebal. Zailanie et al., (2001) menambahkan bahwa pada talus bentuk batang
8
mempunyai fungsi sebagai tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan, sehingga kandungan rendemen alginat dapat tinggi.
Sargassum memiliki pigmen warna coklat adanya fukosantin yaitu zat warna coklat. Zat warna ini kemudian dipucatkan dengan larutan H2O2.Nilai Kecerahan natrium alginat dipengaruhi oleh adanya H2O2 sebagai bleaching agent yang dapat mengoksidasi zat warna dari warna coklat menjadi warna putih dan terang. Alginat yang memiliki mutu food grade, harus bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan (bleached) sehingga terang atau putih, Pharmaceutical grade, biasanya juga bebas dari selulosa. Disamping grade tersebut, ada pula yang disebut industrial grade yang biasanya masih mengizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa, dengan warna dari coklat sampai putih (Winarno, 1990).