• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Perkara No02 KPPU I 2016 Upload28112016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Putusan Perkara No02 KPPU I 2016 Upload28112016"

Copied!
868
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya

disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait Pengaturan Produksi Bibit Ayam Pedaging (Broiler) di Indonesia, yang dilakukan oleh: --- 1. Terlapor I : PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk.,

berkedudukan di Jalan Ancol VIII/1 Jakarta 14430, Nomor Telp. (021) 6919999.

2. Terlapor II : PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk., berkedudukan di Wisma Millenia 7th Floor, Jalan MT Haryono Kav. 16 Jakarta 12810, Nomor Telp. (021) 28545680, Nomor Faks. (021) 8310309.

3. Terlapor III : PT Malindo Feedmill, Tbk., berkedudukan di Jalan RS Fatmawati Nomor 15, Komplek Golden Plaza Blok G Nomor 17-22, Jakarta Selatan 12420, Nomor Telp. (021) 7661727.

4. Terlapor IV : PT CJ-PIA, berkedudukan di Jalan Lanud Gorda Ds. Julang Kec. Cikande, Serang Banten 42101, Nomor Telp. (0254) 401234, atau diketahui beralamat lain di Menara Jamsostek Lantai 2, Jalan Gatot Subroto Kavling 36 Jakarta 12710, Nomor Telp. (021) 52995106.

(2)

2

-Blok U-39, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, Nomor Telp. (021) 29574234. 6. Terlapor VI : PT Cibadak Indah Sari Farm, berkedudukan di

Jalan Daan Mogot, Komplek Rasa Sayang C-20 Jakarta 11460, Nomor Telp. (021) 5660931. 7. Terlapor VII : PT Hybro Indonesia, berkedudukan di Jalan

Pintu Kecil Nomor38-42 Lantai 3, Roa Malaka, Jakarta Barat 11230.

8. Terlapor VIII : PT Expravet Nasuba, berkedudukan di Jalan Rumah Potong Hewan Nomor 44, Kecamatan Medan Deli, Medan, Sumatera Utara 20242, Nomor Telp. (062) 61-6851244.

9. Terlapor IX : PT Wonokoyo Jaya Corporindo, berkedudukan di Jalan Taman Bungkul Nomor1-7, Surabaya 60241.

10. Terlapor X : CV Missouri, berkedudukan di Jalan Malabar Nomor 53, Lingkar Selatan, Lengkong, Kota Bandung 40263, Jawa Barat.

11. Terlapor XI : PT Reza Perkasa, berkedudukan di Jalan Deltasari Indah BI BO/9 Waru, Surabaya 61256, Jawa Timur.

12. Terlapor XII : PT Satwa Borneo Jaya, berkedudukan di Jalan Graha Sujaya, Jalan Komodor Yos Sudarso Nomor 133, Singkawang, Kalimantan Barat 79122.

telah mengambil Putusan sebagai berikut: ---

Majelis Komisi: ---

(3)

3

-Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator. ---

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan penelitian tentang adanya Dugaan Pelanggaran Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan PrAktak Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU Nomor 5 Tahun 1999”) dalam

Pengaturan Produksi Bibit Ayam Pedaging (Broiler) di Indonesia. ---

2. Menimbang bahwa setelah dilakukan penyelidikan, pemberkasan dan

gelar laporan maka Komisi menyatakan layak untuk masuk ke tahap

Pemeriksaan Pendahuluan. ---

3. Menimbang bahwa selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan Komisi

Nomor 07/KPPU/Pen/II/2016 tanggal 23 Februari 2016 tentang

Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016 (vide bukti

A1). ---

4. Menimbang bahwa berdasarkan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan

tersebut, Ketua Komisi menetapkan pembentukan Majelis Komisi

melalui Keputusan Komisi Nomor 14/KPPU/Kep.3/II/2016 tanggal 23 Februari 2016 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis

Komisi pada Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor

02/KPPU-I/2016 (vide buktiA3). --- 5. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor

02/KPPU-I/2016 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor

14/KMK/Kep/II/2016 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan

Pendahuluan Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016, yaitu dalam jangka

waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 03

Maret 2016 sampai dengan tanggal 15 April 2016 (vide buktiA5). ---

6. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan

Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Penetapan Pemeriksaan

Pendahuluan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi tentang Jangka

Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, dan Surat Panggilan Sidang Majelis

(4)

4

-A12, A13, A14, A15, A16, A17, A18, A19, A20, A21, A22, A23, A24, A25,

A26, A27, A28, A29, A30, A31, A32). ---

7. Menimbang bahwa pada tanggal 03 Maret 2016, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi I dengan agenda Pembacaan

dan/atau Penyerahan Salinan Laporan Dugaan Pelanggaran oleh

Investigator kepada Terlapor (vide buktiB1). ---

8. Menimbang bahwa Sidang Majelis Komisi I tersebut dihadiri oleh para

Investigator, dan Para Terlapor, yaitu PT Chaoren Pokphand Indonesia, Tbk. selaku Terlapor I, PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. selaku

Terlapor II, PT Malindo Feedmill, Tbk. selaku Terlapor III, PT CJ-PIA

selaku Terlapor IV, PT Taat Indah Bersinar selaku Terlapor V, PT

Cibadak Indah Sari Farm selaku Terlapor VI, PT Hybro Indonesia

selaku Terlapor VII, PT Expravet Nasuba selaku Terlapor VIII, PT

Wonokoyo Jaya Corporindo selaku Terlapor IX, CV Missouri selaku

Terlapor X, PT Reza Perkasa selaku Terlapor XI, PT Satwa Borneo Jaya

selaku Terlapor XII (vide buktiB1). ---

9. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I, Investigator

membacakan Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya berisi

hal-hal sebagai berikut (vide buktiI.2): ---

9.1 Bahwa objek perkara Nomor 02/KPPU-I/2016 adalah

kesepakatan pemotongan/pengafkiran induk ayam pedaging

(Parent Stock) dan pemotongan Hatchery Egg Final Stock oleh pelaku usaha pembibitan tahun 2015 di Indonesia. ---

9.2 Tentang Pasar Bersangkutan. ---

9.2.1 Bahwa pasar bersangkutan dalam ketentuan Pasal 1

angka 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan: “pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran

tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa

yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang

dan atau jasa tersebut”; --- 9.2.2 Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, pengertian

pasar bersangkutan mencakup 2 (dua) hal yaitu pasar

geografis dan pasar produk. Pasar Geografis berkaitan

(5)

5

-produk yang menjadi obyek perkara, sedangkan pasar

produk berkaitan dengan kesamaan, atau kesejenisan

dan/atau tingkat subtitusinya dari produk yang

menjadi obyek perkara; ---

9.2.3 Bahwa pasar produk yang menjadi obyek perkara ini

adalah Bibit Ayam Pedaging (Broiler) atau Day Old

Chick Final Stock, sedangkan pasar geografis produk

perkara a quo adalah Wilayah Negara Republik Indonesia.; ---

9.3 Tentang Struktur Pasar. ---

9.3.1 Mengenai ayam dan bibit ayam usia sehari (DOC) ---

9.3.1.1 Bahwa ayam ras pedaging atau yang biasa

disebut juga sebagai ayam broiler

merupakan jenis ayam ras unggulan hasil

persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang

memiliki daya produktivitas tinggi,

terutama dalam memproduksi daging

ayam. Pada perkembangannya kebutuhan

daging ayam sebagai bahan konsumsi

manusia semakin meningkat, permintaan

akan daging ayam sangat tinggi, tingginya

permintaan tersebut memberikan ruang

bagi pelaku usaha untuk membuat

penawaran daging ayam.

Perkembangannya pelaku usaha tumbuh

dan berkembang sangat pesat, pelaku

usaha tidak hanya peternak yang

melakukan budidaya bibit ayam sampai

dengan panen. Proses bisnis dalam

industri ayam broiler dapat dibedakan

menjadi beberapa usaha, usaha tersebut

adalah : (1) usaha pakan ayam (termasuk

obat dan vitamin), (2) usaha bibit (ayam

(6)

6

-(pembesaran menjadi ayam siap konsumsi)

dan (4) usaha makanan olahan. ---

9.3.1.2 Bahwa ayam yang diketahui masayarakat

pada umumnya adalah ayam pedaging

yang telah dijual pada pasar tradisional

atau modern market, ayam tersebut

merupakan ayam siap dimasak yang biasa

lebih dikenal dengan ayam karkas. Namun sebelum menjadi ayam karkas, terdapat

proses bisnis yang panjang pada ayam

pedaging. Ayam karkas merupakan salah

satu hasil produk dalam bisnis ayam, hasil

produk lainnya adalah Parent Stock, Final

Stock dan Live Bird. Parent Stock atau yang

biasa disebut induk ayam merupakan hasil

produk dari Grand Parent Stock. Final Stock

adalah bibit ayam yang berumur satu hari

yang harus dibesarkan sampai dengan

bobot tertentu yang menjadi produk Live

Bird. Berikut gambaran bisnis proses

sehingga menghasilkan karkas ayam. ---

9.3.1.3 Bahwa anak ayam sebagai faktor kunci

dalam industri ayam pedaging, selain

faktor lainnya yaitu pakan, obat, dan

vitamin. Day Old Chick Final Stock merupakan istilah untuk anak ayam yang

berumur satu hari. Day Old Chick FS yang diterima oleh peternak adalah tingkatan

(7)

7

-disebut Final Stock (FS). Berdasarkan hasil

penyelidikan, 1 ekor indukan GPS dapat

menghasilkan 40 ekor indukan PS.

Kemudian 1 ekor indukan PS dapat

menghasilkan 130 ekor DOC Final Stock.

DOC final stock ini merupakan anak dari

Induk ayam atau Parent Stock (PS). DOC

final stock merupakan hasil seleksi sehingga diperoleh hasil akhir (final) yang

betul-betul produktif dan berkualitas.

Berikut skema DOC Parent Stock sampai dengan menetasnya DOC Final Stock: ---

9.4 Tentang Pelaku Usaha pada Industri Ayam Pedaging. ---

9.4.1 Bahwa pelaku usaha dalam industri ayam dapat

dibedakan menjadi tiga kategori pelaku usaha yaitu

Pelaku Usaha terintegrasi, Pelaku Usaha

semi-integrasi dan Pelaku Usaha yang tidak tersemi-integrasi.

Pelaku usaha terintegrasi adalah pelaku usaha yang

memiliki serangkaian proses produksi dari hulu

sampai hilir. Proses produksi pada industri ayam dari

hulu sampai hilir dapat dilihat berdasarkan usaha

sebagai berikut: pembibitan induk ayam/Grand Parent

Stock to Parent Stock (Breeding Farm yang

(8)

8

-komersial (Breeding Farm yang menghasilkan DOC

FS), usaha pakan, vitamin dan obat, usaha bahan

baku pakan unggas, usaha budi daya ayam pedaging

komersial dan usaha budi daya ayam dengan

kemitraan dengan ketentuan yang dibuat oleh

Perusahaan Inti, dan pelaku usaha yang membuka

pangkalan ayam ras hidup di pasar-pasar tradisional,

serta mengusahakan pengolahan ayam siap saji/Food

Processing). Pelaku usaha semi-integrasi adalah pelaku usaha yang hanya memiliki usaha lebih dari

satu rangkaian produksi namun tidak menguasai

usaha dari hulu sampai hilir. Sementara pelaku usaha

yang tidak terintegrasi adalah pelaku usaha yang

hanya memiliki satu proses produksi. ---

9.4.2 Bahwa berdasarkan pemeriksaan lapangan pelaku

usaha integrasi pada umumnya telah berbentuk

badan hukum dan memilki organisasi perusahaan

yang baik. Pelaku Usaha Integrasi telah berbentuk

perusahaan bahkan beberapa diantaranya telah

menjadi perseroan terbuka. Jumlah pelaku usaha

yang telah terintegrasi lebih sedikit dibandingkan

dengan pelaku usaha pada level semi-integrasi dan pelaku usaha yang tidak terintegrasi. Secara umum

pelaku usaha pada insustri ayam dapat digambarkan

sebagai berikut: ---

9.4.3 Bahwa berdasarkan gambar piramida diatas

(9)

9

-puncak piramid dengan jumlah pelaku usaha yang

sedikit. Kemudian diikuti oleh pelaku usaha breeder.

Breeder pada tahap kedua merupakan pelaku usaha

yang bergerak pada usaha pembibitan dengan produk

jualnya yaitu DOC Final Stock, pelaku usaha pada

level ini tidak memiliki GPS sehingga sangat

tergantung pada pelaku usaha pembibitan yang

memproduksi DOC PS. Pelaku usaha pada level breeder ini yang pada umumnya dapat dikategorikan

sebagai pelaku usaha semi-integrasi karena pada

faktanya beberapa perusahaan telah memiliki usaha

budidaya dan usaha pakan ayam produksi sendiri.

Pada level selanjutnya terdapat pelaku usaha

peternak/pembudidaya. Level pelaku usaha peternak

sampai pada pelaku usaha pada level terakhir

merupakan pelaku usaha yang pada umumnya tidak

terintegrasi, kecuali peternak yang memiliki hubungan

kemitraan. Pelaku usaha peternak sangat

membutuhkan pasokan baik DOC FC, pakan, vitamin

dan obat dari pelaku usaha pada level atasnya. ---

9.4.4 Produk dari pelaku usaha peternak adalah Live Bird.

Hasil panen Live Bird kemudian dijual oleh pelaku usaha peternak kepada pelaku usaha broker dan/atau

bandar. Pelaku usaha broker merupakan pelaku

usaha yang biasa bersifat perorangan. Sementara

pelaku usaha bandar dapat merangkap menjadi

broker dan/atau hanya menjadi bandar. Berdasarkan

fakta dilapangan pelaku usaha bandar melakukan

usaha pada rumah potong ayam. Live Bird yang dibeli

dari pelaku usaha peternak kemudian dipotong

sehingga menghasilkan karkas ayam. Level yang

terakhir adalah pengecer dan/atau pelapak. Pengecer

dan/pelapak adalah pelaku usaha pada level akhir

karena produk yang mereka jual adalah karkas ayam

(10)

10

-industri ayam pedaging. Perbedaan pengecer dan

pelapak hanya terletak pada banyaknya jumlah ayam

yang mereka jual. Pengecer memiliki jumlah yang lebih

besar yang biasanya memberikan pada pelapak untuk

dijual pada pasar-pasar tradisional. ---

9.5 Tentang Perusahaan Pembibitan (Breeder). ---

9.5.1 Perusahaan pembibitan yang dimaksud dalam perkara

ini adalah perusahaan dengan hasil usaha bibit ayam pedaging. Perusahaan pembibitan disebut juga sebagai

breeder. Breeder menjalankan usaha pembesaran

ayam indukan (Parent Stock) sampai dengan menghasilkan bibit ayam dan menjualnya kepada

peternak/pembudidaya. Perusahaan pembibitan

terbagi menjadi 2 jenis. Pertama perusahaan

pembibitan yang memiliki GPSdan Kedua perusahaan

pembibitan yang tidak memiliki GPS. Perusahaan

pembibitan yang memiliki GPS akan sangat

bergantung pada rekomendasi impor dari Pemerintah

untuk pengadaan GPS. Sementara perusahaan

pembibitan yang tidak memiliki GPS sangat

tergantung pada perusahaan yang menjual DOC PS.

Meskipun terdapat perbedaan diatas, baik perusahaan pembibitan yang memiliki GPS dan perusahaan

pembibitan yang tidak memiliki GPS berada pada

pasar yang sama. Produk yang mereka jual adalah

produk yang sama, yaitu bibit ayam (DOC) Final Stock. Begitu pula dengan konsumen mereka, yaitu

peternak/pembudidaya ayam pedaging komersil.

Dengan demikian perusahaan pembibitan baik yang

memiliki GPS dan yang tidak memiliki GPS

merupakan pelaku usaha yang saling bersaing. ---

9.5.2 Bahwa berdasarkan hasil penyelidikan diketahui

beberapa pelaku usaha yang bergerak di bidang

(11)

11

-9.6 Tentang Asosiasi Pelaku Usaha. ---

Pelaku usaha dalam industri ayam membentuk

perkumpulan-perkumpulan antara sesama pelaku usaha dalam pasar

bersangkutan yang sama. Perkumpulan tersebut pada

akhirnya membentuk badan hukum tersendiri berdasarkan

tujuan dan kepentingan tertentu. Saat ini terdapat lebih dari 20 asosiasi yang berkaitan dengan industri ayam. ---

9.6.1 Asosiasi Perusahaan Pembibitan. ---

Pelaku usaha pembibitan sendiri tergabung dalam

satu asosiasi khusus yang dinamakan GPPU. GPPU

merupakan singkatan dari Gabungan Perusahaan

Pembibitan Unggas. Perusahaan pembibitan ayam

yang tergabung dalam GPPU adalah sebagai berikut :

(vide buktiDaftar Anggota GPPU) ---

No Nama Perusahaan Domisili

Hukum Ket

1 PT Bibit Unggul Prima Sejati Jakarta PS

2 PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk Jakarta GPS, PS

3 PT Cibadak Indah Sari Farm GPS, PS

(12)

12

-5 PT Ekspravet Nasuba Medan GPS, PS

6 PT Gunung Lawas Mandiri Medan PS

7 PT Indojaya Agrinusa Medan PS

8 PT Intertama Trikencana Bersinar Sumut PS

9 PT Kerta Mulya Sejahtera Jakarta PS

10 PT Kota Bangun Lestari Jaya Medan PS

11 PT Malindo Feed Mill, Tbk Jakarta GPS, PS

12 PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Jakarta GPS, PS

13 PT Panca Patriot Prima Jawa Timur PS

14 PT Patriot Intan Abadi / Taat Indah Bersinar Tangerang GPS, PS

15 PT Perternakan Ayam Manggis / Hybro Indonesia Jakarta GPS, PS

16 PT Reza Perkasa Jawa Timur PS

17 PT Satwa Borneo Tanggerang GPS, PS

18 PT Sierad Produce Jakarta PS

19 PT Silga Perkasa Sukabumi PS

20 PT Super Unggas Jaya / PT CJ-PIA Jakarta GPS, PS

9.6.2 Asosiasi Pelaku Usaha lainnya dan Organisasi

Kemasyarakatan. ---

Pelaku usaha peternak juga membuat asosiasi serupa dengan nama GOPAN yang artinya Gabungan

Organisasi Peternak Ayam Nasional. Pelaku usaha

pakan juga membentuk asosiasi tersendiri yang

dinamakan GPMT, singkatan dari Gabungan Produsen

Pakan Ternak. Selain asosiasi diatas juga terdapat

beberapa organisasi masyarakat yang menundukan

diri untuk terlibat dalam industri ayam, salah satunya

adalah PINSAR. PINSAR merupakan organisasi

masyarakat yang bergerak di bidang perunggasan. ----

9.7 Tentang Kronologis terjadinya kesepakatan 14 September 2015.

17 Desember 2013

Rapat membahas rencana pemasukan benih dan bibit ayam ras GPS/PS broiler dan layer 2014 (Surat Direktur Pembibitan Ternak Nomor 05006/TU.220/F2.5/12/2013 tanggal 5 Desember 2013)

20 Maret 2014

(13)

13

-21 Maret 2014 Surat Direktur Perbibitan Ternak Nomor 21016/PD.430/F2.5/03/2014 tanggal 21 Maret 2014 tentang Laporan Realisasi Pemasukan HE/DOC GPS/PS Bibit Ayam Ras

15 April 2014 Surat Menteri Perdagangan Nomor 644/M-DAG/SD/4/2014 tanggal 15 April 2014 tentang Harga Penjualan Day Old Chiken (DOC) di tingkat Peternak

17 April 2014

Rapat GPPU dengan Perusahaan Perunggasan Indonesia tentang Penetapan Jumlah dan Koordinasi Pelaksanaan Pengurangan DOC (Surat GPPU Nomor 003/BPP GPPU/Pst/skl/IV/2014 tanggal 16 April 2016)

7 Mei 2014 Rapat tentang impor GPS (Surat Direktur Perdagangan Luar Negeri Nomor 234/DAGLU/SD/5/2014 tanggal 7 Mei 2014)

14 Mei 2014

Rapat Evaluasi Harga Penjualan DOC, Rencana menghadapi bulan puasa dan Rencana Kebijakan Importasi GGPS/GPS (Surat Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Nomor 185/PDN/UND/05/2014 tanggal 12 Mei 2014)

3 Juni 2014

Rapat menghadapi bulan puasa dan lebaran serta penyampaian pokok-pokok usulan permendag tentang penataan keseimbangan pasar perunggasan oleh Tim Kecil (Surat Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Nomor 230/PDN.5/UND/05/2014 tanggal 30 Mei 2014)

23 Juni 2014 Surat Pinsar Nomor 024/PINSAR/VI/2014 tanggal 23 Juni 2014 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Permohonan Penataan DOC

27 Juni 2014 Surat FPABN Nomor 005/FPUI/VI/2014 tanggal 27 Juni 2014 kepada Menteri Perdagangan tentang Permohonan Pengendalian Produksi DOC

3 September 2014 Surat Pinsar Nomor 032/PINSAR/IX/2014 tanggal 3 September 2014 kepada Menteri Perdagangan tentang Permohonan Penataan DOC

1 Oktober 2014 Rapat membahas keseimbangan supply dan demand ayam ras (Surat Direktur Perbibitan Ternak Nomor 30001/TU 220/F2.5/10/2014 tanggal 30 September 2014)

2 Desember 2014

Rapat dan koordinasi perhitungan rencana pemasukan bibit ayam ras (GGPS, GPS, PS) dan rencana kebutuhan bibit DOC Final Stock (Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 28052/TU.220/7/11/2014 tanggal 28 November 2014)

29 Desember 2014 Surat Pinsar Nomor 038/PINSAR/XII/2014 tanggal 29 Desember 2014 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Permohonan Menolong Peternak Rakyat

(14)

14

-13 Januari 2015 Rapat rencana pemasukan bibit ayam ras broiler tahun 2015 (Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 12100/TU.220/F/01/2015 tanggal 12 Januari 2015)

26 Februari 2015

Rapat Pembahasan langkah-langkah antisipasi over supply bibit ayam ras dan isu-isu perunggasan (Surat Direktur Perbibitan Ternak Nomor 24002/TU.020/F2.5/02/2015 tanggal 24 Februari 2015)

13 Maret 2015 Rapat Pembahasan Pengurangan Telur Tetas (Surat Diretur Perbibitan Ternak Nomor 11003/TU.020/F2.5/3/2015 tanggal 11 Maret 2015)

9 April 2015 Rapat Evaluasi pengendalian Produski bibit ayam ras. Kemitraan budidaya ayam ras dan isu-isu perunggasan (Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 31081/TU.220.F/03/2015 tanggal 32 Maret 2015

9 April 2015 Surat Asosiasi Peternak Ayam tanggal 9 April 2015 kepada Dirjen Perdagangan Dalam Negeri tentang Pengaduan Pengendalian Jumlah DOC FS

9 April 2015 Surat PINSAR Nomor 052/PINSAR/IV/2015 tanggal 9 April kepada Direktur Perbibitan Ternak tentang Penentuan Jumlah Impor GGP Broiler dan GPS Layer 2015

21 April 2015 Surat PINSAR Nomor 053/PINSAR/IV/2015 tanggal 21 April kepada Menteri Pertanian tentang Penghentian Impor GGPS Broiler

27 April 2015 Surat PINSAR Nomor 055/PINSAR/IV/2015 tanggal 27 April kepada Direktur Perbibitan Ternak tentang Usulan Pengaturan Telur Tetas

12 Mei 2015 Surat PINSAR Nomor 056/PINSAR/V/2015 tanggal 12 Mei 2015 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Cutting DOC dan Penentuan Jumlah Impor GGPS dan GPS Layer

22 Juni 2015 Surat PINSAR Nomor 060/PINSAR/VI/2015 tanggal 22 Juni 2015 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Permohonan Pemangkasan Produksi DOC Broiler

25 Juni 2015 Rapat Koordinasi Pembahasan perkembangan dan Isu-Isu Perunggasan (Surat Direktur Perbibitan Ternak Nomor 24001/TU.020/F2.5/06/2015 tanggal 24 Juni 2015)

27 Juli 2015 Surat PINSAR Nomor 062/PINSAR/VII/2015 tanggal 27 Juli 2015 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Permohonan Pemangkasan Produksi DOC

13 Agustus 2015 Surat PINSAR Nomor 064/PINSAR/VIII/2015 tanggal 13 Agustus 2015 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Usulan untuk Restrukturisasi Perunggasan Nasional

20 Agustus 2015 Rapat isu-isu perunggasan (Surat Sekjen Pertanian Nomor B-3000/TU.020/A/08/2015 tanggal 18 Agustus 2015)

25 Agustus 2015 Surat PINSAR Nomor 065/PINSAR/VIII/2015 tanggal 25 Agustus 2015 kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Permohonan Pemangkasan Produksi DOC Broiler

4 September 2015 Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 04041/PK.010/F/09/2015 tanggal 4 September 2015

(15)

15

-melakukan penyesuaian produksi bibit DOC Broiler

sepanjang untuk kebaikan”

14 September 2015

Rapat Pembahasan dan Solusi untuk Mengatasi Keterpurukan Harga Ayam Ras Hidup di Tingkat Peternak (Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 14036/TU.020/F/09/2015 tanggal 14 September 2015)

9.8 Tentang Kesepakatan Pengafkiran PS. ---

9.8.1 Bahwa pada tanggal 14 September 2015 telah terjadi

kesepakatan yang dibuat di Jakarta yang dilakukan

oleh 12 pelaku usaha pembibitan. Perusahaan yang

menandatangani kesepakatan adalah: ---

No Nama Perusahaan Nama yang

mewakili 1 PT Charoen Pokphand Jemmy

2 PT Japfa Comfeed Indonesia Harwanto 3 PT Wonokoyo Jaya Corp Heri Setiawan

4 PT Malindo Rewin

5 PT Satwa Borneo Tri Susanto

6 PT Cibadak Indah Sari Suping Susanto

7 PT Reza Perkasa Samsul Arif

8 PT Expravet Nasuba Paulus S

9 PT CJ-PIA J H Park

10 PT Hybro Indonesia Lilik Widjaja 11 PT Taat Indah Bersinar Tjandra

12 CV Missouri Richard

9.8.2 Bahwa substansi dari kesepakatan tersebut adalah

untuk mengatasi keterpurukan harga ayam ras.

Kesepakatan ditandatangani oleh perwakilan

masing-masing perusahaan. Bahwa kesepakatan tersebut merupakan hasil dari rapat pembahasan

permasalahan dan solusi yang dilakukan oleh para

perusahaan pembibitan. ---

9.8.3 Bahwa bukti adanya kesepakatan tersebut dapat

(16)

16

-9.9 Tentang Harga DOC. ---

9.9.1 Bahwa dalam ilmu ekonomi komponen fix cost dan

variable cost merupakan komponen biaya dalam

perhitungan harga pokok produksi. Biaya tetap (fixed

cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume

kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable

cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

9.9.2 Bahwa pada usaha budidaya ayam ras pedaging biaya

tidak tetap yang dikeluarkan peternakan terdiri dari

biaya pakan, obat-obatan, perlengkapan, tenaga kerja

upahan, dan tenaga kerja keluarga. Biaya tetap (fixed

cost) pada peternakan ayam broiler adalah biaya yang

tidak berubah dengan atau tidak adanya ayam di

kandang, sedangkan biaya variabel (variable cost)

adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah ayam yang dipelihara. Biaya ini antara lain

biaya untuk DOC, ransum (pakan), pemeliharaan dan

kesehatan. Bahwa berdasarkan hasil penyelidikan

pakan memiliki porsi hingga 70% dari total biaya

(17)

17

-sebagai biaya yang tidak dapat dihindarkan dalam

proses produksi. Harga pokok produksi bibit ayam

(DOC) sangat tergantung pada efisiensi dan teknologi

yang digunakan oleh perusahaan pembibitan. ---

9.9.3 Bahwa secara umum pendistribusian DOC FS dari

breeder sampai pada peternak dapat dilihat sebagai

berikut: ---

9.9.4 Bahwa berdasarkan tabel diatas terlihat distribusi

DOC FS dari Breeder kepada peternak. Rantai

distribusi diatas sangat mempengaruhi harga DOC FS.

Peternak yang memiliki akses secara langsung kepada

breeder akan mendapatkan harga DOC FS yang sangat

kompetitif bila dibandingkan dengan peternak yang

tidak memiliki akses langsung. Peternak yang memiliki

akses biasanya merupakan peternak kemitraan

(plasma) terikat dengan pelaku usaha breeder,

sementara peternak yang tidak memiliki akses

langsung biasa disebut peternak mandiri. Pada tabel

diatas terlihat semakin panjang rantai distribusi yang

dilalui maka harga DOC FS yang diterima oleh peternak akan semakin mahal. ---

9.10 Tentang Pengaruh Harga DOC FS dan Live Bird. ---

9.10.1 Bahwa berdasarkan hasil penyelidikan lapangan, tim

(18)

18

-DOC FS dan Live Bird di pasar diduga merupakan

dampak dari adanya kesepakatan yang dilakukan oleh

12 pelaku usaha pembibitan. Bahwa pada bulan

November-Desember 2015 Harga DOC mengalami

kenaikan Rp. 1.000 s.d Rp. 3.000 per ekor. Sementara

Harga Live Bird pada bulan Desember 2015 dan bulan

Januari 2016 mengalami kenaikan Rp. 5.000 s.d Rp.

15.000 per Kg di pasar tradisional. --- 9.10.2 Bahwa berdasarkan kesepakatan 12 pelaku usaha

pembibitan melakukan kesepakatan untuk

mempengaruhi harga ayam broiler yang sedang

terpuruk pada saat itu. ---

9.11 Tentang Pelaksanaan Pengafkiran Indukan Ayam (Parent Stock).

9.11.1 Bahwa berdasarkan hasil penyelidikan, para pimpinan

perusahaan pembibitan unggas telah memberi

kewenangan mutlak kepada Direktur Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam menentukan

populasi ayam PS yang akan diafkirkan. Terdapat 17

perusahaan pembibitan yang ikut berpartisipasi dalam

pengafkiran PS sebagai berikut : (vide Surat Afkir Dini

Ayam Ras (PS). ---

No. Nama Perusahaan Jumlah (%)

1. PT Charoen Pokphand Jaya

Farm

50.80

2. PT Japfa Comfeed Indonesia 21.69

3. PT Bibit Indonesia (PT Malindo

Feedmill dan PT leong Ayam Satu)

6.01

4. PT Wonokoyo jaya Corp 3.77

5. PT CJ PIA (PT SUJA) 6.16

6. PT Taat Indah Bersinar (PT

PIA)

3.89

7. PT Hybro Indonesia (PT Ayam

Manggis)

1.51

8. PT Cibadak Indah Sari Farm 2.14

9. CV Missouri 0.83

10. PT Ekspravet Nasuba 1.12

(19)

19

-No. Nama Perusahaan Jumlah (%)

12. PT Satwa Borneo 0.48

13. PT Karya Indah Pertiwi 0.20

14. PT Panca Patriot 1.00

15. PT Kerta Mulya Sejahtera 0.10

16. PT Sierad Produce 0.10

17. PT Silga Perkasa 0.10

9.11.2 Bahwa berdasarkan data diatas terdapat penambahan

pelaku usaha yang turut melakukan pemusnahan,

yaitu PT Karya Indah Pertiwi, PT Panca Patriot, PT

Kerta Mulya Sejahtera, PT Sierad Produce, dan PT

Silga Perkasa. ---

9.11.3 Bahwa pelaksanaan pengafkiran indukan ayam (PS)

dilaksanakan dalam 3 tahap, masing-masing tahap dilakukan pengafkiran sebesar 2 juta ekor. Tahap I

telah berhasil dilaksanakan dengan proporsi jumlah

bibit ayam ras pedaging Parent Stock (PS) yang diafkir bagi 17 perusahaan pembibitan dengan rincian

sebagai berikut (vide bukti Laporan pelaksanaan

pengafkiran): ---

No Breeder Porsentase

Periode I

Satuan Ekor

Farm

1 PT Charoen Pokphand Jaya Farm 3 PT Bibit Indonesia 144.840 Wonosari Farm

PT Malindo 4,34% Pekabaru Farm

PT Leong Ayam Satu 2,90% Medan Farm Subang Farm 4 PT Cj PIA 0,00% 134.328 Cempaka

(20)

20

-No Breeder Porsentase

Periode I

Satuan Ekor

Farm

PT Patriot Intan Abadi 2,73% tiga farm lain 6 PT Cibadak Indah Sari

Farm

2,36% 47.115 Bentar Watu

7 PT Hybro Indonesia 1,96% 39.158 Cisarua 8 PT Expravet Nasuba 1,72% 34.319 Farm Sumbul

Farm Sei Glugur 9 PT Wonokoyo jaya Corp 3,78% 75.589

10 CV Missouri 0,39% 7.751 11 PT Reza Perkasa 0,70% 13.965

12 PT Satwa Borneo Jaya 1,56% 31.165 Gentong Farm 13 PT Karya Indah Pertiwi 0,35 % 7,098 Farm Arsala

14 PT Panca Patriot 13,473

15 PT Sierad Produce 20,000 Farm SG3 16 PT Kerta Mulya Sejahtera 5,000 Rumpin

17 PT Silga Perkasa 5,000

9.12 Tentang Analisa Dugaan Pelanggaran. ---

9.12.1 Bahwa Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan ”pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang

bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan

mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang

dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya

prAktak monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat”. --- 9.12.2 Bahwa dugaan terjadinya pelanggaran Pasal 11

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang pada

pokoknya adalah berkaitan dengan perjanjian pelaku

usaha dengan pelaku usaha lain untuk mempengaruhi

harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa yaitu sebagaimana fakta

berikut: ---

9.12.2.1 Bahwa berdasarkan hasil penyelidikan

beberapa pelaku usaha pembibitan

diundang melalui email dari GPPU untuk

datang melakukan kesepakatan

(21)

21

-juta unit dan beberapa kesepakatan

lainnya (vide buktiBAP Penyelidikan). ----

9.12.2.2 Bahwa berdasarkan hasil penyelidikan

diketahui pada tanggal 22 April 2015

pelaku usaha akan melakukan

kesepakatan untuk memotong PS setara

dengan 6 juta ekor, tetapi tidak

ditandatangani oleh pelaku usaha pembibitan, dengan alasan tidak sepakat

dengan perhitungan pemotongan (vide buktiBAP Penyelidikan). ---

9.12.2.3 Bahwa kemudian pada tanggal 11 Mei

2015 terdapat rapat lanjutan yang

membahas permasalahan pemusnahan

tetapi tidak jadi terlaksana karena yang

hadir hanya 3 pelaku usaha (vide bukti

BAP Penyelidikan). ---

9.12.2.4 Bahwa pada tanggal 14 September 2015

telah terjadi pertemuan dan

menghasilkan kesepakatan diantara 12

pelaku usaha pembibitan (vide bukti BAP

Penyelidikan. --- 9.12.2.5 Bahwa berdasarkan bukti surat hasil

kesepakatan,kesepakatan ditandatangani

oleh 12 (dua belas) pelaku usaha

pembibitan dan diketahui oleh Direktur

Jendral Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Sdr. Mulandno. Pelaku usaha

yang bertandatangan merupakan pelaku

usaha yang bergerak di pasar

bersangkutan yang sama, sehingga

kesepakatan yang dilakukan adalah

perbuatan yang bertentangan dengan

hukum persaingan (vide buktiSurat Hasil

(22)

22

-9.12.2.6 Bahwa kesepakatan tanggal 14

September 2015 dibuat berdasarkan

persetujuan para pelaku usaha

pembibitan dan bukan merupakan

perjanjian yang bertujuan untuk

melaksanakan peraturan perundang-undangan sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 50 mendasarkan pada peraturan perundang-undangan terkait,

antara lain Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan PrAktak

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, mengenai hal-hal yang

dikecualikan dari ketentuan

Undang-Undang tersebut. ---

9.12.2.7 Bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh

para Terlapor efektif telah dilaksanakan

berdasarkan bukti tahap I pemusnahan

PS sebanyak 2 juta ekor (vide buktiBerita

Acara Pemusnahan Terlapor I s.d

Terlapor XII dan Laporan Pemusnahan

Perusahaan Pembibitan). ---

9.12.2.8 Bahwa berdasarkan analisis dan bukti tertulis kesepakatan diatas, secara

nyata-nyata 12 (dua belas) perusahaan

pembibitan telah melakukan kesepakatan

untuk mengurangi pasokan DOC dipasar.

10. Menimbang bahwa pada tanggal 10 Maret 2016, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi II dengan agenda Penyerahan

Tanggapan Terlapor terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran (vide bukti

B2). ---

11. Menimbang bahwa Sidang Majelis Komisi II tersebut dihadiri oleh para

Investigator dan Para Terlapor, yaitu PT Chaoren Pokphand Indonesia,

Tbk. selaku Terlapor I, PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. selaku

(23)

23

-selaku Terlapor IV, PT Taat Indah Bersinar -selaku Terlapor V, PT

Cibadak Indah Sari Farm selaku Terlapor VI, PT Hybro Indonesia

selaku Terlapor VII, PT Expravet Nasuba selaku Terlapor VIII, PT

Wonokoyo Jaya Corporindo selaku Terlapor IX, CV Missouri selaku

Terlapor X, PT Reza Perkasa selaku Terlapor XI, PT Satwa Borneo Jaya

selaku Terlapor XII (vide buktiB2). ---

12. Menimbang bahwa dalam tanggapannya, pada pokoknya Terlapor II,

Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor IX, menyatakan menolak dugaan pelanggaran yang disampaikan oleh

Investigator (vide buktiT2.2, T3.2, T4.2, T6.3, T7.2, T9.2). --- 13. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan,

Majelis Komisi menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan

yang disampaikan kepada Rapat Komisi (vide buktiA62.1). ---

14. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Komisi, selanjutnya

Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor 20/KPPU/Pen/IV/2016

tanggal 12 April 2016 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor

02/KPPU-I/2016 (vide buktiA63). ---

15. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi

menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 29/KPPU/Kep.3/IV/2016

tanggal 12 April 2016 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai

Majelis Komisi pada Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor

02/KPPU-I/2016 (vide A65). --- 16. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor

02/KPPU-I/2016 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor

27/KMK/Kep/IV/2016 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan

Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016, yaitu dalam jangka waktu paling lama

60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 18 April 2016

sampai dengan tanggal 19 Juli 2016 (vide buktiA67). ---

17. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan

Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Penetapan Pemeriksaan Lanjutan, dan

Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi tentang Jangka Waktu

Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A64, A68, A69, A70, A71, A72, A73,

(24)

24

-18. Menimbang bahwa pada tahap Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi untuk melakukan Pemeriksaan

sebagai berikut:---

18.1 Ketua GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional)

sebagai Saksi pada tanggal 27 April 2016 (vide bukti A84, A93;

B4). ---

18.2 Ketua PPUI (Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia) sebagai

Saksi pada tanggal 27 April 2016 (vide bukti A85, A94; B5). --- 18.3 Direktur PT Kerta Mulya Sejahtera sebagai Saksi pada tanggal

11 Mei 2016 (vide bukti A87, A96; B7). --- 18.4 Direktur PT Panca Patriot Prima sebagai Saksi pada tanggal 11

Mei 2016 (vide buktiA88, A97; B8). ---

18.5 Direktur PT Sierad Produce, Tbk. selaku Saksi pada tanggal 17

Mei 2016 (vide buktiA89, A98; B9). ---

18.6 Direktur PT SAI Global selaku Saksi pada tanggal 18 Mei 2016

(vide buktiA90, A99; B10). ---

18.7 Saudara Muladno selaku Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan Kementan selaku Saksi pada tanggal 18 Mei 2016 (vide

buktiA91, A100; B11). ---

18.8 Saudara Musbar selaku Sekretaris Tim Ad Hoc selaku Saksi

pada tanggal 1 Juni 2016 (vide buktiA103, A125; B14). ---

18.9 Ketua GPPU (Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas) selaku

Saksi pada tanggal 7 Juni 2016 (vide bukti A86, A95; B15). ---

18.10 Saudara Ahmad Johar selaku Saksi pada tanggal 13 Juni 2016

(vide buktiA154, A159; B18). --- 18.11 Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag selaku Saksi pada

tanggal 13 Juni 2016 (vide bukti A146, A160; B19). ---

18.12 Saudara Ir. Rahmat Pambudi selaku Saksi pada tanggal 14 Juni

2016 (vide buktiA147, A161; B20). ---

18.13 Saudara Abdul Korim selaku Saksi pada tanggal 14 Juni 2016

(vide buktiA155, A162; B21). ---

18.14 Saudara dr. Hartono selaku Saksi pada tanggal 15 Juni 2016

(vide buktiA153, A164; B23). ---

18.15 Saudara Ir. P. Don Utoyo selaku Saksi pada tanggal 20 Juni

(25)

25

-18.16 Direktur PT QL Trimitra selaku Saksi pada tanggal 20 Juni

2016 (vide buktiA148, A166; B25). ---

18.17 Saudara Tri Hardiyanto selaku Saksi pada tanggal 18 Juli 2016

(vide buktiA172, A203; B27). ---

18.18 Saudara Dr. Ir. Arief Daryanto selaku Ahli pada tanggal 19 Juli

2016 (vide buktiA174, A205; B27). ---

19. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Komisi, selanjutnya

Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 33.1/KMK/Kep/VI/2016 tanggal 27 Juni 2016 tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan

Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016, yaitu dalam jangka waktu paling lama

30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 20 Juli 2016 sampai

dengan tanggal 31 Agustus 2016 (vide bukti A167). ---

20. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi

menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 40.1/KPPU/Kep.3/VI/2016

tanggal 27 Juni 2016 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai

Majelis Komisi pada Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor

02/KPPU-I/2016 (vide buktiA169). ---

21. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Petikan

Keputusan Ketua Majelis Komisi tentang Perpanjangan Pemeriksaan

Lanjutan Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016 kepada para Terlapor (vide

buktiA168). ---

22. Menimbang bahwa pada tahap Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi melaksanakan Sidang Majelis Komisi untuk melakukan

Pemeriksaan sebagai berikut: ---

22.1 Saudara Prof. Ine Minara S. Ruki selaku Ahli pada tanggal 20

Juli 2016 (vide buktiA176, A207; B31). ---

22.2 Saudara Dr. Zainal Arifin Mochtar selaku Ahli pada tanggal 21

Juli 2016 (vide buktiA177, A208; B32). ---

22.3 Saudara Prof. Nindyo Pramono selaku Ahli pada tanggal 22 Juli

2016 (vide buktiA179, A210; B34). ---

22.4 Saudara Ditha Wiradiputra, S.H, M.H. selaku Ahli pada tanggal

25 Juli 2016 (vide buktiA180, A211; B35). ---

22.5 Saudara Prahasto W. Pamungkas, S.H., L.L.M., MCIArb., FCIL.

selaku Ahli pada tanggal 2 Agustus 2016 (vide bukti A234,

(26)

26

-22.6 Saudara Faisal Basri, S.E., M.A., selaku Ahli pada tanggal 3

Agustus 2016 (vide buktiA236, A239; B41). ---

22.7 Saudara Prahasto W. Pamungkas, S.H., L.L.M., MCIArb., FCIL.

selaku Ahli pada tanggal 2 Agustus 2016 (vide bukti A234,

A237; B39). ---

22.8 PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. selaku Terlapor I pada

tanggal 8 Agustus 2016 (vide buktiA240; B42). ---

22.9 PT Satwa Borneo Jaya selaku Terlapor XII pada tanggal 8

Agustus 2016 (vide bukti A251; B43). --- 22.10 PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. selaku Terlapor II pada

tanggal 9 Agustus 2016 (vide buktiA241; B44). --- 22.11 PT Reza Perkasa selaku Terlapor XI pada tanggal 9 Agustus

2016 (vide buktiA250; B45). ---

22.12 PT Malindo Feedmill, Tbk. selaku Terlapor III pada tanggal 10

Agustus 2016 (vide bukti A242; B46). ---

22.13 PT CJ-PIA selaku Terlapor IV pada tanggal 10 Agustus 2016

(vide buktiA243; B47). ---

22.14 PT Taat Indah Bersinar selaku Terlapor V pada tanggal 11

Agustus 2016 (vide bukti A244; B48). ---

22.15 PT Cibadak Indah Sari Farm selaku Terlapor VI pada tanggal 11

Agustus 2016 (vide bukti A245; B49). ---

22.16 PT Hybro Indonesia selaku Terlapor VII pada tanggal 12 Agustus

2016 (vide buktiA246; B50). ---

22.17 PT Expravet Nasuba selaku Terlapor VIII pada tanggal 12

Agustus 2016 (vide bukti A247; B51). --- 22.18 PT Wonokoyo Jaya Corporindo selaku Terlapor IX pada tanggal

15 Agustus 2016 (vide buktiA248; B52). --- 22.19 CV Missouri selaku Terlapor X pada tanggal 11 Agustus 2016

(vide buktiA249; B53). --- 23. Menimbang bahwa Investigator menyerahkan Kesimpulan Hasil

Persidangan yang pada pokoknya sebagai berikut (vide bukti I.6): --- 23.1 Dugaan Pelanggaran yang dilakukan para Terlapor adalah Pasal

(27)

27

-pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga

dengan mengatur produksi dan/atau pemasaran suatu barang

dan/atau jasa, yang dapat mengakibatakan terjadinya pratek

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat”. --- 23.2 Tentang Gambaran Umum dan Permasalahan. --- 23.2.1 Industri ayam broiler di Indonesia terus mengalami

pertumbuhan, pertumbuhan tersebut diikuti dengan agresifnya ekspansi perusahaan-perusahaan besar. Pada tahun 2014 terdapat “klaim” terjadinya over produksi DOC FS oleh Ormas Perunggasan (PINSAR) dan bahkan PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk telah melaporkan telah terjadi over supply DOC FS dalam laporan tahun 2014. --- 23.2.2 Selain permasalahan diatas, peternak melakukan

protes dengan melakukan demo dengan permasalahan Harga Jual Ayam hidup (Live Bird) dibawah harga pokok produksi (HPP) peternak sehingga peternak mengalami kerugian. Permasalahan tersebut kemudian diduga disebabkan karena adanya “over supply” ayam hidup ditingkat konsumen. Desakan untuk melakukan pengaturan supply pun menjadi alternative solusi. Namun, permasalahannya kemudian menjadi semakin tidak jelas karena tidak ada satu pun data (baik data supply dan/atau data demand) yang dapat dijadikan justifikasi bahwa memang telah terjadi over supply. --- 23.2.3 Kemudian pelaku usaha baik breeder maupun

peternak melakukan pertemuan dan pembahasan yang menyepakati bahwa solusi atas permasalahan diatas akan ditempuh dengan cara afkir indukan ayam produktif (afkir dini PS). --- 23.2.4 Para Breeder kemudian melakukan kesepakatan pada

(28)

28

-adanya kesepakatan tersebut adalah untuk mengatasi keterpurukan harga ayam pada waktu itu. Pengaturan dilakukan secara bersama-sama dengan cara melakukan afkir induk ayam sebanyak 6 juta ekor dilakukan 3 tahap, masing-masing tahap dilakukan 2 juta ekor. --- 23.3 Objek perkara adalah Kesepakatan Pemotongan/pengafkiran

Induk ayam pedaging (Parent Stock) dan Pemotongan Hatchery Egg Final Stock oleh Pelaku Usaha Pembibitan tahun 2015 di Indonesia. --- 23.4 Tentang Industri Ayam Pedagng (Broiler). --- 23.4.1 Bahwa industri ayam dapat dibedakan menjadi

(29)

29

-ayam usia sehari menjadi -ayam hidup siap potong/ live bird), usaha jual-beli ayam hidup (pedagang/ perantara (broker atau pedagang ayam hidup), rumah potong ayam, Pedagang pasar/ pelapak, usaha penyewaan sarana cold storage (penyimpanan atau Stock karkas fresh), dan usaha makanan olahan/ food process. --- 23.4.2 Pelaku usaha yang bergerak dalam bidang usaha

diatas dapat dibedakan menjadi pelaku usaha terintegrasi, pelaku usaha non integrasi dan pelaku usaha tertentu yang hanya berkonsentrasi pada satu unit usaha saja, misalnya peternak mandiri yang hanya fokus pada usaha pembesaran budidaya bibit ayam (DOC FS) sampai pada panen ayam hidup (Live Bird), sementara untuk pelaku usaha integrasi memiliki semua unit usaha yang disebutkan diatas. --- 23.5 Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

diatur definisi mengenai pasar bersangkutan yaitu: ”Pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu

oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau

sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut ”. --- 23.6 Dalam hukum persaingan, pasar yang berkaitan dengan

jangkauan atau daerah pemasaran tertentu dikenal sebagai pasar geografis. Sedangkan barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut dikenal sebagai pasar produk. --- 23.7 Tentang Pemetaan Pasar Produk. --- 23.7.1 Ayam yang diketahui masyarakat pada umumnya

(30)

30

-karkas merupakan salah satu hasil produk dalam bisnis ayam. Berikut gambaran bisnis proses sehingga menghasilkan karkas ayam: ---

23.7.2 Berdasarkan diagram diatas, terdapat beberapa produk dalam industri ayam selain daripada karkas, yaitu Grand Parent Stock (GPS), Parent Stock (PS), Final Stock (FS) dan Live Bird (LB). Bahwa untuk mendapatkan gambaran yang utuh menganai produk dalam industry ayam, maka perlu dijabarkan karakteristik, fungsi dan harga dari suatu produk tersebut. hal tersebut penting digunakan untuk mengidentifikasi pasar produk yang akan ditetapkan oleh otoritas persaingan khususnya untuk menentukan pasar bersangkutan. --- 23.7.3 Bahwa berdasarkan table diatas terdapat beberapa

(31)

31

-dari hasil pembelian atau hasil pembesaran. Artinya bagi pelaku usaha yang tidak memiliki ijin impor GPS, maka harus melakukan pembelian pada pelaku usaha yang memiliki ijin GPS, sebaliknya pelaku usaha yang memiliki ijin GPS biasanya juga memiliki usaha pembibitan, oleh karenanya tidak semua produk DOC PS yang dihasilkan akan dijual kepasar. Harga yang dipatok untuk 1 ekor DOC FS adalah ± 2,5 USD. --- 23.7.4 Produk selanjutnya adalah DOC FS. Berdasarkan

(32)

32

-menawarkan jasa dengan profit selisih harga jual dari peternak. Jasa lainnya adalah ketika memproses LB menjadi karkas. --- 23.7.5 Produk karkas merupakan produk akhir dalam

industri ayam. Meskipun terdapat produk ayam olahan, namun dalam perkara a quo, karakteristik, fungsi dan harga produk ayam olahan tidak relevan untuk dibahas. Berdasarkan karakteristiknya produk karkas merupakan produk final yang dijual baik pada pasar tradisional maupun pasar modern. Untuk mendapatkan produk karkas, ayam hidup siap potong kemudian dipotong dan dibersihkan sampai menghasilkan produk ayam karkas. Ayam yang sudah dipotong dan dibersihkan dari bulu dan jeroan. Bahkan untuk modern market kaki dan kepala juga sudah tidak ada pada ayam karkas, intinya ayam karkas adalah ayam siap masak yang hanya terdiri dari daging dan tulang. Pelaku usaha tidak melakukan proses yang sedemiakan panjang layaknya DOC. Pelaku usaha hanya mengambil untung berdasarkan selisih harga beli dan harga jual. Konsumen pada produk karkas merupakan konsumen akhir karena pada umumnya karkas ayam yang dibeli langsung dimasak untuk dikonsumsi. Berdasarkan tujuannya produk karkas sangatlah berbeda dengan produk DOC. Produk karkas merupakan produk yang didistribusikan langsung dari pelaku usaha rumah potong pada pelau usaha pedagang tujuannya adalah agar produk tersebut terjual kepada konsumen akhir. Harga 1 Kg Karkas berkisar Rp. 28.000 sampai Rp. 40.000. --- 23.7.6 Bahwa berdasarkan karakteristik, fungsi dan harga

(33)

33

-tim Investigator menentukan produk dalam perkara a quo adalah Day Old Chick Final Stock (DOC FS). --- 23.8 Tentang Pasar Geografis (Geographic Market). --- 23.8.1 Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan persidangan,

para Terlapor memproduksi DOC FS yang terdiri dari beberapa wilayah Indonesia. Terdapat beberapa konsentarasi wilayah produksi DOC FS, diantaranya di Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan dan Lampung. --- 23.8.2 Bahwa berdasarkan laporan distribusi penjulan, para

Terlapor tidak melakukan pembagian wilayah pemasaran DOC FS. Para Terlapor dapat melakukan pemasaran hingga seluruh wilayah Indonesia. --- 23.8.3 Bahwa dengan fakta tersebut, tim Investigator

menentukan pasar geografis dengan pendekatan pemasaran DOC FS. (vide bukti Dokumen para Terlapor). --- 23.8.4 Bahwa berdasarkan fakta tersebut, tim Investigator

menentukan pasar geografis dalam perkara a quo adalah seluruh wilayah Indonesia. --- 23.9 Bahwa berdasarkan analisis diatas, tim Investigator menilai

pasar bersangkutan dilakukan melalui analisis pasar produk dan pasar geografis adalah sebagai berikut: ---

23.9.1 Pasar produk (Product Market) dalam perkara a quo adalah Bibit Ayam Pedaging (Broiler) atau Day Old Chick Final Stock. --- 23.9.2 Pasar geografis (Geographic Market) dalam perkara a

quo adalah Wilayah Negara Republik Indonesia. --- 23.10 Rumusan perhitungan produk. --- 23.10.1 Parent Stock atau yang biasa disebut induk ayam

(34)

34

-ekor GGPS dapat menghasilkan 40 -ekor GPS. Berdasarkan hasil pemeriksaan persidangan 1 ekor GPS dapat menghasilkan 40 ekor PS. Kemudian 1 ekor PS dapat menghasilkan 130 ekor FS. --- 23.10.2 Berikut rumusan dalam industri ayam (vide bukti BAP Saksi dan Pelaku Usaha). --- Keterangan (dalam 1 siklus

produksi)

Input Output

Great Grand Parent Stock (GGPS) 1 ekor 40 Ekor GPS

Grand Parent Stock (GPS) 1 ekor 40 Ekor GPS Parent Stock (PS) 1 ekor 130 Ekor GPS

23.10.3 DOC FS adalah bibit ayam yang berumur satu hari yang kemudian dibudidayakan, dipelihara dan dibesarkan sampai dengan bobot tertentu (ayam hidup dewasa) yang menjadi product Live Bird. Live Bird kemudian dipasarkan melalui perantara atau yang biasa disebut broker yang menampung hasil panen peternak mandiri untuk kemudian dijual atau diproses di Rumah Potong Ayam (RPA) untuk menghasilkan product karkas. Kemudian karkas tersebut juga dapat diproses lebih lanjut untuk menjadi produk food process seperti sosis, baso, nugget dan lain sebagainya. --- 23.11 Tentang Bibit ayam usia sehari (DOC FS). --- 23.11.1 Anak ayam sebagai faktor kunci dalam keberhasilan

usaha industri ayam pedaging, faktor lainnya adalah pakan, obat, vitamin, sarana praasarana dan Sumber Daya Manusia. --- 23.11.2 Day Old ChickFinal Stock (DOC FS) merupakan istilah

(35)

35

-tingkatan terakhir dari strain ayam atau biasa disebut Final Stock (FS). --- 23.11.3 DOC FS merupakan hasil seleksi sehingga diperoleh

hasil akhir (final) yang betul-betul produktif dan berkualitas. DOC FS merupakan input cost untuk pelaku usaha yang bergerak dalam usaha budidaya (pembesaran) sampai menjadi ayam hidup siap potong (LB). --- 23.11.4 Berikut skema DOC Parent Stock sampai dengan

menetasnya DOC Final Stock: ---

23.12 Tentang Pelaku Usaha dalam Tata Niaga Perunggasan. --- Pelaku usaha dalam tata niaga perunggasan khususnya untuk ayam pedaging dapat dibedakan menjadi tiga kategori pelaku usaha yaitu pelaku usaha terintegrasi, pelaku usaha semi-integrasi dan pelaku usaha yang tidak tersemi-integrasi. Berikut penjelasannya: ---

(36)

36

-Stock (Breeding Farm yang menghasilkan DOC PS), pembibitan ayam pedaging komersial (Breeding Farm yang menghasilkan DOC FS), usaha pakan, vitamin dan obat, usaha bahan baku pakan unggas, usaha budi daya ayam pedaging komersial dan usaha budi daya ayam dengan kemitraan dengan ketentuan yang dibuat oleh Perusahaan Inti, dan pelaku usaha yang membuka pangkalan ayam ras hidup di pasar-pasar tradisional, serta mengusahakan pengolahan ayam siap saji/Food Processing). --- 23.12.2 Pelaku usaha semi-integrasi adalah pelaku usaha

yang hanya memiliki usaha lebih dari satu rangkaian produksi namun tidak menguasai usaha dari hulu sampai hilir. Pelaku usaha ini biasanya masih memiliki ketergantungan dengan pelaku usaha di sisi hulu dan hilir. Contoh pelaku usaha semi-integrasi adalah peternak budidaya yang juga telah memiliki usaha pakan. Namun tidak memiliki induk GPS sehingga tetap harus membeli DOC PS dari pelaku usaha lain dan tidak memiliki rumah potong yang berakibat hasil produksi ayam hidup langsung dijual ke pasar atau ke rumah potong ayam. --- 23.12.3 Pelaku usaha yang tidak terintegrasi adalah pelaku

(37)

37

(38)

38

(39)

39

(40)

40

-23.13.1 Perusahaan pembibitan yang memiliki GPS. Perusahaan pembibitan yang memiliki GPS akan sangat bergantung pada rekomendasi impor dari pemerintah untuk pengadaan GPS. Pelaku usaha harus memiliki Great Grand Parent Stock (GGPS) agar tidak ketergantungan dengan impor GPS. Hanya saja sampai perkara a quo berakhir, berdasarkan fakta persidangan perusahaan yang memiliki GGPS di Indonesia hanya 1 perusahaan, yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. --- 23.13.2 Perusahaan pembibitan yang tidak memiliki GPS.

Perusahaan pembibitan yang tidak memiliki GPS sangat tergantung pada perusahaan yang menjual DOC PS. Berdasarkan fakta persidangan breeder yang tidak memiliki ijin impor GPS mau tidak mau harus membeli DOC PS kepada perusahaan pemilik impor GPS. Terbukti dari adanya pengakuan saksi Sdr. Cecep Moch Wahyudin, sebagai berikut: ---

23.13.3 Bahwa berdasarkan keterangan saksi diatas, breeder yang tidak memiliki ijin impor GPS sangat bergantung pada supply DOC PS yang dijual oleh breeder pemilik ijin impor GPS. --- 23.14 Tentang breeder pemegang ijin impor Grand Parent Stock (GPS). 23.14.1 Bahwa di Indonesia hanya sedikit pelaku usaha yang

(41)

41

-Catatan: zona kuning merupakan pelaku usaha yang tidak menjadi Terlapor

23.14.2 Bahwa berdsasarkan tabel diatas diketahui pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki ijin impor hanya 14 pelaku usaha. Sementara pada tahun 2016 turun menjadi 13 pelaku usaha yang memiliki ijin impor GPS. Bahwa berdasarkan pengakuan saksi dari pemerintah yang diwakili oleh Dirjen PKH, kesepakatan afkir PS hanya dilakukan oleh pelaku usaha yang memiliki ijin impor GPS. Berikut keterangannya dalam BAP: ---

(42)

42

-oleh breeder yang memiliki ijin impor GPS dan beberapa breeder yang tidak memiliki ijin impor turut berpartisipasi. --- 23.14.4 Bahwa berdasarkan data dalam table diatas jumlah GPS tahun 2015 diperoleh share (prosentase) sebagai berikut: ---

(43)

43

-Good Governance terdapat asas keseimbangan dan asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas keadilan dan kewajaran dan asas penyelenggaraan kepentingan umum.1 Berdasarkan asas-asas tersebut pelaksanaan afkir PS produktif melalui kebijakan harus menggunakan dasar jumlah kepemiilikan GPS masing-masing breeder dalam partisipasi pelaksanaan program afkir PS produktif. --- 23.15 Tentang data indukan ayam (Parent Stock) pemilik ijin Impor

GPS. --- 23.15.1 Bahwa seperti yang telah dijelaskan dalam poin 6

diatas, permintaan konsumsi daging ayam tidak dapat berdiri sendiri. DOC FS merupakan faktor input dari produk daging ayam, sehingga pada waktu permintaan daging ayam meningkat maka permintaan DOC FS, permintaan PS juga meningkat dan permintaan produk atasnya akan otomatis meningkat. --- 23.15.2 Bahwa berdasarkan bukti dokumen sebelum para

terlapor melakukan afkir Parent Stock (PS) terdapat pertemuan antar pelaku usaha pemegang ijin impor GPS untuk bertemu tanggal 30 Juni 2015 dengan hasil jumlah PS masing-masing sebagai berikut: ---

(44)

44

-23.15.3 Bahwa berdasarkan data diatas dari 14 pelaku usaha yang memiliki ijin impor GPS, 13 pelaku usaha mampu mengumpulkan data PS.2 Tim Investigator meyakini bahwa pendataan PS bulan Juni 2015 dimanfaatkan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah sebagai regulator membutuhkan data untuk mengambil kebijakan dan pelaku usaha digunakan sebagai dasar pertukaran informasi (untuk mengetahui share pesaing). Bahwa berdasarkan bukti laporan data PS per Juni 2015 diketahui porsentase PS, sebagai berikut: ---

23.16 Tentang Kesepakatan 12 Pelaku Usaha. --- 23.16.1 Bahwa pada tanggal 14 September 2015 telah terjadi

kesepakatan yang dibuat oleh 12 pelau usaha di Jakarta yang diwakili oleh (daftar dalam table). Perusahaan yang menandatangani kesepakatan adalah: ---

No Nama Perusahaan Nama yang mewakili 1 PT Charoen Pokphand Jemmy

2 PT Japfa Comfeed Indonesia Harwanto 3 PT Wonokoyo Jaya Corp Heri Setiawan

4 PT Malindo Rewin

5 PT Satwa Borneo Tri Susanto 6 PT Cibadak Indah Sari Suping Susanto 7 PT Reza Perkasa Samsul Arif

2 Berdasarkan laporan tahun 2012 PTCipendawa Agri Industri telah diakuisisi oleh PT Charoen Pokphand

(45)

45

-8 PT Expravet Nasuba Paulus S

9 PT CJ-PIA J H Park

10 PT Hybro Indonesia Lilik Widjaja 11 PT Taat Indah Bersinar Tjandra

12 CV Missouri Richard

23.16.2 Bahwa pengertian perjanjian menurut Pasal 1 angka 7 adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Bahwa berda. Bahwa berdasarkan definisi perjanjian tersebut, kesepakatan yang dilakukan oleh 12 pelaku usaha diatas merupakan bukti perjanjian tertulis. Bahwa bukti adanya kesepakatan tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Vide, Bukti Dokumen Kesepakatan): -

HASIL KESEPAKATAN

RAPAT PEMBAHASAN PERMASALAHAN DAN SOLUSI

MENGATASI KETERPURUKAN HARGA AYAM RAS HIDUP TINGKAT

PETERNAK

Jakarta, Senin 14 September 2015

1. Pemotongan/pengafkiran PS sebanyak 6 juta ekor. Komposisi/mekanisme pemotongan sebagai berikut :

a. Tahap I (pertama) 2 juta ekor

b. Cross monitoring dengan melibatkan unsur pemerintah sebagai bahan pertimbangan pemotongan berikutnya.

2. 13 perusahaan setuju akan memotong/mengafkirkan dengan prosentase yang disepakati.

3. PT Charoen Pokphand akan memotong antara 44-75% atau ± 59%. Menunggu keputusan manajemen lebih kurang 1-2 hari.

4. Pemotongan HE FS 40% dimulai tanggal 9-30 September 2015 dengan pengawasan dilakukan secara cross monitoring yang dievaluasi secara berkala oleh GPPU.

(46)

46

-pembibit dan pemerintah

6. Semua perusahaan yang akan impor bibit harus bergabung dengan GPPU karena ke depan akan dilibatkan dalam penerbitan rekomendasi ekspor/impor

7. GPPU diharapkan segera mengadakan Munas/Munas Luar Biasa agar terbentuk pengurus yang diterima oleh seluruh anggota.

8. Rapat selanjutnya akan dibuat aturan pendukung dari hulu sampai hilir. Misal hulu akan diintegrasikan dengan program SPR (Sentra Peternakan Rakyat).

Demikian kesepakatan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan. Kami yang bersepakat,

PT Expravet Nasuba Ttd an.

Paulus S

PT CJ-PIA Ttd

an.

J H Park

(47)

47

-Mengetahui,

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Ttd

Dr. Ir. Muladno, MSA

NIP. 196108241986031001

Catatan : Penebalan huruf dari tim investigator sebagai bentuk penekanan

23.16.3 Bahwa perjanjian diatas merupakan bukti perjanjian kartel. Terbukti tujuan dari kesepakatan tersebut adalah untuk mengatasi keterpurukan harga ayam ras. Definisi kartel dalam hokum persaingan di Indonesia diatur dalam Pasal 11 UU Nomor 5 tahun 1999, sebagai berikut; “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya prAktak monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”. Sementara pengertian kartel menurut OECD reports tahun 2000 kartel dapat didefinisikan sebagai berikut: “Hard core” cartels are anticompetitive agreements by competitors

to fix prices, restrict output, submit collusive tenders, or

divide or share markets”.3 Bahwa berdasarkan definisi kartel diatas, kesepakatan yang dibuat oleh 12 pelaku usaha merupakan perjanjian tertulis dan masuk dalam bukti hard core cartel. Bukti lain diperkuat berdasarkan Peraturan Komisi Nomor 04 tahun 2010 tentang Kartel. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh KPPU, kartel terjadi apabila suatu kelompok perusahaan dalam suatu industri tertentu yang seharusnya bersaing satu sama lain, tetapi mereka setuju untuk melakukan koordinasi

(48)

48

-kegiatannya dengan mengatur produksi, pembagian wilayah, kolusi tender dan kegiatan-kegiatan anti persaingan lainya, sehingga mereka dapat menaikkan harga dan memperoleh keuntungan di atas harga yang kompetitif. --- 23.16.4 Kesepakatan yang dibuat oleh 12 pelaku usaha diatas

merupakan bukti direct evidence sebagaimana yang dilarang dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999. Adanya pengaturan produksi yang dilakukan secara bersama-sama (dengan pelaku usaha pesaing) merupakan tindakan antipersaingan. Pengaturan

produksi dilakukan dengan cara

pemotongan/pegafkiran PS sebanyak 6 juta ekor dan pemotongan HE FS 40% telah mengakibatkan hilangnya produk DOC FS dipasar perbuatan tersebut sudah sangat jelas dilarang dalam hokum persaingan Karena dengan hilangnya DOC FS maka harga DOC FS akan meningkat sesuai dengan hokum permintaan dalam ilmu ekonomi. Bahwa tujuan dari kesepakatan tersebut sudah dangat jelas, yaitu “untuk mengatasi keterpurukan harga ayam ras”. Terbukti secara jelas dan tegas bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh 12 pelaku usaha merupakan tindakan antipersaingan yang sangat dilarang dalam hukum persaingan karena termasuk hard core cartel. --- 23.16.5 Bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh 12 pelaku

usaha merupakan bukti perjanjian kartel (direct evidence) dan tidak dikecualikan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. --- 23.16.6 Berikut analisa tim Investigator: --- 23.16.6.1 Inisiator Pengurangan Supply. Bahwa

(49)

49

-hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan pelaku usaha. Berdasarkan keterangan Saksi, Sdr. Musbar selaku Sekretaris tim ad hoc, tim ad hoc tidak pernah mengeluarkan rekomendasi untuk dilakukan afkir PS produktif: ---

Penebalan huruf adalah penekanan dari tim investigator

23.16.6.2 Bahwa berdasarkan keterangan saksi Sdr. Musbar, tim ad hoc yang dibentuk hanya bertugas untuk menghitung jumlah supply dan demand, tim ad hoc tidak dapat menyimpulkaan apakah terjadi over supply atau tidak. Bahkan berdasarkan keterangan saksi diatas rekomendasi afkir dini bukan berasal dari Tim Ad Hoc. --- 23.16.6.3 Bahwa setelah tim ad hoc tidak

menghasilkan data yang diharapkan, pelaku usaha menyarankan dilakukannya audit data oleh pihak ketiga selaku lembaga audit independen. Berdasarkan fakta persidangan audit data yang dimaksud belum pernah dilaksanakan tetapi eksekusi terhadap pengurangan supply sudah lebih dulu berjalan berdasarkan keterangan saksi-saksi dibawah ini. --- BAP saksi pemerintah, Sdr. Muladno :

(50)

50

-melakukan audit data, bahwa benar pemerintah menunjuk PT SAI Global namun yang dihasilkan barulah hasil sementara yang tidak dapat menyimpulkan data apapun. Keterangan lebih lanjut diperkuat oleh PT SAI Global. --- BAP Saksi PT SAI Global, sebagai berikut:

(51)

51

-menjadi pihak ketiga yang melakukan audit besar kemungkinan direkomendasikan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Bahwa berdasarkan keterangan diatas pekerjaan PT SAI Global baru selesai pada akhir September 2015, sementara kesepakatan dilakukan pada tanggal 14 September 2015, dengan demikian terbukti ide pengurangan supply bukan rekomendasi dari Pemerintah. -

23.16.6.6 Bukti ide rekomendasi bukan dari Pemerintah juga dikuatkan dengan tidak adanya pegangan data yang dimiliki oleh pemerintah khususnya data demand. Berikut pengakuan Dirjen PKH dalam persidangan: ---

23.16.6.7 Bahwa berdasarkan keterangan diatas, terbukti Pemerintah tidak memilki data khususnya untuk data demand. Pemerintah juga belum pernah melakukan audit terkait apakah betul klaim over supply telah terjadi. --- 23.16.6.8 Bahwa benar terdapat permasalahan

Gambar

gambar piramida
gambar piramida
table diatas tidak ada satupun Terlapor yang
Tabel 1. Pasar Produk dan Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Baik batang kayu utuh (balok) maupun batang kayu yang dibelah serta kayu irisan. Rumah ibadat utama Kulawi yang disebut lobo itu kalau di daerah lain, yaitu di

ganda identik sebanyak 985. Berdasar Peraturan KPU No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas PKPU No. 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu Tahun

Kerangka kerja dalam merencanakan strategi sistem informasi pada STMIK Lombok menggunakan kerangka kerja Jhon Ward dan Jhon Peppard dengan analisis Rantai Nilai (Value chain)

Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian eksploratif, pengembangan dan verifikatif... 1) Penelitian eksploratif adalah

Pada Tabel 1(model confusion matrix), data akan diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yaitu dengan cara membandinagkan antara data kondisi yang sebenarnya dengan data yang

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah siswa kelas X6 telah melakukan aspek refleksi dalam pembelajaran matematika dengan

dengan urutan-urutan wali yang diatur baik oleh Hukum Islam dalam.. pendapat para Imam madzhab maupun Kompilasi Hukum Islam Pasal

awal adalah dengan modifikasi alat pengepressan sehingga dapat mengurangi gerakan kerja yang berulang-ulang dan mengurangi waktu penyelesaian tidak hanya pada