SISTEM PENGELOLAAN KEUDA
BERDASARKAN UU No 23/2014 PP NO 58/2005 DAN
PERMENDAGRI NO 13/2006, NO 59/2007, 21/2011
SERTA PERMENDAGRI NO 37/2014
SISTEM PENGELOLAAN KEUDA
BERDASARKAN UU No 23/2014 PP NO 58/2005 DAN
PERMENDAGRI NO 13/2006, NO 59/2007, 21/2011
SERTA PERMENDAGRI NO 37/2014
DIREKTORAT ANGGARAN DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JAKARTA,Nop 2014
DIREKTORAT ANGGARAN DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
JAKARTA,Nop 2014
O l e h :
MUKJIZAT, S.Sos, M.Si
O l e h :
MERUPAKAN BAGIAN DARI KEKUASAAN
PEMERINTAHAN
BUPATI/WALI KOTA
GUBERNUR
OTORITAS DAN TANGGUNGJAWAB ATAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
MENYERAHKAN SEBAGIAN PELAKSANA
MEMILIKI
PRESIDEN selaku PKPKN
(Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) UU 17/2003
Menteri menetapkan pedoman penyusunan APBD
setiap tahun setelah berkoordinasi dengan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang perencanaan pembangunan nasional dan
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan bidang keuangan.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan
Daerah dalam masa 1 tahun anggaran sesuai
dengan undang-undang mengenai keuangan
negara.
(Pasal 310)
Kepala daerah menyusun KUA dan PPAS
berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk
dibahas bersama.
KUA serta PPAS yang telah disepakati kepala
daerah bersama DPRD menjadi pedoman Perangkat
Daerah dalam menyusun RKA-SKPD.
RKA-SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan
penyusunan rancangan Perda tentang APBD tahun
berikutnya.
Ketentuan mengenai tata cara penyusunan RKA, dan
DPA-SKPD diatur dalam Perda yg berpedoman pada
ketentuan per-UU-an.
(Pasal 310)
Kepala daerah menyusun KUA dan PPAS
berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk
dibahas bersama.
KUA serta PPAS yang telah disepakati kepala
daerah bersama DPRD menjadi pedoman Perangkat
Daerah dalam menyusun RKA-SKPD.
RKA-SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan
penyusunan rancangan Perda tentang APBD tahun
berikutnya.
Ketentuan mengenai tata cara penyusunan RKA, dan
DPA-SKPD diatur dalam Perda yg berpedoman pada
ketentuan per-UU-an.
(Pasal 311)
Kepala daerah wajib mengajukan Raperda ttg APBD disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD sesuai dgn waktu yg ditentukan oleh ketentuan
per-UU-an utk memperoleh persetujuper-UU-an bersama.
Kepala daerah yg tidak mengajukan Raperda ttg APBD
dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak
keuangannya yang diatur dalam ketentuan per-UU-an
selama 6 bulan.
Raperda dibahas kepala daerah bersama DPRD dengan
berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS untuk mendapat
persetujuan bersama.
Atas dasar persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah,
kepala daerah menyiapkan Raperkada tentang penjabaran
APBD dan rancangan DPA.
(Pasal 311)
Kepala daerah wajib mengajukan Raperda ttg APBD disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD sesuai dgn waktu yg ditentukan oleh ketentuan
per-UU-an utk memperoleh persetujuper-UU-an bersama.
Kepala daerah yg tidak mengajukan Raperda ttg APBD
dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak
keuangannya yang diatur dalam ketentuan per-UU-an
selama 6 bulan.
Raperda dibahas kepala daerah bersama DPRD dengan
berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS untuk mendapat
persetujuan bersama.
Atas dasar persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah,
kepala daerah menyiapkan Raperkada tentang penjabaran
APBD dan rancangan DPA.
Lanjutan ...
(Pasal 312)
Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui
bersama rancangan Perda ttg APBD paling lambat 1 bulan
sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun.
DPRD dan kepala daerah yg tidak menyetujui bersama
Raperda ttg APBD sebelum dimulainya tahun anggaran
setiap tahun dikenai sanksi administratif berupa tidak
dibayarkan hak-hak keuangan yg diatur dalam ketentuan
per-UU-an selama 6 bulan.
Sanksi tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD
apabila keterlambatan penetapan APBD disebabkan oleh
kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan Perda
ttg APBD kepada DPRD dari jadwal yg telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan per-UU-an.
(Pasal 312)
Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui
bersama rancangan Perda ttg APBD paling lambat 1 bulan
sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun.
DPRD dan kepala daerah yg tidak menyetujui bersama
Raperda ttg APBD sebelum dimulainya tahun anggaran
setiap tahun dikenai sanksi administratif berupa tidak
dibayarkan hak-hak keuangan yg diatur dalam ketentuan
per-UU-an selama 6 bulan.
Sanksi tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD
apabila keterlambatan penetapan APBD disebabkan oleh
kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan Perda
ttg APBD kepada DPRD dari jadwal yg telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan per-UU-an.
(Pasal 313)
Apabila KDH dan DPRD tidak mengambil
persetujuan bersama dalam waktu 60 Hari sejak
disampaikan rancangan Perda ttg APBD oleh
KDH kepada DPRD, KDH menyusun dan
menetapkan Perkada ttg APBD paling tinggi
sebesar angka APBD TA sebelumnya utk
membiayai keperluan setiap bln.
Rancangan Perkada dapat ditetapkan setelah
memperoleh pengesahan dari Menteri bagi
Daerah provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat bagi Daerah kab/kota.
(Pasal 313)
Apabila KDH dan DPRD tidak mengambil
persetujuan bersama dalam waktu 60 Hari sejak
disampaikan rancangan Perda ttg APBD oleh
KDH kepada DPRD, KDH menyusun dan
menetapkan Perkada ttg APBD paling tinggi
sebesar angka APBD TA sebelumnya utk
membiayai keperluan setiap bln.
Rancangan Perkada dapat ditetapkan setelah
memperoleh pengesahan dari Menteri bagi
Daerah provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat bagi Daerah kab/kota.
(Pasal 408)
Pada saat UndangUndang ini mulai
berlaku, semua peraturan perundang
undangan
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
belum diganti dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam UndangUndang
ini
(Pasal 408)
Pada saat UndangUndang ini mulai
berlaku, semua peraturan perundang
undangan
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
belum diganti dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam UndangUndang
ini
(Pasal 53 ayat (2))
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat lambatnya tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya
(Pasal 53 ayat (2))
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat lambatnya
tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya
PP 58/2005
TTG PENGELOLAAN KEUD
A
dan SE MENDAGRI NO 903/6865/SJ
PP 58/2005
TTG PENGELOLAAN KEUD
A
dan SE MENDAGRI NO 903/6865/SJ
Kepala Daerah dan DPRD yg tidak menyetujui baersama
rangcangan Perda ttg APBD sebelum dimulainya Tahun Anggaran
berikutnya dikenakan sanksi administratif berupa tidak dibayarkan
hak-hak keuangan yg diatur dalam ketentuan per uu an selama 6
bulan sesuai amanat pasal 312 ayat (2) UU no 23/2014
V. UPAYA PENINGKATAN
PENDAPATAN/PENERIMAAN DAERAH
Sumber pendapatan Daerah terdiri atas:
•
PAD meliputi:
Pajak Daerah;
Retribusi daerah;
Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan;
Lain-lain PAD yang sah
.
•
Pendapatan Transfer;
Transfer Pemerintah Pusat;
Dana Perimbangan;
Dana Otsus;
Dana Keistimewaan;
Dana Desa.
Transfer Antar Daerah.
Pendapatan Bagi Hasil;
Bantuan Keuangan
•
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
12
Agar Daerah tidak bergantung kepada Dana Perimbangan, maka dapat
ditempuh beberapa opsi/strategi untuk meningkatkan pendapatan/
penerimaan daerah antara lain melalui optimalisasi:
Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah,
dari semula sistem daftar
terbuka
(open list)
menjadi sistem daftar tertutup
(closed-list)
sesuai
dengan UU 28/2009 melalui intensifikasi.
(Pasal 157, 158 ayat 2 s.d 9 dan ayat 159) di cabut dan tidak berlaku, melalui pasal 409 UU No 32/2014.
Kekayaan daerah yg dipisahkan melalui penyertaan modal/investasi
kepada BUMD, baik yg bersifat profit berupa laba/deviden, (bank seperti
BPD) maupun non profit (public service seperti PDAM)
Pemanfaatan kekayaan daerah yg belum
dipisahkan (
idle asset
) melalui
kerjasama pemda dgn pihak ketiga sesuai PP 6/2006 ttg Pengelolaan
BMN/D dan Permendagri 17/2007 ttg Pengelolaan BMD, dan
diperbaharui dgn PP 27/2014 ttg Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Pendapatan daerah melalui pinjaman (komersial) dan penerbitan
Optimalisasi/ kekayaan drh yg tdk dipisahkan (iddle asset) mllui kerjasama pemda dgn phk ketiga
Optimalisasi pemanfaatan kekayaan drh yg tdk dipisahkan (iddle asset) mllui kerjasama pemda dgn phk
(BGS)/Bangun Serah Guna (BSG)
• Kerjasama penyediaan
infrastruktur
Pajak Provinsi (5 jenis):
PKB; BBNKB; PBBKB; Pajak Air Permukaan; Pajak Rokok.
Pajak Kab/Kota (11 jenis):
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, PPJ, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB-P2,
• Retribusi Jasa Usaha
(12 jenis) al: ret. terminal; ret. pasar/grosir dsb
• Retribusi Perizinan Ttt( 6 jenis) al: IMB Daerah & UMKM (Spill Over, Trickle
down effect)
Target Kedepan bagi Pemda
Daya Saing
Manajemen Risiko
• Meningkatan Pendapatan/Penerimaan Daerah melalui PAD
• Mengurangi ketergantungan drh terhadap dana transfer pusat ke drh dlm bntuk Dana Perimbangan
• Perumda ( UU 23/2014) • Perseroda ( UU 23/2014)
• PT (UU 40/2007)
Jenis Usaha
Profit:
• Bank (BPD, BPR Pemda) • Non Bank (UMKM, BKK) • Dana Bergulir
• Aneka Usaha (Tambang, Perkebunan, Migas, dsb)
Non Profit
• PDAM (public service)
KOMPOSISI PENDAPATAN PROVINSI TA 2014
PAD DANA PERIMBANGAN
Total Pendap -atan 245.811,13 dalam miliar rupiah
KOMPOSISI PENDAPATAN PROVINSI, KABUPATEN/KOTA TA 2014
PAD DANA PERIMBANGAN
dalam miliar rupiah Total
Pendap-atan 796.864,84
KOMPOSISI PENDAPATAN KAB&KOTA TA 2014
PAD DANA PERIMBANGAN Total
Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai
Urusan Pemerintahan Wajib yg terkait Pelayanan Dasar
yg ditetapkan dengan SPM.
Belanja Daerah berpedoman pada standar teknis dan
standar harga satuan regional sesuai dgn per-UU-an.
Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan
yg menjadi kewenangan Daerah selain berpedoman
pada ASB dan SHS Regional sesuai dengan per-UU-an.
Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam
APBD sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan,
kecuali ditentukan lain dalam per-UU-an.
Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai
Urusan Pemerintahan Wajib yg terkait Pelayanan Dasar
yg ditetapkan dengan SPM.
Belanja Daerah berpedoman pada standar teknis dan
standar harga satuan regional sesuai dgn per-UU-an.
Belanja Daerah untuk pendanaan Urusan Pemerintahan
yg menjadi kewenangan Daerah selain berpedoman
pada ASB dan SHS Regional sesuai dengan per-UU-an.
Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam
APBD sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan,
kecuali ditentukan lain dalam per-UU-an.
BELANJA (Pasal 298)
Ketentuan mengenai belanja kepala daerah
dan wakil kepala daerah diatur dengan peraturan
pemerintah.
Ketentuan mengenai belanja pimpinan dan
anggota
DPRD
diatur
dalam
peraturan
pemerintah.
Ketentuan mengenai belanja kepala daerah
dan wakil kepala daerah diatur dengan peraturan
pemerintah.
Ketentuan mengenai belanja pimpinan dan
anggota
DPRD
diatur
dalam
peraturan
pemerintah.
BELANJA KDH/WKDH
PIMPINAN dan ANGGOTA DPRD
(Pasal 299)
BELANJA KDH/WKDH
Rancangan Perda Kab/Kota ttg APBD yg telah
disetujui bersama dan rancangan peraturan
Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh Bupati/Walikota, paling lama 3 Hari,
disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi,
dilampiri RKPD, serta KUA dan PPAS yang disepakati
antara kepala daerah dan DPRD.
Gubernur melakukan evaluasi terhadap rancangan
Perda Kab/Kota tentang APBD dan rancangan
peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD.
EVALUASI R-APBD KAB/KOTA
(Pasal 315)
Evaluasi dilakukan untuk menguji kesesuaian
rancangan Perda Kab/Kota tentang APBD dan
rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang
penjabaran APBD dengan:
• ketentuan per-UU-an yang lebih tinggi;
• kepentingan umum;
• RKPD serta KUA dan PPAS; dan d. RPJMD.
Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur
kepada Bupati/Walikota paling lama 15 Hari
terhitung sejak rancangan Perda Kab/Kota dan
raper Bupati/Walikota dimaksud diterima.
Evaluasi dilakukan untuk menguji kesesuaian
rancangan Perda Kab/Kota tentang APBD dan
rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang
penjabaran APBD dengan:
• ketentuan per-UU-an yang lebih tinggi;
• kepentingan umum;
• RKPD serta KUA dan PPAS; dan d. RPJMD.
Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur
kepada Bupati/Walikota paling lama 15 Hari
terhitung sejak rancangan Perda Kab/Kota dan
raper Bupati/Walikota dimaksud diterima.
Perubahan APBD dapat dilakukan jika terjadi:
•
perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
•
keadaan yg menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis
belanja;
•
keadaan yg menyebabkan sisa lebih perhitungan
anggaran tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan dalam TA berjalan;
•
keadaan darurat;
•
keadaan luar biasa.
Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 kali dalam 1 tahun
anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Keadaan luar biasa merupakan keadaan yg menyebabkan
estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dlm APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%
persen.
Perubahan APBD dapat dilakukan jika terjadi:
•
perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
•
keadaan yg menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis
belanja;
•
keadaan yg menyebabkan sisa lebih perhitungan
anggaran tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan dalam TA berjalan;
•
keadaan darurat;
•
keadaan luar biasa.
Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 kali dalam 1 tahun
anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Keadaan luar biasa merupakan keadaan yg menyebabkan
estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dlm APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%
persen.
Daerah dapat mendirikan BUMD
Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Perda.
BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
perusahaan umum Daerah dan perusahaan perseroan
Daerah.
Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
•
memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian
Daerah pada umumnya;
•
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yg bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi,
karakteristik dan potensi Daerah yg bersangkutan
berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik;
• memperoleh laba dan/atau keuntungan
Daerah dapat mendirikan BUMD
Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Perda.
BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
perusahaan umum Daerah dan perusahaan perseroan
Daerah.
Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
•
memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian
Daerah pada umumnya;
•
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yg bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi,
karakteristik dan potensi Daerah yg bersangkutan
berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik;
(Pasal 333)
Penyertaan modal Daerah ditetapkan dengan Perda.
Penyertaan modal Daerah dapat dilakukan untuk
pembentukan BUMD dan penambahan modal BUMD.
Penyertaan modal Daerah dapat berupa uang dan barang
milik Daerah.
Barang milik Daerah dinilai sesuai nilai riil pada saat
barang milik Daerah akan dijadikan penyertaan modal.
Nilai riil diperoleh dengan melakukan penafsiran harga
barang milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(Pasal 333)
Penyertaan modal Daerah ditetapkan dengan Perda.
Penyertaan modal Daerah dapat dilakukan untuk
pembentukan BUMD dan penambahan modal BUMD.
Penyertaan modal Daerah dapat berupa uang dan barang
milik Daerah.
Barang milik Daerah dinilai sesuai nilai riil pada saat
barang milik Daerah akan dijadikan penyertaan modal.
Nilai riil diperoleh dengan melakukan penafsiran harga
barang milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Lanjutan .
..
(Pasal 336)
Laba perusahaan umum Daerah ditetapkan oleh
KDH selaku wakil daerah sebagai pemilik modal
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan
ketentuan per-UU-an.
Laba perusahaan umum Daerah yang menjadi hak
Daerah disetor ke kas Daerah setelah disahkan
oleh kepala daerah selaku wakil Daerah sebagai
pemilik modal.
Laba perusahaan umum Daerah dapat ditahan atas
persetujuan KDH selaku wakil Daerah sbg pemilik
modal.
(Pasal 336)
Laba perusahaan umum Daerah ditetapkan oleh
KDH selaku wakil daerah sebagai pemilik modal
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan
ketentuan per-UU-an.
Laba perusahaan umum Daerah yang menjadi hak
Daerah disetor ke kas Daerah setelah disahkan
oleh kepala daerah selaku wakil Daerah sebagai
pemilik modal.
Laba perusahaan umum Daerah dapat ditahan atas
persetujuan KDH selaku wakil Daerah sbg pemilik
modal.
23
Penganggaran
Memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.
Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan:
Memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.
Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan:
Bagi perusahaan daerah yg menjalankan fungsi
pemupukan laba
(profit oriented)
adalah mampu
menghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangka
meningkatkan PAD; dan
Bagi perusahaan daerah yg menjalankan fungsi
pemupukan laba
(profit oriented)
adalah mampu
menghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangka
meningkatkan PAD; dan
Bagi perusahaan daerah yg menjalankan fungsi
kemanfaatan umum
(public service oriented)
adalah
mampu meningkatkan baik kualitas maupun cakupan
layanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Bagi perusahaan daerah yg menjalankan fungsi
24
tingkat rasionalitas bagian laba atas penyertaan
modal harus memperhatikan jumlah total
penyertaan modal sampai dengan Tahun
Anggaran 2015
tingkat rasionalitas bagian laba atas penyertaan
modal harus memperhatikan jumlah total
penyertaan modal sampai dengan Tahun
Anggaran 2015
penyertaan modal yg belum memberikan bagian
laba yg rasional harus menunjukan kinerja yg
memadai
(performance based), dgn mengefektifkan
peran dewan komisaris sbg pemegang saham
pengendali dan penajaman Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) ke arah peningkatan kinerja dalam
perolehan bagian laba bagi Pemda sesuai dgn
tujuan penyertaan modal dlm rangka meningkatkan
PAD.
INFORMASI PEMERINTAHAN DAERAH
INFORMASI PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 391
(1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan informasi
Pemerintahan Daerah yang terdiri atas:
a. informasi pembangunan Daerah; dan
b. informasi keuangan Daerah.
(2) Informasi Pemerintahan Daerah sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) dikelola dalam suatu sistem informasi
Pemerintahan Daerah.
Pasal 393
(1) Informasi keuangan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 391 ayat (1) huruf b paling sedikit memuat
informasi anggaran, pelaksanaan anggaran, dan laporan
keuangan
Pasal 391
(1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan informasi
Pemerintahan Daerah yang terdiri atas:
a. informasi pembangunan Daerah; dan
b. informasi keuangan Daerah.
(2) Informasi Pemerintahan Daerah sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) dikelola dalam suatu sistem informasi
Pemerintahan Daerah.
Pasal 393
VI.
POLA PENGELOLAAN DANA PEMILUKADA DALAM
KONTEKS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
KEBIJAKAN ALOKASI DANA PEMILUKADA
KEBIJAKAN ALOKASI DANA PEMILUKADA
PEMILUKADA
PEMILUKADA
WAJIB DIANGGARKAN DALAM APBD
WAJIB DIANGGARKAN DALAM APBD
APBD BELUM DITETAPKAN APBD BELUM
DITETAPKAN
APBD TELAH DITETAPKAN APBD TELAH DITETAPKAN
DIANGGARKAN SESUAI SISDUR
PENGANGGARAN DANA PEMILUKADA
DIANGGARKAN SESUAI SISDUR
PENGANGGARAN DANA PEMILUKADA
DIANGGARKAN DENGAN SISDUR PERGESERAN ANGGARAN BTT DAN/ATAU RASIONALISASI BELANJA MELALUI PERUBAHAN PERKADA PENJABARAN APBD
MENDAHULUI PENETAPAN PERDA PERUBAHAN APBD DENGAN PEMBERITAHUAN KEPADA DPRD DIANGGARKAN DENGAN SISDUR PERGESERAN ANGGARAN BTT DAN/ATAU RASIONALISASI BELANJA MELALUI PERUBAHAN PERKADA PENJABARAN APBD
MENDAHULUI PENETAPAN PERDA PERUBAHAN APBD DENGAN PEMBERITAHUAN KEPADA DPRD
BESARAN DANA PEMILUKADA BESARAN DANA
PEMILUKADA
MEMPERHATIKAN SISTEM DAN
MEMPERHATIKAN SISTEM DAN
TAHAPAN PEMILUKADA
TAHAPAN PEMILUKADA
Bawaslu Prov
Bawaslu Prov
KPU Prov
KPU Prov
PENGANGGARAN DANAPEMILUKADA
HIBAH
HIBAH
Pendanaan kebutuhan pengamanan dan penanganan
kasus pelaksanaan Pemilihan KDH dan WKDH
dianggarkan dalam bentuk hibah atau program dan
kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait
sesuai peraturan per-UU-an
Pendanaan kebutuhan pengamanan dan penanganan
kasus pelaksanaan Pemilihan KDH dan WKDH
dianggarkan dalam bentuk hibah atau program dan
kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait
sesuai peraturan per-UU-an
Panwaslu
Kab/Kota
Panwaslu
Kab/Kota
KPU Kab/Kota
KPU Kab/Kota
PMDN 44/2007 ... PMDN
57/2009
VII.
POLA PENGELOLAAN DANA DESA DALAM KONTEKS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DASAR HUKUM
DASAR HUKUM
30
UU 6/2014 tentang Desa
UU 6/2014 tentang Desa
PP 43/2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU 6/2014 tentang Desa;
PP 43/2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU 6/2014 tentang Desa;
PMDN 37/2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2015; PMDN 37/2014 tentang Pedoman
Penyusunan APBD TA 2015;
PP 60/ 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari APBN
PP 60/ 2014 tentang Dana Desa yang
32
Pendapatan yg diperuntukan bagi desa dan desa adat yang bersumber dari APBN dalam rangka membiayai penyeleng garaan pemerintahan, pembangunan serta pember dayaan masyarakat, dan kemasyarakatan
sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dianggarkan dalam APBD pemerintah kab/kota TA 2015.
Di struktur pendapatan, Transper Pemerintah Pusat (Dana Desa)
Pendapatan yg diperuntukan bagi desa dan desa adat yang bersumber dari APBN dalam rangka membiayai penyeleng garaan pemerintahan, pembangunan serta pember dayaan masyarakat, dan kemasyarakatan
sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dianggarkan dalam APBD pemerintah kab/kota TA 2015.
Di struktur pendapatan, Transper Pemerintah Pusat (Dana Desa)
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Tunjangan Profesi Guru (TPG)
Tunjangan Profesi Guru (TPG)
Dana Insentif Daerah
Dana Insentif Daerah
“Dana Desa dan Desa Adat”
“Dana Desa dan Desa Adat”
DANA DESA DAN DESA ADAT
DANA DESA DAN DESA ADAT
33
dianggarkan dianggarkan
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
DALAM APBD KABUPATEN/KOTA
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
DALAM APBD KABUPATEN/KOTA
Lanjutan ….
Lanjutan ….
BELANJA BAGI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
BELANJA BAGI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) UU 6/2014, pemerintah kab/kota menganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% dari pajak daerah dan retribusi daerah kab/kota.
Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) UU 6/2014, pemerintah kab/kota menganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% dari pajak daerah dan retribusi daerah kab/kota.
PASAL 72 AYAT (1) HURUF C DAN AYAT (3) UU 6/2014
PASAL 72 AYAT (1) HURUF C DAN AYAT (3) UU 6/2014
KABUPATEN /KOTA KABUPATEN
/KOTA
PAJAK DAERAH PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH RETRIBUSI
DAERAH
PALING SEDIKIT 10%
PALING SEDIKIT 10%
Kepada
Pemda
Lainnya
Kepada
Pemda
Lainnya
Partai
Politik
Partai
Politik
“
Pemerinta
h Desa”
“
Pemerinta
h Desa”
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN
Lanjutan ….
Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) UU 6/2014
Pemerintah Kab/Kota
Pemerintah Kab/Kota
Alokasi dana untuk desa dan desa adat dari APBN dalam jenis belanja bentuan keuangan kepada pemerintah desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan
Alokasi dana untuk desa dan desa adat dari APBN dalam jenis belanja
bentuan keuangan kepada
pemerintah desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan
ADD untuk pemerintah desa dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima setelah dikurangi DAK
Pasal 72
ayat (1)
huruf e
UU 6/2014
Pemerintah
Prov/Kab/Kota
Pemerintah
Prov/Kab/Kota
Bantuan keuangan lainnya
kepada pemerintah desa
Bantuan keuangan lainnya
kepada pemerintah desa
Lanjutan ….
memberikan
memberikan
APBDes
PADesa
PADesa Alokasi APBNAlokasi APBN Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi
daerah Kab/Kota
Hibah dan sumbangan Lainlain pendapatan Lainlain pendapatan Desa yg sah.Desa yg sah.
Paling sedikit 70% untuk:
• Penghasilan tetap dan tunjangan
kepala desa dan perangkat desa;
• Operasional pemerintah desa;
• Tunjangan dan operasional BPD;
• Insentif RT dan RW.
Paling banyak 30% untuk:
• Penghasilan tetap dan tunjangan
Pemerintah kab/kota menganggarkan
biaya pemilihan Kepala Desa dalam
APBD Kab/Kota TA 2015 untuk
pengadaan surat suara, kotak suara,
kelengkapan
peralatan
lainnya,
honorarium
panitia,
dan
biaya
pelantikan sesuai amanat Pasal 34
ayat (6) UU 6/2014
Pemerintah kab/kota menganggarkan
biaya pemilihan Kepala Desa dalam
APBD Kab/Kota TA 2015 untuk
pengadaan surat suara, kotak suara,
kelengkapan
peralatan
lainnya,
honorarium
panitia,
dan
biaya
pelantikan sesuai amanat Pasal 34
ayat (6) UU 6/2014
Pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota
menganggarkan
dalam APBD TA 2015 dalam rangka
pembinaan
dan
pengawasan
pemerintahan
desa
sebagaimana
diatur dalam Pasal 112, Pasal 114 dan
Pasal 115 UU 6/2014
Pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota
menganggarkan
dalam APBD TA 2015 dalam rangka
pembinaan
dan
pengawasan
pemerintahan
desa
sebagaimana
diatur dalam Pasal 112, Pasal 114 dan
Pasal 115 UU 6/2014
40
Pasal 39 ayat (1) Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Perpres 111/2013 tentang
Perubahan Atas Perpres 12/2013
Pasal 39 ayat (1) Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Perpres 111/2013 tentang
Perubahan Atas Perpres 12/2013
Landasan Kebijakan
Landasan Kebijakan
Perpres 32/2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN Pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
Perpres 32/2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN Pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
Permenkes 19/2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
Permenkes 19/2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
SE MDN Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014, Hal Petunjuk
Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
SE MDN Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014, Hal Petunjuk
Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
41
Pendapatan dana kapitasi JKN pada FKTP milik pemda yg
belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Perpres
32/2014 ttg Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
JKN pada FKTP Milik Pemda dan SE MDN No 900/2280/SJ
tgl 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan serta Pertanggung
jawaban Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemda
.
Pendapatan dana kapitasi JKN pada FKTP milik pemda yg
belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Perpres
32/2014 ttg Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
JKN pada FKTP Milik Pemda dan SE MDN No 900/2280/SJ
tgl 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan serta Pertanggung
jawaban Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemda
.
Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per
bulan yang dibayar di muka kepada FKTP
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.
Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per
bulan yang dibayar di muka kepada FKTP
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.
Sejak diundangkannya Perpres 32/2014 dan Permenkes
19/2014 dana Kapitasi langsung dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan ke FKTP milik Pemerintah Daerah.
42
1 2 3 4
Bagan Alir FKTP Non-BLUD
43
Pembayaran klaim non Kapitasi pelayanan JKN oleh
BPJS Kesehatan di FKTP milik Pemerintah Daerah
dilakukan dengan cara mentransper kepada
Bendahara FKTP, selanjutnya oleh Bendahara FKTP
disetor kepada Kas Daerah
Pembayaran klaim non Kapitasi pelayanan JKN oleh
BPJS Kesehatan di FKTP milik Pemerintah Daerah
dilakukan dengan cara mentransper kepada
Bendahara FKTP, selanjutnya oleh Bendahara FKTP
disetor kepada Kas Daerah
Dana Non Kapitasi yang telah disetorkan ke Kas
Daerah oleh FKTP dapat dimanfaatkan kembali
dengan cara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus;
(1) mengusulkan adanya peraturan kepala daerah
untuk pemanfaatan dana tersebut; (2) membuat dan
mengusulkan dalam bentuk program dan kegiatan
pada RKADPA SKPD Dinas Kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Dijamin
Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Dijamin
a.
pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
b.pelayanan kesehatan yang dilakukan di
Fasilitas Kesehatan yg tidak bekerjasama dgn
BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat
darurat;
c.pelayanan kesehatan yg telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja;
d. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar
negeri;
e. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
f. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
g. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi);
h.
gangguan
kesehatan/penyakit
akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol;
a.
pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
b.pelayanan kesehatan yang dilakukan di
Fasilitas Kesehatan yg tidak bekerjasama dgn
BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat
darurat;
c.pelayanan kesehatan yg telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja;
d. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar
negeri;
e. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
f. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
g. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi);
h.
gangguan
kesehatan/penyakit
akibat
PT. Askes (Persero)
Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Dijamin
Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Dijamin
i. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri
sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;
j. pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
k. pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);
l. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan
susu;
m. perbekalan kesehatan rumah tangga;
n. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;
o. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.
i
. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri
sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;
j. pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
k. pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);
l. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan
susu;
m. perbekalan kesehatan rumah tangga;
n. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;
Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka
kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas
dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan
secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta
memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud
sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah
daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan
sesuai
peraturan
perundangundangan.
Khusus
penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada
Inpres 11/2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan
PMDN 11/2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar
Negeri Bagi Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta
Anggota DPRD.
Penyediaan anggaran untuk
perjalanan dinas yg
mengikutsertakan non PNSD
diperhitungkan dalam belanja
perjalanan dinas. Tata cara
penganggaran perjalanan dinas
dimaksud mengacu pada
ketentuan perjalanan dinas yg ditetapkan dgn peraturan kepala daerah.
Penyediaan anggaran untuk
perjalanan dinas yg
mengikutsertakan non PNSD
diperhitungkan dalam belanja
perjalanan dinas. Tata cara
penganggaran perjalanan dinas
dimaksud mengacu pada
ketentuan perjalanan dinas yg ditetapkan dgn peraturan kepala daerah.
O
Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya yg terkait
dgn pengembangan sumber daya manusia Pimpinan
dan Anggota DPRD serta pejabat/staf pemerintah
daerah, yg tempat penyelenggaraannya di luar daerah
harus
dilakukan
sangat
selektif
dengan
mempertimbangkan
aspek-aspek
urgensi
dan
kompetensi serta manfaat yg akan diperoleh dari
kehadiran dalam pendidikan dan pelatihan, bimbingan
teknis atau sejenisnya guna pencapaian efektifitas
penggunaan anggaran daerah. Dalam rangka orientasi
dan pendalaman tugas Pimpinan dan Anggota DPRD
Provinsi dan DPRD Kab/Kota mempedomani PMDN
No.57 tahun 2011 dan PMDN No.34 tahun 2013 ttg
P-PMDN No. 57 Tahun 2011
Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya yg terkait
dgn pengembangan sumber daya manusia Pimpinan
dan Anggota DPRD serta pejabat/staf pemerintah
daerah, yg tempat penyelenggaraannya di luar daerah
harus
dilakukan
sangat
selektif
dengan
mempertimbangkan
aspek-aspek
urgensi
dan
kompetensi serta manfaat yg akan diperoleh dari
kehadiran dalam pendidikan dan pelatihan, bimbingan
teknis atau sejenisnya guna pencapaian efektifitas
penggunaan anggaran daerah. Dalam rangka orientasi
dan pendalaman tugas Pimpinan dan Anggota DPRD
Provinsi dan DPRD Kab/Kota mempedomani PMDN
No.57 tahun 2011 dan PMDN No.34 tahun 2013 ttg
P-PMDN No. 57 Tahun 2011
Penganggaran untuk
penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yg sudah tersedia milik pemerintah daerah.
Penganggaran untuk
penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yg sudah tersedia milik pemerintah daerah.
O
Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD Provinsi;
2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil; 3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yg bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum.
4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum.
Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah, dengan mempedomani besaran satuan biaya yang berlaku dalam APBN sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD Provinsi;
2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil; 3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yg bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum.
4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum.
(Sesuai PMK No. 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015)
(Sesuai PMK No. 53/PMK.02/2014 tentang Standar Biaya Masukan
Tahun Anggaran 2015)
Satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri terdiri dari : Satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri terdiri dari :
1. Uang Harian : 1. Uang Harian :
a. Luar Kota
b. Dalam Kota (lebih dari 8 jam) a. Luar Kota
b. Dalam Kota (lebih dari 8 jam) 2. Uang Representasi
2. Uang Representasi a. Luar Kota
b. Dalam Kota (lebih dari 8 jam) a. Luar Kota
b. Dalam Kota (lebih dari 8 jam) 3. Biaya Penginapan
3. Biaya Penginapan 4. Biaya Taksi
4. Biaya Taksi
1. Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Negeri:
1. Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Negeri:
Merupakan penggantian biaya keperluan seharihari Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan perintah perjalanan dinas di dalam negeri.
Merupakan penggantian biaya keperluan seharihari Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan perintah perjalanan dinas di dalam negeri.
Yang melaksanakan perjalanan dinas jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan.
1. Pejabat Negara (ketua/wakil ketua dan anggota lembaga tinggi negara, Menteri);
2. Pejabat Eselon I; 3. Pejabat Eselon II
Yang melaksanakan perjalanan dinas jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan.
3. Biaya Penginapan
3. Biaya Penginapan
Merupakan satuan biaya yang digunakan untuk pengalokasian biaya penginapan dalam RKAK/L (RKA SKPD utk daerah) sesuai dengan peruntukannya
Dalam pelaksanaannya mekanisme pertanggungjawaban disesuaikan dengan bukti pengeluaran yang sah
Merupakan satuan biaya yang digunakan untuk pengalokasian biaya penginapan dalam RKAK/L (RKA SKPD utk daerah) sesuai dengan peruntukannya
4. Biaya Taksi :
4. Biaya Taksi :
Merupakan satuan biaya yang digunakan untuk perencanaan
kebutuhan biaya tarif satu kali perjalanan taksi dari kantor
tempat kedudukan menuju bandara/pelabuhan/terminal
/stasiun keberangkatan atau dari bandara/pelabuhan/
terminal/stasiun kedatangan menuju tempat tujuan di kota
bandara/pelabuhan/terminal/stasiun
kedatangan
dan
sebaliknya
Merupakan satuan biaya yang digunakan untuk perencanaan
kebutuhan biaya tarif satu kali perjalanan taksi dari kantor
tempat kedudukan menuju bandara/pelabuhan/terminal
/stasiun keberangkatan atau dari bandara/pelabuhan/
terminal/stasiun kedatangan menuju tempat tujuan di kota
bandara/pelabuhan/terminal/stasiun
kedatangan
dan
sebaliknya
5. Tiket Pesawat 5. Tiket Pesawat
Merupakan satuan biaya untuk pembelian tiket pesawat
udara pergi pulan (PP) dari bandara keberangkatan suatu
kota ke bandara kota tujuan dalam perencanaan anggaran.
Dalam pelaksanaan anggaran, satuan biaya tiket perjalanan
dinas dalam negeri menggunakan metode
at cost
(sesuai
pengeluaran)
Klasifikasi tiket perjalanan dinas mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan yang mengatur tentang perjalanan dinas
dalam negeri
Merupakan satuan biaya untuk pembelian tiket pesawat
udara pergi pulan (PP) dari bandara keberangkatan suatu
kota ke bandara kota tujuan dalam perencanaan anggaran.
Dalam pelaksanaan anggaran, satuan biaya tiket perjalanan
dinas dalam negeri menggunakan metode
at cost
(sesuai
pengeluaran)
Klasifikasi tiket perjalanan dinas mengacu pada Peraturan
6. Sewa Kendaraan :
6. Sewa Kendaraan :
Merupakan satuan biaya yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sewa kendaraan roda 4 dan roda 6 untuk kegiatan yang sifatnya insidentil (tidak terus menerus)
Satuan biaya ini diperuntukkan bagi :
Merupakan satuan biaya yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sewa kendaraan roda 4 dan roda 6 untuk kegiatan yang sifatnya insidentil (tidak terus menerus)
Satuan biaya ini diperuntukkan bagi :
a. Pejabat Negara yang melakukan perjalanan dinas dalam negeri di tempat tujuan, dan
b. Pelaksanaan kegiatan yang membutuhkan mobilitas tinggi,
berskala besar, dan tidak tersedia kendaraan dinas serta dilakukan secara efektif dan efisien
a. Pejabat Negara yang melakukan perjalanan dinas dalam negeri di tempat tujuan, dan
b. Pelaksanaan kegiatan yang membutuhkan mobilitas tinggi,
berskala besar, dan tidak tersedia kendaraan dinas serta dilakukan secara efektif dan efisien
Satuan biaya sewa kendaraan dinas sudah termasuk bahan bakar dan pengemudi
ANALISIS
DAN
IDETIFIKASI
APBD KOTA SURABAYA
TAHUN ANGGARAN 2014 DAN
2015
ANALISIS
DAN
IDETIFIKASI
APBD KOTA SURABAYA
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG BAIK
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG BAIK
1. Ketepatan waktu penetapan APBD.
2. Porsi belanja APBD untuk kesejahteraan
masyarakat semakin meningkat.
3. Tingginya prosentase realisasi APBD
dan rendahnya SiLPA.
4. Ketepatan
Penyampaian
Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
5. Meningkatnya kualitas Opini BPK atas
LKPD
1. Ketepatan waktu penetapan APBD.
2. Porsi belanja APBD untuk kesejahteraan
masyarakat semakin meningkat.
3. Tingginya prosentase realisasi APBD
dan rendahnya SiLPA.
4. Ketepatan
Penyampaian
Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
PROVINSI DAN KABUPATEN BARU
PROVINSI DAN KABUPATEN BARU
1. PROVINSI KALIMANTAN UTARA UU NO 20 /2012 TGL 16 NOP
2012.
Provinsi Kalimantan Utara dari Prov. Kalimantan Timur terdiri
dari :
1). Kabupaten Bulungan 4). Kota Tarakan,
dan
2). Kabupaten Nunukan 5). Kabupaten
Malinau
3). Kabupaten Tana Tidung.
2. Kab. Paningkal Abab Lematang Sumsel/ Jan 2013 Dan
Muratara
3. Kab Pesisir Barat di lampung /Nop 2012
4. Kab. Pengandaraan Di Jawa Barat /Nop 2012
5. Kab. Mahakam Ulu Kaltim/ Jan 2013
6. Kab. Mamuju Tengah Sulbar/ Jan 2013
7. Kab. Banggai Laut di Sulteng/Jan 2013
8. Kab. Kolaka Timur di Sultra/Jan 2013
9. Kab. Malaka di NTT/2013/Jan 2013
10.Kab. Pulau Tali Abu di Malut/Jan 2013
11.Kab. Manukwari Selatan dan Kab.Pergunungan Arfak di Papua
Brt/12
SAAT INI 34 PROVINSI DAN 505 KAB/KOTA MENJADI 539
PROV KAB/KOTA
1. PROVINSI KALIMANTAN UTARA UU NO 20 /2012 TGL 16 NOP
2012.
Provinsi Kalimantan Utara dari Prov. Kalimantan Timur terdiri
dari :
1). Kabupaten Bulungan 4). Kota Tarakan,
dan
2). Kabupaten Nunukan 5). Kabupaten
Malinau
3). Kabupaten Tana Tidung.
2. Kab. Paningkal Abab Lematang Sumsel/ Jan 2013 Dan
Muratara
3. Kab Pesisir Barat di lampung /Nop 2012
4. Kab. Pengandaraan Di Jawa Barat /Nop 2012
5. Kab. Mahakam Ulu Kaltim/ Jan 2013
6. Kab. Mamuju Tengah Sulbar/ Jan 2013
7. Kab. Banggai Laut di Sulteng/Jan 2013
8. Kab. Kolaka Timur di Sultra/Jan 2013
9. Kab. Malaka di NTT/2013/Jan 2013
10.Kab. Pulau Tali Abu di Malut/Jan 2013
11.Kab. Manukwari Selatan dan Kab.Pergunungan Arfak di Papua
Brt/12
TAHUN 2014 (26) PROV TEPAT WAKTU ATAU 76,47% DARI 34 PROV DAN 92,86%
DARI TARGET KINERJA TA 2013 (28) PROV, TERLAMBAT 7 PROV MASINGS: - SUMATERA BARAT - BANTEN
DARI TARGET KINERJA TA 2013 (28) PROV, TERLAMBAT 7 PROV MASINGS: - SUMATERA BARAT - BANTEN TERLAMBAT 6 PROV MASINGS:
- ACEH - PAPUA
- RIAU - SULAWESI BARAT - DKI JAKARTA - PAPUA BARAT
TAHUN 2013 (27) PROV TEPAT WAKTU ATAU 81,82% DARI 33
PROV DAN 103% DARI TARGET KINERJA TA 2012 26 PROV, TERLAMBAT 6 PROV MASINGS:
TAHUN 2013 KAB/KOTA (7) PROVINSI YG 100% TEPAT WAKTU MASINGS :
TAHUN 2013 KAB/KOTA (7) PROVINSI YG 100% TEPAT WAKTU MASINGS :
1. KALIMANTAN TENGAH 14 KAB/KOTA 100% KAB/KOTA YG TERLAMBAT MASINGS DIANTARANYA SBB:
1. BABEL 7 KAB/KOTA 100% 5. BENGKULU 4/10 KAB/KOTA YG TERLAMBAT MASINGS DIANTARANYA SBB:
58 PROVINSI, KAB/KOTA SE-PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN
2011-2014
PROVINSI, KAB/KOTA SE-PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2011-2014
NO. DAERAH 2012 2013 2014 2015 Prov. JATIM 13 Des 2011 14 Des 2012 09 Des 2013
1 Kab. Bangkalan 27 Des 2011 27 Des 2012 27 Des 2013
2 Kab. Banyuwangi 30 Des 2011 03 Januari 2013 31 Des 2013
3 Kab. Blitar 12 Januari 2012 21 Januari 2013 09 Januari 2014 30 DES 2014
4 Kab. Bojonegoro 09 Februari 2012 22 Januari 2013 09 Januari 2014
5 Kab. Bondowoso 22 Des 2011 17 Des 2012 20 Des 2013 22 DES 2013
6 Kab. Gresik 30 Des 2011 27 Des 2012 20 Des 2013
7 Kab. Jember 09 Januari 2012 28 Des 2012 17 Des 2013 24 DES 2014
8 Kab. Jombang 23 Des 2011 26 Des 2012 24 Des 2013
9 Kab. Kediri 28 Des 2011 26 Des 2012 07 Januari 2014 24 DES 2014
10 Kab. Lamongan 28 Des 2011 28 Des 2012 31 Des 2013 22 DES 2014
11 Kab. Lumajang 08 Maret 2012 Terlambat 30 Des 2013
12 Kab. Madiun 24 Januari 2012 28 Januari 2013 30 Des 2013
13 Kab. Magetan 31 Januari 2012 23 Januari 2013 27 Des 2013 31 DES 2014
14 Kab. Malang 06 Januari 2012 21 Des 2012 27 Des 2013
15 Kab.Mojokerto 30 Des 2011 23 Januari 2013 31 Des 2013 2 JAN 2015
16 Kab. Nganjuk 30 Des 2011 22 Januari 2013 18 Febuari 2014
17 Kab. Ngawi 28 Des 2011 14 Des 2012 11 Des 2013 19 DES 2014 18 Kab. Pacitan 23 Des 2011 21 Des 2012 17 Des 2013 17 DES 2014
19 Kab. Pamekasan 09 Januari 2012 08 Januari 2103 30 Des 2013
Keterangan: