• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN AKAD IJARAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN AKAD IJARAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Moh Yusuf Zainal Arif NIM.C02211092

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya

(2)

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu

Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh

Moh Yusuf Zainal Arif NIM. C02211092

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syar’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya

(3)

NIM : C02211092

Fakutas/Jurusan/Prodi : Syari’ah dan Hukum/Hukum Perdata Islam/Muamalah Judul Skripsi : Tinjauan Akad Ija>rah Terhadap Sewa Jasa Pengeboran

Sumur dengan Sistem Borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 12 Januari 2015 Saya yang menyatakan,

(4)

Surabaya, 12 Januari 2015 Pembimbing,

(5)

Ilmu Syari’ah.

Majelis Munaqasah Skripsi:

Ketua Sekretaris

Fatikul Himami, M>.E.I.

NIP. 198009232009121002 NIP. 196006131990032002 Dra. Susilowati, MM.

Penguji I, Penguji II, Pembimbing,

Drs. H. M. Zayyin Chudlori, M.Ag.

NIP{. 195612201982031003 NIP. 197212042007011000 H. Mahir Amin, M.Fil.I NIP. 198009232009121002 Fatikul Himami, M.E.I.

Surabaya, 05 Februari 2015 Mengesahkan,

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Dekan,

(6)

untuk menjawab pertanyaan bagaimana mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan bagaimana tinjauan akad ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena data penelitian ini diperoleh dari masyarakat melalui proses pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa akad sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan boleh dan sah menurut hukum Islam. Hal ini dikarenakan dalam akad sewa jasa pengeboran sumur telah memenuhi rukun dan syarat sahnya akad ija>rah, yakni dengan adanya kerelaan dalam kesepakatan mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II SEWA JASA DALAM HUKUM ISLAM ... 18

A. Definisi Ija>rah ... 18

B. Rukun dan Syarat Ija>rah ... 20

C. Macam-macam Ija>rah ... 24

D. Landasan Hukum Ija>rah ... 28

E. Hukum Ija>rah ... 30

F. Pembayaran Ujrah ... 31

G. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah ... 34

(8)

2. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Desa Kemantren .... 39

3. Kondisi Sosial Perekonomian Desa Kemantren ... 39

4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kemantren ... 40

B. Sejarah Pengeboran Sumur ... 41

C. Praktik Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 42

1. Penentuan Lokasi atau Objek Pengeboran Sumur ... 43

2. Tata cara Kesepakatan dalam Sewa Jasa Pengeboran Sumur 45 3. Penentuan Biaya Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 45

4. Pembayaran Biaya Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 47

5. Berakhirnya Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 47

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ... 50

A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan ... 50

B. Analisis Akad Ija>rah Terhadap Sewa Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan ... 52

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(9)

berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia

1

ا

2

ب

B

3

ت

T

4

ث

Th

5

ج

J

6

ح

h}

7

خ

Kh

8

د

D

9

ذ

Dh

10

ر

R

11

ز

Z

12

س

S

13

ش

Sh

14

ص

s}

15

ض

d}

11

ط

t}

17

ظ

z}

18

ع

19

غ

Gh

20

ف

F

21

ق

Q

22

ك

k

22

ل

L
(10)

28

ء

29

ي

Y

Sumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertstions (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987)

B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong) Tanda dan

Huruf Arab Nama Indonesia

مَ

fath}ah A

َِ

kasrah I

َُ

d{ammah U

Catatan: Khusu untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a>’ (ءاضتقا)

2. Vokal Panjang (mad) Tanda dan

Huruf Arab Nama Indonesia Keterangan

اَى fath}ah dan alif a> a dan garis di

atas يِى kasrah dan ya’ i> i dan garis di atas

ُ وى d}ammah dan wawu u> u dan gari di atas Contoh : al-jama>’ah

(

ةعامجا

)

: takhyi>r (ريخ)

: yadu>ru (

رودي

)

C. Ta>’ Marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua:

1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.

(11)
(12)

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek

kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum mengenai hubungan

antara sesama manusia, baik secara individu maupun dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup saling

berhubungan dalam hal bermuamalah dengan sesama. Sebagai makhluk

sosial manusia membutuhkan jasa orang lain untuk memenuhi hajat hidup

dan mencapai kemajuan dalam hidupnya. Islam memerintahkan kepada

manusia untuk bekerja sama dalam segala hal, kecuali dalam perbuatan dosa

kepada Allah dan melakukan aniaya kepada sesama makhluk.1 Sebagaimana

firman Allah dalam surat an-Nisa>’ ayat 29:

                                          

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an -Nisa>’ 4: 29).2

1 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam Teori, Sistem, dan Aspek Hukum, (Surabaya: CV Putra

Media Nusantara, 2009), 51.

(13)

Dengan adanya hubungan sesama manusia tersebut maka timbullah

hak dan kewajiban yang merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan

dalam kehidupan manusia. Sehingga Islam memberikan aturan bermuamalah

yang bersifat mudah guna memberikan kesempatan perkembangan

kehidupan manusia dikemudian hari.

Aturan-aturan dalam muamalah ditujukan untuk mengatur kehidupan

manusia dalam urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan

kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing,

aturan-aturan tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip yang

terkandung dalam al-Quran dan Hadis.3

Dalam bermuamalah manusia hendaknya harus saling berbuat baik dan

memberikan bantuan terhadap sesama untuk memenuhi kebutuhan serta

mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Sebagaimana dalam firman

Allah SWT surat al-Ma>idah ayat 2:

                               

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (al-Ma>idah 5: 2).4

(14)

Salah satu bentuk kegiatan bermuamalah adalah ija>rah yang

merupakan bentuk kegiatan muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia, seperti sewa menyewa kontrak atau menjual jasa kepada pihak

yang membutuhkan jasa dan saling suka rela.5

Ija>rah dapat juga diartikan sebagai jual beli jasa (upah-mengupah),

yaitu mengambil manfaat dari hasil pekerjaan atau tenaga manusia, ada juga

yang menerjemahkan sebagai sewa-menyewa, yaitu mengambil manfaat dari

barang (objek sewa).6

Sewa menyewa sebagaimana perjanjian lainnya, merupakan perjanjian

yang bersifat konsensual, perjanjian ini memiliki kekuatan hukum pada saat

sewa menyewa berlangsung, dengan demikian pihak yang menyewakan harus

menyerahkan barang atau jasa kepada pihak penyewa. Dengan diserahkannya

barang atau jasa kepada pihak penyewa maka pihak penyewa berkewajiban

untuk menyerahkan uang sewa atau upah.7

Perihal sewa-menyewa telah ditentukan aturan-aturan hukum seperti

dasar hukum, rukun, syarat maupun bentuk dari sewa-menyewa yang

diperbolehkan. Untuk menyempurnakan sewa-menyewa, dalam hal ini sewa

jasa maka diperlukan perjanjian mengenai mekanisme sewa (upah) yang

disepakati dalam kegiatan tersebut. Hal ini diwujudkan dengan adanya

bentuk akad antara kedua belah pihak dengan ketentuan-ketentuan yang

harus disepakati oleh pihak yang melakukan akad tersebut.

5 Boedi Abdullah, Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka

Setia, 2014), 119.

6 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 122.

(15)

Dalam Islam mengakui adanya akad sebagai solusi untuk meniadakan

ketidakadilan maupun ketidakjujuran dalam melaksanakan suatu transaksi

muamalah maupun perjanjian. Karena pada dasarnya ketidakadilan dan

ketidakjujuran akan merugikan pihak lain.

Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sangat penting yaitu berupa

air dikenal dengan adanya istilah sewa jasa pengeboran sumur dimana pihak

yang menyewakan memberikan manfaat jasa pengeboran untuk mencari

sumber mata air. Pengeboran sumur tentunya harus berurusan dengan alam,

yakni kondisi lahan yang akan dijadikan objek pengeboran. Alam dalam hal

objek pengeboran sulit ditentukan apakah lahan itu mudah dalam proses

pengeboran atau mempersulit dalam proses pengeboran, sehingga dalam

urusan hal ini lebih bersifat mengira-ngira.

Pada praktik sewa jasa pengeboran sumur di Desa Kemantren Paciran

Lamongan kondisi lahan sebagai objek dari pengeboran tidak tentu, karena

kondisi geografis dari Desa Kemantren Paciran Lamongan memang sebagian

pegunungan sebagian lagi tanah lembah. Pada kondisi pegunungan proses

pengeboran jauh lebih sulit daripada kondisi tanah lembah, namun meskipun

kondisi tersebut berbeda kadang kala dilahan yang lembah juga mengalami

kesulitan dalam proses pengeboran. Oleh karena itu, masyarakat desa

Kemantren ketika menyewa jasa pengeboran biasanya menggunakan sistem

borongan dalam menetapkan harga jasa pengeboran.8

8

(16)

Sistem borongan biasanya cenderung mengira-ngira atau hanya

memprediksi biaya yang akan dikeluarkan serta keuntungan yang akan

didapatkan. Jika proses pengeboran itu mudah maka biaya yang dikeluarkan

menjadi sedikit sehingga pihak yang menyewakan jasa lebih diuntungkan

dan penyewa jasa merasa dirugikan. Namun jika proses pengeboran sulit

karena kondisi lahan maka biaya yang dikeluarkan akan melebihi batas

sehingga pihak yang menyewakan menjadi merugi.9

Dalam pelaksanaan perjanjian sewa jasa pengeboran sumur di Desa

Kemanteren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang menggunakan

sistem borongan biaya jasa ditetapkan dan dibayarakan sebelum pelaksanaan

proses pengeboran sumur dilakukan. Biaya pelaksanaan proses pengeboran

sumur tidak dapat ditentukan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk

proses pengeboran sumur, karena dalam sewa jasa pengeboran sumur tidak

dapat ditentukan secara pasti dan detail waktu dan sulit atau tidaknya proses

pengeboran sumur hingga sumber mata air ditemukan.

Dengan sistem penentuan biaya dan pembayaran sebelum proses

pengeboran sumur dilakukan akan memberikan celah bagi pihak yang

menyewakan jasa pengeboran sumur untuk meminta tambahan biaya lagi

bilamana proses pengeboran sumur membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk menemukan sumber mata air. Adanya permintaan tambahan dari pihak

yang menyewakan jasa pengeboran sumur terlihat jelas bahwa telah ada

penyimpangan dari perjanjian sebelum proses pengeboran sumur dilakukan.

9

(17)

Oleh karena itu, mekanisme dalam sewa jasa pengeboran jika tidak

diperhatikan pastinya akan memunculkan ketidak-adilan diantara pihak

setelah proses pengeboran selesai. Karena dalam muamalah sewa-menyewa

dilakukan atas dasar nilai-nilai keadilan dengan menghindari unsur-unsur

penganiayaan, dan unsur-unsur yang akan menimbulkan kerugian.

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka menarik kiranya

mengangkat fenomena yang telah terjadi untuk diangkat sebagai topik

penelitian imiah terhadap praktik sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem

borongan di desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi masalah

Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah yang

diantaranya adalah:

a. Praktik perjanjian sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem

borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan

b. Praktik sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa

Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

c. Penentuan harga dalam sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem

borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

(18)

d. Mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di

Desa Kemantren kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

e. Tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran sumur dengan

sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan

2. Batasan masalah

Dari beberapa masalah diatas masih bersifat umum, sehingga

diperlukan adanya batasan-batasan masalah dalam pembahasan agar

lebih terarah dalam permasalahannya sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan

sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan

b. Untuk menjelaskan tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa

pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penyusun merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem

borongan di desa Kemantren Paciran Lamongan?

2. Bagaimana tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran sumur

(19)

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada10

Masalah muamalah adalah permasalahn yang rumit dalam kehidupan

sehari-hari, Permasalahan ini telah banyak dibahas oleh ulama-ulama

terdahulu sampai saat ini. Banyak pula penelitian yang terikat dan

mengangkat masalah sewa jasa. Sedangkan untuk retrukturisasi pada sewa

jasa pengeboran sumur dalam judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa

Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan di Desa Kemantren

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” belum pernah dibahas. Adapun

referensi penulis yang penulis telusuri sudah banyak peneliti yang meneliti

tentang sewa jasa tetapi dengan objek, masalah dan tempat penelitian yang

berbeda. Seperti halnya yang penulis temui dalam referensi diantaranya

adalah:

“Tinjauan Hukun Islam Terhadap Kontrak Sewa KWH (Kilo Whatt)

Meter Listrik ketika Terjadi Peningkatan Daya Secara Ilegal di Dusun

Rejoso Desa Ngumpul Kecamatan Jegoroto Jombang”, hasil penulisan ini

menyimpulkan bahwa mekanisme kontrak sewa KWH (Kilo Whatt) dengan

cara ilegal tidak ada akad atau perjanjian baru sehingga dalam praktiknya

10 Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Edisi

(20)

kontrak sewa KWH berakibat batalnya akad sewa menyewa.11 Sedangkan

dalam penelitian ini membahas tentang mekanisme sewa jasa pengeboran

sumur dengan sistem borongan yang dalam penentuan biayanya berdasarkan

taksiran bersifat kira-kira di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan tidak sesuai yang disyariatkan dalam hukum ija>rah karena adanya

pihak yang merasa dirugikan.

“Studi Akad Ija>rah Terhadap Perjanjian Kerja Antara TKI dan PJTKI

(PT. Amri Maragatama Cab.Ponorogo”, hasil penulisan ini menyimpulkan

bahwa memang bentuk perjanjian kerja yang dibentuk secara tertulis oleh

pihak PJTKI: PT. Amri Margatama Cabang Ponorogo, tetapi para TKI tidak

diberi hak untuk memegang perjanjian kerja yang dibuat tersebut, maka

perjanjian antara TKI dengan PJTKI dianggap tidak sesuai dengan syarat

sahnya ija>rah, karena yang mengikatkan diri hanya pihak TKI saja.12

Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang mekanisme sewa jasa

pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan

Paciran Kabupaten Lamongan tidak sesuai yang disyariatkan dalam hukum

ija>rah karena adanya pihak yang merasa dirugikan.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Eka Putri Rahmawati dengan

judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Pembuatan Surat Mahram Bagi

Jamaah Haji dan Umroh di PT. Menara Suci Sejahtera Gresik”,

11 M. Muzakki Fuad, Tinjauan Hukun Islam Terhadap Kontrak Sewa KWH (Kilo Whatt) Meter

Listrik ketika Terjadi Peningkatan Daya Secara Ilegal di Dusun Rejoso Desa Ngumpul Kecamatan Jegoroto Jombang” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007), 74.

12 Ruwiyati, Studi Akad Ija>rah Terhadap Perjanjian Kerja Antara TKI dan PJTKI (PT. Amri

(21)

menyimpulkan bahwa dalam mekanisme jasa pembuatan surat mahram

untuk jamaah haji dan umroh dilakukan atas dasar kerelaan dan tolong

menolong, yakni pihak PT. Menara Suci Sejahtera akan membuatkan surat

mahram dan disertai upah dari jamaah haji dan umroh. Sehingga praktik jasa

pembutan surat mahram untuk jamaah haji dan umroh di PT. Menara Suci

Sejahtera dalam hukum Islam diperbolehkan dan dianggap sah.13 Sedangkan

dalam penelitian ini membahas tentang mekanisme sewa jasa pengeboran

sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan tidak sesuai yang disyariatkan dalam hukum ija>rah

karena adanya pihak yang merasa dirugikan.

Pada tahun 2013 skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Overmacht dalam perjanjian pemborongan (Studi Kasus Naskah Ujian

Nasional 2013) yang disusun oleh Imam Syafii, hanya membahas overmacht

dalam akad sewa jasa dalam benituk perjanjian borongan, dimana

kementerian pendidikan menyewa jasa pembuatan naskah ujian kepada PT.

Ghalia Indonesia dengan sistem borongan, praktik keadaan memaksa atau

overmacht dalam perjanjian borongan diperbolehkan atas dasar adanya

batasan-batasan darurat (uzur).14 Sedangkan dalam penelitian ini membahas

tentang mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di

Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang biaya

13 Eka Putri Rahmawati, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Pembuatan Surat Mahram Bagi

Jamaah Haji dan Umroh di PT. Menara Suci Sejahtera Gresik” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 78.

14 Imam Syafii, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan

(22)

borongan tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses

pengeboran sumur. Sehingga sewa jasa pengeboran sumur tidak sesuai yang

disyariatkan dalam hukum ija>rah karena adanya pihak yang merasa

dirugikan.

E. Tujuan Penelitian

Penulis meneliti dan membahas permasalahan ini dengan tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan

sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan

2. Untuk mengetahui tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran

sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini penulis berharap skripsi ini bermanfaat dan

berguna untuk:

1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah dan memperluas wawasan

dan pengetahuan tentang sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem

borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan|,

sehingga dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah

(23)

2. Secara praktis, sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan sewa jasa pengeboran sumur.

G. Defenisi Operasional

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini terutama mengenai

judul yang telah penulis ajukan yakni Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa

Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan di Desa Kemantren

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, maka penulis jelaskan beberapa

istilah operasional sebagai berikut:

Tinjauan

Akad Ija>rah : Ketentuan-ketentuan perjanjian sewa menyewa

khususnya dalam hal sewa jasa yang bersumber dari

al-Quran, Hadis dan beberapa pendapat Ulama Fikih.

Sewa jasa

Pengeboran Sumur : Perjanjian sewa menyewa dalam bentuk jasa dimana

pihak yang menyewakan memberikan jasa untuk mencari

sumber mata air dengan menggunakan alat berupa mesin

bor dalam kedalaman tertentu dan pihak yang menyewa

jasa memberikan upah.

Sistem Borongan : Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sistem

borongan adalah terjadinya kesepakatan antara kedua

belah pihak untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam

(24)

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni

data yang diperoleh langsung dari masyarakat melalui proses pengamatan

(observasi), wawancara15 yang dilaksanakan di Desa Kemantren

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a. Pelaksanaan sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan

yang selama ini telah dilakukan di Desa Kemantren Kecamatan

Paciran Kabupaten Lamongan.

b. Mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di

Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber primer

Sumber primer adalah data yang diterima langsung dari objek

yang akan diteliti (responden) dengan tujuan untuk mendapatkan

data yang kongkrit.16 Sumber data primer diperoleh dari:

1) Pihak penyewa jasa

2) Pihak yang menyewakan jasa

15

Masruhan, Metoodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 91.

16 Bagong Suryanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group,

(25)

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung oleh

peneliti sendiri. Data sekunder biasanya berwujud dokumentasi atau

data laporan yang tersedia.17 Adapun data tersebut meliputi:

1) Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam

2) Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer

3) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah

4) Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah

5) Boedi Abdullah & Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian

Ekonomi Islam Muamalah

6) Soeratno, Metode Penelitian Untuk Ekonomi Bisnis

7) Wahbah Az-zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 4

8) Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang benar, penulis menggunakan metode

penelitian sebagai berikut:

a. Observasi adalah mengamati berserta mendengar, mencari jawaban

terhadap fenomena yang ada di lapangan. 18 Teknik ini digunakan

guna untuk mengetahui secara langsung praktik sewa jasa

pengeboran sumur di Desa Kemantren.

b. Wawancara atau interview adalah kegiatan tanya jawab dengan tatap

muka langsung pewawancara dengan orang yang diwawancarai

(26)

dengan tujuan untuk memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir yang

diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.19

c. Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh

dari data tertulis.20 Dokumen dapat diperoleh dari buku harian, arsip

dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data sewa jasa

pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan.

4. Teknik pengolahan data

Data yang diperoleh langsung dari pihak yang bersangkutan dan

bahan pustaka selanjutnya diolah dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

a. Editing adalah memeriksa kelengkapan data. Teknik ini digunakan

untuk meneliti kembali data-data yang diperoleh. 21

b. Organizing adalah mengatur dan menyusun data sedemikian rupa

sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun skripsi ini dengan

baik.

c. Analizing adalah tahapan terakhir dengan menganalisis lebih lanjut

untuk memperoleh kesimpulan atas rumusan masalah yang ada.

5. Teknik analisis data

Teknik analisis data adalah upaya untuk mencari dan menata secara

sistematis hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi dan

19 Ibid., 237. 20 Ibid., 208.

21 Soeratno, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM,

(27)

wawancara. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan validitas penelitian

dan penyajian hasil penelitian dalam deskripsi yang mudah dipahami oleh

pembaca.22

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan tentang sewa jasa

pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis yaitu pola pikir yang menggambarkan, meringkas

berbagai kondisi, berbagai situasi atau fenomena masyarakat (sosial)

atau kenyataan yang ada dilapangan menganai sewa jasa pengeboran

sumur dengan sistem borongan, berbagai variabel yang muncul di

masyarakat yang menjadi objek penelitian.23

Selanjutanya dianalisa dengan pola pikir induktif yaitu metode

penalaran yang berpangkal dari pengumpulan data-data empiris yang

bersifat khusus kemudian dianalisis untuk disimpulkan pada keadaan

yang lebih umum dan kongkrit dari hasil penelitian.24 Dalam penelitian

ini data-data empiris tersebut diperoleh dari mekanisme sewa jasa

pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan.

22 Masruhan, Metodologi Penlitian...,290. 23 Ibid,.48-49.

(28)

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulis, skripsi ini dibagi dalam beberapa bab,

tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun susunan sistematikanya

adalah sebagai berikut:

Bab kesatu merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil

penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori dari penelitian ini yang berisi

pengertian ija>rah, rukun dan syarat ija>rah, macam-macam ija>rah, landasan

hukum ija>rah, hukum ija>rah, pembayaran ujrah, pembatalan dan berakhirnya

akad ija>rah.

Bab ketiga merupakan hasil penelitian yang berisi deskripsi wilayah

penelitian dan praktik sewa jasa pengeboran sumur yang terjadi di Desa

Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

Bab keempat merupakan analisis terhadap mekanisme sewa jasa

pengeboran sumur dan analisis akad ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran

sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan.

Bab kelima berisi kesimpulan dan saran dari analisi akad ija>rah terhadap

sewa jasa pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran

(29)

18 BAB II

SEWA JASA DALAM HUKUM ISLAM

A. Definisi Ija>rah

1. Definisi ija>rah Secara Bahasa

Ija>rah berasal dari kata al-ajru (

رجأا

) yang artinya al-‘iwadh (

ضوعلا

)

yang dalam bahas Indonesia memiliki arti ganti dan upah.1 Rahmat

Syafi’i meberikan pengertian ija>rah sebagai (

ةعف ما عيب

)

yaitu jual beli

manfaat.2

Menurut pengertian syara’, ija>rah adalah suatu jenis akad untuk

mengambil manfaat dengan jalan penggantian.3 Wahbah az-Zuhayli

memberikan pengertian ija>rah yaitu baik arti secara bahasa maupun

istilah sama yaitu jual beli manfaat (

ةعف ما عيب

)

.4

2. Definisi ija>rah Secara Istilah

Secara istilah atau terminologi, ija>rah terdapat banyak definisi yang

telah dikemukakan oleh para ulama dengan tujuan dan substansi yang

sama, antara lain sebagai berikut:

Menurut Ulama Hanafiyah, ija>rah adalah:

1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 114. 2 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 121.

3 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kamaluddin A. Marzuki, Jilid: XIII (Bandung: al-Ma’arif,

1987), 7.

4 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,

(30)

ٍةمدْوُصْقمم ٍةمموُلْعمم ٍةمعمفْ مم ُكْيِلْمَُدْيِفُي ٌدْقُع

ٍضْومعِب ِةمر ِجْأمتْسُمْلا ِْْمعْلا منِم

“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan

disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan”.

Menurut Ulama Malikiyah, ija>rah adalah:

ِنماْوُقْ ممْلا ِضْعم بمو ِ ىِممدآا ِةمعمفْ مم ىملمع ِدُقامع تلا ُةميِمْسمت

“Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawai dan

untuk sebagian yang dapat dipindahkan”.5

Menurut Ulama asy-Syafi’iyah, Ija>rah adalah:

ٍمْوُلْعمم ٍضْومعِب ِةمحامبِءاامو ِلْذمبْلِل ٍةملِبامق ٍةمحامبُم ٍةممْوُلْعمم ٍةمدْوُصْقمم ٍةمعمفْ مم ىملمع ٌدْقمع

“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan

mubah serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti

tertentu”.6

Menurut Idris Ahmad, upah adalah mengambil manfaat tenaga orang

lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu.7

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa ija>rah adalah

menukarkan sesuatu dengan imbalan tertentu yang dalam terjemahan bahasa

Indonesia disebut sewa menyewa atau upah mengupah. Sewa menyewa

merupakan jual beli manfaat atas barang tertentu, sedangkan upah mengupah

merupakan jual beli jasa atau tenaga atas perbuatan atau pekerjaan tertentu.

5 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah..., 114. 6 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah..., 122.

(31)

Tujuan disyariatkan ija>rah menurut Amir Syarifuddin adalah untuk

memenuhi keringanan kepada umat manusia dalam pergaulan hidup.

Seseorang mempunyai uang akan tetapi tidak dapat bekerja, dipihak lain ada

yang punya tenaga dan membutuhkan uang. Seseorang tidak memiliki mobil

tapi membutuhkan mobil, dipihak lain seseorang mempunyai mobil dan

memerlukan uang. Dengan transaksi ija>rah kedua belah pihak dapat

memperoleh manfaat dari akad tersbut.8

B. Rukun dan Syarat Ija>rah

1. Rukun ija>rah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun ija>rah adalah ijab dan qabul, antara

lain dengan menggunakan kalimat al-Ija>rah, al-Isti’jar dan al-Ikra.9

Sedangkan menurut jumhur ulama rukun ija>rah ada empat, yaitu dua

pelaku akad (pemilik sewa dan penyewa), shighat (ijab dan qabul), upah

dan manfaat.10 Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah menjelaskan bahwa

rukun ija>rah adalah sebagai berikut:

a. Adanya pihak yang melakukan akad, yaitu terdiri dari ajir dan

musta’jir yaitu orang yang akan melakukan akad sewa menyewa atau

upah mengupah. Ajir adalah orang yang menerima upah atas

pekerjaan yang dilakukan, sedangkan musta’jir adalah orang yang

memberi upah atau penyewa jasa.

8 Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), 217. 9 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah..., 125.

10

Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,

(32)

b. Shighat (ijab qabul) yaitu ikatan kata antara ajir dan musta’jir yang

menunjukan kerelaan antara keduanya.

c. Ujrah atau upah atau bisa dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan

atas manfaat yang telah diperoleh dari akad ija>rah.

d. Manfaat, yaitu sesuatu diperoleh dari barang yang disewakan atau

pekerjaan yang akan dikerjakan.11

2. Syarat ija>rah

Menurut Wahbah az-Zuhayli akad ija>rah dianggap sah apabila telah

memenuhi syarat sah ija>rah sebagai berikut:

1. Adanya kerelaan antara kedua pelaku akad

2. Hendaknya objek akad (manfaat) harus diketahui manfaatnya guna

menghindari perselisihan. Penjelasan objek kerja dalam penyewaan tenaga

kerja adalah sebuah tuntutan untuk menghindari ketidakjelasan. Karena

ketidakjelasan dari objek kerja maka akan mengakibatkan perselisihan

dan rusaknya akad ija>rah. Sehingga objek kerja harus dijelaskan jenis,

tipe, kadar dan sifat dari objek kerja tersebut.

3. Objek akad dapat diserahkan secara nyata (hakiki) maupun syara

4. Manfaat yang dijadikan objek ija>rah dibolehkan secara syara

5. Hendaknya upah berupa harta yang bernilai dan dapat diketahui12

Selain itu banyak pendapat menegenai syarat ija>rah, diantaranya adalah

sebagaimana yang telah dikutip oleh Helmi Karim sebagai berikut:

11 Sohari Sahrani, Ruf’ahAbdullah, Fikih Muamalah..., 170.

12 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,

(33)

a. Adanya kerelaan antara kedua belah pihak yang melakukan akad,

yaitu ajir dan musta’jir. Dalam konteks ini tidak boleh dilakukan

akad ija>rah oleh salah satu pihak atau kedua-duanya atas dasar

keterpaksaan, baik keterpaksaan itu datangnya dari pihak-pihak yang

berakad atau pihak lainnya.13 Sebagaimana firman Allah dalam surat

an-Nisa>’ ayat 29:

                                          

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an-Nisa>’ 4: 29).14

b. Helmi Karim menambahkan bahwa didalam melakukan akad shighat

ijab qabul harus jelas artinya didalam akad tidak boleh adanya unsur

penipuan, baik dari ajir maupun musta’jir. Hukum Islam telah

melarang berbuat khianat ataupun menipu dalam berbagai transaksi

muamalah. Sehingga kedua belah pihak dalam berakad harus

mempunyai pengetahuan yang luas tentang mekanisme ija>rah supaya

diantara kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan atau

tidak mendatangkan perselisihan dikemudian hari.

13 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 35

(34)

c. Objek dari akad ija>rah adalah sesuai dengan realitas, bukan sesuatu

yang tidak berwujud. Dengan demikian, objek yang menjadi manfaat

kerja yang diperjanjikan dapat diketahui dengan jalan mengadakan

pembatasa jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

d. Manfaat dari yang menjadi objek ija>rah adalah hal yang

diperbolehkan dan bukan sesuatu yang dilarang. Dalam hal ini berarti

pekerjaan yang diperjanjikan termasuk jenis pekerjaan yang

dihalalkan menurut syara’ bermanfaat bagi perorangan maupun

masyarakat. Dengan demikian, tidak dibenarkan menerima upah

untuk sesuatu perbuatan yang dilarang agama.15 Chairuman Pasaribu

menambahkan bahwa manfaat pekerjaan yang diperjanjikan juga

harus dapat diketahui dengan jelas dan dapat diketahui secara

sempurna. Kejelasan manfaat pekerjaan ini dapat diketahui dengan

cara mengadakan pembatasan waktu atau jenis pekerjaan yang harus

dilakukan.

e. Pemberian upah atau imbalan dalam ija>rah harus sesuatu yang

bernilai yang tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.

Serta harus diketahui jumlahnya, wujudnya dan pembayarannya.16

Menurut Nasrun Haroen upah juga harus dapat diserahkan sehingga

tidak sah upah dalam bentuk burung di udara dan ikan didalam air.

Upah juga tidak boleh berupa manfaat yang sejenis dengan objek

akad, misalnya menyewa rumah dibayar dengan menyewa rumah.

15 Helmi Karim, Fiqh Muamalah..., 35-36.

(35)

f. Manfaat yang menjadi objek ija>rah harus jelas dan dapat diketahui

secara sempurna, sehingga tidak memicu perselisihan dikemudian

hari. Apabila kejelasan manfaat dari ija>rah tidak diketahui secara

jelas dan sempurna maka akad ija>rah dianggap tidak sah.

g. Objek ija>rah harus dapat diserahkan dan dipergunakan secara

langsung dan tidak bercacat. Para ulama sepakat menyatakan bahwa

tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan secara

dan dimanfaatkan secara langsung.17

C. Macam-macam Ija>rah

Menurut ulama Syafi’iyah akad ija>rah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ija>rah ‘ain

Sewa menyewa atas barang tertentu seperti rumah dan mobil. Ija>rah

ini memiliki tiga syarat yaitu: upah harus diketahui secara spesifik atau

sudah diketahui, barang yang disewakan terlihat oleh kedua pelaku akad

dan ija>rah tidak boleh disandarkan pada masa yang akan datang.

2. Ija>rah dhimmah

Sewa menyewa atas manfaat yang berkaitan dengan tanggung jawab

orang yang menyewakan. Ija>rah ini memiliki dua syarat, yaitu: upah

harus diberikan di majelis dan barang yang disewa harus ditentukan jenis,

tipe, dan sifatnya.

(36)

Menurut Sudarsono, akad ija>rah jika dilihat dari objeknya terdiri dari

dua macam, yaitu:

1. Ija>rah ‘ala> al-‘aya>n

Sewa menyewa dalam bentuk benda atau binatang dimana orang

yang menyewakan mendapat imbalan dari penyewa. Misalnya, sewa

mobil, rumah, binatang tunggangan dan lain sebagainya.

2. Ija>rah ‘ala> al-a’ma>l

Perikatan tentang pekerjaan atau buruh manusia dimana pihak

penyewa memberikan upah kepada pihak yang menyewakan jasa, biasa

akad seperti ini dikenal dengan istilah sewa jasa. Misalnya, menjahitkan

pakaian, membangun rumah dan lain sebagainya.

Subjek dari ija>rah ‘ala> al-a’ma>l terdiri dari:

a. Pihak yang harus melakukan pekerjaan tertentu yang disebut dengan

ajir. Ajir disini juga bisa disebut sebagai pihak yang memberikan atau

menyewakan jasa.

b. Pihak yang memberikan pekerjaan tertentu yang disebut dengan

musta’jir. Musta’jir disini juga bisa disebut sebagai pihak yang

menyewa jasa dari ajir.18

Dilihat dari segi jenis pekerjaannya ajir dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu:

a. Ajir Khas} atau khusus, menurut Wahbah az-Zuhaily ajir khas} adalah

orang yang memberikan jasa untuk melakukan suatu pekerjaan

(37)

tertentu dengan waktu tertentu pula kepada satu musta’jir saja.

Misalnya penjaga toko, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi,

buruh pabrik dan lain sebagainya.19

Ajir khas} yang berkaitan dengan perburuhan adalah perjanjian

yang diadakan antara pihak pekerja (buruh) dengan pihak yang

memberikan pekerjaan (majikan), dan biasanya pihak pekerja

memberikan perintah dan yang melakukan pekerjaan harus mentaati

perintah.20

Menurut Sayyid Sabiq, dalam akad ija>rah seorang ajir khas} tidak

mempunyai hak kecuali dengan bayaran yang serupa dengan yang

semisalnya tentang perolehan dimana ajir bekerja pada masa tersebut.

Selama masa yang telah ditentukan, ajir khas} tidak boleh bekerja

untuk kepentingan pihak lain pada masa itu, jika bekerja untuk

kepentingan pihak lain, maka upahnya bisa dikurangi sesuai dengan

kerjanya.21 Bahkan sebagaimana yang telah dikutip oleh Sudarsono,

seorang ajir khas} tidak boleh bekerja untuk kepentingan pribadi

selama dalam waktu kerja yang telah ditentukan tersebut kecuali

dengan dua sebab, yaitu:

1) Apabila mendapatkan izin dari pemberi pekerjaan atau musta’jir,

seperti izin untuk beristirahat, makan, berobat dan lain

sebagainya.

19 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,..., 417. 20 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam..., 153-154.

(38)

2) Apabila ada ketentuan adat atau kebiasaan, seperti melakukan

ibadah. Beberapa ulama berpendapat bahwa ada ketentuan khusus

mengenai hal ini, yaitu ajir khas} tidak dibenarkan menjalankan

ibadah sunnah seperti salat sunnah yang dapat mengurangi waktu

kerja atau dapat mengurangi hal lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas atau pekerjaan tertentu.22

b. Ajir musytarak atau umum, adalah orang yang memberikan jasa

untuk melakukan pekerjaan tertentu kepada orang banyak dalam satu

waktu atau dengan kata lain disebut dengan kerja sama dengan orang

lain. Misalnya, penjahit, montir, tukang bangunan dan lain

sebagainya.23

Salah satu bentuk dari ajir musytarik menurut Chairuman

Pasaribu adalah berkaitan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan,

yaitu perjanjian yang diadakan oleh pihak pemborong dengan pihak

yang memberikan pekerjaan borongan. Bagaimana caranya pihak

pemborong pekerjaan untuk melakukan pekerjaan tersebut tidaklah

penting bagi pihak yang memborongkan, yang penting hasil

pekerjaan yang diserahkan kepadanya dalam keadaan baik. Biasanya

perjanjian pemborongan ini selalu dikaitkan dengan jangka waktu.24

Dalam akad ija>rah objek pekerjaan dari ajir musytarak adalah

pekerjaan dan hasilnya, dengan demikian sebagaimana yang ditulis

22 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam..., 427.

(39)

oleh Sudarsono pembayaran yang diberikan oleh pemberi pekerjaan

berdasarkan atas dua hal, yaitu:

1) Ada atau tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh ajir sebagai

penerima pekerjaan.

2) Sesuai atau tidaknya hasil pekerjaan dengan kesepakatan

bersama.25

D. Landasan Hukum Ija>rah

Ija>rah sebagaimana yang ditulis oleh Helmi Karim merupakan salah satu

bentuk aktifitas antara dua pihak yang berakad dengan tujuan untuk

meringankan salah satu pihak yang berakad atau saling meringankan. Ija>rah

juga termasuk salah satu bentuk aktifitas tolong menolong yang diajarkan

dalam agama Islam. Oleh sebab itu para ulama menilai bahwa ija>rah

merupakan suatu hal yang boleh bahkan kadang-kadang perlu dilakukan,

meskipun ada juga pendapat yang melarang ija>rah, tetapi oleh jumhur ulama

pendapat tersebut dianggap tidak ada.26

Banyak ayat dan riwayat yang dijadikan landasan oleh para ulama akan

kebolehan ija>rah tersebut. Berikut landasan hukum dibolehkannya ija>rah

yang terdapat didalam al-Quran:

1. Surat al-Qas}as} (28) ayat 26-27

(40)

                                                                             

Artinya: “salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya"(26). Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik"(27). (al-Qas}as} 28: 26-27).27

2. Surat at}-T}ala>q (65) ayat 6

                                                               

Artinya: “tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu

bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka

(41)

menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh

menyusukan (anak itu) untuknya”. (at}-T}ala>q 65: 6)28

Sedangkan landasan hukum ija>rah yang terdapat di hadis adalah sebagai

berikut:

ملامق يِقْشممدْلا ِدْيِلموْلا ُنْب ُسابمعْلا امم ثدمح

:

يِمملُسْلا مةيِطمع ِنْب ِدْيِعمس ِنْب ُبْمو ام ثدمح

ملامق

:

ممملْسمأ ِنْب ِنمْْمرْلا ُدْبمع امم ثدمح

,

ْيِبمأ ْنمع

ِه

,

ِه ِدْبمع ْنمع

ُرممُع ِنْب

,

ِه ُلْوُسمر ملامق

مملمسمو ِهْيملمع ُه ىلمص

:

ُمرْجمأ ُرْ يِجمأا اوُطْعمأ

,

ُهمقمرمع فِمَ ْنمأ ملْبم ق

.

Artinya: “Telah bercerita kepada kami al-Abbas bin al-Dimasqy ia berkata: Telah bercerita kepada kami Wahb bin Salim as-Sulaimii berkata: Telah bercerita kepada kami Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kekeknya dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah bersabda: Berikanlah upah (gaji)

pekerja sebelum keringatnya kering”.29

E. Hukum Ija>rah

Ija>rah baik dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah

mengupah merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam.

Hukum asalnya adalah boleh atau mubah apabila dilakukan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam hukum Islam.30

Ija>rah menurut ulama Hanafiyah merupakan akad yang lazim namun

boleh dibatalkan apabila terdapat uzur. Ulama Hanafiyah juga berpendapat

bahwa akad ija>rah batal apabila salah satu dari pihak yang berakad

28 Departemen Agam RI, Al-Quran dan Terjemahnya..., 817.

(42)

meninggal dunia. Sedangkan menurut jumhur ulama, ija>rah adalah akad yang

mengikat, yang tidak bisa dibatalkan kecuali dengan sebab-sebab jelas,

seperti adanya cacat atau hilangnya manfaat. Jumhur juga berpendapat

bahwa meninggalnya pihak yang berakad tidak dapat membatalkan akad

ija>rah karena akad ija>rah merupakan akad yang mengikat.

Akad ija>rah dianggap sahih bilamana adanya ketetapan hak milik atas

manfaat bagi penyewa, dan tetapnya hak milik atas uang sewa atau upah

bagi yang menyewakan. Hal ini dikarenakan akad ija>rah adalah akad jual beli

manfaat.31

Menurut ulama Hanafiyah, akad ija>rah itu rusak bilamana penyewa telah

mendapatkan manfaat akan tetapi orang yang menyewakan atau yang

bekerja dibayar lebih kecil dari kesepakatan awal atau pembayarannya tidak

sesuai dengan pekerjaan.32

F. Pembayaran Ujrah

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah memberikan penjelasan

bahwa pembayaran ujrah dalam akad ija>rah dapat disyaratkan

pembayarannya dipercepat atau ditangguhkan oleh kedua pihak yang

berakad. Menurut ulama Hanafiyah, mensyaratkan mempercepat

pembayaran ujrah dan menangguhkan pembayaran itu boleh, seperti halnya

mempercepat yang sebagian dan menangguhkan yang sebagian lagi. Apabila

pembayaran ujrah tidak disyaratkan untuk mempercepat atau

(43)

menangguhkan, maka ujrah dikaitkan dengan waktu dan wajib dipenuhi

setelah berakhirnya waktu. Apabila akad ija>rah adalah pekerjaan maka

kewajiban membayarkan ujrah pada saat setelah pekerjaan selesai.33

Abu Hanifah berpendapat bahwa pembayaran ujrah wajib diserahkan

berangsur-angsur sesuai dengan manfaat yang telah diterima oleh pihak

penyewa apabila akad sudah berlangsung dan tidak ada pensyaratan

pembayaran serta tidak ada ketentuan untuk penangguhan

pembayarrannya.34 Menurut Imam Syafi’i dan Ahmad, sesungguhnya ajir

berhak mendapatkan upah berdasarkan akad itu sendiri, jika ajir

menyerahkan zat benda atau jasa kerja kepada musta’jir, maka ajir berhak

menerima pembayaran ujrah karena musta’jir telah menerima manfaat dari

akad ija>rah tersebut.35

Banyak pendapat mengenai waktu pembayaran ujrah, diantaranya adalah

menurut Sayyid Sabiq bahwa pembayaran ujrah dapat dilakukan pada saat:

1. Selesainya suatu pekerjaan

Pembayaran ujrah diberikan pada saat pekerjaan selesai, apabila akad

ija>rah berupa ija>rah ala> al-a’ma>l. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah

Saw:

33 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kamaluddin A. Marzuki, Jilid: XIII..., 20. 34 Sohari Sahrani, Ruf’ahAbdullah, Fikih Muamalah..., 172.

35 Al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab,‘Abdullah

(44)

ملامق يِقْشممدْلا ِدْيِلموْلا ُنْب ُسابمعْلا امم ثدمح

:

مةيِطمع ِنْب ِدْيِعمس ِنْب ُبْمو ام ثدمح

ملامق يِمملُسْلا

:

ممملْسمأ ِنْب ِنمْْمرْلا ُدْبمع امم ثدمح

,

ِهْيِبمأ ْنمع

,

ِنْب ِه ِدْبمع ْنمع

ُرممُع

,

ملامق

مملمسمو ِهْيملمع ُه ىلمص ِه ُلْوُسمر

:

ُمرْجمأ ُرْ يِجمأا اوُطْعمأ

,

ُهمقمرمع فِمَ ْنمأ ملْبم ق

.

Artinya: “Telah bercerita kepada kami al-Abbas bin al-Dimasqy ia berkata: Telah bercerita kepada kami Wahb bin Salim as-Sulaimii berkata: Telah bercerita kepada kami Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kekeknya dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah

bersabda: Berikanlah upah (gaji) pekerja sebelum keringatnya kering”.36

2. Telah terpenuhinya manfaat atas barang sewaan

Manfaat dari akad ija>rah telah terpenuhi dan telah diberikan kepada

pihak penyewa. Apabila terjadi kerusakan terhadap barang sebelum

dimanfaatkan maka ija>rah dianggap batal.

3. Terpenuhinya manfaat pada saat waktu akad ija>rah masih berlangsung

meskipun manfaat tersebut belum terpenuhi secara keseluruhan.

4. Mempercepat dalam bentuk pelayanan atau kesepakatan antara kedua

belah pihak sesuai dengan syarat, yaitu mempercepat bayaran.37

5. Ujrah dalam akad ija>rah barang dibayar ketika akad sewa atau dibayar

diawal setelah terjadinya akad, kecuali dalam akad ditentukan lain dan

tidak merugikan salah satu pihak.38

36

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah..., 817.

(45)

G. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ija>rah

Para ulama berbeda pendapat menegenai sifat akad ija>rah yang mengikat

kedua belah pihak atau tidak. Ulama Hanfiyah berpendapat akad ija>rah

bersifat mengikat tetapi dapat dibatalkan secara sepihak apabila terdapat

uzur dari salah satu pihak yang berakad. Adapun Jumhur ulama mengatakan

bahwa akad ija>rah bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang tidak bisa

dimanfaatkan.

Menurut Sayyid Sabiq, akad ija>rah dapat menjadi batal dan berakhir bila

ada hal-hal sebagai berikut:

1. Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika ditangan penyewa.

2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti ambruknya rumah runtuhnya

bangunan gedung.

3. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang upahkan untuk

dijahit.

4. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang

telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.

5. Menurut Hanafiyah salah satu pihak dari yang berakad boleh

membatalkan akad ija>rah jika ada kejadian-kejadian yang luar biasa,

seperti terbakarnya gedung, tercurinya barang-barang dagangan dan

kehabisan modal.39

6. Menurut ulama Hanafiyah apabila ada uzur seperti rumah disita maka

akad berakhir. Sedangkan jumhur ulama melihat bahwa uzur yang

39 Abdul Rahman Ghazaly, et al. Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010),

(46)

membatalkan ija>rah itu apabila objeknya mengandung cacat atau

manfaatnya hilang.40

Secara umum Wahbah az-Zuhaily berpendapat bahwa akad ija>rah

berakhir berdasarkan sebab-sebab sebagai berikut:

1. Akad ija>rah telah habis atau selesai. Menurut ulama Hanafiyah salah satu

dari pihak yang berakad ada yang meninggal maka akad ija>rah berakhir,

karena warisan berlaku dalam barang yang ada dan dimiliki, selain itu

manfaat dalam akad ija>rah terjadi bertahap sehingga ketika orang yang

mewariskan meninggal maka manfaatnya menjadi tidak ada. Namun

menurut jumhur ulama akad ija>rah tidak batal dengan meninggalnya salah

satu pihak yang berakad. Hal ini dikarenakan akad ija>rah merupakan akad

yang mengikat seperti halnya akad jual beli.

2. akad ija>rah dapat berakhir dengan adanya pengguguran akad, hal ini

dikarenakan akad ija>rah dapat dikatakan sebagai akad tukar menukar

sehingga akad ija>rah dapat dibatalkan seperti halnya akad jual beli.

3. Akad ija>rah berakhir dengan adanya kerusakan pada barang yang

disewakan. Namun ada beberapa pendapat bahwa rusaknya barang tidak

dapat membatalkan akad ija>rah, diantaranya adalah pendapat Muhammad

Ibnul Hasan bahwa ija>rah tidak batal karena manfaatnya yang hilang

dapat dipenuhi lagi.

4. Akad ija>rah berakhir dikarenakan telah habisnya masa ija>rah kecuali ada

uzur atau halangan, karena akad ija>rah ditetapkan sampai batas tertentu

40 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqh Muamalat), (Jakarta: PT. Raja

(47)

maka akad ija>rah dianggap habis ketika sampai pada batas waktunya.

Pendapat ini adalah pendapat yang disepakati oleh para fuqoha.41

41 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V...,

(48)

37 BAB III

SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DI DESA KEMANTREN

KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

Seacara umum kondisi suatu wilayah di daerah sangat menentukan

kepribadian masyarakat yang menempati wilayah tersebut. Kondisi suatu

wilayah di daerah tertentu akan mempengaruhi perbedaan karakteristik dan

kepribadian masyarakat di suatu wilayah yang satu dengan wilayah yang

lainnya. Kondisi wilayah di daerah merupakan hal yang sangat penting untuk

mengetahui sifat atau karakteristik masyarakat di daerah tersebut dalam

berprilaku sehari-hari.

Perbedaan karakteristik dan kepribadian masyarakat dari suatu daerah

satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu,

diantaranya adalah faktor geografis dan faktor ekonomi. Begitu pula yang

terjadi di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan,

faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi karakteristik dan kepribadian

masyarakat yang menempati Desa Kemantren Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik dan kepribadian

(49)

1. Letak dan kondisi geografis Desa Kemantren

Desa Kemantren merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Desa

Kemantren memiliki beberapa kelembagaan diantaranya adalah 1 Dusun,

5 Rukun Warga (RW) dan 30 Rukun Tetangga (RT). Posisi Desa

Kemantren bersebelahan dengan desa-desa lainnya yang menjadi

batas-batas wilayah desa, batas-batas-batas-batas wilayah Desa Kemantren adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Desa Sidokelar Kecamatan Paciran

Sebelah Selatan : Desa Dagan Kecamatan Solokuro

Sebelah Barat : Desa Banjarwati Kecamatan Paciran1

Kondisi lahan di Desa Kemantren tidak hanya berupa tanah lembah

saja, akan tetapi juga terdapat kondisi lahan berupa lautan, perbukitan dan

pegunungan yang sangat luas. Namun dengan mulai adanya peningkatan

kepadatan penduduk dan mulai majunya perekonomian di Desa

Kemantren semua lahan yang ada di Desa Kemantren baik lahan yang

lembah maupun perbukitan atau pegunungan mulai ditempati oleh

masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang dari luar Desa

Kemantren.2

1

(50)

2. Jumlah penduduk dan luas wilayah Desa Kemantren

Desa Kemantren merupakan salah satu desa yang memiliki wilayah

yang luas daripada desa-desa lainnya di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan. Luas secara keseluruhan mencapai 63,140 Ha. Wilayahnya

terbagi antara lain wilayah laut, lembah dan perbukitan atau

pegunungan.3 Jumlah penduduk Pada tahun 2013 Desa Kemantren

sebanyak 6047 jiwa dengan rincian dari keseluruhan penduduk adalah

laki-laki sebanyak 3114 jiwa dan perempuan sebanyak 2460 serta

memiliki 1490 kepala keluarga.4

3. Kondisi sosial perekonomian Desa Kemantren

Perokonomian di Desa Kemantren dapat dikatakan mulai dalam

jenjang berkembang menuju perekonoman yang maju atau daerah industri,

meskipun sampai saat ini masyarakat Desa Kemantren masih banyak

yang berprofesi sebagai petani atau buruh tani dan nelayan. Hal ini

disebabkan karena kondisi wilayah Desa Kemantren yang didominasi

wilayah lautan dan daeran lembah untuk bercocok tanam. Namun dengan

banyaknya pembangunan industri yang mulai maju masyarakat Desa

Kemantren sebagian beralih dari petani menjadi buruh industri.5 Berikut

data pekerjaan masyarakat Desa Kemantren berdasarkan data di Kantor

Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan:

3 Ahmad N Hadi, Wawancara, Lamongan, 01Desember 2014.

(51)

Petani : 386 orang

Buruh tani : 51 orang

Nelayan : 326 orang

Buruh industri : 216 orang

Buruh bangunan : 70 orang

Pertambangan batu kapur : 30 orang

Pedagang : 275 orang

Jasa angkutan : 30 orang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 16 orang6

4. Struktur organisasi pemerintah Desa Kemantren

Seperti desa pada umumnya struktur organisasi pemerintahan Desa

Kemantren dipimpin oleh Kepala Desa yang dibantu oleh seorang

Sekretaris Desa dan Kepala bidang-bidang tertentu. Berikut struktur

oraganisasi pemerintah Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan bedasarkan data di Kantor Desa Kemantren:

a. Kepala Desa : Suaji, S.Ag.

b. Sekretaris Desa : Muhtar Jamil

c. Kaur Keuangan : Siti Zulaikhah

d. Kaur Umum : Ahmad N. Hadi

e. Kasi Pemerintahan : Sumarji

f. Kasi Kesamas : Suwanan

g. Kasi Tantrib : M. Zahroni

(52)

h. Kasi Pem. Perempuan : Fidiyatul Farihah

i. Kepala Dusun : H. Subandi7

B. Sejarah Pengeboran Sumur

Perkembangan perekonomian mempengaruhi tingkat kebutuhan

masyarakat baik itu kebutuhan yang bersifat pokok maupun kebutuhan yang

bersifat pelengkap. Salah satu kebutuhan masyarakat yang bersifat pokok

adalah sumber mata air, sumber mata air sangat dibutuhkan bagi masyarakat

untuk memenuhi kebutuhannya dalam kehidupan sehari-sehari. Karena pada

dasarnya air merupakan sumber utama kehidupan manusia di bumi ini.

Untuk memperoleh sumber mata air yang bersih di Desa Kemantren

tentunya tidak mudah, karena sumber air yang bersih dan sehat hanya dapat

diperoleh dikedalaman tertentu didalam bumi. Cara memperoleh sumber

mata air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Penggalian lubang (sumur) dengan kedalaman tertentu

Cara ini merupakan cara yang digunakan oleh masyarakat secara

manual dengan menggunakan tenaga manusia dengan alat seadanya tanpa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi menstruasi yaitu sebanyak 32

Dengan demikian Prima Tani dilaksanakan dengan empat strategi (Badan Litbang Pertanian, 2004): (1) Menerapkan teknologi inovatif tepat-guna melalui penelitian dan

(1991), pertumbuhan tunas-tunas terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk

HUBUNGAN GAMBARAN HEMATOLOGI DAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA SYOK PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RUMAH SAKIT GOTONG

Pada kegiatan inti pelajaran, guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran Fisika dengan Kompetensi Dasar Menerapkan gerak parabola dengan menggunakan

Diharapkan perkembangan Pelabuhan Bajoe tidak berdampak kepada masyarkat sekitar yang dimana tempat mata pencariannya sebagai nelayan dan seiring berkembangnya pelabuhan

dapat menambah wacana pengetahuan tentang pengaruh independensi, good corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, dan komisaris

Karena ketidakberdayaan ini, maka manusia mencari pegangan yang dapat melindungi dirinya dengan mencoba menyelaraskan hubungan manusia dengan alam lingkungannya, dan