SKRIPSI
Oleh:
Moh Yusuf Zainal Arif NIM.C02211092
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum
Oleh
Moh Yusuf Zainal Arif NIM. C02211092
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syar’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya
NIM : C02211092
Fakutas/Jurusan/Prodi : Syari’ah dan Hukum/Hukum Perdata Islam/Muamalah Judul Skripsi : Tinjauan Akad Ija>rah Terhadap Sewa Jasa Pengeboran
Sumur dengan Sistem Borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Surabaya, 12 Januari 2015 Saya yang menyatakan,
Surabaya, 12 Januari 2015 Pembimbing,
Ilmu Syari’ah.
Majelis Munaqasah Skripsi:
Ketua Sekretaris
Fatikul Himami, M>.E.I.
NIP. 198009232009121002 NIP. 196006131990032002 Dra. Susilowati, MM.
Penguji I, Penguji II, Pembimbing,
Drs. H. M. Zayyin Chudlori, M.Ag.
NIP{. 195612201982031003 NIP. 197212042007011000 H. Mahir Amin, M.Fil.I NIP. 198009232009121002 Fatikul Himami, M.E.I.
Surabaya, 05 Februari 2015 Mengesahkan,
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Dekan,
untuk menjawab pertanyaan bagaimana mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan bagaimana tinjauan akad ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena data penelitian ini diperoleh dari masyarakat melalui proses pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa akad sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan boleh dan sah menurut hukum Islam. Hal ini dikarenakan dalam akad sewa jasa pengeboran sumur telah memenuhi rukun dan syarat sahnya akad ija>rah, yakni dengan adanya kerelaan dalam kesepakatan mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan.
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11
G. Definisi Operasional ... 12
H. Metode Penelitian ... 13
I. Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II SEWA JASA DALAM HUKUM ISLAM ... 18
A. Definisi Ija>rah ... 18
B. Rukun dan Syarat Ija>rah ... 20
C. Macam-macam Ija>rah ... 24
D. Landasan Hukum Ija>rah ... 28
E. Hukum Ija>rah ... 30
F. Pembayaran Ujrah ... 31
G. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah ... 34
2. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Desa Kemantren .... 39
3. Kondisi Sosial Perekonomian Desa Kemantren ... 39
4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kemantren ... 40
B. Sejarah Pengeboran Sumur ... 41
C. Praktik Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 42
1. Penentuan Lokasi atau Objek Pengeboran Sumur ... 43
2. Tata cara Kesepakatan dalam Sewa Jasa Pengeboran Sumur 45 3. Penentuan Biaya Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 45
4. Pembayaran Biaya Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 47
5. Berakhirnya Sewa Jasa Pengeboran Sumur ... 47
BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ... 50
A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan ... 50
B. Analisis Akad Ija>rah Terhadap Sewa Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan ... 52
BAB V PENUTUP ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
berikut:
A. Konsonan
No Arab Indonesia
1
ا
‘2
ب
B3
ت
T4
ث
Th5
ج
J6
ح
h}7
خ
Kh8
د
D9
ذ
Dh10
ر
R11
ز
Z12
س
S13
ش
Sh14
ص
s}15
ض
d}11
ط
t}17
ظ
z}18
ع
‘19
غ
Gh20
ف
F21
ق
Q22
ك
k22
ل
L28
ء
‘29
ي
YSumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertstions (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987)
B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong) Tanda dan
Huruf Arab Nama Indonesia
مَ
fath}ah Aَِ
kasrah Iَُ
d{ammah UCatatan: Khusu untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a>’ (ءاضتقا)
2. Vokal Panjang (mad) Tanda dan
Huruf Arab Nama Indonesia Keterangan
اَى fath}ah dan alif a> a dan garis di
atas يِى kasrah dan ya’ i> i dan garis di atas
ُ وى d}ammah dan wawu u> u dan gari di atas Contoh : al-jama>’ah
(
ةعامجا
)
: takhyi>r (ريخ)
: yadu>ru (
رودي
)C. Ta>’ Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua:
1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek
kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum mengenai hubungan
antara sesama manusia, baik secara individu maupun dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup saling
berhubungan dalam hal bermuamalah dengan sesama. Sebagai makhluk
sosial manusia membutuhkan jasa orang lain untuk memenuhi hajat hidup
dan mencapai kemajuan dalam hidupnya. Islam memerintahkan kepada
manusia untuk bekerja sama dalam segala hal, kecuali dalam perbuatan dosa
kepada Allah dan melakukan aniaya kepada sesama makhluk.1 Sebagaimana
firman Allah dalam surat an-Nisa>’ ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an -Nisa>’ 4: 29).2
1 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam – Teori, Sistem, dan Aspek Hukum, (Surabaya: CV Putra
Media Nusantara, 2009), 51.
Dengan adanya hubungan sesama manusia tersebut maka timbullah
hak dan kewajiban yang merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan
dalam kehidupan manusia. Sehingga Islam memberikan aturan bermuamalah
yang bersifat mudah guna memberikan kesempatan perkembangan
kehidupan manusia dikemudian hari.
Aturan-aturan dalam muamalah ditujukan untuk mengatur kehidupan
manusia dalam urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan
kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing,
aturan-aturan tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam al-Quran dan Hadis.3
Dalam bermuamalah manusia hendaknya harus saling berbuat baik dan
memberikan bantuan terhadap sesama untuk memenuhi kebutuhan serta
mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Sebagaimana dalam firman
Allah SWT surat al-Ma>idah ayat 2:
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (al-Ma>idah 5: 2).4
Salah satu bentuk kegiatan bermuamalah adalah ija>rah yang
merupakan bentuk kegiatan muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, seperti sewa menyewa kontrak atau menjual jasa kepada pihak
yang membutuhkan jasa dan saling suka rela.5
Ija>rah dapat juga diartikan sebagai jual beli jasa (upah-mengupah),
yaitu mengambil manfaat dari hasil pekerjaan atau tenaga manusia, ada juga
yang menerjemahkan sebagai sewa-menyewa, yaitu mengambil manfaat dari
barang (objek sewa).6
Sewa menyewa sebagaimana perjanjian lainnya, merupakan perjanjian
yang bersifat konsensual, perjanjian ini memiliki kekuatan hukum pada saat
sewa menyewa berlangsung, dengan demikian pihak yang menyewakan harus
menyerahkan barang atau jasa kepada pihak penyewa. Dengan diserahkannya
barang atau jasa kepada pihak penyewa maka pihak penyewa berkewajiban
untuk menyerahkan uang sewa atau upah.7
Perihal sewa-menyewa telah ditentukan aturan-aturan hukum seperti
dasar hukum, rukun, syarat maupun bentuk dari sewa-menyewa yang
diperbolehkan. Untuk menyempurnakan sewa-menyewa, dalam hal ini sewa
jasa maka diperlukan perjanjian mengenai mekanisme sewa (upah) yang
disepakati dalam kegiatan tersebut. Hal ini diwujudkan dengan adanya
bentuk akad antara kedua belah pihak dengan ketentuan-ketentuan yang
harus disepakati oleh pihak yang melakukan akad tersebut.
5 Boedi Abdullah, Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2014), 119.
6 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 122.
Dalam Islam mengakui adanya akad sebagai solusi untuk meniadakan
ketidakadilan maupun ketidakjujuran dalam melaksanakan suatu transaksi
muamalah maupun perjanjian. Karena pada dasarnya ketidakadilan dan
ketidakjujuran akan merugikan pihak lain.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sangat penting yaitu berupa
air dikenal dengan adanya istilah sewa jasa pengeboran sumur dimana pihak
yang menyewakan memberikan manfaat jasa pengeboran untuk mencari
sumber mata air. Pengeboran sumur tentunya harus berurusan dengan alam,
yakni kondisi lahan yang akan dijadikan objek pengeboran. Alam dalam hal
objek pengeboran sulit ditentukan apakah lahan itu mudah dalam proses
pengeboran atau mempersulit dalam proses pengeboran, sehingga dalam
urusan hal ini lebih bersifat mengira-ngira.
Pada praktik sewa jasa pengeboran sumur di Desa Kemantren Paciran
Lamongan kondisi lahan sebagai objek dari pengeboran tidak tentu, karena
kondisi geografis dari Desa Kemantren Paciran Lamongan memang sebagian
pegunungan sebagian lagi tanah lembah. Pada kondisi pegunungan proses
pengeboran jauh lebih sulit daripada kondisi tanah lembah, namun meskipun
kondisi tersebut berbeda kadang kala dilahan yang lembah juga mengalami
kesulitan dalam proses pengeboran. Oleh karena itu, masyarakat desa
Kemantren ketika menyewa jasa pengeboran biasanya menggunakan sistem
borongan dalam menetapkan harga jasa pengeboran.8
8
Sistem borongan biasanya cenderung mengira-ngira atau hanya
memprediksi biaya yang akan dikeluarkan serta keuntungan yang akan
didapatkan. Jika proses pengeboran itu mudah maka biaya yang dikeluarkan
menjadi sedikit sehingga pihak yang menyewakan jasa lebih diuntungkan
dan penyewa jasa merasa dirugikan. Namun jika proses pengeboran sulit
karena kondisi lahan maka biaya yang dikeluarkan akan melebihi batas
sehingga pihak yang menyewakan menjadi merugi.9
Dalam pelaksanaan perjanjian sewa jasa pengeboran sumur di Desa
Kemanteren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang menggunakan
sistem borongan biaya jasa ditetapkan dan dibayarakan sebelum pelaksanaan
proses pengeboran sumur dilakukan. Biaya pelaksanaan proses pengeboran
sumur tidak dapat ditentukan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk
proses pengeboran sumur, karena dalam sewa jasa pengeboran sumur tidak
dapat ditentukan secara pasti dan detail waktu dan sulit atau tidaknya proses
pengeboran sumur hingga sumber mata air ditemukan.
Dengan sistem penentuan biaya dan pembayaran sebelum proses
pengeboran sumur dilakukan akan memberikan celah bagi pihak yang
menyewakan jasa pengeboran sumur untuk meminta tambahan biaya lagi
bilamana proses pengeboran sumur membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menemukan sumber mata air. Adanya permintaan tambahan dari pihak
yang menyewakan jasa pengeboran sumur terlihat jelas bahwa telah ada
penyimpangan dari perjanjian sebelum proses pengeboran sumur dilakukan.
9
Oleh karena itu, mekanisme dalam sewa jasa pengeboran jika tidak
diperhatikan pastinya akan memunculkan ketidak-adilan diantara pihak
setelah proses pengeboran selesai. Karena dalam muamalah sewa-menyewa
dilakukan atas dasar nilai-nilai keadilan dengan menghindari unsur-unsur
penganiayaan, dan unsur-unsur yang akan menimbulkan kerugian.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka menarik kiranya
mengangkat fenomena yang telah terjadi untuk diangkat sebagai topik
penelitian imiah terhadap praktik sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem
borongan di desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah yang
diantaranya adalah:
a. Praktik perjanjian sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem
borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan
b. Praktik sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
c. Penentuan harga dalam sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem
borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
d. Mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di
Desa Kemantren kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
e. Tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran sumur dengan
sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan
2. Batasan masalah
Dari beberapa masalah diatas masih bersifat umum, sehingga
diperlukan adanya batasan-batasan masalah dalam pembahasan agar
lebih terarah dalam permasalahannya sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan
sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan
b. Untuk menjelaskan tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa
pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penyusun merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem
borongan di desa Kemantren Paciran Lamongan?
2. Bagaimana tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran sumur
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada10
Masalah muamalah adalah permasalahn yang rumit dalam kehidupan
sehari-hari, Permasalahan ini telah banyak dibahas oleh ulama-ulama
terdahulu sampai saat ini. Banyak pula penelitian yang terikat dan
mengangkat masalah sewa jasa. Sedangkan untuk retrukturisasi pada sewa
jasa pengeboran sumur dalam judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa
Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan di Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” belum pernah dibahas. Adapun
referensi penulis yang penulis telusuri sudah banyak peneliti yang meneliti
tentang sewa jasa tetapi dengan objek, masalah dan tempat penelitian yang
berbeda. Seperti halnya yang penulis temui dalam referensi diantaranya
adalah:
“Tinjauan Hukun Islam Terhadap Kontrak Sewa KWH (Kilo Whatt)
Meter Listrik ketika Terjadi Peningkatan Daya Secara Ilegal di Dusun
Rejoso Desa Ngumpul Kecamatan Jegoroto Jombang”, hasil penulisan ini
menyimpulkan bahwa mekanisme kontrak sewa KWH (Kilo Whatt) dengan
cara ilegal tidak ada akad atau perjanjian baru sehingga dalam praktiknya
10 Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Edisi
kontrak sewa KWH berakibat batalnya akad sewa menyewa.11 Sedangkan
dalam penelitian ini membahas tentang mekanisme sewa jasa pengeboran
sumur dengan sistem borongan yang dalam penentuan biayanya berdasarkan
taksiran bersifat kira-kira di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan tidak sesuai yang disyariatkan dalam hukum ija>rah karena adanya
pihak yang merasa dirugikan.
“Studi Akad Ija>rah Terhadap Perjanjian Kerja Antara TKI dan PJTKI
(PT. Amri Maragatama Cab.Ponorogo”, hasil penulisan ini menyimpulkan
bahwa memang bentuk perjanjian kerja yang dibentuk secara tertulis oleh
pihak PJTKI: PT. Amri Margatama Cabang Ponorogo, tetapi para TKI tidak
diberi hak untuk memegang perjanjian kerja yang dibuat tersebut, maka
perjanjian antara TKI dengan PJTKI dianggap tidak sesuai dengan syarat
sahnya ija>rah, karena yang mengikatkan diri hanya pihak TKI saja.12
Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang mekanisme sewa jasa
pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan tidak sesuai yang disyariatkan dalam hukum
ija>rah karena adanya pihak yang merasa dirugikan.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Eka Putri Rahmawati dengan
judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Pembuatan Surat Mahram Bagi
Jamaah Haji dan Umroh di PT. Menara Suci Sejahtera Gresik”,
11 M. Muzakki Fuad, “Tinjauan Hukun Islam Terhadap Kontrak Sewa KWH (Kilo Whatt) Meter
Listrik ketika Terjadi Peningkatan Daya Secara Ilegal di Dusun Rejoso Desa Ngumpul Kecamatan Jegoroto Jombang” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007), 74.
12 Ruwiyati, “Studi Akad Ija>rah Terhadap Perjanjian Kerja Antara TKI dan PJTKI (PT. Amri
menyimpulkan bahwa dalam mekanisme jasa pembuatan surat mahram
untuk jamaah haji dan umroh dilakukan atas dasar kerelaan dan tolong
menolong, yakni pihak PT. Menara Suci Sejahtera akan membuatkan surat
mahram dan disertai upah dari jamaah haji dan umroh. Sehingga praktik jasa
pembutan surat mahram untuk jamaah haji dan umroh di PT. Menara Suci
Sejahtera dalam hukum Islam diperbolehkan dan dianggap sah.13 Sedangkan
dalam penelitian ini membahas tentang mekanisme sewa jasa pengeboran
sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan tidak sesuai yang disyariatkan dalam hukum ija>rah
karena adanya pihak yang merasa dirugikan.
Pada tahun 2013 skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Overmacht dalam perjanjian pemborongan (Studi Kasus Naskah Ujian
Nasional 2013) yang disusun oleh Imam Syafii, hanya membahas overmacht
dalam akad sewa jasa dalam benituk perjanjian borongan, dimana
kementerian pendidikan menyewa jasa pembuatan naskah ujian kepada PT.
Ghalia Indonesia dengan sistem borongan, praktik keadaan memaksa atau
overmacht dalam perjanjian borongan diperbolehkan atas dasar adanya
batasan-batasan darurat (uzur).14 Sedangkan dalam penelitian ini membahas
tentang mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang biaya
13 Eka Putri Rahmawati, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa Pembuatan Surat Mahram Bagi
Jamaah Haji dan Umroh di PT. Menara Suci Sejahtera Gresik” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 78.
14 Imam Syafii, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan
borongan tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses
pengeboran sumur. Sehingga sewa jasa pengeboran sumur tidak sesuai yang
disyariatkan dalam hukum ija>rah karena adanya pihak yang merasa
dirugikan.
E. Tujuan Penelitian
Penulis meneliti dan membahas permasalahan ini dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan
sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan
2. Untuk mengetahui tinjauan akad Ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran
sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini penulis berharap skripsi ini bermanfaat dan
berguna untuk:
1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah dan memperluas wawasan
dan pengetahuan tentang sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem
borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan|,
sehingga dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah
2. Secara praktis, sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan sewa jasa pengeboran sumur.
G. Defenisi Operasional
Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini terutama mengenai
judul yang telah penulis ajukan yakni Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa
Jasa Pengeboran Sumur dengan Sistem Borongan di Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, maka penulis jelaskan beberapa
istilah operasional sebagai berikut:
Tinjauan
Akad Ija>rah : Ketentuan-ketentuan perjanjian sewa menyewa
khususnya dalam hal sewa jasa yang bersumber dari
al-Quran, Hadis dan beberapa pendapat Ulama Fikih.
Sewa jasa
Pengeboran Sumur : Perjanjian sewa menyewa dalam bentuk jasa dimana
pihak yang menyewakan memberikan jasa untuk mencari
sumber mata air dengan menggunakan alat berupa mesin
bor dalam kedalaman tertentu dan pihak yang menyewa
jasa memberikan upah.
Sistem Borongan : Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sistem
borongan adalah terjadinya kesepakatan antara kedua
belah pihak untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni
data yang diperoleh langsung dari masyarakat melalui proses pengamatan
(observasi), wawancara15 yang dilaksanakan di Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Pelaksanaan sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan
yang selama ini telah dilakukan di Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan.
b. Mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber primer
Sumber primer adalah data yang diterima langsung dari objek
yang akan diteliti (responden) dengan tujuan untuk mendapatkan
data yang kongkrit.16 Sumber data primer diperoleh dari:
1) Pihak penyewa jasa
2) Pihak yang menyewakan jasa
15
Masruhan, Metoodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 91.
16 Bagong Suryanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group,
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung oleh
peneliti sendiri. Data sekunder biasanya berwujud dokumentasi atau
data laporan yang tersedia.17 Adapun data tersebut meliputi:
1) Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam
2) Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer
3) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah
4) Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah
5) Boedi Abdullah & Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian
Ekonomi Islam Muamalah
6) Soeratno, Metode Penelitian Untuk Ekonomi Bisnis
7) Wahbah Az-zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 4
8) Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang benar, penulis menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
a. Observasi adalah mengamati berserta mendengar, mencari jawaban
terhadap fenomena yang ada di lapangan. 18 Teknik ini digunakan
guna untuk mengetahui secara langsung praktik sewa jasa
pengeboran sumur di Desa Kemantren.
b. Wawancara atau interview adalah kegiatan tanya jawab dengan tatap
muka langsung pewawancara dengan orang yang diwawancarai
dengan tujuan untuk memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir yang
diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.19
c. Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh
dari data tertulis.20 Dokumen dapat diperoleh dari buku harian, arsip
dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data sewa jasa
pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
4. Teknik pengolahan data
Data yang diperoleh langsung dari pihak yang bersangkutan dan
bahan pustaka selanjutnya diolah dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Editing adalah memeriksa kelengkapan data. Teknik ini digunakan
untuk meneliti kembali data-data yang diperoleh. 21
b. Organizing adalah mengatur dan menyusun data sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun skripsi ini dengan
baik.
c. Analizing adalah tahapan terakhir dengan menganalisis lebih lanjut
untuk memperoleh kesimpulan atas rumusan masalah yang ada.
5. Teknik analisis data
Teknik analisis data adalah upaya untuk mencari dan menata secara
sistematis hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi dan
19 Ibid., 237. 20 Ibid., 208.
21 Soeratno, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM,
wawancara. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan validitas penelitian
dan penyajian hasil penelitian dalam deskripsi yang mudah dipahami oleh
pembaca.22
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan tentang sewa jasa
pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yaitu pola pikir yang menggambarkan, meringkas
berbagai kondisi, berbagai situasi atau fenomena masyarakat (sosial)
atau kenyataan yang ada dilapangan menganai sewa jasa pengeboran
sumur dengan sistem borongan, berbagai variabel yang muncul di
masyarakat yang menjadi objek penelitian.23
Selanjutanya dianalisa dengan pola pikir induktif yaitu metode
penalaran yang berpangkal dari pengumpulan data-data empiris yang
bersifat khusus kemudian dianalisis untuk disimpulkan pada keadaan
yang lebih umum dan kongkrit dari hasil penelitian.24 Dalam penelitian
ini data-data empiris tersebut diperoleh dari mekanisme sewa jasa
pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
22 Masruhan, Metodologi Penlitian...,290. 23 Ibid,.48-49.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis, skripsi ini dibagi dalam beberapa bab,
tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun susunan sistematikanya
adalah sebagai berikut:
Bab kesatu merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua merupakan landasan teori dari penelitian ini yang berisi
pengertian ija>rah, rukun dan syarat ija>rah, macam-macam ija>rah, landasan
hukum ija>rah, hukum ija>rah, pembayaran ujrah, pembatalan dan berakhirnya
akad ija>rah.
Bab ketiga merupakan hasil penelitian yang berisi deskripsi wilayah
penelitian dan praktik sewa jasa pengeboran sumur yang terjadi di Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Bab keempat merupakan analisis terhadap mekanisme sewa jasa
pengeboran sumur dan analisis akad ija>rah terhadap sewa jasa pengeboran
sumur dengan sistem borongan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Bab kelima berisi kesimpulan dan saran dari analisi akad ija>rah terhadap
sewa jasa pengeboran sumur di Desa Kemantren Kecamatan Paciran
18 BAB II
SEWA JASA DALAM HUKUM ISLAM
A. Definisi Ija>rah
1. Definisi ija>rah Secara Bahasa
Ija>rah berasal dari kata al-ajru (
رجأا
) yang artinya al-‘iwadh (ضوعلا
)yang dalam bahas Indonesia memiliki arti ganti dan upah.1 Rahmat
Syafi’i meberikan pengertian ija>rah sebagai (
ةعف ما عيب
)
yaitu jual belimanfaat.2
Menurut pengertian syara’, ija>rah adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.3 Wahbah az-Zuhayli
memberikan pengertian ija>rah yaitu baik arti secara bahasa maupun
istilah sama yaitu jual beli manfaat (
ةعف ما عيب
)
.42. Definisi ija>rah Secara Istilah
Secara istilah atau terminologi, ija>rah terdapat banyak definisi yang
telah dikemukakan oleh para ulama dengan tujuan dan substansi yang
sama, antara lain sebagai berikut:
Menurut Ulama Hanafiyah, ija>rah adalah:
1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 114. 2 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 121.
3 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kamaluddin A. Marzuki, Jilid: XIII (Bandung: al-Ma’arif,
1987), 7.
4 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,
ٍةمدْوُصْقمم ٍةمموُلْعمم ٍةمعمفْ مم ُكْيِلْمَُدْيِفُي ٌدْقُع
ٍضْومعِب ِةمر ِجْأمتْسُمْلا ِْْمعْلا منِم
“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan
disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan”.
Menurut Ulama Malikiyah, ija>rah adalah:
ِنماْوُقْ ممْلا ِضْعم بمو ِ ىِممدآا ِةمعمفْ مم ىملمع ِدُقامع تلا ُةميِمْسمت
“Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawai dan
untuk sebagian yang dapat dipindahkan”.5
Menurut Ulama asy-Syafi’iyah, Ija>rah adalah:
ٍمْوُلْعمم ٍضْومعِب ِةمحامبِءاامو ِلْذمبْلِل ٍةملِبامق ٍةمحامبُم ٍةممْوُلْعمم ٍةمدْوُصْقمم ٍةمعمفْ مم ىملمع ٌدْقمع
“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan
mubah serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti
tertentu”.6
Menurut Idris Ahmad, upah adalah mengambil manfaat tenaga orang
lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu.7
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa ija>rah adalah
menukarkan sesuatu dengan imbalan tertentu yang dalam terjemahan bahasa
Indonesia disebut sewa menyewa atau upah mengupah. Sewa menyewa
merupakan jual beli manfaat atas barang tertentu, sedangkan upah mengupah
merupakan jual beli jasa atau tenaga atas perbuatan atau pekerjaan tertentu.
5 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah..., 114. 6 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah..., 122.
Tujuan disyariatkan ija>rah menurut Amir Syarifuddin adalah untuk
memenuhi keringanan kepada umat manusia dalam pergaulan hidup.
Seseorang mempunyai uang akan tetapi tidak dapat bekerja, dipihak lain ada
yang punya tenaga dan membutuhkan uang. Seseorang tidak memiliki mobil
tapi membutuhkan mobil, dipihak lain seseorang mempunyai mobil dan
memerlukan uang. Dengan transaksi ija>rah kedua belah pihak dapat
memperoleh manfaat dari akad tersbut.8
B. Rukun dan Syarat Ija>rah
1. Rukun ija>rah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ija>rah adalah ijab dan qabul, antara
lain dengan menggunakan kalimat al-Ija>rah, al-Isti’jar dan al-Ikra.9
Sedangkan menurut jumhur ulama rukun ija>rah ada empat, yaitu dua
pelaku akad (pemilik sewa dan penyewa), shighat (ijab dan qabul), upah
dan manfaat.10 Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah menjelaskan bahwa
rukun ija>rah adalah sebagai berikut:
a. Adanya pihak yang melakukan akad, yaitu terdiri dari ajir dan
musta’jir yaitu orang yang akan melakukan akad sewa menyewa atau
upah mengupah. Ajir adalah orang yang menerima upah atas
pekerjaan yang dilakukan, sedangkan musta’jir adalah orang yang
memberi upah atau penyewa jasa.
8 Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), 217. 9 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah..., 125.
10
Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,
b. Shighat (ijab qabul) yaitu ikatan kata antara ajir dan musta’jir yang
menunjukan kerelaan antara keduanya.
c. Ujrah atau upah atau bisa dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan
atas manfaat yang telah diperoleh dari akad ija>rah.
d. Manfaat, yaitu sesuatu diperoleh dari barang yang disewakan atau
pekerjaan yang akan dikerjakan.11
2. Syarat ija>rah
Menurut Wahbah az-Zuhayli akad ija>rah dianggap sah apabila telah
memenuhi syarat sah ija>rah sebagai berikut:
1. Adanya kerelaan antara kedua pelaku akad
2. Hendaknya objek akad (manfaat) harus diketahui manfaatnya guna
menghindari perselisihan. Penjelasan objek kerja dalam penyewaan tenaga
kerja adalah sebuah tuntutan untuk menghindari ketidakjelasan. Karena
ketidakjelasan dari objek kerja maka akan mengakibatkan perselisihan
dan rusaknya akad ija>rah. Sehingga objek kerja harus dijelaskan jenis,
tipe, kadar dan sifat dari objek kerja tersebut.
3. Objek akad dapat diserahkan secara nyata (hakiki) maupun syara
4. Manfaat yang dijadikan objek ija>rah dibolehkan secara syara
5. Hendaknya upah berupa harta yang bernilai dan dapat diketahui12
Selain itu banyak pendapat menegenai syarat ija>rah, diantaranya adalah
sebagaimana yang telah dikutip oleh Helmi Karim sebagai berikut:
11 Sohari Sahrani, Ruf’ahAbdullah, Fikih Muamalah..., 170.
12 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,
a. Adanya kerelaan antara kedua belah pihak yang melakukan akad,
yaitu ajir dan musta’jir. Dalam konteks ini tidak boleh dilakukan
akad ija>rah oleh salah satu pihak atau kedua-duanya atas dasar
keterpaksaan, baik keterpaksaan itu datangnya dari pihak-pihak yang
berakad atau pihak lainnya.13 Sebagaimana firman Allah dalam surat
an-Nisa>’ ayat 29:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an-Nisa>’ 4: 29).14
b. Helmi Karim menambahkan bahwa didalam melakukan akad shighat
ijab qabul harus jelas artinya didalam akad tidak boleh adanya unsur
penipuan, baik dari ajir maupun musta’jir. Hukum Islam telah
melarang berbuat khianat ataupun menipu dalam berbagai transaksi
muamalah. Sehingga kedua belah pihak dalam berakad harus
mempunyai pengetahuan yang luas tentang mekanisme ija>rah supaya
diantara kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan atau
tidak mendatangkan perselisihan dikemudian hari.
13 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 35
c. Objek dari akad ija>rah adalah sesuai dengan realitas, bukan sesuatu
yang tidak berwujud. Dengan demikian, objek yang menjadi manfaat
kerja yang diperjanjikan dapat diketahui dengan jalan mengadakan
pembatasa jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
d. Manfaat dari yang menjadi objek ija>rah adalah hal yang
diperbolehkan dan bukan sesuatu yang dilarang. Dalam hal ini berarti
pekerjaan yang diperjanjikan termasuk jenis pekerjaan yang
dihalalkan menurut syara’ bermanfaat bagi perorangan maupun
masyarakat. Dengan demikian, tidak dibenarkan menerima upah
untuk sesuatu perbuatan yang dilarang agama.15 Chairuman Pasaribu
menambahkan bahwa manfaat pekerjaan yang diperjanjikan juga
harus dapat diketahui dengan jelas dan dapat diketahui secara
sempurna. Kejelasan manfaat pekerjaan ini dapat diketahui dengan
cara mengadakan pembatasan waktu atau jenis pekerjaan yang harus
dilakukan.
e. Pemberian upah atau imbalan dalam ija>rah harus sesuatu yang
bernilai yang tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.
Serta harus diketahui jumlahnya, wujudnya dan pembayarannya.16
Menurut Nasrun Haroen upah juga harus dapat diserahkan sehingga
tidak sah upah dalam bentuk burung di udara dan ikan didalam air.
Upah juga tidak boleh berupa manfaat yang sejenis dengan objek
akad, misalnya menyewa rumah dibayar dengan menyewa rumah.
15 Helmi Karim, Fiqh Muamalah..., 35-36.
f. Manfaat yang menjadi objek ija>rah harus jelas dan dapat diketahui
secara sempurna, sehingga tidak memicu perselisihan dikemudian
hari. Apabila kejelasan manfaat dari ija>rah tidak diketahui secara
jelas dan sempurna maka akad ija>rah dianggap tidak sah.
g. Objek ija>rah harus dapat diserahkan dan dipergunakan secara
langsung dan tidak bercacat. Para ulama sepakat menyatakan bahwa
tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan secara
dan dimanfaatkan secara langsung.17
C. Macam-macam Ija>rah
Menurut ulama Syafi’iyah akad ija>rah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ija>rah ‘ain
Sewa menyewa atas barang tertentu seperti rumah dan mobil. Ija>rah
ini memiliki tiga syarat yaitu: upah harus diketahui secara spesifik atau
sudah diketahui, barang yang disewakan terlihat oleh kedua pelaku akad
dan ija>rah tidak boleh disandarkan pada masa yang akan datang.
2. Ija>rah dhimmah
Sewa menyewa atas manfaat yang berkaitan dengan tanggung jawab
orang yang menyewakan. Ija>rah ini memiliki dua syarat, yaitu: upah
harus diberikan di majelis dan barang yang disewa harus ditentukan jenis,
tipe, dan sifatnya.
Menurut Sudarsono, akad ija>rah jika dilihat dari objeknya terdiri dari
dua macam, yaitu:
1. Ija>rah ‘ala> al-‘aya>n
Sewa menyewa dalam bentuk benda atau binatang dimana orang
yang menyewakan mendapat imbalan dari penyewa. Misalnya, sewa
mobil, rumah, binatang tunggangan dan lain sebagainya.
2. Ija>rah ‘ala> al-a’ma>l
Perikatan tentang pekerjaan atau buruh manusia dimana pihak
penyewa memberikan upah kepada pihak yang menyewakan jasa, biasa
akad seperti ini dikenal dengan istilah sewa jasa. Misalnya, menjahitkan
pakaian, membangun rumah dan lain sebagainya.
Subjek dari ija>rah ‘ala> al-a’ma>l terdiri dari:
a. Pihak yang harus melakukan pekerjaan tertentu yang disebut dengan
ajir. Ajir disini juga bisa disebut sebagai pihak yang memberikan atau
menyewakan jasa.
b. Pihak yang memberikan pekerjaan tertentu yang disebut dengan
musta’jir. Musta’jir disini juga bisa disebut sebagai pihak yang
menyewa jasa dari ajir.18
Dilihat dari segi jenis pekerjaannya ajir dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a. Ajir Khas} atau khusus, menurut Wahbah az-Zuhaily ajir khas} adalah
orang yang memberikan jasa untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu dengan waktu tertentu pula kepada satu musta’jir saja.
Misalnya penjaga toko, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi,
buruh pabrik dan lain sebagainya.19
Ajir khas} yang berkaitan dengan perburuhan adalah perjanjian
yang diadakan antara pihak pekerja (buruh) dengan pihak yang
memberikan pekerjaan (majikan), dan biasanya pihak pekerja
memberikan perintah dan yang melakukan pekerjaan harus mentaati
perintah.20
Menurut Sayyid Sabiq, dalam akad ija>rah seorang ajir khas} tidak
mempunyai hak kecuali dengan bayaran yang serupa dengan yang
semisalnya tentang perolehan dimana ajir bekerja pada masa tersebut.
Selama masa yang telah ditentukan, ajir khas} tidak boleh bekerja
untuk kepentingan pihak lain pada masa itu, jika bekerja untuk
kepentingan pihak lain, maka upahnya bisa dikurangi sesuai dengan
kerjanya.21 Bahkan sebagaimana yang telah dikutip oleh Sudarsono,
seorang ajir khas} tidak boleh bekerja untuk kepentingan pribadi
selama dalam waktu kerja yang telah ditentukan tersebut kecuali
dengan dua sebab, yaitu:
1) Apabila mendapatkan izin dari pemberi pekerjaan atau musta’jir,
seperti izin untuk beristirahat, makan, berobat dan lain
sebagainya.
19 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V,..., 417. 20 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam..., 153-154.
2) Apabila ada ketentuan adat atau kebiasaan, seperti melakukan
ibadah. Beberapa ulama berpendapat bahwa ada ketentuan khusus
mengenai hal ini, yaitu ajir khas} tidak dibenarkan menjalankan
ibadah sunnah seperti salat sunnah yang dapat mengurangi waktu
kerja atau dapat mengurangi hal lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas atau pekerjaan tertentu.22
b. Ajir musytarak atau umum, adalah orang yang memberikan jasa
untuk melakukan pekerjaan tertentu kepada orang banyak dalam satu
waktu atau dengan kata lain disebut dengan kerja sama dengan orang
lain. Misalnya, penjahit, montir, tukang bangunan dan lain
sebagainya.23
Salah satu bentuk dari ajir musytarik menurut Chairuman
Pasaribu adalah berkaitan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan,
yaitu perjanjian yang diadakan oleh pihak pemborong dengan pihak
yang memberikan pekerjaan borongan. Bagaimana caranya pihak
pemborong pekerjaan untuk melakukan pekerjaan tersebut tidaklah
penting bagi pihak yang memborongkan, yang penting hasil
pekerjaan yang diserahkan kepadanya dalam keadaan baik. Biasanya
perjanjian pemborongan ini selalu dikaitkan dengan jangka waktu.24
Dalam akad ija>rah objek pekerjaan dari ajir musytarak adalah
pekerjaan dan hasilnya, dengan demikian sebagaimana yang ditulis
22 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam..., 427.
oleh Sudarsono pembayaran yang diberikan oleh pemberi pekerjaan
berdasarkan atas dua hal, yaitu:
1) Ada atau tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh ajir sebagai
penerima pekerjaan.
2) Sesuai atau tidaknya hasil pekerjaan dengan kesepakatan
bersama.25
D. Landasan Hukum Ija>rah
Ija>rah sebagaimana yang ditulis oleh Helmi Karim merupakan salah satu
bentuk aktifitas antara dua pihak yang berakad dengan tujuan untuk
meringankan salah satu pihak yang berakad atau saling meringankan. Ija>rah
juga termasuk salah satu bentuk aktifitas tolong menolong yang diajarkan
dalam agama Islam. Oleh sebab itu para ulama menilai bahwa ija>rah
merupakan suatu hal yang boleh bahkan kadang-kadang perlu dilakukan,
meskipun ada juga pendapat yang melarang ija>rah, tetapi oleh jumhur ulama
pendapat tersebut dianggap tidak ada.26
Banyak ayat dan riwayat yang dijadikan landasan oleh para ulama akan
kebolehan ija>rah tersebut. Berikut landasan hukum dibolehkannya ija>rah
yang terdapat didalam al-Quran:
1. Surat al-Qas}as} (28) ayat 26-27
Artinya: “salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya"(26). Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik"(27). (al-Qas}as} 28: 26-27).27
2. Surat at}-T}ala>q (65) ayat 6
Artinya: “tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya”. (at}-T}ala>q 65: 6)28
Sedangkan landasan hukum ija>rah yang terdapat di hadis adalah sebagai
berikut:
ملامق يِقْشممدْلا ِدْيِلموْلا ُنْب ُسابمعْلا امم ثدمح
:
يِمملُسْلا مةيِطمع ِنْب ِدْيِعمس ِنْب ُبْمو ام ثدمح
ملامق
:
ممملْسمأ ِنْب ِنمْْمرْلا ُدْبمع امم ثدمح
,
ْيِبمأ ْنمع
ِه
,
ِه ِدْبمع ْنمع
ُرممُع ِنْب
,
ِه ُلْوُسمر ملامق
مملمسمو ِهْيملمع ُه ىلمص
:
ُمرْجمأ ُرْ يِجمأا اوُطْعمأ
,
ُهمقمرمع فِمَ ْنمأ ملْبم ق
.
Artinya: “Telah bercerita kepada kami al-Abbas bin al-Dimasqy ia berkata: Telah bercerita kepada kami Wahb bin Salim as-Sulaimii berkata: Telah bercerita kepada kami Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kekeknya dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah bersabda: Berikanlah upah (gaji)
pekerja sebelum keringatnya kering”.29
E. Hukum Ija>rah
Ija>rah baik dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah
mengupah merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam.
Hukum asalnya adalah boleh atau mubah apabila dilakukan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam hukum Islam.30
Ija>rah menurut ulama Hanafiyah merupakan akad yang lazim namun
boleh dibatalkan apabila terdapat uzur. Ulama Hanafiyah juga berpendapat
bahwa akad ija>rah batal apabila salah satu dari pihak yang berakad
28 Departemen Agam RI, Al-Quran dan Terjemahnya..., 817.
meninggal dunia. Sedangkan menurut jumhur ulama, ija>rah adalah akad yang
mengikat, yang tidak bisa dibatalkan kecuali dengan sebab-sebab jelas,
seperti adanya cacat atau hilangnya manfaat. Jumhur juga berpendapat
bahwa meninggalnya pihak yang berakad tidak dapat membatalkan akad
ija>rah karena akad ija>rah merupakan akad yang mengikat.
Akad ija>rah dianggap sahih bilamana adanya ketetapan hak milik atas
manfaat bagi penyewa, dan tetapnya hak milik atas uang sewa atau upah
bagi yang menyewakan. Hal ini dikarenakan akad ija>rah adalah akad jual beli
manfaat.31
Menurut ulama Hanafiyah, akad ija>rah itu rusak bilamana penyewa telah
mendapatkan manfaat akan tetapi orang yang menyewakan atau yang
bekerja dibayar lebih kecil dari kesepakatan awal atau pembayarannya tidak
sesuai dengan pekerjaan.32
F. Pembayaran Ujrah
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah memberikan penjelasan
bahwa pembayaran ujrah dalam akad ija>rah dapat disyaratkan
pembayarannya dipercepat atau ditangguhkan oleh kedua pihak yang
berakad. Menurut ulama Hanafiyah, mensyaratkan mempercepat
pembayaran ujrah dan menangguhkan pembayaran itu boleh, seperti halnya
mempercepat yang sebagian dan menangguhkan yang sebagian lagi. Apabila
pembayaran ujrah tidak disyaratkan untuk mempercepat atau
menangguhkan, maka ujrah dikaitkan dengan waktu dan wajib dipenuhi
setelah berakhirnya waktu. Apabila akad ija>rah adalah pekerjaan maka
kewajiban membayarkan ujrah pada saat setelah pekerjaan selesai.33
Abu Hanifah berpendapat bahwa pembayaran ujrah wajib diserahkan
berangsur-angsur sesuai dengan manfaat yang telah diterima oleh pihak
penyewa apabila akad sudah berlangsung dan tidak ada pensyaratan
pembayaran serta tidak ada ketentuan untuk penangguhan
pembayarrannya.34 Menurut Imam Syafi’i dan Ahmad, sesungguhnya ajir
berhak mendapatkan upah berdasarkan akad itu sendiri, jika ajir
menyerahkan zat benda atau jasa kerja kepada musta’jir, maka ajir berhak
menerima pembayaran ujrah karena musta’jir telah menerima manfaat dari
akad ija>rah tersebut.35
Banyak pendapat mengenai waktu pembayaran ujrah, diantaranya adalah
menurut Sayyid Sabiq bahwa pembayaran ujrah dapat dilakukan pada saat:
1. Selesainya suatu pekerjaan
Pembayaran ujrah diberikan pada saat pekerjaan selesai, apabila akad
ija>rah berupa ija>rah ala> al-a’ma>l. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah
Saw:
33 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kamaluddin A. Marzuki, Jilid: XIII..., 20. 34 Sohari Sahrani, Ruf’ahAbdullah, Fikih Muamalah..., 172.
35 Al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab,‘Abdullah
ملامق يِقْشممدْلا ِدْيِلموْلا ُنْب ُسابمعْلا امم ثدمح
:
مةيِطمع ِنْب ِدْيِعمس ِنْب ُبْمو ام ثدمح
ملامق يِمملُسْلا
:
ممملْسمأ ِنْب ِنمْْمرْلا ُدْبمع امم ثدمح
,
ِهْيِبمأ ْنمع
,
ِنْب ِه ِدْبمع ْنمع
ُرممُع
,
ملامق
مملمسمو ِهْيملمع ُه ىلمص ِه ُلْوُسمر
:
ُمرْجمأ ُرْ يِجمأا اوُطْعمأ
,
ُهمقمرمع فِمَ ْنمأ ملْبم ق
.
Artinya: “Telah bercerita kepada kami al-Abbas bin al-Dimasqy ia berkata: Telah bercerita kepada kami Wahb bin Salim as-Sulaimii berkata: Telah bercerita kepada kami Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kekeknya dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah
bersabda: Berikanlah upah (gaji) pekerja sebelum keringatnya kering”.36
2. Telah terpenuhinya manfaat atas barang sewaan
Manfaat dari akad ija>rah telah terpenuhi dan telah diberikan kepada
pihak penyewa. Apabila terjadi kerusakan terhadap barang sebelum
dimanfaatkan maka ija>rah dianggap batal.
3. Terpenuhinya manfaat pada saat waktu akad ija>rah masih berlangsung
meskipun manfaat tersebut belum terpenuhi secara keseluruhan.
4. Mempercepat dalam bentuk pelayanan atau kesepakatan antara kedua
belah pihak sesuai dengan syarat, yaitu mempercepat bayaran.37
5. Ujrah dalam akad ija>rah barang dibayar ketika akad sewa atau dibayar
diawal setelah terjadinya akad, kecuali dalam akad ditentukan lain dan
tidak merugikan salah satu pihak.38
36
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah..., 817.
G. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ija>rah
Para ulama berbeda pendapat menegenai sifat akad ija>rah yang mengikat
kedua belah pihak atau tidak. Ulama Hanfiyah berpendapat akad ija>rah
bersifat mengikat tetapi dapat dibatalkan secara sepihak apabila terdapat
uzur dari salah satu pihak yang berakad. Adapun Jumhur ulama mengatakan
bahwa akad ija>rah bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang tidak bisa
dimanfaatkan.
Menurut Sayyid Sabiq, akad ija>rah dapat menjadi batal dan berakhir bila
ada hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika ditangan penyewa.
2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti ambruknya rumah runtuhnya
bangunan gedung.
3. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang upahkan untuk
dijahit.
4. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang
telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.
5. Menurut Hanafiyah salah satu pihak dari yang berakad boleh
membatalkan akad ija>rah jika ada kejadian-kejadian yang luar biasa,
seperti terbakarnya gedung, tercurinya barang-barang dagangan dan
kehabisan modal.39
6. Menurut ulama Hanafiyah apabila ada uzur seperti rumah disita maka
akad berakhir. Sedangkan jumhur ulama melihat bahwa uzur yang
39 Abdul Rahman Ghazaly, et al. Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010),
membatalkan ija>rah itu apabila objeknya mengandung cacat atau
manfaatnya hilang.40
Secara umum Wahbah az-Zuhaily berpendapat bahwa akad ija>rah
berakhir berdasarkan sebab-sebab sebagai berikut:
1. Akad ija>rah telah habis atau selesai. Menurut ulama Hanafiyah salah satu
dari pihak yang berakad ada yang meninggal maka akad ija>rah berakhir,
karena warisan berlaku dalam barang yang ada dan dimiliki, selain itu
manfaat dalam akad ija>rah terjadi bertahap sehingga ketika orang yang
mewariskan meninggal maka manfaatnya menjadi tidak ada. Namun
menurut jumhur ulama akad ija>rah tidak batal dengan meninggalnya salah
satu pihak yang berakad. Hal ini dikarenakan akad ija>rah merupakan akad
yang mengikat seperti halnya akad jual beli.
2. akad ija>rah dapat berakhir dengan adanya pengguguran akad, hal ini
dikarenakan akad ija>rah dapat dikatakan sebagai akad tukar menukar
sehingga akad ija>rah dapat dibatalkan seperti halnya akad jual beli.
3. Akad ija>rah berakhir dengan adanya kerusakan pada barang yang
disewakan. Namun ada beberapa pendapat bahwa rusaknya barang tidak
dapat membatalkan akad ija>rah, diantaranya adalah pendapat Muhammad
Ibnul Hasan bahwa ija>rah tidak batal karena manfaatnya yang hilang
dapat dipenuhi lagi.
4. Akad ija>rah berakhir dikarenakan telah habisnya masa ija>rah kecuali ada
uzur atau halangan, karena akad ija>rah ditetapkan sampai batas tertentu
40 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqh Muamalat), (Jakarta: PT. Raja
maka akad ija>rah dianggap habis ketika sampai pada batas waktunya.
Pendapat ini adalah pendapat yang disepakati oleh para fuqoha.41
41 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, Jilid: V...,
37 BAB III
SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DI DESA KEMANTREN
KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
Seacara umum kondisi suatu wilayah di daerah sangat menentukan
kepribadian masyarakat yang menempati wilayah tersebut. Kondisi suatu
wilayah di daerah tertentu akan mempengaruhi perbedaan karakteristik dan
kepribadian masyarakat di suatu wilayah yang satu dengan wilayah yang
lainnya. Kondisi wilayah di daerah merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui sifat atau karakteristik masyarakat di daerah tersebut dalam
berprilaku sehari-hari.
Perbedaan karakteristik dan kepribadian masyarakat dari suatu daerah
satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu,
diantaranya adalah faktor geografis dan faktor ekonomi. Begitu pula yang
terjadi di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan,
faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi karakteristik dan kepribadian
masyarakat yang menempati Desa Kemantren Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik dan kepribadian
1. Letak dan kondisi geografis Desa Kemantren
Desa Kemantren merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Desa
Kemantren memiliki beberapa kelembagaan diantaranya adalah 1 Dusun,
5 Rukun Warga (RW) dan 30 Rukun Tetangga (RT). Posisi Desa
Kemantren bersebelahan dengan desa-desa lainnya yang menjadi
batas-batas wilayah desa, batas-batas-batas-batas wilayah Desa Kemantren adalah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Desa Sidokelar Kecamatan Paciran
Sebelah Selatan : Desa Dagan Kecamatan Solokuro
Sebelah Barat : Desa Banjarwati Kecamatan Paciran1
Kondisi lahan di Desa Kemantren tidak hanya berupa tanah lembah
saja, akan tetapi juga terdapat kondisi lahan berupa lautan, perbukitan dan
pegunungan yang sangat luas. Namun dengan mulai adanya peningkatan
kepadatan penduduk dan mulai majunya perekonomian di Desa
Kemantren semua lahan yang ada di Desa Kemantren baik lahan yang
lembah maupun perbukitan atau pegunungan mulai ditempati oleh
masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang dari luar Desa
Kemantren.2
1
2. Jumlah penduduk dan luas wilayah Desa Kemantren
Desa Kemantren merupakan salah satu desa yang memiliki wilayah
yang luas daripada desa-desa lainnya di Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Luas secara keseluruhan mencapai 63,140 Ha. Wilayahnya
terbagi antara lain wilayah laut, lembah dan perbukitan atau
pegunungan.3 Jumlah penduduk Pada tahun 2013 Desa Kemantren
sebanyak 6047 jiwa dengan rincian dari keseluruhan penduduk adalah
laki-laki sebanyak 3114 jiwa dan perempuan sebanyak 2460 serta
memiliki 1490 kepala keluarga.4
3. Kondisi sosial perekonomian Desa Kemantren
Perokonomian di Desa Kemantren dapat dikatakan mulai dalam
jenjang berkembang menuju perekonoman yang maju atau daerah industri,
meskipun sampai saat ini masyarakat Desa Kemantren masih banyak
yang berprofesi sebagai petani atau buruh tani dan nelayan. Hal ini
disebabkan karena kondisi wilayah Desa Kemantren yang didominasi
wilayah lautan dan daeran lembah untuk bercocok tanam. Namun dengan
banyaknya pembangunan industri yang mulai maju masyarakat Desa
Kemantren sebagian beralih dari petani menjadi buruh industri.5 Berikut
data pekerjaan masyarakat Desa Kemantren berdasarkan data di Kantor
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan:
3 Ahmad N Hadi, Wawancara, Lamongan, 01Desember 2014.
Petani : 386 orang
Buruh tani : 51 orang
Nelayan : 326 orang
Buruh industri : 216 orang
Buruh bangunan : 70 orang
Pertambangan batu kapur : 30 orang
Pedagang : 275 orang
Jasa angkutan : 30 orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 16 orang6
4. Struktur organisasi pemerintah Desa Kemantren
Seperti desa pada umumnya struktur organisasi pemerintahan Desa
Kemantren dipimpin oleh Kepala Desa yang dibantu oleh seorang
Sekretaris Desa dan Kepala bidang-bidang tertentu. Berikut struktur
oraganisasi pemerintah Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan bedasarkan data di Kantor Desa Kemantren:
a. Kepala Desa : Suaji, S.Ag.
b. Sekretaris Desa : Muhtar Jamil
c. Kaur Keuangan : Siti Zulaikhah
d. Kaur Umum : Ahmad N. Hadi
e. Kasi Pemerintahan : Sumarji
f. Kasi Kesamas : Suwanan
g. Kasi Tantrib : M. Zahroni
h. Kasi Pem. Perempuan : Fidiyatul Farihah
i. Kepala Dusun : H. Subandi7
B. Sejarah Pengeboran Sumur
Perkembangan perekonomian mempengaruhi tingkat kebutuhan
masyarakat baik itu kebutuhan yang bersifat pokok maupun kebutuhan yang
bersifat pelengkap. Salah satu kebutuhan masyarakat yang bersifat pokok
adalah sumber mata air, sumber mata air sangat dibutuhkan bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya dalam kehidupan sehari-sehari. Karena pada
dasarnya air merupakan sumber utama kehidupan manusia di bumi ini.
Untuk memperoleh sumber mata air yang bersih di Desa Kemantren
tentunya tidak mudah, karena sumber air yang bersih dan sehat hanya dapat
diperoleh dikedalaman tertentu didalam bumi. Cara memperoleh sumber
mata air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Penggalian lubang (sumur) dengan kedalaman tertentu
Cara ini merupakan cara yang digunakan oleh masyarakat secara
manual dengan menggunakan tenaga manusia dengan alat seadanya tanpa