PENGARUH ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN
DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
SA’ADATUR ROHMAH
NIM : B95212077
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Sa’adatur Rohmah, 2016, Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua
Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Skripsi Program Studi
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Kata Kunci:Aliran Keagamaan, Orang tua, Pendamping hidup anak.
Aliran Keberagamaan sendiri juga bisa dikatakan dengan organisasi keagamanaan yaitu suatu kumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang mempunyai visi dan misi, dan juga tujuan yang sama. Terkait dengan hal ini peneliti mengaitkan
antara organisasi Muhammadiyah dengan organisasi Nahdlatul Ulama’
(NU). Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu, 1. Bagaimana aliran keberagamaan orang tua di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?, 2. Apakah aliran keberagamaan orang tua berpengaruh terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?.
ABSTRACT
Sa'adatur Rohmah, 2016, Religious Flow Influence of Parents
Against Companion options Women Living in Rural Sumurgayam Paciran
subdistrict in Lamongan district. Thesis Sociology Program Faculty of
Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.
Keywords: Religious Flow, parents, children living companion.
Religiosity flow itself can also be said to be the organization of social religious is a collection formed by the community to be a unit that has a vision and mission, and also the same purpose. Related to this research the link between the organization Muhammadiyah organization Nahdlatul Ulama '(NU). The problems of this study, namely, 1. How is the flow of the diversity of parents in the village Sumurgayam Lamongan District of Paciran ?, 2. Is the religious stream parental influence choice of life companion of women in the village Sumurgayam Lamongan District of Paciran ?.
To answer these questions, the researchers used quantitative methods and supporting data are interviews, investigators spread out questionnaires to the youth in the village Sumurgayam and interview persons who have experienced these events. Data analysis technique used by researcher is using the product moment formula and regression. From the results of research in data analysis found: 1. In the village Sumurgayam Paciran District of Lamongan has two religious streams that Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama (NU). 2. In the selection of a child dating no prohibition of parents and handed over to his election the most important and happy just like each other. No influence of the religious stream of parents to chaperone selection of women's lives in the village sumurgayam Paciran District of Lamongan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii
MOTTO ...iv
PERSEMBAHAN ...v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI...vi
ABSTRAK ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
BAB I : PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...8
D. Manfaat Penelitian ...8
E. Telaah Pustaka ...9
F. Metode Penelitian...11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...12
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...13
3. Variabel dan Indikator Penelitian ...17
4. Definisi Operasional...19
5. Hipotesis Penelitian ...21
6. Teknik Pengumpulan Data ...22
7. Teknik Analisis Data...23
G. Sistematika Pembahasan ...24
BAB II : ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN ...27
1. Prinsip Nahdlatul Ulama (NU) ...30
2. Prinsip Muhammadiyah ...31
3. Tradisi-Tradisi dan Muhammadiyah ...32
4. Tradisi Orang NU Masalah Sosial ...34
5. Tradisi Muhammadiyah Masalah Sosial ...36
B. Pendamping Hidup ...39
C. Hipotesis ...46
BAB III : ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ...48
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ...48
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...57
BAB IV : ANALISIS DATA ...61
A. Hasil Wawancara Aliran Keagamaan dan Pilihan Pendamping Hidup ...61
B. Analisis Product Moment dan Regresi ...66
BAB V : PENUTUP ...78
A. Kesimpulan ...78
B. Saran ...80
DAFTAR PUSTAKA ...81
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Perbedaan tradisi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah ...32
Tabel 3.1 Batas Wilayah ...49
Tabel 3.2 Jenis tanah Desa/ Kelurahan...50
Tabel 3.3 Potensi Pertanian ...50
Tabel 3.4 Potensi Peternakan...50
Tabel 3.5 Sumber daya air ...51
Tabel 3.6 Mata pencaharian pokok ...51
Tabel 3.7 Potensi sumber daya manusia ...52
Tabel 3.8 Pendidikan masyarakat ...54
Tabel 3.9 Kewarganegaraan ...54
Tabel 3.10 Cacat Mental dan Fisik ...55
Tabel 3.11 Lembaga Kemasyarakatan ...55
Tabel 3.12 Lembaga Ekonomi ...56
Tabel 3.13 Agama...56
Tabel 3.14 Tabel Kerja Product Moment dan Regresi ...58
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era modernisasi saat ini, banyak kalangan masyarakat yang
memiliki berbagai ragam agama dan aliran masing-masing. Yang
dimaksud dengan agama sendiri dalam bahasa Indonesia pada
umumnya “agama” dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa
sansekerta yang memiliki arti “tidak kacau”. Agama diambil dari dua
akar suku kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti
“kacau”. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu
peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut
inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata
religion dalam bahasa Inggris, religie dalam bahasa Belanda keduanya
berasal dari bahasa latin, religio, yang berarti mengikat. Dalam bahasa
Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah.m Kata al-din
sendiri mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-mulk (kerajaan),
al-khidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah
(pemaksaan), al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat
(pengabdian), al-qahr wan al-sulthan (kekuasaan dan pemerintahan),
2
al-tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan). Sedangkan pengertian
al-din yang berarti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya,
tidak ditujukan kepada salah satu agama; ia adalah nama untuk setiap
kepercayaan yang ada didunia ini.
Adapun agama dalam pengertian sosiologi adalah gejala sosial
yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada didunia ini,
tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan social
dan bagian dari system social suatu masyarakat. Agama juga bisa
dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat disamping
unsur-unsur yang lain, seperti kesenian, bahasa, system mata
pencaharian, system peralatan, dan system organisasi social.1
Agama Islam lahir pada abad ke-6 Masehi di Semenanjung
Arabia. Pada awal kehadirannya, Islam mengalami hambatan kultural
karena lahir ditengah masyarakat nomaden dan tidak berperadaban.
Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, penyebarannya menakjubkan
para ahli sejarah. Dalam jangka yang relative pendek, Islam telah dianut
oleh penduduk yang mendiami setengah wilayah dunia. Pada akhir abad
ke-20, agama besar ini menjadi agama yang dipeluk oleh lebih dari satu
1
3
milyar manusia yang tersebar diseluruh dunia, terutama di Asia dan
Afrika.2
Agama Islam yang disebarkan oleh nabi Muhammad SAW. Dari
Makkah hingga ke Madinah adalah Islam yang sejati. Islam yang asli
ini memancarkan budaya Islam yang syar’i. Agama islam yang asli
adalah yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, serta pengalaman
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pemahaman agama yang utuh
meliputi tiga aspek; iman, islam, dan ihsan. Intisari iman menurut
perspektif Al-Qur’an adalah pengesaan Allah SWT. Yang jernih dan
murni, serta tak kenal kompromi terhadap setiap mitologi dan
kemusyrikan. Islam menganut paham yang rasional dan jernih, yang
menolak setiap bentuk kuasa ruhani selain Allah SWT.3
Dalam agama Islam saat ini terdapat berbagai organisasi yang
sekarang sudah menjadi aliran-aliran yang diyakini oleh berbagai
kalangan masyarakat, aliran tersebut diantaranya aliran Nahdlatul
Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dan masih banyak lagi. Nahdlatul
Ulama (NU) adalah sebuah gejala unik, bukan hanya Indonesia tetapi
juga diseluruh Dunia Muslim. Ia adalah sebuah organisasi ulama
tradisional yang memiliki pengikut yang besar jumlahnya, organisasi
2
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 199.
3
4
non pemerintah paling besar yang masih bertahan dan mengakar
dikalangan bawah. Ia mewakili paling tidak dua puluh juta Muslim,
yang meski tidak selalu terdaftar sebagai anggota resmi merasa terikat
kepadanya melalui ikatan-ikatan kesetiaan primordial. Disebuah negeri
yang dilanda kecenderungan-kecenderungan kuat kearah pemusatan
(sentralisasi), NU merupakan organisasi paling signifikan yang sangat
terdesentralisasi. Para pengkritiknya mengkaitkan desentralisasi yang
luar biasa ini dengan ketidak efektifan pengurus pusatnya, sementara
warga NU sendiri lebih suka menghubungkannya dengan rasa
kemandirian yang sangat tinggi yang dimiliki para kiai local yang
menjadi penyangga moral organisasi ini.4
Sedangkan Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan
dalam Islam yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1912/8 Dzulhijjah
1330. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah dengan harapan agar
pengikutnya benar-benar bisa mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud dan tujuan didirikannya adalah untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Dalam perspektif yang luas, awal berdirinya
Muhammadiyah sebenarnya didorong oleh ‘kegelisahan’ dan
4
5
‘keprihatinan’ yang mendalam terhadap model dakwah dan pola
pemikiran keagamaan islam konvensional-tradisional yang biasa
berlaku saat itu. Sebagai organisasi, muhammadiyah adalah sebuah
wadah social islam tertentu dan terbesar di Indonesia yang bergerak
dalam bidang social kemasyarakatan dan bercirikan Islam.5
Perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
ialah kedua organisasi ini memiliki berbagai pebedaaan pandangan.
Dalam masyarakat perbedaan paling nyata adalah dalam berbagai
masalah furu’ (cabang). Misalnya Muhammadiyah melarang (bahkan
membid’ahkan) bacaan qunut diwaktu shubuh, sedang NU
menganjurkan , bahkan masuk dalam ab’ad yang kalau tidak dilakukan
harus melakukan sujud sahwi, dan berbagai masalah lain. Bicara
masalah perbedaan antara dua organisasi islam yaitu NU dan
Muhammadiyah jelasnya sangat berbeda, baik itu cara berfikirnya
ataupun dalam pengambilan keputusan hukum. Bahkan kalau dalam
masyaratak pedesaan ia lebih cenderung mengikuti pada NU, kalau
diperkotaan masih stabil antara NU dan Muhammadiyah. Bentuk
perbedaan antara kedua tersebut diantara salah satunya adalah
5
6
meminimalisir suara agar untuk tidak nyaring dalam bacaan basmalah
pada surat fatihah ketika shalat dan dzikir ketika selesai shalat.6
Keyakinan dalam aliran-aliran tersebut menjadi pembeda antara
umat islam yang menganut aliran masing-masing, dilihat dari segi
tradisi dan kebudayaan yang berdeba-beda. Dari segi beribadah pun
kadang ada sedikit perbedaan meski sama-sama beragama islam. Dari
perbedaan aliran-aliran tersebut ada yang sangat patuh dengan aliran
yang diyakininya dan ada juga yang acuh tak acuh. Dewasa ini memang
aliran yang dianut tidak menganjurkan bahwa perkawinan beda aliran
tidak diperbolehkan, tetapi sebagian banyak orang tua dari anak yang
telah memilih sendiri calon pendamping hidupnya, tidak merestui
hubungan antara calon pendamping hidup yang telah dipilih oleh
anaknya, dikarenakan perbedaan aliran masing-masing, dan kebanyakan
yang tidak merestui hubungan tersebut yaitu pihak orang tua dari anak
perempuan, dimana orang tua tidak memperbolehkan anaknya menikah
dengan calon pendamping yang berbeda aliran. Sebagian orang tua
banyak juga yang memiliki menantu yang berbeda aliran dan tidak
mempermasalahkan bahwa anak-anaknya menikah dengan orang yang
berbeda aliran. Di desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan juga ada beberapa masyarakat yang mengalami kejadian
6
7
tersebut, dimana adanya pertentangan pemilihan pendamping hidup
anak yang berbeda aliran.
Sehingga penulis mencoba mengangkat permasalahan apakah
ada pengaruh aliran keagamaan orang tua terhadap pilihan pendamping
hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan atau memang ada faktor lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan,
maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana aliran keagamaan orang tua di Desa Sumurgayam
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?
2. Apakah aliran keagamaan orang tua berpengaruh terhadap pilihan
pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas
maka penulis dapat mengambil tujuan penelitian yang akan dikaji
8
1. Untuk mengetahui aliran keagamaan orang tua perempuan di Desa
Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui apakah aliran keagamaan orang tua berpengaruh
terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa
Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti
berharap hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat, baik itu
secara teoritis maupun secara praktis bagi para pembacanya.
1. Secara Teoritis (Akademik)
a. Memberikan pengetahuan serta menambah wawasan bagi
peneliti lain khususnya tentang pengaruh aliran keagamaan
orang tua terhadap pilihan pendamping hidup perempuan.
b. Dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan
peneliti dalam mengerjakan hasil penelitian.
c. Sebagai sumber referensi bagi para Mahasiswa.
2. Secara Praktis (Masyarakat)
a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
mengenai pengaruh aliran keagamaan orang tua terhadap pilihan
pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan
9
b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah rujukan atau
sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas
penelitian yang sama.
E. Telaah Pustaka
Dalam penelitian ini ada perbedaan dan persamaan dalam isi
yang telah diteliti oleh penelitian sebelumnya. Dan dalam penelitian
yang akan saya lakukan ini berkaitan dengan judul penelitian
sebelumnya, antara lain :
1. Dari penelitian yang dilakukan oleh Joyo Hadi Wiyoto. Jurusan
perbandingan madzhab, fakultas syari’ah, IAIN Sunan Ampel. Yang
memiliki judul penelitian “Pandangan Ulama’ Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama’ (NU) Tentang Perkawinan Antar Agama”, tahun
1996. Dimana penelitian ini membahas tentang larangan menikah
antara agama islam dengan orang yang menganut yahudi. Perbedaan
dari penelitian ini dengan penelitian saya adalah metode yang
digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini lebih
mengarah kepada pertentangan pernikahan antar agama, sedangkan
10
orang tua dalam merestui anaknya yang memilih pendamping hidup
berbeda aliran.7
2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ihdal Umam Al-Azka,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Fakultas Syariah Dan
Hukum, Jurusan Hukum Perdata Islam, Program Studi Ahwal
al-Syakhsiyyah, 2015. Yang berjudul “Keharmonisan Rumah Tangga
dalam Perkawinan Beda Organisasi Masyarakat (Studi Kasus di
Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang)”.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti ini dengan penelitian
saya yaitu penelitian ini membahas tentang rumah tangga yang
berbeda organisasi masyarakat, penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dan penelitian saya menggunakan metode kuantitatif.8
3. Berikutnya perbedaan dari penelitian yang diteliti oleh Dwi Agustin
Miftahul Jannah. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan Hukum Islam Prodi
Ahwal Al Syaksiyah, 2015. Yang berjudul “Pandangan Ulama’
Desa Sukomalo Kec. Kedungpring Kab. Lamongan terhadap
Larangan Perkawinan Antar Dusun Ngulon Ngalor”. Penelitian ini
7
Joyo Hadi Wiyoto, Pandangan Ulama’ Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama’ (NU) Tentang Perkawinan Antar Agama, Jurusan perbandingan madzhab, fakultas syari’ah, IAIN Sunan Ampel, 1996.
8
11
menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini membahas tentang
larangan perkawinan antara dusun ngulon ngalor karena pengantin
akan mengalami celaka jika perkawinan itu terjadi hingga saat ini
menjadi tradisi. Perbedaan dengan penelitian saya yaitu
pertentangan akan perkawinan antar desa sedangkan penelitian yang
akan saya teliti yaitu pertentangan pernikahan beda aliran dalam
keberagamaan orang tua.9
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk
menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian
perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik
yang lebih spesifik untuk memperoleh data.10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti
yaitu metode Kuantitatif. Kuantitatif adalah metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
9
Dwi Agustin Miftahul Jannah, Pandangan Ulama’ Desa Sukomalo Kec.
Kedungpring Kab. Lamongan terhadap Larangan Perkawinan Antar Dusun Ngulon Ngalor, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syaksiyah, 2015.
10
12
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini
sebagai metode ilmiah/ scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah, yaitu konkrit/ empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini
dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik.11
Dalam penelitian ini, jenis yang akan digunakan yaitu
menggunakan jenis metode penelitian eksperimen dan survey. Dimana
metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Dan
metode penelitian survey digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan
perlakuan dalam pengumpulan data.12
Oleh karena itu, penelitian ini lebih memfokuskan dalam
perhitungan hasil angka-angka dari data (angket) yang telah disebar
keseluruh masyarakat atau objek penelitian. Dengan menggunakan
hitungan manual maupun melalui aplikasi SPSS.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2011), 7.
12
13
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia
memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan
sama dengan banyaknya manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang
menunjukkan ciri dari populasi itu. Di antara yang kita kenal
besar-besaran: rata-rata, bentengan, rata-rata simpangan, variasi, simpangan
baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu populasi tertentu
adalah tetap nilainya, bila nilainya berubah, maka berubah pula
populasinya. Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu
didalam suatu penelitian.13
Rumus mencari populasi:
13
14
= �
��² + 1
Keterangan:
n: Jumlah Sampel
N: Jumlah Populasi
d: Presisi yang ditetapkan
Dan populasi yang peneliti ambil yaitu seluruh anak perempuan
di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri keadaan tertentu yang akan diteliti, atau sebagian anggota populasi
yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasi.14
Adapun cara pengambilan sampel penelitian ini dapat dilakukan
dengan sampel Random atau sampel acak, sampel campur. Teknik
sampling ini diberi nama demikian karena didalam pengambilan
sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam populasi
sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti
14
Nanang Martono, Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS,
15
memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh
kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek
sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu
atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut
mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subyek. Di dalam pengambilan
sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya
jumlah sampel yang paling baik. Jawaban terhadap pertanyaan ini
tidaklah begitu sederhana. Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah
subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak
sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil
penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu
demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi. 15
Dalam penelitian ini jumlah populasi anak perempuan di Desa
Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan memiliki
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
16
jumlah yang banyak, sehingga peneliti mengambil 10-15% saja atau
sekitar 100 orang.
c. Teknik Sampling
Teknik Sampling merupakan sebuah teknik untuk pengambilan
sampel. Pengumpulan data dengan metode sampel dimaksudkan untuk
menghemat biaya, tenaga dan waktu, karena dengan metode ini
pengamatan hanya dilakukan terhadap sebagian dari populasi yang
ada.16 Dan jenis sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu jenis sampel
Random yaitu digunakan oleh peneliti apabila populasi diasumsikan
homogeny (mengandung satu ciri) sehingga sampel dapat diambil
secara acak.17 Cara acak adalah suatu cara pemilihan sejumlah elemen
dari populasi untuk menjadi anggota sehingga setiap elemen mendapat
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini
sangat objektif karena semua mempunyai kemungkinan untuk dipilih.
16
Meilia Nur Indah S, statistik Deskriptif dan Induktif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 23.
17
17
3. Variabel dan Indikator Penelitian
1. Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.18
Variabel yang digunakan oleh peneliti yaitu variabel Independen
atau variabel bebas (x) dan variabel Dependen atau variabel terikat.
Dimana variabel Independen yaitu yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen.
Dinamakan variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel
lain. Dan variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel Independen disebut variabel
terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel Independen.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni
mengenai Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan
Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan. Maka variabel bebas (x) dalam
penelitian ini adalah “Aliran Keagamaan Orang Tua” sedangkan
variabel terikatnya (y) adalah “Pilihan Pendamping Hidup Perempuan”.
18
18
2. Indikator Penelitian
Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu
indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi
kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan
keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan.
Peneliti menentukan indikator dari judul “Pengaruh Aliran
Keagamaan Orang Tua terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan
di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”
diantaranya yaitu:
a. Variabel X: Aliran keberagamaan orang tua
1. Nahdatul Ulama
2. Muhammadiyah
b. Variabel Y: Pilihan pendamping hidup perempuan
1. Berakhlak baik
2. Taat beribadah
19
4. Definisi Operasional
Untuk mengetahui gambaran yang jelas dan tidak terjadi kesalah
fahaman bagi pembaca dalam mengartikan judul ini, maka perlu
kiranya peneliti membatasi sejumlah definisi yang diajukan dalam judul
penelitian ini. Yaitu Pengaruh Aliran Keberagamaan Orang Tua
terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam
Paciran Kabupaten Lamongan, sebagai berikut:
a. Aliran Keagamaan:
Aliran keagamaan, yang dimaksud aliran keagamaan tipe
pertama adalah pengakuan individu atau kelompok yang mendapatkan
wahyu secara asli dari tuhan. Wahyu tersebut diyakini berisi nilai dan
norma sakral yang berbeda sama sekali dengan isi kitab suci agama
yang telah ada dan membudaya pada masyarakat tertentu, baik yang
berkaitan dengan teks, konteks, aqidah/ ketuhanan (teologi), ibadah
(ritual), jejaring proses penerima dan penerimaan kitab suci (tarikh
genealogis), kemasyarakatan (muamalah sosiologis), akhlak, alam
semesta, maupun berkaitan dengan awal dan akhir kehidupan. Tipe
kedua adalah pengakuan individu atau kelompok yang mendapatkan
wahyu atau petunjuk dari Tuhan tentang pemahaman dan penafsiran
20
agama yang telah ada dan membudaya pada masyarakat tertentu
(modifikasi), baik menyangkut teks, konteks, aqidah/ ketuhanan
(teologi), ibadah (ritual), jejaring proses penerima dan penerimaan kitab
suci (tarikh genealogis), kemasyarakatan (muamalah sosiologis),
akhlak, alam semesta, maupun berkaitan dengan awal dan akhir
kehidupan.19
Keagamaan berasal dari kata agama yang diartikan sekumpulan
peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai
akal untuk mengikuti peraturan tersebut sesuai kehendak dan
pilihannya sendiri untuk mencapai kebahagiaan didunia ataupun
akhirat. Dari perspektif psikologi keimanan agama dirumuskan
sebagaimana terdapat dalam kitab suci, perilaku agama personal diukur
dengan kegiatan, seperti sembahyang, membaca kitab suci dan perilaku
lainnya yang mendatangkan manfaat spiritual.
Yang dimaksud dengan aliran keagamaan menurut peneliti yaitu
aliran-aliran yang dianut atau diyakini oleh masyarakat di Desa
Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Aliran tersebut
diantaranya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
19 Ahmad Syafi’I Mufid, dkk
21
b. Pendamping hidup
Yang dimaksud dengan pendamping yaitu Nomina (kata benda)
(orang) yang mendampingi (dalam perundingan dan sebagainya), dan
yang dimaksud hidup yaitu masih terus ada, bergerak, dan bekerja serta
bagaimana mestinya.20
Jadi dari pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat
disimpulkan bahwa pendamping hidup adalah orang yang mendampingi
orang lain dalam menjalani kehidupannya masing-masing, dimana
dalam kehidupan kita akan memiliki pasangan hidup untuk berumah
tangga dan menjalankan kehidupan bersama-sama sesuai syari’at islam.
5. Hipotesis
Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan yang sedang diteliti, kegunaan bagi peneliti, hipotesis
menjadikan arah penelitian semakin jelas atau memberi arah bagi
peneliti untuk melaksanakan penelitiannya secara terbaik.21
Dari judul yang diangkat oleh peneliti yakni Pengaruh Aliran
Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup
20
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 306.
21
22
Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
a. ��= tidak ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap
Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
b. ��= ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan
Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Data Primer
Data Primer ini diperoleh melalui penelitian langsung dengan
dua cara, yaitu: Observasi atau pengamatan yang berarti pengamatan
dengan menggunakan indera penglihatan yaitu dengan tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.22Dan Survei atau menyebar angket
secara langsung di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
22
23
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh lapangan dan
diperoleh hasil dari pengolahan data primer. Data sekunder berfungsi
sebagai data penunjang dan pelengkap dari data primer. Dan dalam
penelitian ini, yang menjadi data sekunder berupa wawancara yaitu
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara kepada responden.
7. Teknik Analisis Data
Di dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa data dengan
menggunakan Analisis Statistika Inferensial. Dalam Analisis Statistik
Inferensial ini, peneliti mencoba menganalisa hasil angket dengan
memasukkan rumus secara manual.
Korelasi Product Moment, jika sepasang variabel kontinu, X
dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi dapat dicari dengan
menggunakan koefisien korelasi.
Regresi, adalah hubungan secara linear antara satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah positif atau negative dan untuk memprediksi nilai dari
24
kenaikan atau penurunan.23Rumus ini digunakan untuk mencari berapa
persen sumbangan variabel Independen kepada variabel Dependen
dalam satu keterangan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Peneliti membuat sistematika pembahasan yang akan disusun
sebagai berikut ini:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang
masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah
dalam penelitian tersebut, serta menyertakan tujuan dan manfaat
penelitian dan juga metode penelitian yang mana peneliti akan
memberikan gambaran berbagai hal yang harus dipatuhi dalam bab ini,
antara lain : pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampling, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data, serta teknik keabsahan data.
Selain itu, dalam bab ini definisi operasional juga digambarkan dengan
jelas.
BAB II: KAJIAN TEORI
Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang
kajian teoritis objek kajian yang dikaji, hingga pada hipotesis yang
23
25
disajikan. Adapun rinciannya sebagai berikut: setelah masalah
penelitian dirumuskan dengan baik, langkah berikutnya dalam metode
ilmiah adalah mengajukan hipotesis yaitu dugaan atau jawaban
sementara terhadap permasalahan yang diajukan.
BAB III: PENYAJIAN DATA
Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran
tentang data-data yang diperoleh, yaitu dari data primer. Penyajian data
dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel, atau
bagan yang mendukung data. Selain itu juga dipaparkan mengenai
deskripsi hasil penelitian sampai pengujian hipotesis.
BAB IV: ANALISA DATA
Dalam bab analisis data, peneliti memberikan gambaran tentang
argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis. Misalnya,
hipotesis penelitian ditolak atau tidak terbukti, maka peneliti
memberikan alasan-alasan mengapa tidak terbukti. Disamping itu juga,
dilakukan penganalisisan data dengan menggunakan teori yang relevan.
BAB V: PENUTUP
Pada Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang bersifat
26
penelitian dan temuan yang dihasilkan dari penelitian tersebut. Serta
menjelaskan saran-saran yang diajukan oleh peneliti berdasarkan pada
27
BAB II
ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN
A. Aliran Keagamaan
Aliran keagamaan juga bisa dikatakan dengan organisasi
keagamanaan yaitu suatu kumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang mempunyai visi dan
misi, dan juga tujuan yang sama. Terkait dengan hal ini peneliti
mengaitkan antara organisasi Muhammadiyah yang merupakan gerakan
islam (moderat), dakwah amar makruf nahi mungkar berakidah islam
yang bersumber pada al-Qur’an dan hadits, dengan organisasi Nahdlatul
Ulama’ (tradisional) yang merupakan gerakan islam, dikenal dengan
gemar mendendangkan syair pujian-pujian dan shalawat untuk Nabi
Muhammad SAW, yang bersumber pada Al-Qur’an, Ijmak dan Qiyas.
Salah satu ciri aliran Muhammadiyah yang merupakan gerakan
Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar berakidah Islam bersumber
pada al-Qur’an dan Hadits, dengan aliran Nahdlatul Ulama’ (NU) yang
merupakan gerakan Islam dikenal dengan gemar mendendangkan Syair
puji-pujian dan Salawat untuk nabi Muhammad SAW, yang bersumber
28
NU menganut paham Ahlussunah Waljama’ah, sebuah pola
piker yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis)
dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran
bagi NU tidak hanya al-Qur’an, Sunnah tetapi juga menggunakan
kemampuan akal ditambah dengan realitas empiric. Cara berpikir
semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan
Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab: Syafi’I, Hambali,
Maliki, Hanafi. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan
metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintergrasikan
antara tasawuf dengan shariat.1
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan
momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal
jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang
fikih maupun social. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan
negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah
pemikiran dan dinamika social dalam NU.2
1
Farid Wajdi, NU Tradisi, Relasi-relasi, Pencarian Wacana Baru,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), 183.
2
29
Dalam majelis tarjih Muhammadiyah, terhadap istilah manhaj
tarjih untuk menyebut metode istinbath hukum. Secara leksikal, manhaj
berarti jalan atau metode. Dalam ilmu ushul fikih, manhaj digunakan
sebagai cara mengeluarkan hukum syara’ dari al-Qur’an dan Sunnah,
secara istidlal dengan dalil ‘aql, seperti qiyas, istihsan, istishab dan
sebagainya. Majelis tarjih menggunakan kata manhaj sebagai acuan
penggalian hukum islam, baik dari dalil naqli maupun ‘aqli.
Muhammadiyah merumuskan pedoman dalam berijtihad dengan
memakai nama “Pokok-Pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah”.3
Manhaj ijtihad tersebut merupakan manufestasi bahwa
Muhammadiyah tidak bermadzhab. Dalam hal ini, dibuktikan dari
putusan-putusannya tidak merujuk kepada pendapat imam madzhab.
Sebab, masalah yang diputuskan majelis tarjih didasarkan atas nash
yang dianggap lebih kuat tanpa mengembalikan apakah pendapatannya
sesuai dengan pendapat imam madzhab atau tidak. Sesungguhnya
manhaj tarjih belum dapat dikatakan sebagai susunan ushul fiqih baru,
namun telah memuat unsur-unsur penting dalam teori berijtihad, yaitu
penggunaan sumber-sumber hukum, prinsip-prinsip ijtihad dan
kedudukan akal dalam penggalian hukum.
3
30
Ternyata, manhaj yang demikian telah membawa majelis tarjih
memutuskan berbagai masalah yang tampak mandiri dan tidak terkait
oleh salah satu pandangan madzhab. Mengenai penggunaan sumber
dalil, pada dasarnya ijtihad majelis tarjih secara mulak adalah al-Qur’an
dan Sunnah. Oleh karena itu, kedua dalil tersebut merupakan acuan
utama dalam penetapan hukum. Hal ini terbaca pada hamper setiap
keputusan tarjih yang senantiasa menyebutkan ayat-ayat al-Qur’an dan
Sunnah sebagai dalil sebagaimana yang terbaca didalam himpunan
putusan tarjih.
1. Prinsip Nahdlatul Ulama (NU)
Prinsip Ahlusunnah wal jama’ah yang diterapka dalam NU, baik
dalam bidang teologi, fikih dan tasawuf, NU merumuskan sikap
kemasyarakatan sebagai berikut:
a. Tawassut, yaitu sikap moderat yang berbijak pada prinsip
keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk sikap
tatharuf (ekstrim), baik dalam bidang agama maupun politik,
karena sikap tersebut mengarah pada kekerasan dan disintegrasi
(kehancuran).
b. Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan
terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas
31
saling percaya dan solidaritas bisa ditegaskan dan ini merupakan
inti hidup berbangsa.
c. Tawazun, selalu berusaha menciptakan keseimbangan hubungan
antara sesama umat manusia dengan Allah SWT, antara akal dan
wahyu, antara individu dan kolektifitas dengan sikap tawazun
ini harmonis dalam kehidupan baik maupun tindakan bisa
terwujud.4
2. Prinsip Muhammadiyah
Untuk melaksanakan maksud, menegakkan dan menjunjung
tinggi agama islam, sehingga dapat membentuk kehidupan yang
bahagia. Maka Muhammadiyah merumuskan prinsip sebagai berikut:
a. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan ta’at kepada
Allah.
b. Mematuhi ajaran-ajaran agama islam dengan keyakinan bahwa
ajaran islam itu satu-satunya landasan kepribadian bersama untuk
kebahagiaan dunia akhirat.
c. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat
adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada
kemanusiaan.
4
32
d. Ittiba’ kepada langkah perjuangan nabi Muhammad SAW.
e. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi.
3. Tradisi-Tradisi NU dan Muhammadiyah
Dalam setiap kelompok maupun aliran yang ada, pasti
mempunyai tradisi masing-masing, yang mana tradisi tersebut dapat
membentuk ciri khas suatu kelompok tersebut. Akan tetapi tidak
menuntut kemungkinan sekelompok aliran tersebut juga mempunyai
persamaan tradisi atau adat kebiasaan, diantara tradisi-tradisi tersebut
[image:42.595.139.494.184.745.2]adalah:
Tabel 2.1
Perbedaan tradisi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
No. Nahdlatul Ulama (NU) Muhammadiyah 1. Do’a Qunut :
Do’a yang dibaca pada akhir shalat subuh.
Muhamadiyah melarang (bahkan membid’ahkan) bacaan Qunut di waktu Shubuh.
2. Mengangkat tangan pada waktu do’a. Muhammadiyah jika berdo’a tidak mengangkat kedua tangan.
3. Wiridan atau Dzikir Muhammadiyah hanya melakukan dzikir dan do’a setelah shalat.
4. Adzan Jum’at 2 kali : Adzan jum’at hanya satu kali.
5. Shalat tarawih 20 rakaat. Shalat tarawih hanya 8 rakaat saja.
6. Ziarah Kubur :
Sudah menjadi pemandangan umum dikalangan santri NU, mereka
membiasakan diri untuk berziarah kubur yang bertujuan untuk orang yang sudah meninggal dalam istilah jawa disebut
33
(kirim dungo) biasanya dilakukan pada hari jum’at atau pada hari raya idul fitri dan idul adha.
7. Melakukan pujian untuk sanjungan kepada Allah.
Muhammadiyah tidak ada pujian.
8. Mengumandangkan tarhim sebelum shalat shubuh.
Muhammadiyah tidak mengumandangkan tarhim. 9. Lailatul ijtima’
Bagi orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu hal biasa. Pertemuan ini dinamakan dengan lailatul ijtima’ yang artinya malam pertemuan. Acara ini dimanfaatkan untuk
membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, misalnya: menentukan awal ramadhon dan lain sebagainya.
Muhammadiyah
melaksanakan pertemuan organisasi menjelang bulan Ramadhan.
10. Peringatan 7 atau sampai 1000 hari: Sudah menjadi tradisi orang jawa, kalau ada keluarga yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang
silaturrahmi, baik tetangga maupun jauh, mereka ikut bela sungkawa atas segala yang menimpa, sambal mendo’akan orang yang meninggal maupun yang ditinggalkan. Pemanfaatan pertemuan itu akan terasa lebih berguna jika diisi dengan dzikir.5
Muhammadiyah juga masih ada sebagian pengikutnya memperingati 7 – 40 hari orang yang sudah meninggal.
11. Membaca surat yasin :
Yasin dan tahlil telah menyatu menjadi bacaan orang-orang NU.
Tidak ada
4. Tradisi Orang NU Masalah Social.
1. Pujian
Pujian adalah istilah khas orang NU. Pujian adalah sanjungan
untuk Allah, dalam praktiknya pujian bisa jadi kalimat yang
mengandung pujian namun yang sering kita dengar adalah
lantunan sholawat nabi dengan beragam nasyidnya.
2. Tarkhim
5
34
Tarkhim ialah suara yang dikumandangkan dari masjid atau
musholla dengan maksud membangunkan kaum muslimin dan
muslimat untuk persiapan shalat shubuh.
3. Lailatul ijtima’
bagi orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu hal
yang biasa. Pertemuan ini dinamakan dengan lailatul ijtima’
yang artinya malam pertemuan. Acara ini dimanfaatkan untuk
membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem
organisasi, misalnya: menentukan awal Ramadhan dan lain
sebagainya.
4. Talqin
Talqin artinya mendikte. Yang maksudnya mendiktekan si mayit
yang baru saya dimakamkan untuk menirukan kata-kata tertentu
dari si penuntun.
5. Haul
Kata haul berasal dari bahasa Arab yang artinya setahun.
Peringatan haul berarti peringatan genap 1 tahun. Peringatan ini
berlaku bagi keluarga siapa saja, tidak terbatas hanya pada NU
saja.
35
Dimasyarakat NU jika ada setiap pertemuan yang didalamnya
dibaca kalimat itu secara bersama-sama disebut majelis tahlil.
Acara ini biasa diselenggarakan khusus tahlil, meski banyak
juga acara tahlil ditempelkan pada acara inti yang lainnya,
misalnya setelah dzibaan, yasinan kemudian tahlil dan
sebagainya.
7. Istighosah atau mujahadah
Istighosah artinya meminta pertolongan, mujahadah artinya
mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai sesuatu yang
dilakukan secara serempak dan bersama-sama.
8. Pembacaan diba’iyah, burdah, manaqib
Kalau kita melihat lirik syair yang terdapat didala kitab
al-Barzanji, serratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup
dan kehidupan rasulullah. Demikian pula yang terdapat didalam
kitab diba’ dan burdah. Tiga kitab ini yang berlaku bagi orang
NU dalam melakukan ritual ini biasanya dilakukan satu minggu
sekali atau ketika maulidiyah menyambut kelahiran rasulullah.
9. Membaca surat yasin
Surah yasin dapat dibaca saat kita mengharap rizki dari tuhan,
meminta sembuh dari penyakit, menghadapi ujian, mencari
36
sehari hari masyarakat sudah mentradisikan membaca yasin
didalam majelis-majelis kecil dikampung. Bahkan, sudah lazim
sekali bacaan yasin digabung dengan tahlil. Yasin dan tahlil
telah menyatu menjadi bacaam orang-orang NU.
5. Tradisi Muhammadiyah
Dalam sebuah organisasi tentu mempunyai karakteristik
tersendiri, ketika kita melihat tradisi orang NU, begitu banyak
tradisi yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat social,
diakuiatau tidak jika dibandingkan antara NU dan Muhammadiyah,
NU lah yang paling kaya akan tradisi, dengan tradisi yang
diamalkan oleh orang-orang NU baik itu tradisi keagamaan maupun
social. Muhammadiyah lebih condong kearah modernis (pencetus
ide-ide modern) yang dapat menggali intelektual yang lebih mantap.
Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu mendirikan
sekolah Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya
tauhid dan ibadah, seperti: meniadakan sebagai berikut:
1. Menujuh bulani (jawa: Tingkeban)
Yaitu selametan bagi orang yang hamil pertama kali
memasuki bulan ketujuh. Kebiasaan ini merupakan
peninggalan dari adat-istiadat jawa kuno, biasanya diadakan
37
berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur
dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk
dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan
macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya
berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendo’akan bagi
keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan
itu.
2. Slametan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani,
Syekh Saman, dan lain-lain yang dikenal dengan menakiban.
Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu
suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan
kepada nabi Muhammad SAW yang disalah artikan. Dalam acara-acara
semacam ini, Muhammadiya menilai, ada kecenderungan yang kuat
untuk seorang wali atau nabi, sehingga hal itu dikhawatirkan dapat
merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut
Haul, atau lebih popular disebut khal, yaitu memperingati hari dan
tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan
ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah
orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh
38
Mendo’akan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah
mati dalam islam sangat dianjurkan. Demikian juga berdzikir dan
membaca al-Qur’an juga sangat dianjurkan dalam islam. Akan tetapi,
jika didalam berdzikir dan membaca al-Qur’an itu diniatkan untk
mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasar
pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga
tahlilan dan sholawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100
dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid’ah yang mesti ditinggalkan
dari perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang
diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.6
B. Pendamping Hidup
Pendamping hidup atau bisa disebut dengan sepasang suami
istri, bisa juga dikatakan keluarga yang merupakan kelompok primer
yang penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup
yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan itu
6
39
sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan
anak-anak. Jadi, keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu
kesatuan sosial yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak yang belum
dewasa.
Para ahli antropologi melihat keluarga sebagai suatu kesatuan
sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk hidup.
Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah
suatu kesatuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama
ekonomi, dan mempunyai fungsi mendidik anak, menolong serta
melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka
yang telah jompo. Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga
terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah
dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah
yang sama. Satuan satu kelompok seperti itu dalam antropologi
dinamakan sebagai keluarga inti. Suatu keluarga ini pada hakekatnya
terbentuk oleh adanya suatu hubungan perkawinan yang sah, tetapi
tidak selamanya keluarga inti terwujud hanya karena telah disahkan
oleh suatu peraturan perkawinan.7
7
40
Pemilihan pendamping hidup, dapat dijelakan
indikator-indikator dari variabel tersebut, antara lain:
b. Berakhlak baik
Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik.
Budi pekerti dan pemahaman akan hakikat kebaikan dan
keburukan. Orang yang berakhlak mempunyai sensitivitas yang
baik akan sebuah hal. Tidak hanya berkaitan dengan hal baik
dan buruk, akhlak juga berkaitan erat dengan pantas dan
tidaknya sebuah hal, dan baik atau buruknya sebuah hal.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin
dikatakan berakhlak.
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan
baik atau buruk.
41
Ibadah adalah merendahkan diri dan tunduk serta taat
kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya. Orang yang taat beribadah yaitu selalu
berpegang teguh, shaleh serta tunduk kepada tuhan yang telah
menciptakannya.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota
badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta),
tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut)
adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan
tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati
adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan
shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah
(fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah
yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan. Ibadah
inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.
d. Nafkah
Secara bahasa nafkah artinya sesuatu yang dibelanjakan
42
artinya; mencukupi kebutuhan siapapun yang ditanggungnya,
baik berupa makanan, minuman pakaian, atau tempat tinggal.
Seorang laki- laki jika menikahi seorang wanita, maka
wajib baginya memberinya nafkah. Ukuran yang wajib
diberikan sebagai nafkah adalah yang makruf/ yang patut atau
wajar. Kadar nafkah untuk kecukupan keluarga dalam
kehidupan sehari- hari dengan cara yang wajar.
dalam ajaran Agama Islam memberi nafkah kepada istri
dan anak dimasukkan dalam kategori ibadah. Dari Sa’ad bin Abi
Waqqash, Rasulullah SAW telah bersabda kepadanya, “Engkau
tiada memberi belanja demi mencari ridha Allah, melainkan
pasti diberi pahala, sekalipun yang engkau suapkan ke dalam
mulut istrimu.” (HR. Bukhari Muslim)
Menurut Kartini Kartono, pernikahan atau perkawinan adalah
suatu peristiwa yang secara formal mempertemukan sepasang mempelai
atau sepasang calon suami-isteri dihadapan penghulu atau kepala agama
43
secara resmi sebagai suami-isteri dengan upacara-upacara atau
ritus-ritus tertentu8.
Di pandang dari sudut kebudayaan pernikahan adalah pengatur
kelakuan manusia yang bersangkut paut dalam kehidupan seksnya,
ialah kelakuan – kelakuan seks terutama persetubuhan.9
Perkawinan bisa dikatakan sebagai elemen pembentuk keluarga
karena perkawinan dapat diasumsikan sebagai keterkaitan seorang pria
dan wanita untuk menjalin hubungan dan hidup bersama untuk
mencapai tujuan bersama. Dari segi hukum adalah ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan 1974). Ahli sosiologi
memandang perkawinan sebagai persatuan antar satu orang pria atau
lebih dengan seorang wanita atau lebih yang diberi kekuatan sanksi
social, dalam suatu hubungan suami istri. Perkawinan sebagai upaya
dasar untuk pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar
pihak pria dan wanita sebaga calon suami istri dipilih orang-orang yang
dapat memegang peran masing-masing dan menempati fungsinya,
8
Kartini Kartono , Psikologi Wanita (1) Gadis Remaja dan Wanita-wanita
(Bandung: Mizan, 1997), 17.
9
44
kewajiban dan tanggung jawab menurut bentukkeluarga yang
dicita-citakan. Oleh karena itu, pemilihan jodoh difokuskan pada pemilihan
orang yang dapat bekerja dan hidup bersama untuk mencapai tujuan
bersama atas dasar saling pengertian. Karena mereka berangkat dari
latar belakang individu, pendidikan, social budaya, keluarga dan jenis
kelamin yang berbeda.10
Dalam membentuk keluarga ada berbagai tahap yang biasa
dilakukan oleh calon suami istri sebelum menjadi keluarga yang sah.
Yang pertama mereka saling tahu satu sama lain sehingga mereka
berproses menjadi saling menyukai, setelah itu memperkenalkan kepada
masing-masing keluarga agar tahu satu sama lain dan tahu latar
belakang masing-masing calon pendampingnya tersebut. Jika pihak
keluarga menyetujui maka proses selanjutnya yaitu dengan melamar
calon pendamping hidup anaknya lalu menikahkannya. Sesuai dengan
indikator-indikator yang telah dipaparkan oleh peneliti.
Berbakti kepada kedua orang tua (birrul waalidain) termasuk
salah satu ajaran asasi Islam. Allah SWT dan Rasul-Nya amat
menekankan birrul waalidain ini dalam banyak ayat al-Qur’an maupun
hadis shahih. semua anak wajib ekstra hati-hati dalam menghadapi dan
10
45
menyikapi orangtua mereka. Segala sikap dan ucapan anak harus
mengacu pada pertimbangan perasaan dan kepatutan menghadapi
orangtua. Sekali pun andaikan orangtua jelas salah atau tidak patuh
pada ajaran agama, maka masih tersisa kewajiban anak untuk
menghormatinya.
Dalam kaitan nikah, pilihan anak yang berbeda dengan orang
tua atau keengganan orangtua merestui pilihan anaknya tidak
berpengaruh apa-apa terhadap sahnya pernikahan, karena restu orangtua
itu tidak terkait syarat-rukun nikah. Dengan demikian nikah tersebut
tetap sah dan karenanya hubungan suami isteri antara keduanya juga
halal, ayah lebih dominan dibanding ibu, karena ayahlah yang berhak
menjadi wali bagi anak perempuannya.
Tetapi secara fiqih moral (akhlaq) dan fiqih sosial
(kemasyarakatan), pernikahan yang tidak direstui orangtua akan
bermasalah dan menjadi handikap bagi hubungan anak-orang tua,
sesuatu yang harus dihindari. Begitu juga kengototan orang tua pada
penolakannya terhadap pilihan anaknya merupakan hal yang mesti
ditiadakan. Kunci semua itu adalah komunikasi antara orang tua-anak
harus terjalin baik sejak mula. Restu ibu lebih dominan dibanding ayah,
46
Jika ada orangtua yang menolak pilihan anaknya hanya karena
pertimbangan etnis atau tradisi, maka orangtua demikian harus berfikir
seribu kali untuk mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah SWT
nanti.
Hendaknya semua orang tua bersikap arif dan bertindak bijak
ketika menghadapi anak yang sudah menjalin hubungan sudah dekat
dengan seseorang dan merasa sudah amat cocok sehingga tidak
mungkin lagi dipisahkan, maka lebih baik segera dinikahkan agar
terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan. Jangan ada orang tua
yang bertindak otoriter dengan sikap tanpa kompromi melarang dan
menghalang-halangi pernikahan mereka, yang kemudian memiliki
dampak yang buruk.
C. Hipotesis
Dari judul yang diangkat oleh peneliti yakni Pengaruh Aliran
Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup
Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
a. ��= tidak ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap
Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam
47
b. ��= ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan
Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan
48
BAB III
ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN
LAMONGAN
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian
Sumurgayam, merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur yang terdiri dari 3 Dusun,
diantaranya Dusun Sumurgayam, Dusun Sumuran, dan Dusun Padeg.
Secara geografis Desa Sumurgayam dari sebelah utara berbatasan
dengan Desa Sugihan Kecamatan Solokuro, batasan sebelah selatan
yaitu Desa Paciran, dari sebelah timur berbatasan dengan Desa
Sendangagung, dan batasan dari sebelah Barat ialah Desa
Kandangsemangkon. Desa Sumurgayam merupakan desa yang sedang
mengalami perkembangan dan masyarakat desa tersebut bisa dikatakan
masyarakat aktif. Namun bukan hanya itu saja, Desa Sumurgayam
memiliki potensi sumber daya alam yang bisa dikembangkan dengan
baik. Banyak lahan persawahan yang luas, yang mayoritas ditanam
tanaman padi, cabe, jagung dan sebagainya.
Berikut adalah peta Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran
49
Gambar 3.1
Peta Desa Sumurgayam
[image:59.612.154.479.213.605.2](Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)
Tabel 3.1
Batas Wilayah
Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Sugihan Desa/Kelurahan Sebelah Timur Sendangagung Desa/Kelurahan Sebelah Barat Kandangsemangkon Desa/Kelurahan Sebelah Utara Paciran
Kecamatan sebelah Selatan Solokuro Kecamatan sebelah Timur Paciran Kecamatan sebelah Barat Paciran Kecamatan sebelah Utara Paciran
50
Tabel 3.2
[image:60.612.157.489.214.663.2]Jenis tanah Desa/ Kelurahan
Tabel 3.3
Potensi Pertanian
[image:60.612.160.489.575.633.2](Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)
Tabel 3.4
Potensi Peternakan
Jenis Ternak Jumlah
Pemilik (Org) Populasi (Ekor)
Sapi 175 357
Jenis ayam broiler 17 50.000
Kambing 86 350
(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)
TANAH SAWAH TANAH KERING
Sawah Irigasi Teknis 0 Ha Tegal / lading 11.970 Ha Sawah Irigasi ½ Teknis 25.000 Ha Pemukiman 14.000 Ha Sawah Tadah Hujan 155.460 Ha Pekarangan 0 Ha Luas Tanah Sawah 180.460 Ha Luas Tanah
Kering
25.970 Ha
Nama
Komoditas Luas (ha) Hasil (ton/ ha)
Jagung 269.454 4040,5
Kacang tanah 241.292 14.478
Padi sawah 120,99 3024,75
51
Warga masyarakat di Desa Sumurgayam kebanyakan bercocok
tanam dengan menanam jagung, luasnya sebanyak 269.454 ha hasil
yang diperoleh sebesar 4040,5, kacang tanah luas sebesar 241.292 dan
memeproleh hasil 14.478, untuk tanaman padi sawah luas 120,99 ha
dan hasilnya sebesar 3024,75. Dan untuk tanaman padi ladang luas
sebanyak 62,7 ha, hasil yang diperoleh 350 ton. Untuk peternakan
warga masyarakat lebih banyak beternak sapi berjumlah 357 ekor dan
pemiliknya berjumlah 172 orang, kemudian ayam broiler 50.000 ekor,
pemilik hanya 17 orang, dan kambing sebanyak 350, pemilik berjumlah
[image:61.612.154.487.235.530.2]86 orang.
Tabel 3.5
Sumber daya air
Jenis Sumber Air Jumlah Debit / Volume
Kecil Sedang Besar
Sungai (bh) 1 - 9
-Embung-embung (ha) 0,7 - 9
-(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)
Tabel 3.6
Mata pencaharian pokok
Sektor Pertanian
Petani 2.286 Orang
Buruh tani 523 Orang
Pemilik usaha pertanian 171 Orang
[image:61.612.162.489.633.691.2]
52
Sektor Peternakan
Buruh usaha peternakan 17 Orang
Pemilik usaha peternakan 21 Orang
Jumlah 228 Orang
Sektor Perikanan
Nelayan 10 Orang
Jumlah 10 Orang
Sektor Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga
Tukang Batu 25 Orang
Tukang Kayu 15 Orang
Tukang Sumur 2 Orang
Tukang Jahit 2 Orang
Tukang Rias 1 Orang
Jumlah 44 Orang
(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)
Jadi, bisa di simpulkan mayoritas pekerjaan masyarakat desa
sumurgayam yaitu bertani dengan memanfaatkan tanah sawah baik itu
milik sendiri maupun milik orang lain, ada juga yang bekerja menjadi
[image:62.612.157.487.136.540.2]buruh tani di ladang orang lain.
Tabel 3.7
Potensi sumber daya manusia
Jumlah laki-laki 1.749 Orang
Jumlah perempuan 1.671 Orang
Jumlah total 3.420 Orang
Jumlah kepala keluarga 1.548 KK
Luas Desa 1.335.428 ha
Kepadatan Penduduk (Jmlh Total/