• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA (SAINS)

Insih Wilujeng1) 1) Dosen Jurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id

Abstrak

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan kebaikkan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010.

Pendidikan karakter memiliki landasan yuridis dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang memuat nilai-nilai dasar dalam SKL Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pengembangan budaya karakter dapat dilakukan dengan beberapa strategi, antara lain integrasi dalam mata pelajaran IPA (Sains); pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan; integrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler; penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah. Khusus untuk integrasi dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan penerapan model KBSB, dimana dalam model ini mengintegrasikan keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam aktivitas siswa. Manakala siswa sudah terlatih dengan budaya keterampilan berpikir, strategi berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter, yaitu siswa yang memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan. Cara lain integrasi karakter dalam pembelajaran IPA adalah penerapan pendekatan STSE, dimana pembelajaran IPA/Sains mengambil tempat melalui penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat. Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan, sehingga memunculkan rasa peduli pada lingkungan dan menjunjung tinggi budaya, teknologi serta kearifan lokal.

Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional), agar pendidikan karakter menjadi habitual bukan sekedar wacana.

Kata Kunci: pendidikan karakter, pembelajaran IPA, model KBSB, pendekatan STSE

(2)

Pendidikan merupakan daya upaya memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Bapak Pendidikan Nasional: Ki hadjar Dewantara). Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan keabikkan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam konteks kehidupan bermasyatakat, berbangsa dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.

Sampai saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang tidak sekedar memberi pengetahuan pada tataran kognitif, tetapi juga menyentuh tataran afektif dan kognitif melalui mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani.

Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.

1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh

2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan.Oleh karena itu pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh

3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orang tua. Oleh karena itu pelaksanan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut

4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan

B. Pembahasan

(3)

Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan secara formal sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan sejumlah rumusan Standar Kompetensi lulusan (SKL). Jika dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL tersebut implisit atau eksplisit termuat substansi nilai/karakter. Tabel 1 adalah nilai-nilai dasar/karakter yang secara implisit termyat dalam setiap rumusan SKL.

Tabel 1. Muatan nilai dasar/karakter dalam rumusan SKL

No Rumusan SKL Nilai/karakter

1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja

Iman dan taqwa

2 Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya

Adil

3 Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas

perilaku, perbuatan dan pekerjaannya Tanggungjawab

4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial Disiplin 5 Menghargai keragaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkungan global

Nasionalistik

6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif

Bernalar

7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan

inovatif dalam pengambilan keputusan Bernalar

8 Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk

pemberdayaan diri Bervisi

9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik

Gigih

10 Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah ko,pleks

Bernalar

11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial Bernalar

12 Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab Tanggung jawab 13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara secara demokratis dalam wadah negara kesatuan

republik indonesia Nasionalistik

14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya Peduli

15 Mengapresiasi karya seni dan budaya Kreatif

16 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok Kreatif 17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani serta

kebersihan lingkungan

Bersih

18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun Santun 19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan

di masyarakat

Tanggung jawab

20 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain

Terbuka, peduli

(4)

Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks satuan pendidikan atau sekolah secara holistik (the whole school reform). Sekolah sebagai leading sector berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan dan mnyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter di sekolah. Program pengembangan karakter pada latar mikro digambarkan sebagai berikut.

3. Desain pendidikan karakter

a. Kerangka pengembangan budaya sekolah

Budaya sekolah diyakini merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Yang terpenting adalah iklim atau budaya sekolah, jika suasana sekolah penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang maka hal ini akan menghasilkan out put yang diinginkan berupa karakter yang baik. Guru akan merasakan kedamaian dan suasana sekolah akan meningkatkan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan menyebabkan prestasi akademik yang tinggi. Sebelum temuan penting lainnya adalah bila siswa memiliki karakter yang baik, maka hal ini akan berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik yang tinggi. Karena itu langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikan karakter di sekolah adalah menciptakan suasana atau iklim sekolah yang cocok yang akan membantu transformasi guru-guru dan siswa, juga staf-staf sekolah.

Pembelajaran

Budaya sekolah (Kegiatan/kehidupan keseharian di satuan pendidikan

Kegiatan Ekstra kurikuler

Kegiatan keseharian di rumah Integrasi ke dalam

pembelajaran setiap mapel

Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan

Integrasi ke dalam kegiatan

Ekstrakurikuler (Pramuka, olah raga, karya tulis, dsb)

Penerapan pembiasaan

(5)

Contoh kecil tentang kebersihan lingkungan sekolah baik di kamar mandi/WC, ruang kelas, lorong-lorong maupun di luar gedung sekolah/taman sekolah. Hal itu hanya dapat dilakukan di sekolah dengan dukungan manajemen sekolah yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Kondisi sekolah seperti itu dilaksanakan melalui program sekolah bersama manajemen sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. Di setiap sudut ruang, terdapat tempat sampah yang dapat digunakan untuk menyimpan sampah kering dan basah serta sampah yang dapat didaur ulang. Siswa dikondisikan untuk membuang sampah ke tempat yang sesuai dengan jenis sampah dan melalui pembiasaan seperti itu diharapkan kepedulian siswa menjadi lebih tinggi terhadap kebersihan lingkungan

b. Integrasi nilai dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Kegiatan rutin sekolah

Contoh kegiatan ini adalah: upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama/sembahyang bersama bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru/tenaga kependidikan yang lain dan sebagainya.

2. Kegiatan spontan

Contoh kegiatan tersebut adalah: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriah sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh dan sebagainya.

3. Teladan

Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan sebagainya.

4. Pengkondisian

Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

(6)

Pengembangan nilai-nilai dan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam Silabus ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut.

1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan KD di atas sudah tercakup di dalamnya.

2. Menggunakan tabel rumusan SKL dengan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan

3. Mencantumkan nilai-nilai dan karakter bangsa ke dalam silabus

4. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP

5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai

6. Memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

d. Muatan pendidikan karakter dalam pendidikan IPA?

1. Model “KBSB” dalam pembelajaran IPA membentuk siswa berkarakter

(7)

Berpikir adalah proses mental yang diperlukan individu untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan. Satu dari tujuan sistem pendidikan adalah untuk mengubah kemampuan berpikir siswa. Tujuan ini dapat diterima melalui kurikulum yang mengutamakan pembelajaran penuh perhatian. Pembelajaran yang mengutamakan keterampilan berpikir adalah suatu dasar untuk pembelajaran penuh perhatian. Pembelajaran penuh perhatian diterima jika siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Aktivitas seharusnya diorganisasikan untuk memberi kesempatan siswa menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir dan konseptualisasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan (Curriculum Development Center, 2002: 7).

Keterampilan-keterampilan berpikir dapat dikategorikan menjadi keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Seseorang yang berpikir kritis selalu mengevaluasi ide-ide dalam cara sistematik sebelum menerimanya. Seseorang yang berpikir kreatif memiliki tingkatan imajinasi yang tinggi yang dapat menurunkan ide-ide asal dan inovatif dan memodifikasi ide dan hasil-hasil (Carribbean Examination Council, 2007: 12).

Strategi berpikir adalah proses berpikir tingkat yang lebih tinggi yang meliputi tahap tahap bervariasi. Setiap tahap meliputi variasi keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan untuk memformulasikan strategi berpikir adalah tujuan utama dari pendahuluan aktivitas berpikir dalam proses pembelajaran

Disamping keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir, keterampilan yang lainnya mengutamakan penalaran. Penalaran adalah suatu keterampilan yang digunakan untuk membuat pembenaran logis dan rasional. Ketuntasan keterampilan-keterampilan berpikir kritis dan kreatif dan strategi berpikir dibuat lebih sederhana jika seseorang dapat beralasan secara induktif dan deduktif. Ketuntasan keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dapat diwujudkan dalam model “KBSB” dalam pembelajaran sains.

(8)

dan peduli, 14) menjadi obyektif, 15) menjadi sistematis dan kooperatif (Lemin et al, 1994: 27). Permasalahan yang muncul adalah “Bagaimanakah menerapkan model KBSB dalam pembelajaran sains, sehingga mampu membentuk siswa berkarakter?”

2. Aplikasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains

Kurikulum sains mengutamakan pembelajaran berbasis pada keterampilan berpikir dan keterampilan ilmiah. Ketuntasan keterampilan-keterampilan berpikir dan keterampilan-keterampilan-keterampilan-keterampilan ilmiah diintegrasikan dengan perolehan pengetahuan dalam mencapai hasil pembelajaran. Dalam pembelajaran sains, guru perlu mengutamakan ketuntasan keterampilan-keterampilan bersama-sama dengan perolehan pengetahuan dan mengulang nilai mulia dan sikap-sikap ilmiah

Tabel 2 adalah contoh dan penjelasan implementasi model ‘KBSB” dalam pembelajaran sains yang didasarkan pada keterampilan-keterampilan berpikir, strategi-strategi berpikir dan nilai-nilai mulia (Insih Wilujeng, 2011: 7-9).

Tabel 2. Contoh-contoh Implementasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains

1 Hasil belajar Membandingkan dan membedakan unsur-unsur

logam dan non logam Keterampilan-keterampilan

berpikir

Perbandingan dan Perbedaan

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi

Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap

lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna memahami alam

2 Hasil belajar Membuat model untuk mengilustrasikan siklus air

Keterampilan-keterampilan berpikir

Visualisasi, Analogi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan masalah

Nilai-nilai Mulia Mengapresiasi kesetimbangan alam; mengapresiasi

kontribusi sains dan teknologi; menjadi bersyukur pada Tuhan, memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna memahami alam

3 Hasil belajar Mengidentifikasi substansi yang termasuk asam

atau basa dalam kehidupan sehari-hari Keterampilan-keterampilan

berpikir

Membandingkan; Membedakan; Analisis

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan Keputusan dan

Pemecahan Masalah

Nilai-nilai Mulia Menjadi mudah merespon tentang keselamatan diri,

orang lain dan lingkungan, mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap

(9)

4 Hasil belajar Melakukan game dengan Leggo (puzzle) untuk

Nilai-nilai Mulia Memiliki pemikiran kritis dan analitis

Menjadi kooperatif

Menjadi rajin dan tidak mudah menyerah

5 Hasil belajar Melakukan kegiatan interview di instansi pertanian

untuk mengindentifikasi jenis-jenis hama dalam wilayah tertentu dan bagaimana usaha

pengendaliannya Keterampilan-keterampilan

berpikir

Prioritas, Evaluasi, Membuat Kesimpulan, Analogi, Menciptakan/Membuat

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan Masalah dan

Pengambilan Keputusan

6 Hasil belajar Mencari informasi dan mendiskusikan penerapan

tekanan udara pada alat injeksi, pipa lengkung, pompa penyemprot, dan sedotan minum Keterampilan-keterampilan

berpikir

Menurunkan ide, Generalisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi dan Pemecahan Masalah

Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap

lingkungan, mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, Berpikir kritis dan analitis

7 Hasil belajar Melakukan diskusi dengan bantuan gambar untuk

menjelaskan struktur dan fungsi bagian-bagian dari kulit manusia

Keterampilan-keterampilan

berpikir Menurunkan ide, Mengurutkan, Analisis, membuat kesimpulan, Visualisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai Mulia Menjadi bersyukur pada tuhan, apresiasi cara hidup

bersih dan sehat,

8 Hasil belajar Melakukan aktivitas untuk menyelidiki dampak

konversi energi pada kehidupan manusia dan hasil diskusi ditulis dalam bentuk paper dan

dipresentasikan di kelas Keterampilan-keterampilan

berpikir

Analisis, Inferensi, Evaluasi, Generalisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan masalah dan

Pengambilan keputusan

Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap

alam, rajin dan tidak mudah menyerah,

(10)

respek terhadap lingkungan, menjadi kritis dan analitis, bersifat obyektif, menjadi kooperatif

9 Hasil belajar Siswa menyusun rangkaian sederhana, dan

menggunakan berbagai bahan untuk pengganti saklar (kayu, lempengan alumunium, plastik, karet) untuk mengklasifikasikan bahan-bahan sebagai konduktor atau isolator

Keterampilan-keterampilan

berpikir Membandingkan dan membedakan, analisis, evaluasi, membuat/menciptakan, generalisasi

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan Masalah

Nilai-nilai Mulia Kejujuran dan akurasi dalam mencatat data,

mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi, menjadi obyektif

10 Hasil belajar Melakukan kegiatan percobaan tentang pemantulan

dan pembiasan gelombang cahaya Keterampilan-keterampilan

berpikir

Semua jenis keterampilan berpikir baik kritis maupun kreatif

Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi dan Pemecahan Masalah

Nilai-nilai Mulia Kejujuran dan akurasi dalam mencatat data, rajin

dan tidak mudah menyerah, apresiasi terhadap kontribusi sains dan teknologi, berpikir kritis dan analitis, menjadi obyektif

3. Membentuk Siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui pendekatan STSE

Standar materi IPA (sains) untuk siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah selalu mengemukakan permasalahan tentang kerja ilmiah dalam sains, dimana di dalamnya membahas antara lain tentang sains dan teknologi, tantangan-tantangan penggunaan sains dan teknologi serta peranan sains dan teknologi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan (AAAS, 1993: 59). Mencermati standar materi tersebut, maka sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran bagi kita para pendidik untuk ikut andil dalam mewujudkan harapan pemerintah/bangsa untuk menjadikan siswa kita memiliki literasi (melek) sains, berkarakter dan pada akhirnya mewujudkan siswa yang bermoral. Siswa yang memiliki literasi sains adalah siswa yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Anna Poedjiadi, 2005: 5).

(11)

kegiatan sehari-hari, seperti penggunaan listrik, telepon, sepeda motor, mobil, radio atau komputer. Produk teknologi berupa mikroskop elektron mampu mengidentifikasi virus flu burung yang menyebabkan kematian juga berdampak positip pada perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan, yaitu anatomi, kimia, biologi, geologi, metalurgi, patologi dan lain-lain.

Perkembangan sains dan produk teknologi disamping memiliki dampak positip, ternyata juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti gas-gas karbondioksida, sulfur dioksida, beberapa oksida nitrogen dan hidrokarbon hasil pembakaran industri kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup seperti efek rumah kaca dan hujan asam. Ulah manusia yang menggunakan hasil perkembangan sains dan produk teknologi juga menimbulkan dampak negatif, seperti penangkapan ikan menggunakan racun dan bahan peledak, sehingga 52% terumbu karang di wilayah barat dan 47% di wilayah timur mengalami kerusakan, dan diperparah dengan pembuangan limbah industri ke laut. Penggunaan mesin-mesin penggergaji yang besar telah membabat hutan sehingga jutaan hektar lahan hutan menjadi gundul dan hilangnya flora dan fauna; penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan punahnya predator yang berguna dalam menghilangkan hama tanaman dan masih banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkan dari tidak adanya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidupnya (Sukara, 2003: 12-15).

Permasalahan yang muncul adalah “Mengapa dampak-dampak negatif dari perkembangan sains dan produk teknologi selalu terjadi?; Bagaimana upaya-upaya yang dapat kita lakukan untuk mencapai solusi yang diinginkan sejak dini?”

a) Pendekatan Pembelajaran STSE

Pembelajaran sains yang bermakna terjadi jika siswa dapat menghubungkan pembelajaran mereka dengan pengalaman sehari-hari. Pembelajaran sains bermakna terjadi dalam pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual dan STSE. Tema pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang membawa unsur-unsur STSE digabung dalam kurikulum . Pendekatan STSE mengharapkan pembelajaran sains mengambil tempat melalui penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat. Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan.

(12)

Pengetahuan, keterampilan, proses dan nilai untuk memahami aplikasi

Diskusi aktivitas yang berhubungan dengan aplikasi dan memperkuat pengetahuan, keterampilan, proses dan nilai-nilai Aktivitas yang:

Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, proses dan niali-nilai Menyediakan konteks aplikasi

Memberi ilustrasi prinsip-prinsip

aktivitas yang memberikan tujuan untuk pengetahuan dan keterampilan baru yang diperlukan. Secara alternatif, kegiatan mungkin mengikuti diskusi aplikasi dan melayani pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami aplikasi. Gambar 1 menunjukkan variasi jalur dari deskripsi aplikasi ke diskusi akhir dari pendekatan STSE(Carribbean Examination Council, 2007: 4).

Deskripsi Suatu aplikasi

Gambar 1. Variasi Jalur dalam Pendekatan STSE

b) STSE dalam Perwujudan Literasi Sains dan Karakter Siswa

Berikut dipaparkan contoh-contoh analisis aplikasi STSE yang mampu mewujudkan literasi sains serta teknologi dan karakter siswa (Insih Wilujeng, 2011:5)

Tabel 2. Keterkaitan literasi sains, teknologi dan karakter siswa

Sains Teknologi Masyarakat memiliki strategi berpikir secara konseptualisasi dan mampu memutuskan masalah; menjadi bersyukur kepada Tuhan dan mengapresiasikan cara hidup sehat.

(13)

Sains Teknologi Masyarakat

memiliki strategi berpikir secara konseptualisasi dan mampu membuat keputusan; menjadi bersyukur kepada Tuhan dan mengapresiasikan keseimbangan alam memiliki strategi berpikir pemecahan masalah dan mampu membuat keputusan; menjadi bersyukur kepada Tuhan dan mengapresiasikan cara hidup sehat.

Klasifikasi makanan (Biologi); Perhitungan energi kalor tiap g makanan (per g karbohidrat terdapat 4 kal; per g lemak = 9 kal,

e. Integrasi nilai dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler

Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningful learning) jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat bagi siswa

f. Pembiasaan perilaku bermuatan nilai

(14)

penciptaan nilai juga sangat penting. Penciptaan lingkungan di sekolah dapat dilakukan melalui: 1) penugasan, 2) pembiasaan, 3) pelatihan, 4) pengajaran, 5) pengarahan, serta 6) keteladanan. Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam kegiatan kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerjasama (team work) dan kegigihan untuk berusaha. Pengaturan kegiatan di sekolah ditangani oleh organisasi pelajar yang terbagi dalam banyak bagian, seperti Ketua, Sekretaris, Bendahara, Keamanan, Pengajaran, Penerangan, Koperasi pelajar, Kantin pelajar, Bersih Lingkungan, Pertamanan, Kesenian, Keterampilan, Olahraga, Penggerak bahasa.

g. Prinsip dan pendekatan serta program Pengembangan Pendidikan Karakter

Secara prinsipil, pengembangan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Oleh karena itu guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, Silabus dan RPP) yang sudah ada

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

1). Berkelanjutan. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMP adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 6 tahun (SD)

2). Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah mesyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan

h. Pengembangan Proses pembelajaran

Mata pelajaran

Pengembangan Diri

(15)

Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

1. Di kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus

2. Di sekolah melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi di sekolah tersebut, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah.

3. Di luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran dan dimasukkan ke dalam kalender akademik

i. Penilaian hasil belajar

Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat/diamati/dipelajari/dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara): lisan dan tertulis, serta bergradasi.

Dari hasil pengamatan, catatan anekdot, tugas, laporan dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai seperti berikut.

BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator)

MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda

perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)

MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten)

C. Penutup

(16)

pendidikan karakter pada konteks makro mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional.

Apabila kedua konteks mikro dan makro dilakukan seirama dalam pengembangan karakter, maka akan mampu menciptakan proses pembudayaan dan pemberdayaan, sehingga akhirnya akan mampu mencapai harapan dari makna pendidikan sebenarnya menurut Ki Hajar Dewantoro, serta mampu membangun peserta didik yang berkarakter ditinjau dari aspek akademik maupun konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tetap menjunjung tinggi identitas lokal dan nasional untuk tetap bisa bersaing secara global.

Sumber Bacaan

Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan sains dan Pembangunan Moral bangsa. Bandung : Yayasan Cendrawasih

American Assosiation for the Advancement of Science. (1993). Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.

Arends, Richard I. (1996). Classroom Instructional and Management. The McGraw-Companies, Inc.

Bruce Joice & Marsha Weil. (1996). Models of Teaching 5th Ed. United States of

America: Allyn & Bacon. A. Simon & Schuster Company.

Carribbean Examination Council. (2007). Integrated Science. Carribbean Certificate of Secondary Level Competence.

Curriculum Development Center. (2002) . Integrated Curriculum for Secondary School (Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia.

Idris Harta, Ph.D. (2010). Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Makalah Lokakarya Mayoga

Insih Wilujeng. (2011). Model KBSB dalam Pembelajaran Sains Membentuk Siswa Berkarakter. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pendidikan MIPA di FMIPA UNY

Insih wilujeng.(2011). Membentuk siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui pendekatan pembelajaran STSE. Artikel majalah ilmiah populer WUNY, LPM, UNY Lemin, M., Potts, H. And Welsford, P. Editor. (1994). Valuaes Strategies for Classroom

Teachers. Victoria: The Australian Council for Educational Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

(17)

Yustisia

Richard Paul dan Linda elder. (2004). The Nature of Critical & Creative Thinking, Foundation for Critical thinking First Edition www.critical thinking. Org

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Insih Wilujeng

(18)

Instansi/Tempat Kerja Utama : FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Bidang Keahlian : Pendidikan Sains (Fisika)

Email : insihuny@yahoo.co.id

Fisika Pendidikan Fisika, IKIP Yogyakarta 1991 Yogyakarta S2 Pendidikan

Sains Pendidikan Sains, UNESA 1999 Surabaya

S3 Pendidikan IPA

Pendidikan IPA UPI 2011 Bandung

NARA SUMBER DAN INSTRUKTUR (DALAM 2 TAHUN TERAKHIR)

1. Nara sumber dalam : Diklat Mapel UAN IPA Kabupaten Cilacap, Workshop Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA S1 FMIPA UNNES

2. Instruktur dalam : PLPG guru-guru IPA SMP; SMA (Model-model Pembelajaran IPA/Fisika) dan guru-guru SD (Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA SD)

TUGAS DAN KEGIATAN TAMBAHAN:

1. Konsultan DAPS /Disaster Awarenes in Primary School (Kerjasama Kementrian Pendidikan, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan pemerintah Jerman) tahun 2006-2008)

2. Konsultan DES /Disaster Education in School (Kerjasama Kementrian Pendidikan , Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Pemerintah Jepang) tahun 2008-sekarang

3. Konsultan Bimtek IPA Terpadu (Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah, kantor Kementrian Pendidikan Nasional) tahun 2009 – sekarang

4. Penulis Modul Universitas Terbuka untuk mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika (2010)

RESEARCH/PENELITIAN (DALAM 2 TAHUN TERAKHIR): Judul-judul Penelitian:

1. The Development of Integrated Service Program for the Students of Physics Teacher Training as the effort in improving the Proffessionalsm in the Teaching Practice in Schools (2010)

2.Self Efficacy” awal mahasiswa Pendidikan IPA FMIPA UNY untuk menjadi calon guru IPA SMP (2009)

3. Peningkatan Penguasaan Konsep-konsep Dasar Sains Calon Guru SD Melalui Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP (2009)

4. Deskripsi Hasil Analisis Standar Content dan Pedagogy IPA Jenjang SMP Sebagai Dasar Pengembangan IPA Terintegrasi (2010)

(19)

6. Pengembangan IPA Terintegrasi guna Membekali Calon Guru IPA SMP (Disertasi)

7. Ketercapaian kompetensi Pedagogy-Content-Knowledge Integrated Science

Mahasiswa S1 Pendidikan IPA melalui Mata Kuliah IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya (Hibah Doktor)

8. Pengembangan Assesment of Practical Skill in Science and Technology untuk Meningkatkan Literasi sains dan Keterampilan Praktik Mahasiswa S1 Pendidikan IPA Kelas Bilingual (2011)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

(20)

Alamat : ...

SURAT KETERANGAN

Sekolah Menengah Pertama negeri 2 Godean bekerjasama dengan mahasiswa KKN-PPL UNY Tahun 2011 menerangkan, bahwa:

Nama : Dr. Insih Wilujeng

NIP : 196712021993032001

Jurusan/Prodi : Pendidikan Fisika/Pendidikan IPA

Sebagai Narasumber pada kegiatan Seminar dan Workshop Implementasi pendidikan Karakter dalam pembelajaran. Kegiatan diselenggarakan pada Sabtu, 23 Juli 2011.

Demikian surat keterangan kami sampaikan, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 23 Juli 2011 Mengetahui Ketua Panitia Ka. SMP N 2 Godean

Gambar

Tabel 1. Muatan nilai dasar/karakter dalam rumusan SKL
Tabel 2. Contoh-contoh Implementasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains
Gambar 1. Variasi Jalur dalam Pendekatan STSE

Referensi

Dokumen terkait

“1) Tindakan hukum yang bertentangan dengan moral baik atau ketertiban umum melalui konten atau kepentingan tidak berlaku lagi. 2) Konflik dengan ketentuan hukum

The whys and wherefores of trading systems for CO2 and NOx emission allowances, fishing quotas, milk quotas and animal allowances:.. an explanation in the form of 25 questions

Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam1. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas

Cerita Rakyat Jawa Barat Sebagai Gagasan Berkarya Seni Instalasi Dengan Teknik Pop-up. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

4 Pada proses asuhan sayang ibu saat persalinan yang dilakukan bidan, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP 5 Asuhan sayang ibu pada persalinan belum..

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Doktor Kependidikan (Dr.) Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan. © Herlan Suherlan 2015

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Merujuk pada uraian di atas, terdapat beberapa tema utama, yaitu, bahwa (1) telah terjadi kerusakan lingkungan, khususnya hutan mangrove, baik di Indonesia maupun